D
I
S
U
S
U
N
Oleh Kelompok 4 :
Dosen Pengampu :
Dr. Arnela Nur, S.SiT, M.DS.c.
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya, penulis tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nantikan syafa’atnya diakhirat nanti.
Kami berterima kasih kepada Ibu Dr. Arnela Nur, S.SiT, M.DS.c yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
mengenai hal hal yang berkaitan dengan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak khususnya
tentang “Perilaku Anak Dalam Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, namun
inilah usaha maksimal yang telah penulis lakukan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritikan yang bersifat membangun agar segala kekurangan dapat diperbaiki untuk
masa depan. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang
membacanya.
Banda Aceh, 6 Oktober 2023
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku .................................................................................6
B. Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi...................................8
C. Manfaat Memahami Perilaku Anak Dalam Kesehatan Gigi Dan Mulut
..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya, sebab kesehatan gigi dan mulut akan mempengaruhi
kesehatan secara keseluruhan. Pada umumnya keadaan sehat terutama bidang kesehatan
gigi dan mulut kondisinya masih memprihatinkan. Berbagai penyakit gigi dan mulut
yang terjadi di lingkungan masyarakat merupakan permasalahan kesehatan yang sangat
membutuhkan perhatian khusus. Lubang gigi atau karies gigi adalah penyakit yang
menyerang rongga mulut dan diakibatkan perusakan bakteri pada jaringan keras gigi.
Kerusakan jaringan gigi jika tidak segera ditindak lanjuti akan terjadinya penyebaran.
Jika tetap dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit nyeri pada gigi, infeksi
pada gusi, tanggalnya gigi, bahkan kematian (Sandira, 2009). Penyakit karies gigi hingga
sekarang masih menjadi prioritas permasalahan terhadap kesehatan anak. Bila ditinjau
dari kelompok umur penderita karies gigi terjadi peningkatan pula prevalensinya dari
tahun 2007 ke tahun 2013, dengan peningkatan terbesar pada usia 1-6 tahun (10,4%)
(Riskesdas, 2013).
Masalah gigi dan mulut seperti karies gigi banyak dijumpai pada anak usia
prasekolah. Dari data survei Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2015, prevalensi
karies pada anak usia enam tahun sebanyak 74,44 persen (PDGI 2015 dengan program
Indonesia bebas karies gigi tahun 2020). Di Jawa Timur masalah gigi dan mulut pada
anak usia 4-6 tahun memiliki persentase sebesar 18,2%. Berdasarkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Jember 2 tahun 2019 jumlah kasus karies gigi anak usia 1 – 9
tahun 12,1 % atau 1.087 kasus, Berdasarkan survey yang dilakukan tanggal 02 Agustus
2020 pada anak usia pra sekolah di Taman Kanak-kanak Al Ishlah Jember ditemukan 35
(64%) anak mengalami karies gigi dari total 54 responden.
Proses tumbuh kembang anak salah satunya dengan pemeliharaan kesehatan gigi anak
yang melibatkan interaksi antara anak dan orang tua, dengan kata lain masalah kesehatan
gigi pada anak tidak lepas dari perilaku orang tua terutama ibu sebagai orang yang paling
dekat dengan anak. Ibu harus mengetahui cara merawat gigi anak dan mengajarkan cara
4
merawat gigi yang baik. Walaupun masih gigi susu, seorang anak harus mendapatkan
perhatian serius dari orang tua karena kondisi gigi susu akan menentukan pertumbuhan
gigi permanen anak (Gultom, 2009). Menurut data Depkes RI tahun 2010, hal tersebut
merupakan penyebab prevalensi karies tidak pernah turun, tetapi malah semakin
meningkat. Banyak ibu-ibu yang tidak paham tentang cara pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut pada anak. Padahal status kesehatan pada anak sangat berpengaruh pada risiko
karies (Angela, 2005). Perilaku orang tua dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,
sangat berpengaruh dalam pemberian dukungan didalam membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar dapat
memelihara kebersihan gigi dan mulutnya. Berdasarkan latar belakang masalah dan
identifikasi masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
―Hubungan Perilaku Orang Tua dalam Perawatan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi
Anak Usia Prasekolah di Taman Kanak-Kanak Al Ishlah Jember‖.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Perilaku
2. Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi
3. Manfaat Memahami Perilaku Anak Dalam Kesehatan Gigi Dan Mulut
C. Tujuan
Tujuan disusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Asuhan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak”.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengerian Perilaku
Perilaku adalah serangkaian tindakan yang dibuat oleh individu, organisme, sistem, atau
entitas buatan dalam hubungannya dengan dirinya sendiri atau lingkungannya, yang
mencakup sistem atau organisme lain di sekitarnya serta lingkungan fisik (mati). Perilaku
adalah respons yang dikomputasi dari sebuah sistem atau organisme terhadap berbagai
rangsangan atau input, baik internal atau eksternal, sadar atau bawah sadar, terbuka atau
rahasia, dan sukarela atau tidak sukarela.
