Anda di halaman 1dari 74

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT

PADA TN. D DENGAN KASUS KALKULUS DI PUSKESMAS


CIUMBULEUIT BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan
Pendidikan Program Diploma III Pada Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

ANNISA SYAHRUL MUBAROKAH


NIM. P17325113001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN GIGI
2016
LEMBAR PENGUJIAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT


PADA TN. D DENGAN KASUS KALKULUS DI PUSKESMAS
CIUMBULEUIT BANDUNG

Diujikan Pada Hari ….. Tanggal .… Bulan ….. Tahun 2016

Oleh:

Penguji I Penguji II

Isa Insanuddin, S.Si.T., M.Kes Drg. Neneng Nurjanah, M.Kes


NIP. 196206261982111001 NIP. 196607041993031001

Penguji III

Drg. Hetty Anggrawati K, M.Kes., AIFO


NIP. 195610081987122001

LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT


PADA TN. D DENGAN KASUS KALKULUS DI PUSKESMAS
CIUMBULEUIT BANDUNG

Telah disetujui dan di sahkan pada Hari …. Tanggal …. Bulan …. Tahun 2016

Pembimbing

Drg. Hetty Anggrawati K, M.Kes., AIFO


NIP. 195610081987122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Bandung

Drg. Hetty Anggrawati K, M.Kes., AIFO


NIP. 195610081987122001
LEMBAR PERSEMBAHAN

Baca lah dengan menyebut nama Tuhanmu


Dia te lah menci p takan manus ia dar i segumpal darah
Baca lah , dan Tuhanmulah Yang Maha Mul ia Yang menga ja r
manus ia dengan pena , D ia menga jarkan manus ia apa yang
t idak d ike tahu inya (QS: A l - ’A laq 1- 5 )
Maka n ikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ?
(QS: Ar -Rahman 13)
Niscaya Al lah akan mengangka t (dera ja t ) orang -orang yang
ber iman d ian ta ramu dan orang -orang yang d iber i i lmu
beberapa dera ja t . (QS : A l -Mu jad i l ah 11 )

Banyak kegagalan dalam proses mencapai tujuan dikarenakan banyak


orang – orang yang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan
keberhasilan saat mereka menyerah. -Thomas Alfa Edison-

Untuk ribuan tujuan yang harus dicapai, untuk jutaan impian yang akan
dikejar, untuk sebuah pengharapan yang akan dijemput dan
diperjuangkan.
Teruslah belajar, berusaha, dan berdoa untuk menggapainya.
Jatuh berdiri lagi. Kalah mencoba lagi. Gagal Bangkit lagi. Never give up!
Sampai Allah SWT berkata “waktunya pulang”

Hanya sebuah Karya Tulis Ilmiah dan untaian kata-kata ini yang dapat
kupersembahkan kepada kedua orangtuaku, adikku, sahabatku Intan, dan
teman teman seperjuangan JKG 19 yang selama ini memberiku sejuta
pengalaman berharga, terimakasih atas dukungan dan doanya.
ASUHAN KEPERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA TN. D DENGAN
KASUS KALKULUS DI PUSKESMAS CIUMBULEUIT BANDUNG

Annisa Syahrul Mubarokah1), Hetty Anggrawati .K2)


Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Bandung

ABSTRAK
Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah salah satu upaya kesehatan
dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di bidang peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif) dan pengobatan penyakit
sederhana (kuratif sederhana) dilaksanakan secara terencana, menyeluruh, terpadu
dan berkesinambungan ditujukan pada kelompok atau individu tertentu yang
dapat diikuti dalam satu kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan kesehatan
gigi dan mulut optimal. Tujuan studi kasus ini adalah untuk memperoleh
gambaran kasus, memperoleh gambaran tindakan perawatan, dan memperoleh
gambaran analisa teoritis pada Tn. D dengan kasus Kalkulus di Puskesmas
Ciumbuleuit Bandung. Lingkup studi kasus ini sebatas mengetahui
penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut pada Tn. D dengan Kasus
Kalkulus Subgingival di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung yang dilaksanakan
sesuai dengan standar operasional prosedur tindakan perawatan skaling yang ada
dimulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian di puskesmas
Ciumbuleuit Bandung. Kesimpulan dari hasil evaluasi asuhan keperawatan gigi
dan mulut dengan kasus kalkulus, berlangsung sesuai harapan dan perencanaan.
Keberhasilan dari hasil perawatan adanya perubahan kondisi gusi yang membaik
secara bertahap dalam dua kali kunjungan dan pasien merasa nyaman dengan
kondisi gigi yang bersih dari kalkulus.

Daftar Sumber : 2005-2016


Kata Kunci : Kalkulus, Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut
DENTAL AND ORAL CARE FOR MR. D WITH CALCULUS CASE IN
THE CLINIC AT CIUMBULEUIT BANDUNG

Annisa Syahrul Mubarokah1), Hetty Anggrawati .K2)


Dental Nursing Major Polytechnic Health Bandung

ABSTRACT
The service of oral and dental nursing is one of the efforts of healthcare with an
approach of maintaining oral health in areas of health improvement (promotion),
disease prevention (preventive), and treatment of simple diseases (curative
simple) implemented in a planned, comprehensive, integrated and
continuous addressed to groups or individuals that can be followed within a
certain period of time to achieve optimal oral health. The purpose of this case
study is to obtain a status of the case, obtain a status of care measures, and obtain
a theoretical analysis on the treatment of Mr. D with a case of Calculus in the
clinic at Ciumbuleuit Bandung. The scope of this case study is to know the extent
of the execution of Oral and Dental Nursing at Mr. D's Case of Subgingival
Calculus in the clinic at Ciumbuleuit Bandung and is conducted in accordance
with an existing standard operating procedures of scaling care measures starting
from the preparation, implementation and completion in the clinic at Ciumbuleuit
Bandung. Conclusions from the evaluation of nursing care of teeth and mouth
with a case of calculus, proceeds according to expectations and planning. The
success in the treatment results in a change of the gum condition that improved
gradually in two visits and the patient feels comfortable with a dental conditions
that is clean of calculus.

List Source : 2005-2016


Keywords : Calculus, Dental and Oral Care
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas anugrah dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

Judul “Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut Pada Tn. D dengan Kasus

Kalkulus di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung”.

Penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memenuhi

syarat kelulusan bagi mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Bandung.

Berbagai hambatan telah penulis lalui dalam penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Namun berkat kasih sayang dan karunia-Nya serta bimbingan,

pengarahan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis

Ilmiah ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang memberikan segala bentuk nikmat dan karunia-Nya serta

berkat izin dan ridho-Nya Karya Tulis Ilmiah ini dapat selesai.

2. Bapak Oesman Syarif. Dr., Ir., MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Bandung,

3. Ibu Hetty Anggrawati K., drg., M. Kes., AIFO selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung,

4. Ibu Hetty Anggrawati K., drg., M. Kes., AIFO selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan saran, gagasan, dan pengarahan kepada penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,


5. Bapak Isa Insanuddin, S.Si.T., M.Kes selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis,

6. Ibu Neneng Nurjanah, drg., M.Kes selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran dan masukan kepada penulis,

7. Bapak Deru Marah Laut, M.Kes selaku dosen Pembimbing Akademik yang

selalu memberikan dukungan moril kepada penulis,

8. Seluruh dosen pengajar dan staf tata usaha yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis,

9. Agus Suryana, S. Sos. Selaku petugas perpustakaan yang telah membantu

dalam mencari sumber referensi dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini,

10. Kepada Seluruh keluarga besar Jurusan Keperawatan Gigi Bandung

Poltekkes Bandung yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan

penelitian,

11. Kepada kedua orang tua yang senantiasa memberikan nasihat, doa, motivasi,

semangat dan dukungannya yang menjadi inspirasi bagi penulis,

12. Seluruh rekan-rekan mahasiswa JKG angkatan 2013 yang saling membantu

dan memberikan dukungannya dalam penulisan Karya Tulis ini,

13. Semua pihak yang telah memberikan gagasan dan dukungan dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang belum tersampaikan. Tiada hal yang

lebih baik selain kritik dan saran yang membangun demi perbaikan karya-

karya penulis dimasa yang akan datang.


Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata

sempurna untuk itu segala bentuk kritikan dan saran yang bersifat

membangun masih penulis harapkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini

bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Semoga segala kebaikan

mendapat balasan dari Allah SWT.

Bandung,………….2016

Penulis

Annisa Syahrul M
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGUJIAN

LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN………………………….……………..…………….….vi

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

1. Tujuan Umum ....................................................................................... 3

2. Tujuan Khusus ...................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

A. Kalkulus ................................................................................................ 5

1. Pengertian Kalkulus ........................................................................ 5

2. Penyebab Kalkulus .......................................................................... 5

3. Jenis kalkulus .................................................................................. 5

4. Proses Terjadinya Kalkulus .................................................................. 6

5. Pencegahan Kalkulus Subgingiva ........................................................ 7

6. Perawatan Kalkulus Subgingiva........................................................... 8

B. Standar Operasional Prosedur Tindakan Perawatan Skaling …...…...14

C. Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut ………………...…….........…. 17


1. Pengertian Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut ........................... 17

2. Proses Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut ................................... 17

BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................ 19

A. Uraian Kasus ....................................................................................... 19

B. Pengkajian ........................................................................................... 20

C. Analisa Data ........................................................................................ 25

D. Diagnosa Keperawatan Gigi ...................................................................... 31

E. Perencanaan Perawatan ....................................................................... 32

F. Implementasi Perawatan ..................................................................... 34

G. Evaluasi ............................................................................................... 34

BAB 4 PEMBAHASAN………………………………...………...…………….40

A. Analisa Kasus Pasien .......................................................................... 40

B. Analisa Tindakan Asuhan Keperawatan Gigi dengan Kasus Kalkulus


pada Tn. D……………………………….………………..…….…..……..42

C. Analisa Teoritis ................................................................................... 45

BAB 5 PENUTUP…………………….…….………….…...…………...…………….49

A. Kesimpulan ......................................................................................... 49

B. Saran .................................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Standar Operasional Prosedur (SOP) Tindakan


Perawatan Skaling Jurusan Keperawatan Gigi
Politeknik Kesehatan Bandung
Lampiran 2 : Informed Consent Responden Penelitian
Lampiran 3 : Medical Record Responden di Puskesmas Ciumbuleuit
Bandung
Lampiran 4 : Gambar Keadaan Gigi Responden Sebelum Dilakukan
Skaling dan Gambar saat pemeriksaan CPITN
Lampiran 5 : Gambar Proses Tindakan Skaling dan Gambar Setelah
dilakukan Skaling
Lampiran 6 : Gambar Penyuluhan Tentang Kalkulus dan
Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut dan Gambar
Bimbingan Oral Fisioterapi pada Responden
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih perlu mendapat

perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Riset

Kesehatan Dasar tahun 2007, prevalensi nasional masalah kesehatan gigi dan

mulut sebesar 23,5%. Masalah kesehatan gigi dan mulut terdapat pada daerah

penyangga gigi, dan salah satu penyebab dari penyakit daerah penyangga gigi

adalah akumulasi kalkulus.

