Anda di halaman 1dari 32

BABI

PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat
secara
jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak
-anak, setiap orang tua menginginkan
anaknya
bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh
mereka
sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara
umum, juga
kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat
mempengaruhi
kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa
kesehatan gigi dan
mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan yang
tidak
dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara urnum.
Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus
dilakukan
perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari mem
perhatikan diet
makanan,
jangan terlalu banyak makanan
yang mengandung gula dan makanan yang
lengket.
Pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat
gigi, teknik dan
caranya jangan sampai merusak terhadap struktur gigi dan gusi. Pembersiha
n karang
gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi
yang
sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal
infeksi. Kunjungan berkala
ke dokter gigi setiap enam bulan sekali balk ada keluhan ataupun tidak ada keluhan.
Dengan memperhatikan hal-
hal tersebut, maka akan dicapai suatu kesehatan gigi
dan mulut yang optimal. Dengan demikian akan meningkatkan kesehatan tubuh
secara
keseluruhan dan akan meningkatkan etos kerja yang lebih balk
lag].
Sehingga
kesehatan
jasman
i dan rohani seperti yang diharapkan akan tercapai.
DAFTAR ISI

Daftar Isi..................................................................................................................................3
Bab I   Pendahuluan................................................................................................................4
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan
Bab IIPembahasan.................................................................................................................6
2.1 Mulut dan Bagian - Bagiannya
2.2 Karies
2.3 Gingivitis
2.4 Memelihara Kesehatan Gigi
2.5 Diet Makanan
2.6 Menyikat Gigi
2.7 Penambalan Gigi
2.8 Pencabutan Gigi
2.9 Kontrol Enam Bulan Sekali
Bab IIIPenutup...................................................................................................................35
3.1 Kesimpulan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh
yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan
mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah
satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan
mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga
kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga
mulut. Kelainan-kelainan yang bisa terjadi di dalam mulut adalah gigi
berlubang, penyakit atau radang gusi dan gigi berjejal. Karies gigi dan
radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan jaringan
pendukung gigi yang banyak dijumpai pada anak-anak sekolah dasar
di Indonesia, serta cenderung meningkat setiap dasawarsa.
Masalah terbesar yang dihadapi penduduk Indonesia seperti juga di
negara - negara berkembang lainnya di bidang kesehatan gigi dan
mulut  adalah penyakit jaringan keras gigi (caries dentin). Hal ini
karena prevalensi karies di Indonesia mencapai 80%. Usaha untuk
mengatasinya belum memberikan hasil yang nyata bila diukur dengan
indikator kesehatan gigi masyarakat. Tingginya prevalensi karies gigi
serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya mungkin
dipengaruhi oleh faktor - faktor distribusi penduduk, faktor
lingkungan, faktor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan gigi yang
berbeda-beda pada masyarakat Indonesia.
Karies gigi adalah suatu proses kerusakan yang dimulai dari email
terus ke dentin dan merupakan suatu penyakit yang berhubungan
dengan banyak faktor. Ada empat faktor utama yang saling
mempengaruhi untuk terjadinya karies yaitu faktor host yang meliputi
gigi dan saliva, faktor ke dua ialah mikroorganisme, ke tiga adalah
substrat dan ke empat adalah waktu.
Selain faktor langsung yang ada di dalam mulut, terdapat faktor-
faktor tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan
faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor
luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, keadaan penduduk dan
lingkungan, pengetahuan, kesadaran dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi, misalnya pengetahuan mengenai jenis
makanan dan minuman yang menyebabkan karies.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa kejadian karies sangat
berbeda antara kelompok-kelompok penduduk, tetapi diet
dipertimbangkan sebagai perbedaan utama antara kelompok-
kelompok bangsa meskipun ada juga faktor genetik. Telah dibuktikan
dari berbagai  penelitian bahwa gula dalam diet merupakan penyebab
utama karies. Suku bangsa yang mengkonsumsi gula lebih tinggi,
kariesnya lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang
mengkonsumsi gula lebih rendah.
Peningkatan keadaan sosial ekonomi dan pola hidup masyarakat juga
sangat berpengaruh pada peningkatan penyakit gigi dan mulut. Hal ini
antara lain disebabkan karena adanya perubahan perilaku masyarakat
serta kemampuan dalam menyediakan makanan yang bersifat
kariogenik seperti gula, permen dan coklat.

