Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN GIGI

KELOMPOK 2

Oleh :

Cerly Amalia Putri


Ega Syafitriani
Intan Novera
Melki Sefiani
Mulia Marni
Nurul Amami
Putri Rahma Diana
Silfi Ramanda
Yurike Mala

Poltekkes Kemenkes Padang


Jurusan Keperawatan Gigi
Jl. Kesehatan Gigi No. 26 Panorama Baru Bukittinggi
Telp. (0752) 23085, 21075
TA. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang tak
ternilai dan tak dapat dihitung. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini baik
bentuk dan isinya yang sederhana ini. Makalah dengan judul “Identifikasi Masalah Kesehatan Gigi
dan Mulut“ disusun untuk memenuhi tugas Promosi Kesehatan Gigi.
Makalah ini berisi tentang prilaku. Diharapkan makalah ini dapat memberikan manmasyarakat
sesuai dengan latar belakang dan tingkat usia serta Sosio budaya masyarakat,semoga memberikan
informasi yang bermanfaat kepada siapapun yang membacanya.
Tiada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnan makalah ini.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas partisipasinya dalam membantu
proses penyusunan makalah ini.

Bukittinggi,23 Agustus 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
A.LATAR BELAKANG.............................................................................................................................3
B.RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................................4
A.PERILAKU MASYARAKAT SESUAI DENGAN LATAR BELAKANG DAN TINGKAT USIA..............4
B.SOSIO BUDAYA MASYARAKAT.......................................................................................................6
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................6
A.KESIMPULAN.....................................................................................................................................6
B.KRITIK DAN SARAN...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................7
BAB 1

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Gigi dan mulut merupakan pintu gerbang masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat menganggu
kesehatan tubuh lainnya. Gigi merupakan salah satu bagian terpenting pada tubuh manusia,
apabila seseorang mengabaikan kesehatan gigi dan mulutnya, maka akan menjadi sarang
mikroorganisme di dalam rongga mulut yang dapat mengakibatkan penyakit gigi dan mulut. Ada
beberapa cara untuk mengetahui keadaan kesehatan gigi dan mulut, yang dikenal dengan
Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S). Selain itu, pemeriksaan gigi berlubang atau dikenal
Decayed Missing Filled Tooth (DMFT).
Pemeriksaan ini digunakan untuk menggambarkan banyaknya karies yang di derita seseorang dari
dulu sampai sekarang . Pemeriksaan OHI-S dan DMF-T indeks bertujuan untuk mengetahui status
kebersihan gigi mulut serta merencanakan tindakan promotif dan preventif kesehatan gigi dan
mulut. Penyakit gigi dan mulut di Indonesia merupakan salah satu penyakit dengan tingkat
prevalensi tinggi di atas angka rerata nasional. Perilaku benar dalam menyikat gigi berkaitan
dengan faktor gender, ekonomi dan daerah tempat tinggal. Masyarakat Indonesia yang menyikat
gigi dengan benar hanya 2,3 %.
Berdasarkan teori Blum, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh empat faktor utama yaitu : keturunan, lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor tersebut, perilaku memegang peranan yang penting
dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Disamping mempengaruhi status kesehatan
gigi dan mulut secara langsung, perilaku dapat juga mempengaruhi faktor lingkungan dan
pelayanan kesehatan. (Notoatmojo, 2003)
Kesehatan gigi dipengaruhi oleh perilaku dan kebiasaan seseorang secara individu, karena
kesehatan gigi berhubungan dengan kebersihan rongga mulut seseorang. Ketika seseorang
mengabaikan kebersihan mulutnya maka pada saat itulah terbentuk plak. Plak adalah suatu lapisan
lengket yang merupakan kumpulan dari bakteri. Plak ini akan mengubah karbohidrat atau gula yang
berasal dari makanan menjadi asam cukup kuat untuk merusak gigi. (Ramadhan, 2010).