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan
lingkungannya. Wujudnya bisa berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku manusia
cenderung bersifat menyeluruh (holistik).Perilaku manusia merupakan pencerminan dari
berbagai unsur kejiwaan yang mencakup hasrat, sikap, reaksi, rasa takut, atau cemas, dan
sebagainya. Oleh karena itu, perilaku manusia dipengaruhi atau dibentuk olch faktor-faktor
yang ada dalam din manusia atau unsur Keywaannya.
Perilaku keschatan adalah respon sescorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan
konsep schat, sakit, dan penyakit. Sedangkan perilaku keschatan gigi adalah pengetahuan,
sikap, dan tindakan yang berkaitan dengan konsep schat dan sakit gigi serta upaya
pencegahannya. Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga wujud,
yaitu:
a. Perilaku dalam wujud pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi dan rangsangan
dari luar yang berupa konsep schat, sakit, dan penyakit.
b. Perilaku dalam wujud sikap yakni tanggapan batin terhadap rangsangan dari luar yang
dipengaruhi faktor lingkungan: fisik yaitu kondisi alam; biologis yang berkaitan
dengan makhluk hidup lainnya; dan lingkungan sosial yang berkaitan dengan
masyarakat sekitarya.
c. Perilaku dalam wujud tindakan yang sudah nyata, yakni berupa perbuatan terhadap
situasi atau rangsangan luar.
6
Setiap anak yang datang berkunjung ke dokter gigi memiliki kondisi keschatan gigi yang
berbeda-beda dan akan memperlihatkan perilaku yang berbeda pula terhadap perwatan gigi
yang akan diberikan. Ada anak yang bersikap kooperatif terhadap perawatan gigi dan ada
juga yang menolak untuk dilakukan pemeriksaan gigi. Hal ini dapat disebabkan olch berbagai
macam faktor, baik dari internal anak itu sendiri maupun dari eksternal seperti pengaruh
orang tua, dokter gigi, maupun lingkungan klinik gigi
Perilaku anak dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori berdasarkan berbagai aspek. Berikut adalah klasifikasi umum perilaku
anak dalam perawatan kesehatan gigi dan mulut:
1. Perilaku Pencegahan:
Menyikat gigi secara teratur (pagi dan malam).
Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Flossing atau membersihkan sela-sela gigi.
Menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula.
7
Penggunaan pelindung gigi saat berpartisipasi dalam olahraga atau aktivitas berisiko
cedera gigi.
Mematuhi instruksi dokter gigi jika perawatan khusus diperlukan, seperti pencabutan
gigi atau perawatan ortodontik
5. Perilaku Edukasi:
Pemahaman anak tentang pentingnya merawat kesehatan gigi dan mulut.
Kemampuan anak untuk memahami dan mengikuti nasihat orang tua atau dokter gigi.
7. Perilaku Motivasi:
Memberikan pujian dan insentif positif untuk mendorong anak merawat gigi dengan
baik.
Membangun motivasi dan minat anak dalam menjaga kesehatan gigi.
Klasifikasi Perilaku Anak Dalam Perawatan Gigi
8
kooperatif adalah mereka dengan keterbatasan fisk maupun mental Olch karena itu, anak
dengan kondisi seperti ini membutuhkan teknik manajemen perilaku yang khusus, misalnya
dengan menggunakan premedikasi maupun anastesi umum.
b. Negatif (+)
Anak enggan menerima perawatan, bersikap tidak kooperatif, menunjukkan beberapa
perilaku negatif, tetapi tidak diucapkan misalnya cemberut atau menyendiri, <Positif (+)
9
Anak mau menerima perawatan tetapi selalu bersikap hati-hati, bersedia untuk menuruti
dokter giginya dengan mengajukan syarat tetapi si anak tersebut tetap mengikuti arahan
dokter giginya secara kooperatif
Perilaku kooperatif merupakan kunci keberhasilan dokter gigi dalam melakukan perawatan
gigi dan mulut Anak dapat dirawat dengan baik jika dia menunjukkan sikap positif terhadap
perawatan yang dilakukan Kebanyakan pasien gigi anak menunjukkan sikap kooperatif dalam
kunjungannya ke dokter gigi. Tanda-tanda pasien anak dan remaja yang tergolong kooperatif
adalah:
a. Tampak rileks dan menikmati kunjungan sejak di ruang tungg
b. Mengikuti semua instruksi yang disampaikan dengan rileks
c. Memahami sendiri semas penatah
d. Terlibat antusias terhadap perawatan yang akan dilakukan
e. Penanganan dalam klink biasany's cukup dengan teknik tell show de (TSD)
f. Adanya hubungan antara dokter
10
Ada dua kelompok pasien yang termasuk dalam kelompok perilaka tidak mamps kooperatif,
yakni:
a. Anak yang berumur di bawah 3 tahun yang masih sangat bergantung kepada ibunya
b. Pasien anak atau remaja yang handicappel, baik retardasi mental maupun keterbatasan
fisik/cacat. Kedua kelompok pasien ini pada dasarnya adalah ketidakmampuan untuk
berkomunikasi dan untuk memahami segala instruksi. Hal ini sangat menyulitkan
dokter gigi dalam melakukan perawatan Pasion anak dengan kategori tidak mampu
kooperatif dapat ditangani dengan premedikasi dan menggunakan anastesi umum.