Berdasarkan data dari Oral Health Status of US angka kejadian

kalkulus pada usia 18-64 tahun mencapai 84 %. Dan menurut data The Oral

Cleanliness And Periodontal Health of UK Adults menyatakan bahwa 73%

individu dewasa memiliki kalkulus di rongga mulutnya dan untuk rentang

umur 16-24 tahun individu yang memiliki kalkulus mencapai 61% (Oral

Health Status of US , cit Aulia, 2011). Selain itu menurut Survey National

Health and Nutrition Examination (NHANES III) mengungkapkan bahwa

91,8% dari subjek memiliki kalkulus dan 55,1% memiliki kalkulus

subgingival (Newman, 2006). Melihat data Survey NHANES III menunjukan

masalah kesehatan gigi dan mulut cukup tinggi terutama pada angka kejadian

kalkulus masih menjadi masalah kesehatan gigi dan mulut di masyarakat.


Kalkulus disebut juga karang gigi atau tartar merupakan lapisan kerak

berwarna kuning yang menempel pada gigi dan terasa kasar, yang dapat

menyebabkan masalah pada gigi (Irma, 2013). Menurut Machfoedz (2005)

kalkulus dapat terbentuk berawal dari gigi yang jarang dibersihkan, lama –

kelamaan sisa-sisa makanan bersama bahan – bahan yang ada dalam ludah

akan bersatu menjadi keras dan melekat erat pada permukaan gigi. Bila

kalkulus dibiarkan maka akan mendesak gusi sehingga mengalami retraksi

dan menyebabkan akar gigi menjadi tidak terlindungi kemudian diperparah

dengan bakteri yang berkembang biak pada jaringan sehingga terjadilah

penyakit periodontitis.

Pada kasus kalkulus subgingival sangat dibutuhkan untuk

dilakukannya pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut. Permenkes No.

58 Tahun 2012 menyebutkan bahwa asuhan keperawatan gigi dan mulut

merupakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam bidang promotif,

preventif, dan kuratif sederhana yang diberikan kepada individu, kelompok,

dan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan gigi

dan mulut yang optimal.

Menurut studi pendahuluan pada responden, Tn. D memiliki gaya

hidup atau kebiasaan minum kopi sehari dua kali, merokok setiap hari, jarang

mengonsumsi buah – buahan dan sayuran berserat dan berair, selain itu

menurut kebiasaan responden hanya menyikat gigi satu kali sehari pagi saat

mandi, dan kebiasaan ini sudah dilakukan selama 30 tahun. Selain itu,

keadaan sosial ekonomi menjadi salah satu alasan responden tidak pernah
memeriksakan gigi ke klinik gigi. Responden memiliki kelainan posisi gigi

yang menjadi salah satu faktor mudah terjadinya penumpukan plak dan

kalkulus, sehingga timbulah keluhan pada rongga mulut Tn. D yaitu gigi

terasa kasar bila disentuh oleh lidah dan merasa bau mulut. Menurut Pratiwi

(2007), kalkulus subgingival biasanya tidak terlihat atau tumbuhnya di bawah

gusi, bila kalkulus subgingival dibiarkan maka akan mengakibatkan gusi

menjadi infeksi, mudah berdarah, bau mulut sampai terjadi kegoyangan gigi.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memandang perlu melakukan

asuhan keperawatan gigi dan mulut pada kasus kalkulus subgingival dengan

tujuan responden dapat meningkatkan pelihara diri khususnya kesehatan gigi

dan mulut. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Bagaimanakah asuhan keperawatan gigi dan mulut pada Tn. D dengan kasus

kalkulus di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas didapat rumusan masalah sebagai

berikut, Bagaimanakah penatalaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut

pada Tn. D dengan kasus kalkulus di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan

keperawatan gigi dan mulut pada Tn. D dengan kasus kalkulus di

Puskesmas Ciumbuleuit Bandung.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran kasus pada Tn. D dengan Kasus Kalkulus

di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung

b. Untuk memperoleh gambaran tindakan perawatan yang dilakukan pada

Tn. D dengan Kasus Kalkulus di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung

c. Untuk memperoleh gambaran analisa teoritis pada Tn. D dengan Kasus

Kalkulus di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung

D. BATASAN MASALAH

Lingkup studi kasus ini hanya sebatas mengetahui Penatalaksanaan

Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut pada Tn. D dengan Kasus Kalkulus

Subgingival di Puskesmas Ciumbuleuit Bandung.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kalkulus

1. Pengertian Kalkulus

Kalkulus adalah kumpulan plak termineralisasi (pembentukan

mineral seperti batu karang) yang menempel pada permukaan gigi

(Hermawan, 2010). Selain itu menurut Irma (2013) kalkulus disebut

juga kalkulus adalah lapisan kerak berwarna kuning yang menempel

pada gigi dan terasa kasar, yang dapat menyebabkan masalah pada gigi.

2. Penyebab Terjadinya kalkulus

Penyebab terjadinya kalkulus yaitu bakteri aktif golongan

streptococcus dan anaerob. Bakteri tersebut mengubah glukosa dan

karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi.

Asam akan terus diproduksi oleh bakteri tersebut. Kombinasi bakteri,

asam, sisa makanan, dan air liur dalam mulut membentuk suatu

substansi berwarna kekuningan yang melekat pada permukaan gigi

yang disebut plak. (Pratiwi, 2007)

3. Jenis Kalkulus

Kalkulus memiliki dua jenis yaitu :

a. Kalkulus Supragingival
Kalkulus supragingival adalah kalkulus yang melekat pada

permukaan gigi mulai dari puncak gingival margin dan dapat dilihat

(Putri, 2013). Kalkulus ini berwarna putih kekuning – kuningan,

konsistensinya keras, dan mudah dilepaskan dari permukaan gigi

dengan skaler. kalkulus ini dapat ditemukan di sebelah koronal dari

tepi gingiva. Kalkulus supragingival dapat terjadi pada satu gigi ,

sekelompok gigi atau pada seluruh gigi. Banyak terdapat pada bagian

bukal molar rahang atas yang berhadapan dengan duktus Stensen’s,

pada bagian lingual gigi depan rahang bawah yang berhadapan

dengan duktus Wharton’s, selain itu kalkulus supragingival banyak

terdapat pada gigi yang tidak digunakan. (Putri dkk, 2013)

b. Kalkulus Subgingival

Kalkulus subgingival adalah kalkulus yang berada di bawah

batas gingival margin, biasanya pada daerah saku gusi dan tidak

dapat terlihat pada waktu pemeriksaan (Putri dkk, 2013). Kalkulus

subgingival berwarna coklat sampai hitam dan pada umumnya lebih

keras dan padat dibandingkan dengan kalkulus supragingival.

Kalkulus subgingival lebih teratur meluas pada gigi geligi dari pada

kalkulus supragingival. Kalkulus ini sering melekat erat pada elemen

– elemen gigi geligi karena pelikel yang mengalami kalsifikasi.

(Saini, 2014)

4. Proses Terjadinya Kalkulus Subgingival


Setiap orang memiliki derajat keasaman (pH) air liur yang

berbeda – beda. Maka kemungkinan terbentuknya kalkulus juga tidak

sama pada setiap orang (Susanto, 2011). Kalkulus subgingival biasanya

berada pada saku gusi dan kadang tidak terlihat pada waktu

pemeriksaan. Presipitasi garam – garam mineral ke dalam plak sudah

dapat dilihat dalam beberapa jam setelah deposisi plak meski umumnya

keadaan ini berlangsung 2 – 14 hari setelah terbentuknya plak, mineral

pada kalkulus subgingival berasal dari eksudat cairan gingival. Ada

beberapa teori sehubungan mekanisme mineralisasi awal :

a. Saliva dapat dianggap sebagai larutan jenuh (supernaturasi) yang

tidak stabil dari kalsium fosfat. Karena tegangan CO2 akan keluar

bersama saliva dengan deposisi kalsium fosfat yang tidak mudah

larut.

b. Selama tidur, aliran saliva berkurang, dan amonik terbentuk dari

urea saliva, menaikkan pH yang memungkinkan terjadinya

pengendapan fosfat

c. Protein dapat mempertahankan konsentrasi kalsium yang lebih

tinggi tetapi jika berkontak dengan gigi, protein akan dikeluarkan

dari larutan dan menyebabkan pengendapan kalsium dan fosfor.

(Putri dkk, 2013)

5. Pencegahan Kalkulus Subgingival

Cara pencegahan kalkulus subgingival sehari – hari yang efektif

dalam menjaga oral hygiene seperti :


a. Sikat Gigi

Pengenalan teknik menyikat gigi yang tepat dan pemilihan

pasta gigi yang tepat, dapat memotivasi untuk menyikat gigi secara

teratur. Selain itu pemilihan bulu sikat yang halus perlu dilakukan

agar tidak melukai gusi dan mengganti sikat gigi sekurang –

kurangnya setiap tiga bulan sekali yang dengan tujuan bulu sikat

efektif dalam membersihkan gigi. Dengan demikian menyikat gigi

dapat mengeleminasi dental plak yang merupakan cikal bakal

terjadinya karies dan penyakit mulut lainnya. (Hermawan, 2010)

b. Kumur – kumur Antiseptik

Bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur – kumur

umunya berasal dari minyak tumbuh tumbuhan seperti metal

salisia, sedangkan yang diresepkan dokter adalah chlorhexidine

0,20% dan H2O2 1,5% atau 3,0%. Kumur – kumur yang lebih

murah dan efektif adalah air garam hangat. Kumur – kumur

diperlukan dalam upaya mencegah penyakit gusi dan periodontal

dan penggunaannya diawali dengan sikat gigi. Penggunaan

sebaiknya tidak terlalu sering karena akan menyebabkan flora

normal di dalam rongga mulut akan mati dan membuat mulut

menjadi kering. (Hermawan, 2010)

c. Dental floss atau benang gigi

Cara ini cukup efektif untuk mencegah penyakit periodontal

karena dapat membersihkan sela – sela gigi. Teknik


penggunaannya harus dimengerti dengan tepat karena jika tidak

akan melukai gusi dan membuat radang. (Hermawan, 2010)

d. Kontrol ke klinik gigi secara teratur

Kontrol ke klinik gigi secara teratur diperlukan sebagai salah

satu upaya preventif, atau melakukan pencegahan sedini mungkin

agar tidak menderita penyakit gigi dan mulut. Jika pernah

menderita penyakit periodontal disarankan untuk kontrol secara

teratur setiap tiga bulan sekali. (Hermawan, 2010)

6. Perawatan Kalkulus Subgingival

Untuk menghindari terjadinya plak dan kalkulus, lakukan

pembersihan rutin secara mandiri dengan sikat gigi, dan berkumur

dengan teratur dan benar. (Pratiwi, 2007). Selain itu pada kasus

kalkulus subgingival perlu dilakukannya pemeriksaan kedalaman

poket gingival untuk mengetahui tipe perawatan yang dilakukan.

