Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ASUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ANAK

D
I
S
U
S
U
N

Oleh Kelompok 4 :

Cut Ariana Feprianita (P07125221045)


Marwatul Izza (P07125221060)
Nurfi Salsabilla (P07125221067)
Nurkhaliza (P07125221068)
Putri Sholeha (P07125221069)

Dosen Pengampu :
Dr. Arnela Nur, S.SiT, M.DS.c.

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES ACEH
PROGRAM SARJANA TERAPAN TERAPI GIGI
BANDA ACEH
2023

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, penulis tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.

Kami berterima kasih kepada Ibu Dr. Arnela Nur, S.SiT, M.DS.c yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai hal hal yang berkaitan dengan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak khususnya
tentang “Perilaku Anak Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, namun
inilah usaha maksimal yang telah penulis lakukan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun agar segala kekurangan dapat diperbaiki untuk
masa depan. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang
membacanya.
Banda Aceh, 6 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku .................................................................................6
B. Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi...................................8
C. Manfaat Memahami Perilaku Anak Dalam Kesehatan Gigi Dan Mulut
..................................................................................................................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................14
B. Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi
kesehatan secara keseluruhan. Pada umumnya keadaan sehat terutama bidang kesehatan
gigi dan mulut kondisinya masih memprihatinkan. Berbagai penyakit gigi dan mulut
yang terjadi di lingkungan masyarakat merupakan permasalahan kesehatan yang sangat
membutuhkan perhatian khusus. Lubang gigi atau karies gigi adalah penyakit yang
menyerang rongga mulut dan diakibatkan perusakan bakteri pada jaringan keras gigi.
Kerusakan jaringan gigi jika tidak segera ditindak lanjuti akan terjadinya penyebaran.
Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit nyeri pada gigi, infeksi
pada gusi, tanggalnya gigi, bahkan kematian (Sandira, 2009). Penyakit karies gigi hingga
sekarang masih menjadi prioritas permasalahan terhadap kesehatan anak. Bila ditinjau
dari kelompok umur penderita karies gigi terjadi peningkatan pula prevalensinya dari
tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia 1-6 tahun (10,4%)
(Riskesdas, 2013).

Masalah gigi dan mulut seperti karies gigi banyak dijumpai pada anak usia
prasekolah. Dari data survei Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2015, prevalensi
karies pada anak usia enam tahun sebanyak 74,44 persen (PDGI 2015 dengan program
Indonesia bebas karies gigi tahun 2020). Di Jawa Timur masalah gigi dan mulut pada
anak usia 4-6 tahun memiliki persentase sebesar 18,2%. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember 2 tahun 2019 jumlah kasus karies gigi anak usia 1 – 9
tahun 12,1 % atau 1.087 kasus, Berdasarkan survey yang dilakukan tanggal 02 Agustus
2020 pada anak usia pra sekolah di Taman Kanak-kanak Al Ishlah Jember ditemukan 35
(64%) anak mengalami karies gigi dari total 54 responden.

Proses tumbuh kembang anak salah satunya dengan pemeliharaan kesehatan gigi anak
yang melibatkan interaksi antara anak dan orang tua, dengan kata lain masalah kesehatan
gigi pada anak tidak lepas dari perilaku orang tua terutama ibu sebagai orang yang paling
dekat dengan anak. Ibu harus mengetahui cara merawat gigi anak dan mengajarkan cara

4
merawat gigi yang baik. Walaupun masih gigi susu, seorang anak harus mendapatkan
perhatian serius dari orang tua karena kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan
gigi permanen anak (Gultom, 2009). Menurut data Depkes RI tahun 2010, hal tersebut
merupakan penyebab prevalensi karies tidak pernah turun, tetapi malah semakin
meningkat. Banyak ibu-ibu yang tidak paham tentang cara pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut pada anak. Padahal status kesehatan pada anak sangat berpengaruh pada risiko
karies (Angela, 2005). Perilaku orang tua dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,
sangat berpengaruh dalam pemberian dukungan didalam membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
―Hubungan Perilaku Orang Tua dalam Perawatan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi
Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Al Ishlah Jember‖.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Perilaku
2. Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi
3. Manfaat Memahami Perilaku Anak Dalam Kesehatan Gigi Dan Mulut

C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak”.