1.2        Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
masalah dalam penelitian ini adalah :
a.       Bagaimanakah anatomi mulut dan bagian – bagian mulut?
b.      Apakah yang dimaksud dengan karies gigi?
c.       Apakah yang dimaksud dengan gingvitis?
d.      Bagaimanakah diet makanan bagi mulut?
e.       Bagaimanakah cara menyikat gigi yang baik?
f.       Bagaimanakah proses penambalan gigi?
g.      Bagaimanakah proses pencabutan gigi?
h.      Bagaimanakah perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan
sekali)?

1.3       Tujuan


a.       Mengetahui anatomi mulut dan bagian – bagian mulut
b.      Mengetahui mengenai karies gigi
c.       Mengetahui mengenai gingvitis
d.      Mengetahui diet makanan yang baik bagi mulut
e.       Mengetahui cara menyikat gigi yang baik
f.       Mengetahui proses penambalan gigi
g.      Mengetahui proses pencabutan gigi
h.      Mengetahui perawatan gigi yang baik (kontrol gigi 6 bulan sekali)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1       Mulut dan Bagian – Bagiannya


Mulut dibentuk oleh 2 rahang, yakni rahang atas dan rahang bawah.
Pada rahang ini terdapat gigi dan gusi. Gigi dan mulut sendiri
berfungsi untuk menguyah, berbicara, dan memberikan bentuk yang
harmonis pada muka.
Gigi tersusun atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan pada gigi yakni :
1.      Email                   : lapisan terluar yang keras dan kuat
2.      Dentin                 : lapisan dibawah email yang lebih lunak mudah
rusak
3.      Pulpa                   : lapisan yang berisi pembuluh darah dan saraf
4.      Gusi                    : laringan lunak yang ada dalam mulut
5.      Cementum          : lapisan luar akar gigi
6.      Jar. Periodontal   : jaringan yang memegang gigi sehingga
melekat pada rahang
7.      Tulang alveolar   : tulang tempat melekatnya gigi
2.2              Karies
1.      Definisi
Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan.
Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan
larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan
antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan
asam mikrobial dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin
dan cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap
suatu jenis karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya
demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh
kerusakan bahan organiknya (Kidd & Bechal, 1992).
Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh suatu
interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah,
bagian-bagian yang berasal dari makanan dan email (Houwink &
Winchel, 2000).
2.      Penyebab
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal.
Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi
asam. Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk
lapisan lengket yang melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket
inilah yang disebut plak. Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan.
Zat asam dalam plak akan menyebabkan jaringan keras gigi larut dan
terjadilah  karies. Bakteri yang paling berperan dalam menyebabkan
karies adalah  Streptococcus mutans.
3.      Gejala
Karies ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat
berwarna coklat atau hitam.

Gigi berlubang biasanya tidak terasa sakit sampai lubang tersebut


bertambah besar dan mengenai persyarafan dari gigi tersebut. Pada
karies yang cukup dalam, biasanya keluhan yang sering dirasakan
pasien adalah rasa ngilu bila gigi terkena rangsang panas, dingin, atau
manis. Bila dibiarkan, karies akan bertambah besar dan dapat
mencapai kamar pulpa, yaitu rongga dalam gigi yang berisi
jaringansyaraf dan pembuluh darah. Bila sudah mencapai kamar
pulpa, akan terjadi proses peradangan yang menyebabkan rasa sakit
yang berdenyut. Lama kelamaan, infeksi bakteri dapat menyebabkan
kematian jaringan dalam kamar pulpa dan infeksi dapat menjalar ke
jaringan tulang penyangga gigi, sehingga dapat terjadi abses.