Untuk mengetahui kedalaman poket gingival yaitu dengan cara :

a. CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Needs)

Community Periodontal Index of Treatment Needs (CPITN)

adalah indeks resmi yang digunakan oleh WHO untuk mengukur

kondisi jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan

perawatannya dengan menggunakan sonde khusus. Maksud

pengukuran tersebut adalah untuk mendapatkan data tentang status

periodontal masyarakat, untuk merencanakan program kegiatan


penyuluhan, untuk menentukan kebutuhan perawatan meliputi

jenis tindakan, besar beban kerja, dan kenutuhan tenaga, serta

memantau kemajuan kondisi periodontal individu.(Putri dkk, 2013)

1) Prinsip Kerja CPITN

Prinsip kerja pada pengukuran CPITN menggunakan

sonde khusus (WHO Periodontal Examining Probe),

menggunakan enam buah sektan, menggunakan gigi indeks,

menggunakan skor untuk menilai tingkatan kondisi jaringan

periodontal, dan menentukan relasi skor tertinggi dengan KKP

(Kategori Kebutuhan Perawatan), tenaga dan tipe pelayanan.

(Putri dkk, 2013)

2) Sonde Khusus (WHO Probe)

Pada pengukuran CPITN digunakan sonde khusus yang

dinamakan WHO probe yang mempunyai desain khusus, yaitu

ujungnya berbentuk bola bulat dengan diameter 0,5 mm dan

mempunyai kode warna dari 3,5 – 5,5 mm. karena desain

tersebut, probe ini dapat dipakai sebagai alat perasa (sensing

instrument) sehingga dapat digunakan sebagai eksplorer, untuk

mengetahui ada tidaknya poket, dan untuk mengetahui kualitas

kedalaman poket. WHO probe masuk hingga mencapai dasar

saku gusi atau poket periodontal dengan tekanan 25 gram.

Ketika digerakkan menelusuri dinding poket, WHO probe

dapat menilai ada tidaknya perdarahan saat probing, ada


tidaknya kalkulus, dan menilai kedalaman poket dengan

mengamati kedudukan batas margin gingival terhadap kode

warna probe. (Putri dkk, 2013)

3) Sektan

Mulut pasien dibagi menjadi enam sektan, yaitu sektan

kanan atas, sektan anterior atas, sektan kiri atas, sektan kiri

bawah, sektan anterior bawah, dan sektan kanan bawah. (Putri

dkk, 2013)

SEKTAN 1 SEKTAN 2 SEKTAN 3

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7

SEKTAN 4 SEKTAN 5 SEKTAN 6

4) Gigi Indeks

Gigi indeks yang harus diperiksa pada penilaian CPITN

bergantung dari umur individu. Ada tiga kelompok umur untuk

pengukuran ini, yaitu sekelompok yang berumur 20 tahun atau

lebih, kelompok umur 16 sampai 19 tahun, dan kelompok yang

berumur kurang dari 15 tahun. (Putri dkk, 2013)

Umur Gigi Indeks Skor

20 tahun ke atas 76 1 1 67 0,1,2,3,4

76 1 1 67

19 tahun ke bawah 6 1 6 0,1,2,3,4

6 1 6
15 tahun ke bawah 6 1 6 0,1,2

6 1 6

5) Skor pada setiap Sektan

Setelah gigi indeks dipilih, pada masing – masing gigi

dilakukan probing, dengan cara menggerakkan probe ke

sekeliling gigi, yaitu mesiofasial, midfasial, distofasial, dan

juga di tempat sejenis pada aspek lingual dan palatal. Temuan

yang paling parah dicatat sebagai skor sektan. (Putri dkk, 2013)

Berikut tingkat kondisi jaringan periodontal tiap sektan :

Nilai / Skor Kondisi Jaringan Periodontal

0 Sehat

1 Perdarahan pada gusi

2 Ada kalkulus subgingival

3 Poket dangkal (3,5-5,5 mm)

4 Poket dalam (lebih dari 5,5 mm)

6) Relasi skor tertinggi dengan KKP, tenaga dan tipe pelayanan

Setelah mengetahui skor tertinggi pada setiap individu

maupun suatu kelompok populasi, dapat ditentukan tipe

pelayanan untuk perawatan kasus yang ditemukan demikian

pula jenis atau tenaga kesehatan yang diperlukan. (Putri dkk,

2013) Berikut relasi skor tertinggi dengan KKP, tenaga dan tipe

pelayanan :
Skor Kondisi KKP Tipe Tenaga

Periodontal Pelayanan

0 Sehat - 0 -

1 Perdarahan EIKM I Guru/Prg

2 Kalkulus EIKM + SK II Prg/drg

3 Poket dangkal EIKM + SK II Prg/drg

4 Poket dalam EIKM + PK III drg

Keterangan :

EIKM = Edukasi Intruksi Kesehatan Mulut

SK = Skaling

PK = Perawatan Kompleks

Sedangkan perawatan yang dilakukan pada kalkulus subgingival

ada dua macam :

a. Skaling

Skaling adalah suatu proses membuang plak dan kalkulus dari

permukaan gigi, baik supragingival maupun subgingival. (Putri

dkk, 2013). Menurut Fedi (2012), skaling adalah prosedur awal

pembuangan kalkulus, plak, akumulasi materi dan stain dari

mahkota gigi dan permukaan akar. Tujuan dilakukan skaling untuk

mendapatkan permukaan gigi yang bersih dan halus dan tidak

memudahkan akumulasi deposit.

b. Root planning
Root planning adalah proses membuang sisa – sisa kalkulus

yang terpendam dan jaringan nekrotik pada sementum untuk

menghasilkan permukaan akar gigi yang licin dan keras. (Putri

dkk, 2013). Menurut Fedi (2012), Root planning adalah teknik

untuk menghilangkan sementum atau dentin permukaan yang

berubah karena adanya penyakit, istilah lain dari root planning

adalah detoksifikasi akar. Detoksifikasi akar adalah prosedur untuk

membuat permukaan akar yang berpenyakit menjadi bebas plak,

sementum, dentin permukaan dan toksin atau mikroorganisme.

Tujuan dilakukan root planning yaitu memperkecil efek akar yang

terkontaminasi toksin yang menyebabkan kerusakan jaringan

periodontal.

B. Standar Operasional Prosedur Tindakan Perawatan Skaling

Perawatan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pembersihan

kalkulus dengan cara skaling.

1. Alat dan Bahan yang digunakan

a. Alat :

1) Dental Unit

2) Alat Diagnostik (sonde, pinset, kaca mulut, ekskavator)

3) Skaler : sickle, wing shape kiri – kanan, currete, dan hoe

4) Baki instrument aluminium

5) Dappen dish (2 buah)

6) Tempat cotton roll, cotton pellet, dan tampon


7) Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, dan tampon)

8) Taplak meja

b. Bahan :

1) Larutan disklosing

2) Sikat gigi

3) Pasta gigi

4) Bristle brush

5) bur Veneer

6) Cotton pellet, cotton roll, tampon

7) Larutan betadine 10 %

2. Prosedur Skaling

a. Persiapan

1) Persiapan alat diagnostik dan bahan penunjang

2) Persiapan alat tulis dan kartu status, Performance Assesment

(PA) dan informed consent

3) Persiapan kebersihan pribadi terdiri dari : cuci tangan sebelum

pemeriksaan, memakai sarung tangan dan masker, jas praktikum

dan sepatu bersih dan rapi.

4) Persiapan kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja, yaitu

daerah sekitar kerja bersih dan rapi, dipersiapkan secara

ergonomis.
b. Pelaksanaan

1) Lakukan persiapan alat, bahan dan operator pada pengerjaan

skaling

2) Atur posisi pasien dan posisi operator pada tiap tahap skaling

3) Teteskan larutan disklosing dengan benar

4) Bimbing pasien untuk menyikat gigi

5) Tunjukkan pada pasien bagian gigi / mulut yang masih kotor

6) Raba batas terbawah kalkulus dengan eksplorer sebagai acuan

meletakkan sisi potong (cutting edge) skaler

7) Bedakan kalkulus supra dan subgingival dengan melihat warna

letak dan kekerasannya.

8) Pilih alat skaler yang tepat untuk tiap letak / regio kalkulus.

9) Lakukan teknik skaling dengan benar dengan memperhatikan

prinsip : cara tumpuan, gerakan menarik, retraksi pipi, tahap per

tahap.

10) Lakukan pemolesan gigi pasca skaling dengan alat, bahan dan

teknik yang benar

11) Aplikasikan larutan antiseptik pada jaringan lunak

12) Lakukan intruksi sesuai kasus yang ditemukan pada pasien

13) Lakukan rujukan pada kasus-kasus gingivitis / periodontitis

lanjut.

c. Penyelesaian
1) Menutup rangkaian pelaksanaan skaling. Selesai perawatan

lakukanlah pemberian intruksi pada pasien.

2) Membereskan kembali peralatan skaling dan merapihkan daerah

tempat kerja.

C. Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut

1. Pengertian Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut

Pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut adalah upaya

kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit

sederhana (kuratif sederhana), dilaksanakan secara terencana,

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan ditujukan pada kelompok

tertentu yang dapat diikuti dalam satu kurun waktu tertentu untuk

mencapai tujuan kesehatan gigi dan mulut optimal (UU RI No. 36,

2009)

2. Proses Asuhan Keperawatan Gigi dan Mulut

a. Pengkajian

Tahap pengkajian merupakan fondasi dari proses

keperawatan gigi. Pengkajian adalah seni mengumpulkan dan

menganalisa data-data subjektif maupun objektif dari klien serta

mengarahkan penilaian kepada kebutuhan manusia dari klien dan

hal- hal yang dapat menghalangi pemenuhan kebutuhan tersebut


yang berhubungan dengan pelayanan asuhan keperawatan gigi.

(Dahlan, 2008)

b. Diagnosa

Diagnosa adalah kesimpulan dari pengkajian dan fokus

kepada kebutuhan-kebutuhan manusia yang dapat dipenuhi melalui

pelayanan asuhan keperawatan gigi. (Dahlan, 2008)

c. Perencanaan

Perencanaan adalah tindakan penentuan tipe-tipe intervensi

keperawatan gigi yang dapat dilaksanakan (di implementasikan)

untuk mengatasi masalah klien dan membantu klien mencapai

pemenuhan kebutuhannya yang berhubungan dengan kesehatan

mulut. (Dahlan, 2008)

d. Implementasi

Implementasi adalah tindakan pelaksanaan perencanaan

keperawatan gigi yang telah di rancang dengan khusus untuk

memenuhi kebutuhan klien yang berhubungan dengan kesehatan

mulut. (Dahlan, 2008)

e. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan data klien setelah selesai

perawatan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu

pengkajian awal untuk menentukan ada atau tidaknya kemajuan

(perubahan) klien atau tercapai tidaknya tujuan perawatan.

(Dahlan, 2008)
BAB 3

TINJAUAN KASUS

A. Uraian Kasus
Kasus yang disajikan bahan tulisan adalah kasus kalkulus yang terdapat

pada gigi 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 36, 35, 34, 33, 32,

31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47 dimana pasien merasa tidak nyaman karena

giginya terasa kasar bila disentuh oleh lidah dan merasa bau mulut. Pasien

belum pernah melakukan perawatan gigi atau memeriksakan gigi ke klinik

gigi. Secara klinis pada gigi 17, 16, 15, 14, 13, 12, 11, 21, 22, 24, 25, 26, 27,

36, 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47 terlihat penumpukan plak dan

kalkulus serta terlihat pula gusi lunak dan berwarna merah terang. Selain itu

beberapa gigi mengalami kelainan posisi yang memudahkan plak serta

kalkulus menumpuk.

Penatalaksanaan asuhan keperawatan gigi dan mulut dapat diartikan

sebagai suatu proses menggunakan pendekatan dalam pelayanan keperawatan

gigi, pelaksanaannya terdapat beberapa aspek sebagai berikut :

1. Pengkajian
2. Diagnosis keperawatan

3. Perencanaan

4. Implementasi

5. Evaluasi

Aspek – aspek tersebut merupakan kesatuan yang menyeluruh dalam

proses asuhan keperawatan gigi yang menjadi kerangka kerja untuk

menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan gigi dan mulut berkualitas

yang ditujukan kepada semua pasien dan masyarakat. (Dahlan, 2008)

B. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. D

Tempat, tanggal lahir : Bandung, 20 Juli 1972

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Alamat : Babakan Sadang Rt 02/ Rw. 17 Kel.

Banjaran Wetan Kec. Banjaran Bandung

Agama : Islam

Bangsa : Indonesia

Gol. Darah :O

2. a. Keluhan Utama :

Pasien Tn. D datang dengan keluhan seluruh giginya terasa kasar bila

disentuh oleh lidah dan terasa bau mulut sejak tiga tahun yang lalu

hingga sekarang dan pasien ingin di rawat.


b. Keluhan Tambahan :

Pasien juga mengeluh gigi kiri bawah terasa tajam bila disentuh oleh

lidah dan pasien ingin di rawat.

3. Pemeriksaan Awal

a. Riwayat Kesehatan Umum

Pasien merasa sehat, dalam enam tahun terakhir ini tidak pernah

mengalami penyakit serius, tidak pernah menjalani operasi dan di rawat

inap di rumah sakit, pasien tidak memiliki kelainan pembekuan darah,

dan pasien menyatakan dirinya tidak mempunyai alergi pada cuaca

dingin dengan reaksi gatal-gatal dan kemerahan.

b. Riwayat Pemeliharaan Kesehatan gigi dan Mulut

Pasien tidak pernah memeriksakan kesehatan gigi dan mulutnya

ke klinik gigi, selain itu pasien kurang mengetahui cara memelihara

kesehatan gigi dan mulutnya, salah satunya yaitu pasien kurang

mengetahui teknik menyikat gigi yang benar dan cermat, serta pasien

memiliki kebiasaan menyikat gigi 1x sehari pada saat mandi pagi.

Pasien kadang – kadang mengkonsumsi makanan yang manis dan

lengket, dan kurang mengonsumsi buah-buahan serta sayuran berserat

dan berair. Pasien juga mempunyai kebiasaan minum kopi setiap hari,

serta mempunyai kebiasaan merokok setiap hari.


4. Pemeriksaan Objektif

a. Pemeriksaan Ekstra Oral

1) Muka : Simetris

2) Kelenjar Limpe : Tak Ada Kelainan

b. Pemeriksaan Intra Oral

1) Penentuan gigi index

17 11 27

46 31 36

2) Index Kebersihan Mulut

Debris index :

2 1 2 10/6= Kriteria :

2 1 2 1,66 Sedang

Kalkulus index :

2 1 2 16/6=

3 3 3 2,66

Skor OHI-S : 10/6 + 14/6 = 24/6 = 4,00

Kriteria OHI-S : Buruk

c. Pemeriksaan Jaringan Keras Gigi

KME : Tidak ada


KMD : Tidak ada

KMP Vital : Tidak ada

KMP Non Vital : Gigi 16, 18, 26, dan 28

KMA : Gigi 37

Tumpatan : Tidak ada

Gigi hilang / dicabut karena karies : Gigi 47

d. Index Pengalaman Karies

DMF-T :

D =5

M =1

F =0

DMF-T = 6

e. Kalkulus / Kalkulus

Terdapat kalkulus di seluruh permukaan gigi, yaitu pada gigi 17,

16, 15, 14 dibagian bukal, gigi 13, 12, 11,21,22, 31, 32, 41, 42 di bagian

labial dan, gigi 24, 25, 26, 27, 36, 35, 34 di bagian bukal, dan gigi 36,

35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47 terdapat kalkulus di bagian

lingual.

f. Pemeriksaan Mukosa Mulut

Pasien tidak memiliki kelainan pada mukosa mulut lidah, pipi,

bibir dan palatum, namun kelainan ditemukan pada gusi yaitu gingivitis

ditemui di seluruh gigi yaitu pada gigi 17, 16, 15, 14, 26, 27 dibagian

bukal, gigi 13, 12, 11,21, 22, 31, 41 di bagian labial dan palatal, gigi 37,
36, 35, 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47 terdapat gingivitis di

bagian lingual dan labial dengan konsistensi lunak, bentuk papil

membulat, bentuk margin abnormal dan terlihat berwarna merah terang.

1) Pemeriksaan CPITN (Community Periodontal Index Treatment

Needs)

a. Pemilihan gigi indeks yang diperiksa

17 X 11 21 X 27

X 46 41 31 36 X

b. Skor pada masing – masing gigi indeks

2 X 2 2 X 2

X 3 3 3 2 X

c. Penentuan skor CPITN

3
(poket dangkal)

d. Rencana perawatan yang dibutuhkan jaringan periodontal

Rencana perawatannya yaitu Edukasi Intruksi Kebersihan

Mulut dan dilakukan skaling oleh perawat gigi atau dokter gigi.

g. Kelainan / Anomali gigi

Pasien tidak memiliki kelainan pada bentuk, jumlah dan ukuran

giginya, namun kelainan ditemukan pada posisi gigi pasien yaitu di gigi
13, 12, 11, 21, 22, 23, 24, 32, 45, 44, 43 terlihat gigi rotasi dan gigi 47

linguoversi.

h. Pewarnaan Gigi Ekstrinsik

Terdapat stain ekstrinsik pada gigi 13, 12, 11, 21, 22, 23, 24 di

bagian palatal, gigi 34, 33, 32, 31, 41, 42, 43 di bagian lingual gigi

terlihat berwarna kecoklatan.

C. Analisa Data

DATA MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB


Gigi 17, 16, 15, 14, Terasa kasar 1. Responden memiliki kelainan

13, 12, 11, 21, 22, apabila tersentuh posisi gigi dari umur 15 tahun

24, 25, 26, 27, 36, oleh lidah dan yang memudahkan plak

35, 34, 33, 32, 31, terasa bau mulut menumpuk

41, 42, 43, 44, 45, 2. Responden jarang

46, 47 Terdapat mengonsumsi buah – buahan

Kalkulus berserat dan berair, kadang-

kadang dua minggu sekali

responden mengonsumsi

buah jambu air dan papaya .

3. Responden memiliki

kebiasaan menyikat gigi satu


kali sehari saat mandi pagi,

dengan teknik menyikat gigi

yang kurang tepat yaitu

secara maju mundur

kemudian responden tidak

pernah menyikat lidah,

sehingga menyebabkan plak

mudah menumpuk pada

permukaan gigi, kebiasaan ini

sudah dilakukan selama 30

tahun.

4. Responden tidak pernah

memeriksakan gigi ke klinik

gigi, dikarenakan alasan

ekonomi dan kurang

mengetahui pentingnya

memeriksakan gigi ke klinik

gigi atau puskesmas


Gigi 37 KMA Terasa tajam bila 1. Responden memiliki

disentuh oleh kebiasaan menyikat gigi satu

lidah kali sehari saat mandi pagi,

dengan teknik menyikat gigi

yang kurang tepat yaitu

secara maju mundur

kemudian responden tidak

pernah menyikat lidah,

sehingga menyebabkan plak

mudah menumpuk pada

permukaan gigi, kebiasaan ini

sudah dilakukan selama 30

tahun.

2. Responden sejak kecil senang

mengonsumsi makanan manis

dan lengket atau kariogenik

3. Responden tidak pernah

merawat atau memeriksakan

gigi ke klinik gigi pada saat

gigi terasa sakit

Gigi 16, 18, 26, 28 Makanan sering 1. Responden sejak kecil senang

KMP Non Vital menyangkut mengonsumsi makanan manis

dan lengket atau kariogenik


2. Responden memiliki

kebiasaan menyikat gigi satu

kali sehari saat mandi pagi,

dengan teknik menyikat gigi

yang kurang tepat yaitu

secara maju mundur

kemudian responden tidak

pernah menyikat lidah,

sehingga menyebabkan plak

mudah menumpuk pada

permukaan gigi, kebiasaan ini

sudah dilakukan selama 30

tahun.