B.RUMUSAN MASALAH

1.Prilaku Masyarakat Sesuai dengan Latar Belakang dan Tingkat Usia


2.Sosio Budaya Masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A.PERILAKU MASYARAKAT SESUAI DENGAN LATAR BELAKANG DAN


TINGKAT USIA

Fankari (2004) dalam Kawuryan (2008), menjelaskan bahwa salah satu penyebab timbulnya
masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya pengetahuan akan pentingnya
pemeliharaan gigi dan mulut. Ketika seseorang berada pada tingkatan pengetahuan yang lebih
tinggi, maka perhatian akan kesehatan gigi dan mulut semakin tinggi.
Pengetahuan, kesadaran, dan perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan gigi masih
kurang dan dipengaruhi oleh berbagai faktorfaktor sosial demografi, antara lain faktor pendidikan,
lingkungan, tingkat pendidikan, ekonomi, tradisi, dan kehadiran sarana pelayanan kesehatan gigi.
Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulutnya, seseorang yang
pendidikannya rendah mempunyai pengetahuan yang kurang dalam memelihara kebersihan gigi
dan mulutnya. Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan mampu menjaga kebersihan gigi dan
mulutnya lebih tinggi karena mereka lebih memperhatikan kondisi mulutnya. Pendidikan tidak
menjadi faktor yang utama tetapi cukup mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut seseorang.1
Kebersihan mulut adalah salah satu masalah penting yang perlu mendapat perhatian dalam rongga
mulut selain masalah karies. Kebersihan mulut yang baik menggambarkan keadaan kesehatan
umum yang baik, sebaliknya Kebersihan mulut yang buruk menggambarkan kondisi kesehatan
yang buruk pula.
Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan pada 10 anak Yogyakarta diperoleh data 9 dari 10 anak
mempunyai gigi berlubang (90%), 1 anak kebersihan gigi dan mulutnya dalam kriteria buruk (10%),
5 anak kebersihan gigi dan mulutnya dalam kriteria sedang (50%), 4 anak kebersihan gigi dan
mulutnya dalam kriteria baik (40%), dan 60% tidak menyikat gigi di waktu yang tepat. Anak-anak
juga mempunyai kebiasaan memakan makanan dan minum minuman yang manis. Anak-anak
merupakan kelompok target penting untuk diberikan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut karena
selama periode ini, gigi susu mulai berganti menjadi gigi permanen, anakanak juga memiliki faktor
resiko yang lebih tinggi untuk kolonisasi bakteri kariogenik, dan pada periode ini mulai terbentuk
perilaku kesehatan gigi seumur hidup. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut terhadap jumlah karies gigi pada
siswa.Penyebab siswa tersebut kurang merawat giginya yaitu :
1. Karena masih ada siswa yang kurang tahu tentang kesehatan mulut dan gigi. Saat mereka
berada di kelas I, siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.
2. Guru saat menyampaikan materi tidak secara mendalam, materi yang diberikan hanya
bersifat umum, dan tidak melakukan praktek menggosok gigi.
3. Baik tidaknya pengetahuan siswa dan perilaku tentang kesehatan mulut dan gigi juga
dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh melalui berbagai macam media informasi
internet, TV dan buku.
4. Faktor lingkungan keluarga juga berperan besar dalam mengembangkan pengetahuan dan
perilaku anak karena pada dasarnya lingkungan keluarga merupakan wahana pendidikan
yang paling dasar. Mengembangkan pengetahuan tentang perawatan gigi di lingkungan
keluarga dilakukan dengan cara orang tua memberikan penjelasan kepada anak tentang
pentingnya kesehatan gigi, membiasakan pola hidup sehat dengan selalu mengingatkan
kepada anak untuk gosok gigi secara rutin dan teratur minimal 2 kali sehari.
Tindak lanjut dalam kasus ini adalah :
1. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut oleh guru sesuai dengan kurikulum.
2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut minimal untuk siswa kelas 1, 2, dan 3 SD berupa :
Sikat gigi massal dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1(satu) kali
sebulan dan pembersihan karang gigi
3. Pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas 1 SD diikuti pencabutan gigi susu yang
telah waktunya tanggal/lepas. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit

B.SOSIO BUDAYA MASYARAKAT

Kesehatan gigi dan mulut terabaikan karena pola hidup atau kebiasaan masyarakat yang tidak
terkontrol sehingga dapat menimbulkan keadaan gingiva yang buruk. Gingiva merupakan bagian
mukosa mulut yang mengelilingi gigi. Kebiasaan buruk yang dilakukan masyarakat erat kaitannya
dengan terjadinya gangguan pada gingiva yang dipengaruhi oleh faktor perilaku masyarakat.
Perilaku masyarakat seringkali dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat. Salah satu faktor kebudayaan yang dijumpai dalam masyarakat yaitu kebiasaan
menyirih (Hontong dkk., 2016). Menyirih merupakan kegiatan yang bersifat turun-temurun,
walaupun jumlah penyirih sudah agak berkurang, namun kebiasaan ini ternyata masih dilakukan
dalam jumlah yang cukup banyak di daerah-daerah pedesaan wilayah tertentu yang berhubungan
dengan upacara dan kegiatan budaya serta kegiatan sosial (Fatlolona dkk). Kuantitas, frekuensi
pada saat mulai menyirih berubah oleh tradisi setempat. Frekuensi menyirih berkaitan dengan
beberapa faktor, seperti pekerjaan dan pertimbangan sosial ekonomi. Menurut sejarah kuno
perilaku menyirih dilakukan oleh semua lapisan masyarakat, kelompok usia, termasuk kalangan
wanita dan anak-anak. Namun di beberapa negara menyirih hanya dilakukan oleh orang yang
sudah lanjut usia. Setiap daerah memiliki perilaku yang berbeda (Kamisorei dan Devy, 2017).
Menyirih merupakan proses meramu campuran dari beberapa komponen seperti pinang, sirih dan
kapur yang kemudian dikunyah secara bersamaan. Kebiasaan menyirih dapat menimbulkan
perubahan warna pada gigi (stain), penumpukan plak dan kalkulus (Karang gigi) karena
pengendapan kapur pada gigi yang menyebabkan terjadinya penyakit gingiva (Siagian, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hontong dkk (2016) yang berjudul Hubungan
Status Gingiva Dengan Kebiasaan Menyirih Pada Masyarakat Kecamatan Manganitu Kepulauan
Sangihe mengatakan bahwa kebiasaan menyirih berpengaruh terhadap keparahan status gingiva.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pengetahuan, kesadaran, dan perilaku masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan gigi masih
kurang dan dipengaruhi oleh berbagai faktorfaktor sosial demografi, antara lain faktor pendidikan,
lingkungan, tingkat pendidikan, ekonomi, tradisi, dan kehadiran sarana pelayanan kesehatan gigi.
Pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi dan mulutnya, seseorang yang
pendidikannya rendah mempunyai pengetahuan yang kurang dalam memelihara kebersihan gigi
dan mulutnya. Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan pada 10 anak Yogyakarta diperoleh data
9 dari 10 anak mempunyai gigi berlubang (90%), 1 anak kebersihan gigi dan mulutnya dalam
kriteria buruk (10%), 5 anak kebersihan gigi dan mulutnya dalam kriteria sedang (50%), 4 anak
kebersihan gigi dan mulutnya dalam kriteria baik (40%), dan 60% tidak menyikat gigi di waktu yang
tepat. Anak-anak juga mempunyai kebiasaan memakan makanan dan minum minuman yang manis.
Menyirih merupakan proses meramu campuran dari beberapa komponen seperti pinang, sirih dan
kapur yang kemudian dikunyah secara bersamaan. Kebiasaan menyirih dapat menimbulkan
perubahan warna pada gigi (stain), penumpukan plak dan kalkulus (Karang gigi) karena
pengendapan kapur pada gigi yang menyebabkan terjadinya penyakit gingiva (Siagian, 2012).

B.KRITIK DAN SARAN

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sangat membutuhkan saran serta kritik dari pembaca yang sifatnya membangun agar
penulisan makalah – makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3257/3/3.%20Chapter%201.pdf
http://repo.poltekkesbandung.ac.id/159/6/BAB%20I.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/808/3/Chapter1.doc.pdf

Anda mungkin juga menyukai