4.      Proses Karies Gigi


Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan
gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada
waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH
mulut menjadi kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email
berlanjut menjadi karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna
berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi
(pembentukan lubang).
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-
kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah
rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat
dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat
(lapisan transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan
membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan
kelima (lapisan opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak
yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast).
Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses
karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan
demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang),
lapisan empat dan lapisan lima.
Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu
menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi
kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6
bulan ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-
24 tahun, hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual.
Sekarang ini karena banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih
lambat daripada dahulu.
Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini
disebabkan:
a.    Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai
maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida)
yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.
b.    Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena
perbedaan fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan
makanan kecil)
c.    Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi
yang tidak memadai
d.    Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak
terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat oleh
aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.

5.      Klasifikasi Karies Gigi


a.    Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)
           Karies Superfisialis di mana karies baru mengenai enamel saja,
sedang dentin belum terkena.

           Karies Media di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi


belum melebihi setengah dentin.

           Karies Profunda di mana karies sudah mengenai lebih dari


setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

b.   Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya


            Karies Ringan
Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang
paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung
yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure
(suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi)
sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi
pulpa).
            Karies Sedang
Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan
oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah
mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa).
            Karies Berat/Parah
Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior
yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa,
baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren
pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke
bagian pulpa.
6.      Faktor Etiologi
Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas
faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm
(lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva)
dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti
penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang
terjadi selama beberapa kurun waktu. Pada tahun 1960-an oleh Keyes
dan Jordan (cit. Harris and Christen, 1995), karies dinyatakan sebagai
penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor utama yang
memegang peranan yaitu 1) faktor host atau tuan rumah, 2) agen atau
mikroorganisme, 3) substrat atau diet dan, 4) faktor waktu. Untuk
terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus saling
mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.
1)      Faktor Host Atau Tuan Rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk
gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur
yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia
kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat,
fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar enamel mengalami
mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak fluor,
fosfat dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan kristal enamel sangat
menentukan kelarutan enamel.Semakin banyak enamel mengandung
mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin
resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies daripada gigi tetap.
Hal ini disebabkan karena enamel gigi susu mengandung lebih banyak
bahan organik dan air sedangkan jumlah mineralnya lebih sedikit
daripada gigi tetap. Selain itu, secara kristalografis kristal-kristal gigi
susu tidak sepadat gigi tetap. Mungkin alasan ini menjadi salah satu
penyebab tingginya prevalensi karies pada anak-anak.
2)      Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu
matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang
tidak dibersihkan. Hasil penelitian menunjukkan komposisi
mikroorganisme dalam plak berbeda-beda. Pada awal pembentukan
plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak
dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis,
Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain
lainnya. Selain itu, ada juga penelitian yang menunjukkan adanya
laktobasilus pada plak gigi. Pada penderita karies aktif, jumlah
laktobasilus pada plak gigi berkisar 104 – 105 sel/mg plak. Walaupun
demikian, S. mutans yang diakui sebagai penyebab utama karies oleh
karena S. Mutans mempunyai sifat asidogenik dan asidurik (resisten
terhadap asam).
3)      Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak
karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme
yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi
metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif
yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang yang banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa
cenderung mengalami kerusakan pada gigi, sebaliknya pada orang
dengan diet yang banyak mengandung lemak dan protein hanya
sedikit atau sama sekali tidak mempunyai karies gigi. Hal ini penting