3. Responden tidak pernah

merawat atau memeriksakan

gigi ke klinik gigi pada saat

gigi terasa sakit.

Gigi 17, 16, 15, 14, Pada saat 1. Responden memiliki kelainan

13, 12, 11 21, 22, 26, menggosok gigi posisi gigi yang memudahkan

27, 37, 36, 35, 34, kadang-kadang plak dan kalkulus menumpuk

33, 32, 31, 41, 42, gusi sering 2. Responden kurang

43, 44, 45, 46, 47 berdarah. mengonsumsi buah – buahan

Terdapat Gingivitis. yang mengandung vitamin c


3. Responden memiliki

kebiasaan menyikat gigi satu

kali sehari saat mandi pagi,

dengan teknik menyikat gigi

yang kurang tepat yaitu

secara maju mundur

kemudian responden tidak

pernah menyikat lidah,

sehingga menyebabkan plak

mudah menumpuk pada

permukaan gigi, kebiasaan ini

sudah dilakukan selama 30

tahun.

Gigi 13, 12, 11, 21, Merasa kurang 1. Adanya faktor keturunan,

22, 23, 24, 32, 45, percaya diri responden memiliki ukuran

44, 43 terlihat gigi giginya ada yang rahang yang kecil dan gigi

rotasi dan gigi 47 tidak rapi yang berukuran besar.

linguoversi

Gigi 13, 12, 11, 21, Kurang percaya 1. Responden senang dan sering

22, 23, 24, 34, 33, 32, diri giginya mengonsumsi minuman kopi

31, 41, 42, 43 stain kurang bersih dua kali sehari pada saat pagi
ekstrinsik terdapat warna hari dan malam hari,

kecoklatan kebiasaan ini dilakukan sejak

20 tahun yang lalu

2. Responden merokok setiap

hari, dengan intensitas satu

hari dapat menghabiskan 17

batang rokok

4. Responden memiliki

kebiasaan menyikat gigi satu

kali sehari saat mandi pagi,

dengan teknik menyikat gigi

yang kurang tepat yaitu

secara maju mundur

kemudian responden tidak

pernah menyikat lidah,

sehingga menyebabkan plak

mudah menumpuk pada

permukaan gigi, kebiasaan ini

sudah dilakukan selama 30

tahun.

3. Responden tidak pernah

memeriksakan gigi ke klinik

gigi, dikarenakan alasan


ekonomi dan kurang

mengetahui pentingnya

memeriksakan gigi ke klinik

gigi atau puskesmas

D. Diagnosa keperawatan

DATA MASALAH KEMUNGKINAN PENYEBAB


Gigi 17, 16, 15, 14, Terasa kasar 5. Responden memiliki kelainan

13, 12, 11, 21, 22, apabila tersentuh posisi gigi dari umur 15 tahun

24, 25, 26, 27, 36, oleh lidah dan yang memudahkan plak

35, 34, 33, 32, 31, terasa bau mulut menumpuk

41, 42, 43, 44, 45, 1. Responden jarang

46, 47 Terdapat mengonsumsi buah – buahan

Kalkulus berserat dan berair, kadang-

kadang responden

mengonsumsi buah jambu air

dan pepaya.

2. Responden memiliki
kebiasaan menyikat gigi satu

kali sehari saat mandi pagi,

dengan teknik menyikat gigi

secara maju dan mundur yang

sudah dilakukan selama 30

tahun.

3. Responden tidak pernah

memeriksakan gigi ke klinik

gigi

E. Perencanaan Perawatan

TINDAKAN PENYULUHAN INTRUKSI WAKTU


KLINIS / KONSELING PERAWATAN PERAWATAN
GIGI DI RUMAH
Gigi 17, 16, 15, Memberikan 1.Intruksi KUNJUNGAN

14, 13, 12, 11, 21, penyuluhan menggosok gigi ke -1

22, 24, 25, 26, 27, tentang pengertian dengan teknik (13 Mei 2016)

36, 35, 34, 33, 32, kalkulus, yang benar dan

31, 41, 42, 43, penyebab waktu yang tepat

44, 45, 46, 47 kalkulus, akibat 2.Berkumur dengan

terdapat Kalkulus kalkulus yang air putih setelah


dilakukan tidak dirawat dan makan

scaling, dan perawatan 3.Perbanyak

CPITN, serta scaling, CPITN mengkonsumsi

dilakukan root dan root planning. buah – buahan

planning. Alat peraga : flip dan sayuran

chart tentang berserat dan

kalkulus dan berair

phantom gigi

Gigi 17, 16, 15, 1. Melakukan oral 1.Intruksi KUNJUNGAN

14, 13, 12, 11, 21, fisioterapi pada menggosok gigi KE – 2

22, 24, 25, 26, 27, responden dengan teknik (1 Juni 2016)

36, 35, 34, 33, 32, 2. Memberikan yang benar dan

31, 41, 42, 43, penyuluhan waktu yang tepat

44, 45, 46, 47 tentang 2. Berkumur

terdapat Kalkulus pencegahan dengan air putih

dilakukan kalkulus dan setelah makan

pemeriksaan menjelaskan 3. Perbanyak

CPITN untuk perubahan gusi mengkonsumsi

mengetahui pada gigi yang buah – buahan

perubahan gusi sudah di skaling dan sayuran

pada gigi yang berserat dan

sudah di skaling berair serta

mengandung
vitamin c

Gigi 17, 16, 15, 1 Melakukan oral 1.Intruksi KUNJUNGAN

14, 13, 12, 11, 21, fisioterapi pada menggosok gigi KE – 3

22, 24, 25, 26, 27, responden dengan teknik (15 Juni 2016)

36, 35, 34, 33, 32, 2. Memberikan yang benar dan

31, 41, 42, 43, penyuluhan waktu yang tepat

44, 45, 46, 47 tentang 2. Berkumur

terdapat Kalkulus pencegahan dengan air putih

dilakukan kalkulus dan setelah makan

pemeriksaan menjelaskan 3. Perbanyak

CPITN untuk perubahan gusi mengkonsumsi

mengetahui pada gigi yang buah – buahan

perubahan gusi sudah di dan sayuran

pada gigi yang skaling berserat dan

sudah di skaling berair serta

mengandung

vitamin c

F. Implementasi Perawatan

Tahap implementasi adalah tahapan tindakan perawatan yang diberikan

kepada pasien Tn. D, dengan tujuan untuk memberikan perawatan sesuai

dengan keluhan utama yang dirasakan pasien Tn. D yaitu gigi terasa kasar bila

disentuh oleh lidah. Tindakan yang dilakukan terhadap Tn. D yaitu skaling,
root planning dan pemeriksaan jaringan periodontal dengan CPITN, berikut

pemaparan tindakan perawatan yang dilakukan antara lain :

1. Kunjungan ke – 1

a. Pada kunjungan ke -1 tanggal 13 Mei 2016 pasien datang ke

puskesmas Ciumbuleuit untuk dilakukan anamnesa oleh peneliti,

pasien mengeluhkan seluruh giginya terasa kasar bila disentuh oleh

lidah dan terasa bau mulut sejak tiga tahun yang lalu sebelum pasien

datang ke puskesmas Ciumbuleuit.

b. Peneliti melakukan pengkajian identitas pasien dan keluhan pasien,

menanyakan riwayat kesehatan umum dan riwayat kesehatan gigi

pasien, melakukan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, pemeriksaan

kalkulus dan melakukan pemeriksaan jaringan periodontal

menggunakan CPITN untuk mengukur kriteria peradangan gusi.

Berikut hasil pemeriksaan jaringan periodontal menggunakan CPITN :

1) Pemilihan gigi indeks yang diperiksa

17 X 11 21 X 27

X 46 41 31 36 X

2) Skor pada masing – masing gigi indeks

2 X 2 2 X 2

X 3 3 3 2 X

3) Penentuan skor CPITN


3
(Poket dangkal)
4) Rencana perawatan yang dibutuhkan jaringan periodontal

Rencana perawatannya yaitu EIKM (Edukasi Intruksi

Kebersihan Mulut) dan dilakukan skaling oleh perawat gigi atau

dokter gigi.

c. Gusi Tn. D yang diperiksa yaitu pada gigi indeks 17, 11, 21, 27, 36,

31, 41, 46 dan di dapatkan hasil pemeriksaan pada permukaan bukal

dan palatal gigi 17 dan 27 mendapatkan skor 2 yaitu terdapat karang

gigi, pada permukaan labial dan palatal gigi 11 dan 21 mendapatkan

skor 2 yaitu terdapat karang gigi, kemudian pada permukaan lingual

dan bukal gigi 36 mendapatkan skor 2 yaitu terdapat karang gigi, pada

permukaan labial / bukal dan lingual gigi 31, 41 dan 46 mendapatkan

skor 3 yaitu terdapat poket dangkal. Sehingga didapatkan rencana

perawatan yang dibutuhkan yaitu EIKM (Edukasi Intruksi Kebersihan

Mulut) dan dilakukan skaling oleh perawat gigi atau dokter gigi.

d. Peneliti menjelaskan informed consent perawatan skaling kepada

pasien untuk persetujuan perawatan yang akan dilakukan.

e. Setelah informed consent ditandatangani oleh pasien, peneliti

melakukan tindakan skaling pada seluruh permukaan gigi yang

terdapat kalkulus menggunakan alat skaler dan ultrasonic scaler.

f. Peneliti mendokumentasikan keadaan gigi sebelum dilakukan skaling

dan sesudah dilakukan scaling


g. Akibat dari tindakan skaling terdapat gusi yang turun berwarna merah

terang, konsistensi lunak dan terlihat akar giginya.

h. Pasien diintruksikan untuk berkumur dengan obat antiseptik dan

kemudian diberikan penyuluhan tentang pengertian kalkulus, penyebab

kalkulus, proses terjadinya kalkulus, cara perawatan kalkulus, teknik

menyikat gigi yang tepat dan cermat serta cara pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut.

1. Kunjungan ke – 2

a. Pada tanggal 1 Juni 2016, peneliti melakukan pendokumentasian

keadaan gigi dan kondisi gusi yang sudah dilakukan skaling pada

kunjungan pertama.

b. Peneliti mengobservasi cara menyikat gigi Tn. D apakah teknik atau

cara menyikat giginya sudah tepat dan cermat atau belum

c. Peneliti melakukan pemeriksaan kembali jaringan periodontal dengan

CPITN untuk melihat perubahan gusi atau jaringan lunaknya.