Perilaku jenis ini dapat ditangani dengan mengevaluasi pasien sebelum melakukan perawatan
dan melakukan pendekatan kepada anak secara lembut disertai pemberian penjelasan
mengenai prosedur perawatan untuk mengurangi tingkat kecemasannya.
11
berubah menjadi fobia yang menjadikan pasien tersebut menjadi tidak kooperatif terhadap
perawatan gigi dan mulut.16 Karakteristik anak dengan perilaku pemalu, yakni:9,15
a. Pemalu karena takut berbuat salah dan susah mendengarkan instruksi
b. Menghindari kontak mata dan berlindung di belakang orang tua
c. Tidak banyak bicara, menjawab secukupnya saja
d. Membutuhkan dorongan kepercayaan diri
e. Berasal dari lingkungan keluarga yang bersifat overprotektif
12
2.Kesehatan Gigi Seumur Hidup: Perilaku yang baik dalam pemeliharaan kesehatan
gigi dan mulut yang diajarkan sejak dini akan menjadi kebiasaan seumur hidup.
3.Biaya Perawatan yang Lebih Rendah: Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Dengan membantu anak menghindari masalah gigi, kita dapat mengurangi biaya perawatan
gigi yang mahal di kemudian hari.
4.Kualitas Hidup yang Lebih Baik: Kesehatan gigi yang baik memengaruhi kualitas
hidup secara keseluruhan. Anak yang memiliki gigi dan mulut yang sehat dapat makan
dengan nyaman, berbicara dengan jelas, dan merasa lebih percaya diri.
5.Kesehatan Umum yang Lebih Baik: Kesehatan gigi yang buruk dapat memengaruhi
kesehatan umum, termasuk penyakit jantung, diabetes, dan masalah pernapasan. Dengan
menjaga kesehatan gigi dan mulut, kita juga dapat berkontribusi pada kesehatan umum anak.
6.Menghindari Rasa Sakit: Masalah gigi seperti karies dapat menyebabkan rasa sakit
yang parah. Dengan memahami perilaku anak dalam merawat gigi dan mencegah masalah
ini, kita dapat membantu anak menghindari rasa sakit yang tidak perlu.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku anak dalam merawat gigi dan mulut memiliki dampak besar pada kesehatan
mereka. Orang tua dan sekolah dapat berperan penting dalam membentuk perilaku positif
terkait kesehatan gigi anak-anak. Pentingnya pendidikan dan kesadaran tentang
pentingnya perawatan gigi tidak bisa diabaikan. Dengan perhatian dan perawatan yang
tepat, kita dapat membantu anak-anak tumbuh dengan gigi dan mulut yang sehat.
B. SARAN
Kesehatan gigi dan mulut anak sangat bergantung pada intervensi orang tua dalam
menjaga dan merawatnya. Diperlukan pengetahuan dan kemampuan dalam memilah
perilaku anak agar dapat memilih metode manajemen perilaku yang tepat. Hal teresbut
dapat dilakukan dengan pembrdayaan orang tua, program kesehatan gigi dan mulut pada
orang tua melalu instansi sekolah dan lain lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Angela, A. (2005). Pencegahan Primer pada Anak Beresiko Karies Tinggi. Dental
Journal, 38(3), 130, 132-133.
^ Elizabeth A. Minton, Lynn R. Khale (2014). Belief Systems, Religion, and Behavioral
Economics. New York: Business Expert Press LLC. ISBN 978-1-60649-704-3.
Kent GG, Blinkhorn AS. Pengelolaan Tingkah Laku Pasien Pada Praktik Dokter Gigi.
Alih bahasa. Budiman JA. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC, 2002: 72
Gunarsa SD. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia,
1997: 17
15