untuk menunjukkan bahwa karbohidrat memegang peranan penting
dalam terjadinya karies.
4)      Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia
yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya
waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
7.      Epidemiologi Karies Gigi
a.    Distribusi Frekuensi
Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil
Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 1999):
           Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin :
Laki-laki (90,05%)
Perempuan(91,67%)
            Prevalensi karies berdasarkan daerah :
Urban (91,06%)
Rural (90,84%)
            Prevalensi karies berdasarkan pulau :
 Jawa dan Bali (86,59%),
Sumatera (94,41%),
Kalimantan (94,85%),
Sulawesi (99,28%)
            Prevalensi karies berdasarkan umur :
12 tahun (76,62%),
15 tahun (89,38%),
 18 tahun (83,50%),
35-44 tahun (94,56%),
dan 65 tahun ke atas (98,57%)
b.   Determinan
            Umur
1)        Umur 1-2 tahun
Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan
saliva yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering
menularkannya kepada bayi mereka segera setelah gigi susunya
tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.
2)        Umur 5-7 tahun
Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini
permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang,
pada masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan
jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.
3)        Umur 11-14 tahun
Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan.
Pada masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai
maturasi kedua selesai.
4)        Umur 19-22 tahun
Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi
molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia
ini pula biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau
bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan
perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan
dan menjaga kebersihan mulut.
            Jenis Kelamin
Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1,
didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih
tinggi dibanding pria.Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita
menunjukkan nilai DMF yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun
demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga
komponen gigi yang hilang (M=Missing) lebih sedikit.
            Sosial Ekonomi
Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah
dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup
sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi.
             Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu
pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar
yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai
tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang
baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya
untuk hidup sehat.
            Penggunaan Flour
Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor
sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun
penggunaan fluor tidaklah merupakan satusatunya cara mencegah gigi
berlubang.
Dr. Trendly Dean dilaporkan bahwa ada hubungan timbal balik antara
konsentrasi fluor dalam air minum dengan prevalensi
karies.Penelitian epidemiologi Dean ditandai dengan perlindungan
terhadap karies secara optimum dan terjadinya mottled enamel
(keadaan email yang berbintik-bintik putih, kuning, atau coklat akibat
kelebihan fluor/fluorosis) yang minimal apabila konsentrasi fluor
kurang dari 1 ppm.
            Pola Makan
Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di
rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva
menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30
menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja
menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun,
apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email
gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan
remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.
            Kebersihan Mulut
Diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan karies
adalah plak. Orang yang rutin menyikat gigi akan memiliki faktor
risiko lebih kecil untuk karies dibandingkan yang tidak rutin
menggosok gigi.
            Merokok
Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan
aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam
hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan
dengan bukan perokok.
            Pengalaman karies
Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara
pengalaman karies dengan perkembangan karies di masa mendatang.
Sensitivitas parameter ini hampir mencapai 60%. Prevalensi karies
pada gigi desidui dapat memprediksi karies pada gigi permanennya.
           Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas
berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan
transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi
yang memiliki jumlah S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun
akan mempunyai risiko karies yang lebih tinggi pada gigi susunya.
Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab utama karies,
tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang mengonsumsi
karbohidrat dalam jumlah banyak.
            Saliva
Selain mempunyai efek bufer, saliva juga berguna untuk
membersihkan sisa-sisa makanan di dalam mulut. Aliran saliva pada
anak-anak meningkat sampai anak tersebut berusia 10 tahun, namun
setelah dewasa hanya terjadi peningkatan sedikit. Tidak hanya umur,
beberapa faktor lain juga dapat menyebabkan berkurangnya aliran
saliva. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, maka aktivitas
karies akan meningkat secara signifikan.
8.      Diagnosa
a.    Detectable explorer “stick”
b.    Radiographs
c.    Visual
d.   Laser caries detector
9.      Intervensi
a.       Sikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dua kali sehari, pada pagi
hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.
b.      Lakukan flossing sekali dalam sehari untuk mengangkat plak dan
sisa makanan yang tersangkut di antara celah gigi-geligi.
c.       Hindari makanan yang terlalu manis dan lengket, juga kurangi
minum minuman yang manis seperti soda.
d.      Lakukan kunjungan rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali.
e.       Perhatikan diet pada ibu hamil dan pastikan kelengkapan asupan
nutrisi, karena pembentukan benih gigi dimulai pada awal trimester
kedua.
f.       Penggunaan fluoride baik secara lokal maupun sistemik.