1) Pemilihan gigi indeks yang diperiksa

17 X 11 21 X 27

X 46 41 31 36 X

2) Skor pada masing – masing gigi indeks

1 X 1 1 X 1

X 1 1 1 1 X

3) Penentuan skor CPITN


1
(perdarahan)

4) Rencana perawatan yang dibutuhkan jaringan periodontal

Rencana perawatannya yaitu EIKM (Edukasi Intruksi

Kebersihan Mulut), peneliti memberikan intruksi kepada Tn. D

untuk berkumur menggunakan antiseptik dua kali sehari.

d. Pada kunjungan ke – 2 setelah dilakukan skaling sudah terlihat adanya

perubahan pada permukaan gigi indeks yang diperiksa yaitu keadaan

gigi bersih dari kalkulus akan tetapi kondisi gusi masih terdapat

perdarahan saat dilakukan probing.

e. Tn. D diberikan penyuluhan oral fisioterapi dan diintruksikan rutin

menggunakan obat kumur antiseptik

2. Kunjungan ke – 3

a. Pada tanggal 15 Juni 2016, peneliti melakukan pendokumentasian

keadaan gigi dan kondisi gusi yang sudah dilakukan skaling.

b. Peneliti mengobservasi cara menyikat gigi Tn. D apakah teknik atau

cara menyikat giginya sudah tepat dan cermat atau belum

c. Peneliti melakukan pemeriksaan kembali jaringan periodontal dengan

CPITN untuk melihat perubahan gusi atau jaringan lunaknya.

1) Pemilihan gigi indeks yang diperiksa

17 X 11 21 X 27

X 46 41 31 36 X

2) Skor pada masing – masing gigi indeks


0 X 1 1 X 0

X 1 1 1 0 X

3) Penentuan skor CPITN

1
(perdarahan)
4) Rencana perawatan yang dibutuhkan jaringan periodontal

Rencana perawatannya yaitu EIKM (Edukasi Intruksi Kebersihan

Mulut), peneliti memberikan intruksi kepada Tn. D untuk

berkumur menggunakan antiseptik dua kali sehari.

d. Pada kunjungan ke – 3 terlihat adanya perubahan kondisi gusi pada

permukaan gigi indeks yang diperiksa yaitu pada gigi 17, 27, dan 36

gusi mulai membaik dan berwarna merah muda. Pada gigi 11, 21, 31,

41, dan 46 gusi masih berwarna merah terang pada saat dilakukan

probing masih terdapat perdarahan.

e. Tn. D diberikan penyuluhan oral fisioterapi dan diintruksikan rutin

menggunakan obat kumur antiseptik.

G. Evaluasi

Evaluasi adalah membandingkan data klien setelah selesai

perawatan dengan data yang telah dikumpulkan pada waktu pengkajian

awal untuk menentukan ada atau tidaknya kemajuan (perubahan) klien

atau tercapai tidaknya tujuan perawatan (Dahlan, 2008).

Tindakan perawatan yang telah diberikan kepada Tn. D dilakukan

secara berkesinambungan yaitu pembersihan kalkulus untuk


menghilangkan keluhan utama Tn. D, sehingga Tn. D sudah merasa

nyaman karena giginya sudah tidak kasar lagi dan lebih percaya diri

karena sudah merasa tidak bau mulut lagi. Berdasarkan pemeriksaan

CPITN yang dilakukan setiap kunjungan pasien, bahwa terjadi penurunan

skor dan perubahan kriteria menjadi lebih baik yang menandakan adanya

peningkatan atau keberhasilan dalam perawatan.

BAB 4

PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus Pasien

Pada tanggal 7 April 2016 dilakukan studi pendahuluan kesehatan gigi

dan mulut pada responden Tn. D yang berumur 44 tahun di puskesmas

Ciumbuleuit Bandung. Berdasarkan hasil anamnesa, Tn. D tidak mengeluh

sakit gigi akhir – akhir ini, tetapi sekitar 5 tahun yang lalu gigi geraham kiri

rahang atas pernah terasa sakit, responden mengeluh bau mulut serta

permukaan gigi terasa kasar bila disentuh oleh lidah dan setelah dilakukan

pemeriksaan klinis pada gigi responden diperoleh kasus kalkulus

supragingival dan kalkulus subgingival pada permukaan gigi responden.

Kasus kalkulus supragingival dan subgingival yang terjadi pada Tn. D

disebabkan kurangnya perhatian terhadap kebersihan gigi dan mulutnya. Hal

ini dilihat dari hasil pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut Tn. D, yang
sebelumnya dilakukan penetesan disklosing menunjukan kriteria buruk. Selain

itu juga Tn. D memiliki kebiasaan yang sudah dilakukan selama 30 tahun

yaitu, menggosok gigi satu kali sehari, dilakukan pada pagi hari saat mandi

dan kurang mengetahui bagaimana cara menyikat gigi yang tepat dan cermat.

Hal ini terlihat pada saat Tn. D menyikat gigi di puskesmas Ciumbuleuit

menggunakan teknik maju mundur, selain itu, Tn. D menyikat gigi dengan

waktu yang kurang tepat sehingga plak tidak terbersihkan kemudian terjadilah

penumpukan plak dan dalam kurun waktu tertentu menyebabkan timbulnya

kalkulus.

Kasus kalkulus supragingival pada Tn. D hanya terdapat pada bagian

bukal gigi posterior rahang kanan dan rahang kiri atas. Timbulnya kasus

kalkulus supragingival dikarenakan responden kurang mengonsumsi buah dan

sayuran berserat dan berair sehingga tidak adanya self cleansing pada

permukaan gigi. Selain itu, adapun kasus kalkulus subgingival pada Tn. D

lebih banyak terdapat di bagian lingual rahang bawah tepatnya pada

interdental gigi anterior rahang bawah. Hal ini dikarenakan Tn. D hanya

menyikat gigi satu kali sehari pada pagi hari saat mandi dan kurang

mengetahui teknik menyikat gigi yang tepat dan cermat, lebih tepatnya

responden tidak melakukan teknik mencungkil pada permukaan gigi sehingga

plak tidak terbersihkan pada bagian interdental gigi anterior rahang bawah,

selain itu hasil pemeriksaan klinis responden, pada permukaan labial gigi

anterior terdapat resesi gusi yang menjadi salah satu faktor penyebab

timbulnya kalkulus subgingival, karena dengan adanya resesi gusi permukaan


akar tidak terlindungi oleh gusi kemudian adanya penumpukan plak yang

tidak terbersihkan oleh sikat gigi, diperparah adanya bakteri yang berkembang

biak pada jaringan tersebut dan dalam kurun waktu tertentu timbulah kalkulus

subgingival.

Kasus kalkulus subgingival yang dialami Tn. D merupakan suatu

mekanisme dimana kebutuhan dasar manusia yaitu terbebas dari rasa sakit dan

nyeri tidak terpenuhi. Hal ini terjadi karena Tn. D mengalami kalkulus

subgingival pada permukaan giginya yang dapat mengganggu aktivitas sehari

– hari misalnya, pada saat berbicara responden kurang percaya diri karena

merasakan bau mulut, selain itu pada saat menggosok gigi gusinya sering

berdarah yang menyebabkan Tn. D tidak nyaman. Secara fisiologis timbulnya

rasa tidak nyaman pada Tn. D karena permukaan giginya terasa kasar bila

disentuh oleh lidah dan gusi sering berdarah saat menggosok gigi. Dari data

tersebut bahwa penyebab masalah yang dialami Tn. D adalah kurangnya

pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, serta kurang mengetahui

teknik menggosok gigi yang tepat dan cermat serta waktu menyikat gigi yang

benar.

B. Analisa Tindakan Asuhan Keperawatan Gigi dengan Kasus Kalkulus

pada Tn. D

Tindakan perawatan asuhan keperawatan gigi dan mulut dengan kasus

kalkulus yang dilakukan pada responden Tn. D yaitu pembersihan kalkulus

atau skaling. Skaling yang dilakukan oleh peneliti di puskesmas Ciumbuleuit

Bandung sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) praktikum


skaling di Jurusan Keperawatan Gigi. Tahapan – tahapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut :

Tahapan pertama yaitu melakukan tahap persiapan alat seperti alat

diagnostik, alat skaler manual (sickle, hoe dan curret), dan persiapan bahan

seperti larutan disklosing, sikat gigi, pasta gigi, bur veneer, brush, larutan

antiseptik 10 %, kartu status, dan informed consent. Selain persiapan alat dan

bahan penunjang dilakukan pula persiapan kebersihan pribadi seperti

pemakaian alat pelindung diri, dan cuci tangan sebelum pelaksanaan

perawatan, serta persiapan kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja agar

responden nyaman saat dilakukan perawatan. Pada tahap persiapan alat skaler,

peneliti mempersiapkan alat tambahan yaitu ultrasonic scaller untuk

pengerjaan skaling dengan tujuan mempermudah dan mempercepat

pelaksanaan skaling, hal ini tidak sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

(SOP) praktikum skaling di Jurusan Keperawatan Gigi akan tetapi didukung

oleh teori Putri (2010), bahwa dalam pembersihan kalkulus hendaknya

dilakukan kombinasi antara alat skaler manual, ultrasonic scaler dan

dilakukannya root planning untuk menyempurnakan hasil skaling karena

mengingat kalkulus subgingival sangat melekat erat pada permukaan gigi.

Tahapan kedua yaitu melakukan pelaksanaan skaling sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) dan dilakukan pula komunikasi

terapeutik pada responden agar tetap nyaman saat perawatan. Sebelum

dilakukan tindakan skaling peneliti mengatur posisi responden pada setiap

tahap skaling agar saat perawatan lebih nyaman. Untuk melihat kebersihan
gigi dan mulut responden, peneliti melakukan penetesan disklosing dan

membimbing responden menggosok gigi serta menunjukan pada responden

gigi yang masih kotor. Pada awal tindakan skaling batas terbawah kalkulus

diraba menggunakan eksplorer sebagai acuan meletakkan sisi potong (cutting

edge) skaler serta untuk membedakan kalkulus supragingival dan subgingival

dengan melihat warna, letak dan kekerasannya, hal ini sesuai dengan teori

jenis kalkulus yang dikemukakan oleh Putri (2013), kalkulus supragingival

berwarna putih kekuningan, melekat pada permukaan gigi dan konsistensinya

keras seperti batu tanah liat yang mudah dilepaskan dengan skeler. Sedangkan

kalkulus subgingival berwarna coklat tua, letaknya dibawah saku gusi,

kekerasannya seperti korek api dan melekat erat. Setelah dilakukan skaling,

dilakukan pula pemolesan gigi menggunakan brush dan peneliti

mengaplikasikan larutan antiseptik pada jaringan lunak untuk mempercepat

proses penyembuhan jaringan lunak responden.