Tujuan khususnya yaitu :


1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu perilaku
2. Untuk mengetahui klasifikasi perilaku anak dalam perawatan gigi
3. Untuk mengetahui manfaat memahami perilaku anak dalam kesehatan gigi dan mulut

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengerian Perilaku
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme, sistem, atau
entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya, yang
mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan fisik (mati). Perilaku
adalah respons yang dikomputasi dari sebuah sistem atau organisme terhadap berbagai
rangsangan atau input, baik internal atau eksternal, sadar atau bawah sadar, terbuka atau
rahasia, dan sukarela atau tidak sukarela.

Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan
lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku manusia
cenderung bersifat menyeluruh (holistik).Perilaku manusia merupakan pencerminan dari
berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut, atau cemas, dan
sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk olch faktor-faktor
yang ada dalam din manusia atau unsur Keywaannya.

Perilaku keschatan adalah respon sescorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan
konsep schat, sakit, dan penyakit. Sedangkan perilaku keschatan gigi adalah pengetahuan,
sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep schat dan sakit gigi serta upaya
pencegahannya. Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud,
yaitu:
a. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi dan rangsangan
dari luar yang berupa konsep schat, sakit, dan penyakit.
b. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar yang
dipengaruhi faktor lingkungan: fisik yaitu kondisi alam; biologis yang berkaitan
dengan makhluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yang berkaitan dengan
masyarakat sekitarya.
c. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan luar.

6
Setiap anak yang datang berkunjung ke dokter gigi memiliki kondisi keschatan gigi yang
berbeda-beda dan akan memperlihatkan perilaku yang berbeda pula terhadap perwatan gigi
yang akan diberikan. Ada anak yang bersikap kooperatif terhadap perawatan gigi dan ada
juga yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi. Hal ini dapat disebabkan olch berbagai
macam faktor, baik dari internal anak itu sendiri maupun dari eksternal seperti pengaruh
orang tua, dokter gigi, maupun lingkungan klinik gigi

Beberapa ahli telah mengembangkan sistem untuk mengklasifikasikan perilaku anak di


klinik gigi.Pemahaman tersebut sangat penting. Pemahaman atau pengetahuan tersebut dapat
menjadi asset untuk dokter gigi dalam beberapa hal, yakni:
a. Membantu dalam penentuan metode manajemen perilaku yang tepat
b. Menjadi sarana yang bersifat sistematis dalam merekam perilaku pasien,
c. Membantu dalam mengevaluasi validitas penelitian saat ini

Perilaku anak dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori berdasarkan berbagai aspek. Berikut adalah klasifikasi umum perilaku
anak dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut:
1. Perilaku Pencegahan:
 Menyikat gigi secara teratur (pagi dan malam).
 Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
 Flossing atau membersihkan sela-sela gigi.
 Menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula.

2. Perilaku Berkaitan dengan Kebiasaan Buruk:


 Menggigit kuku atau pensil.
 Mengisap jempol atau benda lain.
 Menggunakan dot atau botol susu terlalu lama.

3. Perilaku Berkaitan dengan Kunjungan ke Dokter Gigi:


 Rutin mengunjungi dokter gigi untuk pemeriksaan dan pembersihan.
 Mematuhi jadwal perawatan yang direkomendasikan oleh dokter gigi.

4. Perilaku dalam Menghadapi Kebutuhan Khusus:

7
 Penggunaan pelindung gigi saat berpartisipasi dalam olahraga atau aktivitas berisiko
cedera gigi.
 Mematuhi instruksi dokter gigi jika perawatan khusus diperlukan, seperti pencabutan
gigi atau perawatan ortodontik

5. Perilaku Edukasi:
 Pemahaman anak tentang pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut.
 Kemampuan anak untuk memahami dan mengikuti nasihat orang tua atau dokter gigi.

6. Perilaku Tanggung Jawab Orang Tua:


 Memberikan bimbingan dan dukungan dalam menjalankan rutinitas perawatan gigi.
 Memberikan makanan sehat dan menghindari memberikan makanan yang dapat
merusak gigi.