2.3       Gingivitis


a.       Pengertian
Radang gusi (gingivitis) adalah keadaan di mana terjadi perubahan
struktural pada gusi. Ditandai dengan adanya perubahan bentuk dan
warna pada gusi. Radang gusi disebabkan karena kurang
memperhatikan kebersihan mulut. Jika tidak segera ditanggulangi
akan mengakibatkan enfeksi yang membahayakan anatomi tubuh
lainnya.
Radang gusi disebut juga penyakit gusi atau penyakit periondotal,
yang diakibatkan pertumbuhan bakteri di mulut dan yang lebih parah
lagi jika tidak segera diobati maka gigi akan hilang dikarenakan jaringan
mengelilingi gigi. Gusi berdarah bisa disebabkan oleh berbagai hal. Penyebab yang
paling sering adalah adanya plak dan karang gigi (kalkulus) yang menempel pada
permukaan gigi. Gigi kita dilapisi oleh lapisan transparan licin yang disebut pellicle.
Pellicle yang dikolonisasi oleh bakteri disebut plak. Selanjutnya, bila tidak
dibersihkan maka plak dapat mengalami mineralisasi (pengerasan), sehingga
membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Biasanya karang gigi
dijumpai pada leher gigi.
Karang gigi tidak hanya melekat pada permukaan gigi yang tampak (terletak di atas
garis gusi), tapi juga dapat melekat pada permukaan gigi yang tertutup oleh gusi. Pada
permukaan karang gigi biasanya juga terdapat koloni bakteri. Koloni bakteri pada plak
dan karang gigi inilah yang mengakibatkan kerusakan jaringan penyangga gigi, yang
dimulai dari gingiva (bagian gusi yang dapat kita lihat). Keadaan ini disebut gingivitis
(radang gusi). Karena ada peradangan maka gusi menjadi mudah berdarah apabila
terkena trauma mekanis, misalnya sikat gigi atau tusuk gigi. Jadi, gusi berdarah adalah
tanda awal adanya kerusakan gusi.
Apabila tidak segera ditangani maka karang gigi dapat terus bertambah sehingga
perlekatan gusi pada permukaaan gigi menjadi lepas dan terbentuk adanya kantung
pada gusi (disebut periodontal pocket). Kondisi ini disertai juga dengan perdarahan
gusi dan kerusakan tulang penyangga gigi. Akibatnya bila tidak segera ditangani gigi
menjadi goyang dan akhirnya tanggal. Keadaan ini disebut periodontitis.

b.      Perbedaan Antara Radang Gusi ( Gingivitis) Dan Penyakit Gusi


(Periodontitis).
            Radang Gusi (Gingivitis) biasanya lebih dahulu daripada Penyakit
Gusi (Periodontitis). Tetapi belum tentu Radang Gusi menjadi Penyakit Gusi.
Radang Gusi terbentuknya bakteri dalam plak yang menyebabakan gusi
menjadi meradang (merah dan bengkak) dan mudah berdarah di saat gosok
gigi. Jika radang gigi tidak segera diatasi bisa berakibat penyakit gusi. Pada
orang yang terkena penyakit gusi, lapisan bagian dalam gusi dan tulang
menjauh dari gigi dan membebtuk kantung. dan ruang – ruang kecil gigi dapat
ditempati oleh bakteri – bakteri. bakteri ini dapat menyebabkan toksin atau
racun dalam plak.

c.       Penyebab Gingivitis


Radang gusi (gingivitis) disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya :
1)      Adanya karang gigi,
2)      Bakteri,
3)      Sisa makanan (plak) pada gigi,
4)      Cara menyikat gigi yang salah,
5)      Bernafas melalui mulut. Karena bernafas melalui mulut membuat gigi
menjadi kering  dan gusi mudah teriritasi.
6)      Stress, sering merokok, pubertas, haid tidak teratur, kehamilan dan faktor
lain yaitu Diabetes Melitus (DM).

d.      Tanda dan Gejala Gingivitis


1)      Biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa
nyeri, hanya kadang terasa gatal.
2)      Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan
mudah berdarah pada sondasi.
3)      Kebersihan mulut biasanya buruk.
4)      Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih
berat, yaitu demam, dan sukar membuka mulut.
e.   Cara mencegah timbulnya Gingivitis
1)      Rajin memperbaiki kebersihan mulut dan berkumur dengan obat kumur.
2)      Rajin menggosok gigi secara benar dan teratur sesuai anjuran dokter,
minimal 2 kali sehari.
3)      Bersihkan rongga mulut setiap 3 atau 6 bulan sekali.
4)      Bersihkan karang gigi oleh dokter gigi.
5)      Bila sudah terjadi radang gusi dan dengan perbaikan kebersihan tidak
sembuh, obati dengan antibiotic Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari,
Anti nyeri dan anti inflamasi.
6)      Banyak mengonsumsi buah-buahan yang mengonsumsi vitamin C karena
berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Sumber
vitamin C alami banyak terdapat pada buah-buahan segar seperti jambu biji,
jeruk, tomat, sirsak dan mangga.
7)      Menurut penelitian, brokoli dapat mencegah terjadinya infeksi termasuk
infeksi kuman penyebab radang gusi.
8)      Hindari rokok karena dapat meningkatkan reiko terkena radang gusi.
9)      Banyak minum air putih.