Pada prosedur pelaksanaan terakhir peneliti melakukan rujukan kepada

dokter gigi di puskesmas Ciumbuleuit untuk dilakukan root planning

menggunakan alat ultrasonic scaler dengan tujuan membersihkan sisa – sisa

kalkulus subgingival yang masih terdapat pada bagian mesial dan distal gigi

responden, dengan tujuan kalkulus subgingival pada interdental dapat

terbersihkan sehingga gigi responden Tn. D terbebas dari kalkulus. Hal ini

didukung oleh teori Hermawan (2010) kalkulus melekat keras dan tidak hilang

menggunakan sikat gigi tetapi kalkulus dapat dibersihkan dengan

menggunakan alat khusus yaitu ultrasonic scaler.


Tahapan ketiga yaitu tahap penyelesaian dengan memberikan intruksi

pada responden Tn. D yaitu tidak boleh makan dan minum yang panas dahulu,

gusi yang sudah diskaling tidak boleh dimainkan oleh lidah, perbanyak

mengkonsumsi buah – buahan dan sayuran berserat dan berair, menggosok

gigi dengan teknik yang tepat dan waktu yang benar, serta diintruksikan

melakukan kontrol kembali dalam jangka waktu dua minggu untuk

mengetahui adanya perubahan gusi responden setelah dilakukan skaling. Pada

tahap penyelesaian peneliti membereskan kembali peralatan skaling serta

daerah kerja. Tindakan perawatan skaling yang dilakukan sudah sesuai

tahapan dan mengacu kepada Standar Operasional Prosedur (SOP) Praktikum

di Jurusan Keperawatan Gigi.

Untuk mengetahui adanya perubahan kondisi gusi responden setelah

dilakukan skaling peneliti melakukan pemeriksaan Community Periodontal

Index Treatment Needs (CPITN) pada kunjungan ke – 2 dan kunjungan ke - 3.

Selain pemberian perawatan medis pada Tn. D, tindakan pemberian motivasi

pada Tn. D dilakukan peneliti dengan memberikan penyuluhan tentang

pengertian kalkulus, penyebab kalkulus, proses terjadinya kalkulus, cara

perawatan kalkulus, teknik menyikat gigi yang tepat dan cermat serta cara

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Peneliti juga memberikan saran dan

bimbingan kepada Tn. D agar lebih meningkatkan pengetahuan dan perubahan

perilaku dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut. Bimbingan yang

diberikan berupa cara menggosok gigi yang tepat dan cermat serta waktu

menggosok gigi yang benar. Tindakan perawatan yang dilakukan pada


responden Tn. D bersifat menyeluruh dan berkesinambungan, adapun faktor

pendukung lancarnya tindakan perawatan skaling yang dilakukan yaitu

responden Tn. D mampu bekerjasama atau kooperatif selama dilakukan

perawatan skaling oleh peneliti.

C. Analisa Teoritis

Timbulnya kalkulus subgingival di bagian lingual gigi anterior rahang

bawah pada Tn. D berawal dari penumpukan plak, hal ini didukung oleh teori

Hermawan (2010) bahwa kalkulus subgingival merupakan kumpulan plak

termineralisasi (pembentukan mineral seperti batu karang) yang menempel

pada permukaan gigi. Menurut teori Putri dkk (2013) penyebab terjadinya

kalkulus didukung oleh adanya bakteri aktif golongan streptococcus dan

anaerob serta adanya aliran saliva yang kurang pada saat seseorang tidur

sehingga amonik terbentuk dari urea saliva yang dapat menaikkan pH dalam

rongga mulut dan memungkinkan terjadinya pengendapan fosfat yang

dipertahankan oleh protein dalam saliva di rongga mulut. Berdasarkan data

studi pendahuluan yang dilakukan, Tn. D menyikat gigi hanya satu kali sehari

saat mandi pagi dan tidak menyikat gigi di malam hari sebelum tidur yang

menyebabkan plak menumpuk dan tidak terbersihkan saat tidur. Proses ini

terus menerus terjadi sehingga timbul kalkulus subgingival yang menjadi

keluhan responden Tn. D. Kalkulus subgingival biasanya tidak terlihat atau

tumbuhnya di bawah gusi, menurut teori Pratiwi (2007) bila kalkulus

subgingival dibiarkan maka akan mengakibatkan gusi menjadi infeksi, mudah


berdarah, bau mulut sampai terjadi kegoyangan gigi dan mengakibatkan

penyakit daerah penyangga gigi yaitu periodontitis marginalis.

Tindakan asuhan keperawatan gigi dan mulut yang dilakukan pada

responden Tn. D yaitu perawatan skaling atau pembersihan kalkulus.

Perawatan skaling yang dilakukan oleh peneliti berjalan lancar sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) praktikum skaling Jurusan Keperawatan

Gigi, akan tetapi terdapat keterbatasan dan kesulitan pada saat proses

perawatan skaling menggunakan alat skaler manual, karena dilihat dari

kalkulus subgingival yang melekat pada permukaan gigi responden sulit

dibersihkan bila menggunakan alat skaler manual saja, sehingga peneliti

menggunakan alat tambahan yaitu ultrasonic scaler dan melakukan rujukan ke

dokter gigi di puskesmas Ciumbuleuit untuk dilakukan root planning, hal ini

didukung oleh teori Putri (2013), bahwa dalam pembersihan kalkulus

hendaknya dilakukan kombinasi antara alat skaler manual, ultrasonic scaler

dan dilakukannya root planning untuk menyempurnakan hasil skaling karena

mengingat kalkulus subgingival sangat melekat erat pada permukaan gigi.

Pasca tindakan perawatan skaling, peneliti melakukan pemeriksaan

Community Periodontal Index Treatment Needs (CPITN) pada kunjungan ke –

2 dan kunjungan ke – 3 yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juni 2016 dan 15

Juni 2016 . Dari hasil pemeriksaan CPITN dalam jangka waktu dua minggu

dari setiap kunjungan didapatkan adanya perubahan pada gusi responden yang

berangsur membaik. Hal ini sesuai dengan teori Hermawan (2010) setelah

dilakukan pembersihan kalkulus dianjurkan melakukan kontrol, yang


dilakukan satu sampai dua minggu setelahnya untuk melihat adanya suatu

perbaikan dari gusi pasien.

Selain dilakukan pemeriksaan Community Periodontal Index Treatment

Needs (CPITN) oleh peneliti, pasca tindakan perawatan skaling yang harus

dilakukan oleh responden Tn. D dirumah menurut teori Hermawan (2010)

untuk mencegah kalkulus subgingival terjadi kembali yaitu, menyikat gigi

dengan teknik yang tepat dan waktu yang benar, perbanyak mengkonsumsi

buah – buahan dan sayuran berserat serta berair, kumur – kumur

menggunakan larutan antiseptik dan melakukan kontrol ke klinik gigi atau

puskesmas secara teratur enam bulan sekali.

Keberhasilan proses tindakan asuhan keperawatan gigi yang diberikan

pada Tn. D akan berhasil apabila tindakan perawatan yang sesuai dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP), responden kooperatif terhadap

keseluruhan tindakan yang diberikan peneliti dan adanya perubahan data

pengkajian awal dengan data setelah dilakukan tindakan perawatan yang

sesuai harapan yaitu pasien merasa nyaman dan giginya sudah tidak terasa

kasar lagi bila disentuh oleh lidah. Adapun keberhasilan dari perawatan yang

telah dilakukan menurut Kusuma (2014) terbagi dalam beberapa indikator

antara lain :

1. Indikator evaluasi jangka pendek

Indikator evaluasi jangka pendek yang dapat dilihat adalah Tn. D

mampu kooperatif pada saat tindakan perawatan dilakukan, selain itu Tn.

D mampu mengimplementasikan segala petunjuk dan anjuran yang


diarahkan oleh peneliti. Tn. D mampu melakukan cara menggosok gigi

yang tepat dan cermat setelah diberikan penyuluhan tentang teknik

menggosok gigi yang tepat, disamping itu Tn. D mampu memberikan

kontribusi yang positif saat proses perawatan skaling dan root planning

berlangsung sehingga proses tindakan perawatan dapat berjalan dengan

nyaman dan lancar.

2. Indikator evaluasi jangka menengah

Tn. D dapat melakukan kontrol pasca skaling dan root planning

sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk mengetahui kondisi Tn. D

setelah dilakukan tindakan perawatan skaling dan root planning, serta

melihat keadaan permukaan gigi apakah sudah benar – benar bersih dari

karang gigi atau masih ada sisa – sisa karang gigi.

3. Indikator evaluasi jangka panjang

Tindakan asuhan keperawatan gigi dan mulut terhadap kasus yang

dikeluhkan oleh Tn. D dapat selesai dilakukan, sehingga Tn. D merasa

nyaman karena giginya sudah tidak kasar lagi. Selain itu meningkatnya

pengetahuan Tn. D dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga

kebersihan gigi dan mulutnya menjadi lebih baik serta Tn. D dapat

menerapkan teknik menyikat gigi yang tepat dan cermat serta waktu

menyikat gigi yang benar.


BAB 5

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Kasus yang diderita Tn. D adalah kalkulus atau karang gigi, kalkulus

tersebut terjadi pada seluruh gigi terutama pada kalkulus subgingival

banyak terdapat di bagian lingual gigi anterior rahang bawah. Hal ini

disebabkan kurangnya perhatian tentang kebersihan gigi dan mulut dan

teknik serta waktu menyikat gigi yang tidak tepat.

2. Tindakan perawatan klinis yang dilakukan pada Tn. D yaitu dilakukan

tindakan skaling sesuai dan dirujuk untuk dilakukan root planning. Serta

dilakukan pemeriksaan CPITN sebelum perawatan skaling untuk

menetukan kriteria perawatan dan setelah dilakukan skaling untuk melihat

perubahan kondisi gusi Tn. D.