7. Perilaku Motivasi:
 Memberikan pujian dan insentif positif untuk mendorong anak merawat gigi dengan
baik.
 Membangun motivasi dan minat anak dalam menjaga kesehatan gigi.
 Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi

B. Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi


1) Klasifikasi Perilaku Anak Menurut Wright
Menurut Wright, perilaku anak secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kategori yakni:
a Kooperatif(Cooperative)
Sikap kooperatif ini ditunjukkan dengan sikap anak yang cukup tenang, memiliki rasa takut
yang minimal, dan antusias terhadap perawatan gigi dan mulut yang diberikan. Anak dengan
sikap kooperatif memudahkan dokter gigi dalam melakukan perawatan dan pendekatan yang
dapat dilakukan, yakni dengan menggunakan teknik tell show do (TSD)
b. Tidak mampu kooperatif (Lacking in cooperative ability)
Kategori ini terdapat pada anak-anak yang masih sangat muda misalnya anak usia dibawah 3
tahun dengan kemampuan komunikasi yang terbatas dan pemahaman yang kurang mengenai
perawatan yang akan dilakukan. Kelompok lain yang termasuk dalam kategori tidak mampu

8
kooperatif adalah mereka dengan keterbatasan fisk maupun mental Olch karena itu, anak
dengan kondisi seperti ini membutuhkan teknik manajemen perilaku yang khusus, misalnya
dengan menggunakan premedikasi maupun anastesi umum.

c. Berpotensi kooperatif (Potentially cooperative)


Kategori perilaku ini berbeda dengan tidak mampu kooperatif Karena anak dalam kategori ini
memiliki kapabilitas untuk menjadi kooperatif Sehingga diperlukan kompetensi dokter gigi
yang mampu melakukan manajemen perilaku dalam mengembangkan potensi kooperatif
menjadi kooperatif.

Klasifikasi perilaku yang dikemukakan oleh Wright masih memiliki kelemahan.


Ketiga klasifikasi tersebut masih sulit untuk ditegakkan secara klinis. Terutama untuk
kategori perilaku berpotensi kooperatif karena belum ada penjelasan mendetail tentang ciri
khas pasien anak yang berpotensi kooperatif Hal ini menyebabkan para ahli tenis mengkaji
dan mengembangkan sistem klasifikasi perilaku menjadi lebih detail sehingga dapat dengan
mudah ditegakkan secara klinis.

2) Klasifikasi Perilaku Anak Menurut Frankl


Salah satu sistem klasifikasi perilaku anak dalam perawatan gigidiperkenalkan oleh Frankl
dikenal sebagai skala yang disebut: "Frank/Behavioral Rating Scale" yang biasa
dipergunakan sebagai evalumi tingkah laku misalnya di klinik atas penelitian. Frankl
mengklasifikasikanperilaku anak menjadi emputkelompok sesuai dengamsikapanak dan
kerjasama pada perawatan gigi dan mulut yakni:
a. Jelas negatif (--)
Anak menolak perawatan gigi yang akan dilakukan. Penolakan ini ditunjukkan dengan cara
menangis keras, penuh rasa takut, mengisolasi diri, anak bersikap menentang dan tidak mau
mendengar apapun yang dikatakan oleh dokter gigi.

b. Negatif (+)
Anak enggan menerima perawatan, bersikap tidak kooperatif, menunjukkan beberapa
perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan misalnya cemberut atau menyendiri, <Positif (+)

9
Anak mau menerima perawatan tetapi selalu bersikap hati-hati, bersedia untuk menuruti
dokter giginya dengan mengajukan syarat tetapi si anak tersebut tetap mengikuti arahan
dokter giginya secara kooperatif

d. Jelas positif (++)


Anak menjalin hubungan yang baik dengan dokter gigi, anak tertarik dengan prosedur
perawatan gigi, anak juga merasa senang, menikmati prosedur perawatan gigi, menunjukkan
kontak verbal yang baik, dan banyak bertanya.
Akan tetapi kelemahan dari klasifikasi Frankl adalah teknik tersebut tidak spesitik schingga
mampu menggambarkan situasi secara tepat dan tidak sesuai dengan falta di lapangan
Pendiagnosaan perilaku negatif dan sangat negative bertentangan dengan etika dan memberi
pencitraan yang tidak baik

3) Klasifikasi perilaku anak menurut White


Pada dasarnya pembagian perilaku yang diajukan oleh White merupakan penjelasan
atas dua klasifikasi perilaku sebelumnya, khususnya penjelasan atas klasifikasi potensial
kooperatif yang mash belum jelas. Klasifikasi perilaku anak terhadapat perawatan gip dan
mulut menurut White, yamu