f.   Klasifikasi Gingivitis


1)      Berdasarkan lamanya peradangan gingival
-          Akut : Peradangan gingival dengan durasi singkat,setelah
perawatan dari pasien sendiri dapat mengembalikan status sehat.
-          Kronis : Gingivitis durasi lama, terjadi sampai bertahun-tahun
periodontitis.
2)      Berdasarkan perluasan peradangan
-          Terlokalisasi : membatasi peradangan jaringan gingiva pada gigi
atau sebagian.
-          General : peradangan jaringan gingiva pada seluruh mulut.
3)      Berdasarkan Distribusi Inflamasi
-     Papila : inflamasi jaringan pada seluruh mulut.
-     Marginal : inflamasi pada margin dan papila.
-     Diffuse : inflamai pada margin gingiva.

g.  Tipe Gingivitis
    Gingivitis dapat dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu :
a.       Disebabkan oleh bakteri yang berakumulasi dalam sulkus
gingiva   dan  permukaan gigi.
b.      Disertai dengan nekrosis.
c.       Tidak ada hubungannya dengan plak dan tidak dimulai dari
marginal.
           Gingivitis yang ada hubungannya dengan plak bakteri dimulai
dari gingiva paling koronal sebab di sana tempat lokasi bakteri
penyebab. Penyebaran penyakit lebih ke apikal hanya terjadi bila
penyakit menjadi lebih parah. Hanya pada keadaan yang sangat parah
atau bila diperparah oleh kondisi sistemik, gingivitis yang disebabkan
oleh plak ini akan menyebar dari marginal gingiva ke mucogingival
junction. Gingivitis yang tidak ada hubungannya dengan plak
biasanya mengenai seluruh mulut oleh karena penyebabnya faktor
sistemik atau distribusinya tidak ada hubungannya dengan sulkus
gingiva atau margin gingiva.

h.      Gingivitis yang Ada Kaitannya dengan Plak Bakteri


1)               Gingivitis - Plak Bakteri - Tidak Berkembang
              Gingivitis yang disebabkan oleh plak bakteri adalah bentuk
penyakit periodontal yang paling umum/sering terjadi dan dengan
prevalensi yang paling tinggi. Walaupun gingivitis yang disebabkan
oleh plak bakteri mempunyai komposisi bakteri berbeda dengan
gingiva sehat, komposisi floranya tidaklah sangat spesifik. Dengan
demikian diagnosa bakteriologis bukan metoda yang menjadi pilihan.
Lebih tepat bila diagnosa dilakukan secara klinis.
              Secara klinis gingivitis menunjukkan perubahan pada kontur
dan kekerasan normal gingiva menjadi membengkak dalam berbagai
derajat edema atau fibrosis pada kebanyakan kasus dan pada kasus
tertentu dimodifikasi oleh kondisi sistemik.
              Pada mereka dengan warna kulit yang lebih muda, warna
merah muda gingiva menjadi merah atau merah kebiruan. Pada
mereka dengan warna kulit gelap, perubahan warna gingiva tidak
begitu jelas, tergantung intensitas pigmentasi normal, mungkin
berwarna merah kebiruan dengan edema.
2)               Gingivitis - Plak Bakteri - Diperparah Keadaan Sistemik.
              Kondisi sistemik belum tentu sebagai bagian penyebab
terjadinya gingivitis. Di lain pihak penampakan klinis gingivitis dapat
menunjukkan adanya faktor sistemik. Beberapa kondisi sistemik
mempunyai peranan dalam berkembangnya gingivitis menjadi
periodontitis, sedang beberapa kondisi sistemik lainnya mengubah
penampilan gingivitis tanpa mengurangi kemampuan respon host
untuk tidak berkembang ke periodontitis.
              Termasuk kondisi sistemik yang disebut pertama adalah
gangguan darah seperti neutropenia dan yang disebut belakangan
adalah hormon sex, obat-obatan tertentu dan penyakit sistemik
lainnya. Resiko terjadinya periodontitis meningkat semata-mata
disebabkan oleh bertambahnya akumulasi plak pada gingiva yang
membesar sehingga sukar dibersihkan.

i.        Gingivitis yang berhubungan dengan hormon sex.