3. Tindakan skaling yang dilakukan sesuai dengan SOP yang dianjurkan,

hanya operator menggunakan alat tambahan ultrasonic scaler untuk

memudahkan dan menyempurnakan hasil skaling. Setelah dilakukan

tindakan, keadaan permukaan gigi Tn. D bersih dari kalkulus dan adanya

perubahan skor CPITN menjadi lebih baik dan sesuai hasil evaaluasi,

responden sudah merasa nyaman karena giginya tidak terasa kasar lagi.

B. SARAN

1. Kerjasama antara peneliti dan Tn. D sangat penting dengan cara

melaksanakan kontrol untuk mencegah terjadinya kalkulus subgingival

timbul kembali.

2. Penyebab timbulnya kalkulus akibat kebiasaan yang kurang

memperhatikan kesehatan gigi dan mulut, sehingga Tn. D dianjurkan

untuk melakukan sikat gigi dua kali sehari dengan waktu menyikat gigi

pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur, memperbanyak

mengkonsumsi buah – buahan dan sayuran berserat, gunakan dental floss

untuk membersikan sela – sela gigi yang sulit dibersihkan oleh sikat gigi

serta Tn. D dianjurkan untuk memeriksakan gigi secara rutin setiap enam

bulan sekali ke klinik gigi atau puskesmas.


DAFTAR PUSTAKA

Aulia, Rahmi K. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kontrol Plak


Dengan Nilai Indeks Kalkulus Pada Mahasiswa Teknik Sipil Universitas
Andalas Angkatan 2011.
Diakses http://repository.unand.ac.id/.pdf . Tanggal 20 Februari 2016
Dahlan, Z, 2008. Diktat Konsep Pelayanan Asuhan Keperawatan Gigi Indonesia.
Bandung : Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik Kesehatan Depkes Bandung
Depkes RI, 2007. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007.
Fedi, P.F, Vernino, A.R, Gray, J.L, 2012. Silabus Periodonti. Jakarta : EGC
Hermawan, Rudi. 2010. Menyehatkan Daerah Mulut. Yogyakarta : BUKUBIRU
Irma, I.Z, Intan S.A, 2013. Penyakit Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuhamedika
Kumpulan Standar Operasional Prosedur SOP Praktikum Jurusan Keperawatan
Gigi, 2014 Bandung
Kusuma, Riwinda Putri, 2014. Penatalaksanaan Tindakan Perawatan Skeling Pada
Pasien Tn. CR dengan Kasus Kalkulus Supragingival di klinik Jurusan
Keperawatan Gigi Pada Tahun 2013 (Karya Tulis Ilmiah), Bandung:
Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Bandung
Machfoedz, I, Yetti, A.Z, 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak – Anak
dan Ibu Hamil. Yogyakarta : Fitramaya
Newman, M.G, Takei, H.H, Klokkevold, P.P, Carranza, F.A. 2006. Clinical
Periodontology. Philadelphia : Saunders Elsevier
Permenkes No. 58 Tahun 2012. Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perawat
Gigi. Diakses http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/inc/buka.php. Tanggal
20 Februari 2016
Pratiwi, Donna. 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari – hari. Jakarta : KOMPAS
Putri, M.H, Eliza, H., dan Neneng, N, 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC

Saini, Rajiv, 2014. Dental Calculus : Strategic Review. International Journal of


Dental and Health Sciences, Vol 01 Issue 05. Diakses http://www.
http://nebula.wsimg.com/. Tanggal 12 Maret 2016
Susanto, G.W. 2011. Terapi Gusi Untuk Kesehatan dan Kecantikan. Jakarta :
Erlangga
UU RI No. 36 Tahun 2009. Tentang Kesehatan.
Diakses
http://www.kemenpppa.go.id/peraturan/UU/NO/36/2009.pdf.Tanggal 20
Februari 2016
LAMPIRAN
FM-2-4.2.3-132.42.00.0-01-VI

POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES BANDUNG

PROSEDUR TETAP PRAKTIKUM SKELING DAN PEMOLESAN STAIN PADA


PASIEN JURUSAN KESEHATAN GIGI POLITEKNIK KESEHATAN
BANDUNG

1. TUJUAN
Mahasiswa mampu mendeteksi adanya kalkulus dan stain di rongga mulut,
mampu mengenal kelainan gusi yang mengalami radang akibat adanya plak,
kalkulus, dan stain dan mampu melakukan skeling dan pemolesan stain dengan
prosedur yang benar.

2. RUANG LINGKUP
Penerapan standar prosedur praktikum ini dikerjakan oleh mahasiswa di
semester 4 (preklinik) dan pada semester 5 dan 6 yaitu pada kegiatan pelayanan
asuhan.

3. ACUAN
3.1 Buku petunjuk Praktikum untuk mahasiswa JKG Poltekkes Bandung
3.2 Anna Matsuishi Pattison & Gordon L. Pattison, 1992, Periodontal
Instrumentation, 2nd ed, Prentice-Hall International Inc, California
3.3 Esther M. Wilkins, 2005, Clinical Practice Of the Dental Hygienist, 9 th
ed, Lippincot Williams & Wilkins.
3.4 Ireland, R. 2006. Clinical Textbook Of Dental Hygienist and Therapy.
Blak Munksgaard, UK

4. URAIAN UMUM
4.1 Kalkulus adalah penumpukan plak yang menjadi keras karena mengalami
mineralisasi atau pengendapan garam-garam mineral. Penumpukan plak
tersebut akan terus berlangsung pada permukaan gigi yang kasar termasuk
stain.
4.2 Skeling adalah upaya menghilangkan kalkulus dengan skaler . ada dua
jenis skaler yaitu makro skaler dan mikro skaler.
4.3 Pekerjaan skeling di awali dengan deteksi kalkulus dengan eksplorer,
memilih alat skaleryang tepat sesuai jenis dan letak kalkulus, melakukan
skeling dengan tumpuan dan tata cara yang benar dan diakhiri dengan
memoles gigi yang telah di skeling. Gusi disekitar gigi yang di skeling
diberi antiseptik.
4.4 Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan skeling adalah : posisi
pasien dan operator, tumpuan, iluminasi (pencahayaan), retraksi pipi,
pemilihan skaler dan bahan poles, pemberian antiseptik pada jaringan
lunak pasca skeling dan intruksi sesuai kasus.
5. PROSEDUR (procedure)
5.1 Persiapan
5.1.1 Persiapan alat diagnostik dan bahan penunjang
5.1.2 Persiapan alat tulis dan kartu status, pa dan informed consent
5.1.3 Persiapan kebersihan pribadi terdiri dari : cuci tangan sebelum
pemeriksaan, memakai sarung tangan dan masker, jas praktikum
dan sepatu bersih dan rapi.
5.1.4 Persiapan kebersihan dan kerapihan lingkungan kerja, yaitu daerah
sekitar kerja bersih dan rapi, dipersiapkan secara ergonomik.
5.2 Pelaksanaan
5.2.1 Lakukan persiapan alat, bahan dan operator pada pengerjaan
skeling
5.2.2 Atur posisi pasien dan posisi operator pada tiap tahap skeling
5.2.3 Teteskan larutan disklosing dengan benar
5.2.4 Bimbing pasien untuk menyikat gigi
5.2.5 Tunjukkan pada pasien bagian gigi / mulut yang masih kotor
5.2.6 Raba batas terbawah kalkulus dengan eksplorer sebagai acuan
meletakkan sisi potong (cutting edge) skaler
5.2.7 Bedakan kalkulus supra dan subgingival dengan melihat warna
letak dan kekerasannya.
5.2.8 Pilih alat skaler yang tepat untuk tiap letak / regio kalkulus.
5.2.9 Lakukan teknik skeling dengan benar dengan memperhatikan
prinsip : cara tumpuan, gerakan menarik, retraksi pipi, tahap per
tahap.
5.2.10 Lakukan pemolesan gigi pasca skeling dengan alat bur veneer
untuk menghilangkan stain dengan bahan dan teknik yang benar
5.2.11 Aplikasikan larutan antiseptik pada jaringan lunak
5.2.12 Lakukan intruksi sesuai kasus yang ditemukan pada pasien
5.2.13 Lakukan rujukan pada kasus-kasus gingivitis / periodontitis lanjut.
5.3 Penyelesaian
5.3.1 Menutup rangkaian pelaksanaan skeling. Selesai perawatan
lakukanlah pemberian intruksi pada pasien.
5.3.2 Membereskan kembali peralatan skeling dan merapihkan daerah
tempat kerja.
6. ALAT DAN BAHAN YANG DI PAKAI
6.1 Alat
1. Dental Unit
2. Alat diagnostik (sonde, pinset, kacamulut, ekskavator)
3. Skaler : Sickle, wing shape kiri-kanan, currete, hoe
4. Baki instrumen alumunium
5. Dappen disk (2 buah)
6. Tempat cotton roll, cotton pellet dan tampon
7. Alat pelindung diri (sarung tangan, masker, jas lab)
8. Taplak meja
9. Papan nama dental unit
6.2 Bahan
1. Larutan disklosing
2. Sikat gigi
3. Pasta gigi
4. Bristle brush
5. Vineer bundar, fissure
6. Cotton pellet, cotton roll, tampon
7. Larutan betadine 10%
7. DOKUMEN TERKAIT
7.1 Kartu Status
7.2 Performance Assessment (PA)
7.3 Lembar Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tn. D

Umur : 44 tahun

Menyatakan telah mendapat penjelasan mengenai maksud, tujuan,

prosedur, dan manfaat dari penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Gigi

dan Mulut Pada Tn. D dengan Kasus Kalkulus di Ciumbuleuit Bandung”.

Oleh karena itu dengan rasa kesadaran, tanpa adanya paksaan dan

keikhlasan hati, saya menyatakan bersedia berpartisipasi menjadi responden

dalam penelitian ini dan bersedia untuk melaksanakan prosedur penelitian yang

telah dijelaskan peneliti.

Bandung, 2016

Peneliti Responden

(Annisa Syahrul M) ( )
Lampiran 4: Gambar Keadaan Gigi Responden Sebelum Dilakukan Skaling

Lampiran 4 : Gambar Saat Pemeriksaan CPITN


Lampiran 5: Gambar Proses Tindakan Skaling

Lampiran 5: Gambar Setelah Dilakukan Skaling


Lampiran 6 : Gambar Penyuluhan Tentang Kalkulus dan Pemeliharaan

Kesehatan Gigi dan Mulut

Lampiran 6 : Gambar Bimbingan Oral Fisioterapi pada Responden

Anda mungkin juga menyukai