1. Perilaku kooperatif (Cooperative patient

Perilaku kooperatif merupakan kunci keberhasilan dokter gigi dalam melakukan perawatan
gigi dan mulut Anak dapat dirawat dengan baik jika dia menunjukkan sikap positif terhadap
perawatan yang dilakukan Kebanyakan pasien gigi anak menunjukkan sikap kooperatif dalam
kunjungannya ke dokter gigi. Tanda-tanda pasien anak dan remaja yang tergolong kooperatif
adalah:
a. Tampak rileks dan menikmati kunjungan sejak di ruang tungg
b. Mengikuti semua instruksi yang disampaikan dengan rileks
c. Memahami sendiri semas penatah
d. Terlibat antusias terhadap perawatan yang akan dilakukan
e. Penanganan dalam klink biasany's cukup dengan teknik tell show de (TSD)
f. Adanya hubungan antara dokter

2. Perilaku tidak mampu kooperatif (Imability to cooperative patient)

10
Ada dua kelompok pasien yang termasuk dalam kelompok perilaka tidak mamps kooperatif,
yakni:
a. Anak yang berumur di bawah 3 tahun yang masih sangat bergantung kepada ibunya
b. Pasien anak atau remaja yang handicappel, baik retardasi mental maupun keterbatasan
fisik/cacat. Kedua kelompok pasien ini pada dasarnya adalah ketidakmampuan untuk
berkomunikasi dan untuk memahami segala instruksi. Hal ini sangat menyulitkan
dokter gigi dalam melakukan perawatan Pasion anak dengan kategori tidak mampu
kooperatif dapat ditangani dengan premedikasi dan menggunakan anastesi umum.

3. Perilaku histeris (Out of control patient)


Ada beberapa karakteristik pada pasien anak yang tergolong dalam perilaku histeris yakni:
a. Pasien umumnya berumur 3-6 tahun dan meppakan kunjungan pertama
b. Tangisan yang keras, memekik, dan marah
c. Merengek dan mudah marah
d. Memiliki tingkat kecemasan dan ketakutan yang tinggi

Perilaku jenis ini dapat ditangani dengan mengevaluasi pasien sebelum melakukan perawatan
dan melakukan pendekatan kepada anak secara lembut disertai pemberian penjelasan
mengenai prosedur perawatan untuk mengurangi tingkat kecemasannya.

4.Perilaku keras kepala (Obstinate/ defiant patient)


Beberapa karakteristik anak dengan perilaku keras kepala, yakni:
a. Melawan pada setiap instruksi
b. Pasif mempertahankan diri dan tidak ada perhatian terhadap perintah
c. Herdiam diri tidak mau bergerak dan membuka mulut.
d. Bersikap menentang dan tidak sopan
Pasien anak dengan perilaku keras kepala dapat ditangani dengan mencoba memahami dan
melakukan komunikasi dengan pasien tersebut tanpa melakukan paksaan. Karena dengan
paksaan akan semakin menyulitkan dokter gigi dalam melakukan perawatan

5. Perilaku pemalu (Timid patient)


Perilaku pemalu dalam perawatan gigi dan mulut merupakan suatu perasaan gelisah stau
mengalami hambatan dalam membentuk hubungan atau komunikasi antara dokter gigi dan
pasien anak sehingga mengganggu tercapainya keberhasilan perawatan. Pemalu dapat

11
berubah menjadi fobia yang menjadikan pasien tersebut menjadi tidak kooperatif terhadap
perawatan gigi dan mulut.16 Karakteristik anak dengan perilaku pemalu, yakni:9,15
a. Pemalu karena takut berbuat salah dan susah mendengarkan instruksi
b. Menghindari kontak mata dan berlindung di belakang orang tua
c. Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja
d. Membutuhkan dorongan kepercayaan diri
e. Berasal dari lingkungan keluarga yang bersifat overprotektif

6. Perilaku tegang (Tense patient)


a. Anak tersebut tampak tegang secara fisik, dahi dan tangan berkeringat, bibir kering
b. Suara terdengar tremor
c. Memulai percakapan dengan "tidak" dan "saya tidak akan
d. Tangan bergetar
e. Menatap ke sekeliling ruang klinik
f. Menerima perawatan yang diberikan
g. Anak jenis ini ingin tampak berani dan tumbuh dewasa.

7. Perilaku cengeng (Whining patient)


a. Merengek atau menangis sepanjang prosedur perawatan
b. Masih tetap bisa menerima perawatan
c. Bisa menerima perhatian dari dokter gigi
d. Penangan yang paling tepat adalah dokter gigi harus bersikap sabur dan tenang. Dokter
gigi sebaiknya memberikan pujian terhadap mereka jika bersikap kooperatif selama
perawatan gigi dan menyampaikan bahwa tidak akan lama lagi dan mereka bisa pulang ke
rumah.

C. Manfaat Memahami Perilaku Anak Dalam Kesehatan Gigi Dan Mulut


Memahami perilaku anak dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut memiliki banyak
manfaat, termasuk:
1.Pencegahan Masalah Kesehatan Gigi: Dengan memahami perilaku anak, kita dapat
membantu mereka mengembangkan kebiasaan yang baik seperti menyikat gigi secara teratur,
flossing, dan kunjungan rutin ke dokter gigi. Ini dapat mencegah masalah kesehatan gigi
seperti karies, infeksi, dan penyakit gusi.

12
2.Kesehatan Gigi Seumur Hidup: Perilaku yang baik dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut yang diajarkan sejak dini akan menjadi kebiasaan seumur hidup.

3.Biaya Perawatan yang Lebih Rendah: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Dengan membantu anak menghindari masalah gigi, kita dapat mengurangi biaya perawatan
gigi yang mahal di kemudian hari.

4.Kualitas Hidup yang Lebih Baik: Kesehatan gigi yang baik memengaruhi kualitas
hidup secara keseluruhan. Anak yang memiliki gigi dan mulut yang sehat dapat makan
dengan nyaman, berbicara dengan jelas, dan merasa lebih percaya diri.

5.Kesehatan Umum yang Lebih Baik: Kesehatan gigi yang buruk dapat memengaruhi
kesehatan umum, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan masalah pernapasan. Dengan
menjaga kesehatan gigi dan mulut, kita juga dapat berkontribusi pada kesehatan umum anak.

6.Menghindari Rasa Sakit: Masalah gigi seperti karies dapat menyebabkan rasa sakit
yang parah. Dengan memahami perilaku anak dalam merawat gigi dan mencegah masalah
ini, kita dapat membantu anak menghindari rasa sakit yang tidak perlu.

7.Mengajarkan Tanggung Jawab: Merawat kesehatan gigi juga mengajarkan anak


tentang tanggung jawab pribadi dan perawatan diri. Ini adalah pelajaran penting yang dapat
diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku anak dalam merawat gigi dan mulut memiliki dampak besar pada kesehatan
mereka. Orang tua dan sekolah dapat berperan penting dalam membentuk perilaku positif
terkait kesehatan gigi anak-anak. Pentingnya pendidikan dan kesadaran tentang
pentingnya perawatan gigi tidak bisa diabaikan. Dengan perhatian dan perawatan yang
tepat, kita dapat membantu anak-anak tumbuh dengan gigi dan mulut yang sehat.

B. SARAN
Kesehatan gigi dan mulut anak sangat bergantung pada intervensi orang tua dalam
menjaga dan merawatnya. Diperlukan pengetahuan dan kemampuan dalam memilah
perilaku anak agar dapat memilih metode manajemen perilaku yang tepat. Hal teresbut
dapat dilakukan dengan pembrdayaan orang tua, program kesehatan gigi dan mulut pada
orang tua melalu instansi sekolah dan lain lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sandira. 2009. Karies Gigi. http://www.mail-archive.co.id/msg. Diakses tanggal 6


Oktober 2023

Angela, A. (2005). Pencegahan Primer pada Anak Beresiko Karies Tinggi. Dental
Journal, 38(3), 130, 132-133.

Hemakumara, Gpts; Rainis, Ruslan (2018). "Spatial Behaviour Modelling of


Unauthorised Housing in Colombo, Sri Lanka". Kemanusiaan the Asian Journal of
Humanities. 25 (2): 91–107. doi:10.21315/kajh2018.25.2.5.

^ Elizabeth A. Minton, Lynn R. Khale (2014). Belief Systems, Religion, and Behavioral
Economics. New York: Business Expert Press LLC. ISBN 978-1-60649-704-3.

Kent GG, Blinkhorn AS. Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi.
Alih bahasa. Budiman JA. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2002: 72

Dalimunthe T, Hermina T, Roesnawi Y, Octiara E. Pedodonsia dasar. Medan:


Percetakan USU, 2009: 4-17

Gunarsa SD. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
1997: 17

American Academy Of Pediatric Dentistry. Guideline on behavior guidance for the


pediatric dental patient. Pediatric Dental; 2011:35(6):187-75.

Lesmana M. Manajemen perilaku pada perawatan orthodonsi. Jurnal PDGI:3:26-31.

15

Anda mungkin juga menyukai