            Kehamilan dapat dikaitkan dengan gingivitis dan
kadang-kadang terjadi ploriferasi lokal yang dikenal sebagai
pregnancy tumor. Kelainan tersebut di atas bukan neoplasma, tetapi
keradangan dengan pembesaran gingiva.
Pembesaran gingiva yang terjadi dipengaruhi oleh gangguan
keseimbangan hormon pada kehamilan. Fenomena yang sama terlihat
pada pemakaian pil kontrasepsi oral. Gingivitis pada kehamilan lebih
parah daripada gingivitis pada keadaan tidak hamil.

j.        Gingivitis yang ada kaitannya dengan obat-obatan.


Penampakan klinis gingivitis dapat termodifikasi oleh obat-obatan
yang digunakan secara sistemik terutama obat anti konvulsi, obat
kardiovascular dan immonosupresi tertentu. Terjadi hipertrofi elemen
jaringan ikat (terutama kolagen) sehingga terlihat gingiva membesar.
Keradangan yang terjadi disebabkan oleh akumulasi plak bakteri.
Prototipe dan hipertrofi gingiva dari obat untuk sistem syaraf pusat
tersebut di atas adalah phenytoin (diphenylhydantoin). Sekitar 50%
pemakai phenytoin dalam jangka waktu panjang mengalami
pertumbuhan gingiva.
Hipertrofi hasil obat kardiovascular terutama adalah golongan
calcium channel blockers seperti infedipine dan oxodipine. Beberapa
calcium channel blockers lainnya juga mempunyai kaitan dengan
pertumbuhan berlebihan gingiva. Cyclosporin sebagai immosupresi
adalah golongan obat yang berperan besar terhadap terjadinya
hipertrofi gingiva. Dengan kontrol plak yang baik dapat mengurangi
keparahannya.

k.      Gingivitis yang berkaitan dengan penyakit sistemik.


Modifikasi kondisi pada gingiva selain yang tersebut di atas dapat
dihasilkan dari beberapa penyakit sistemik. Hal ini terlihat pada
keradangan gingiva yang parah terutama pada anak-anak, yang
keparahannya tidak sebanding dengan plak gigi yang ditemukan.
Kondisi di atas mungkin dipengaruhi oleh adanya gangguan darah
seperti leucemia dan granulositosis. Demikian pula dengan efek lanjut
dari kekurangan Vitamin C terutama bertambahnya perdarahan
gingiva.

l.        Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)


Terjadi ulserasi pada margin gingiva dan papila, interdental
menjadi cekung, beradang dan sakit. Terdapat limfadenopati, suhu
meningkat, bau mulut tidak enak dan pseudomembrane rapuh di atas
daerah yang terkena penyakit. Pada permulaan ditemukannya,
dilaporkan NUG ada kaitannya dengan bakteri fusospiroheta
kompleks. Pada akhir-akhir ini dilaporkan bahwa spireheta masuk ke
dalam jaringan nekrosis dan berada dalam NUG. Studi kultur
terhadap plak penyebab ditemukan spesies trepomena dan
selenomonus bersama dengan Bacteroides, Eusobakterium Sp dan
lain-lain. Tidaklah jelas bedanya dengan komposisi bakteri yang
terdapat pada bentuk gingivitis lainnya atau periodontitis. NUG
sepertinya merupakan manifestasi infeksi berbagai bakteri yang
dimodifikasi oleh keadaan sistemik penentu (determinant) tertentu.
1)      Necrotizing Ulcerative Gingivitis, Faktor Sistemik Tidak
Diketahui.
NUG secara tradisional dikaitkan dengan stres mental dan fisik.
Hubungan yang tepat dan mekanisme bagaimana stres menghasilkan
nekrosis masih perlu dibuktikan.
2)      Necrotizing Ulcerative Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan
HIV.
Lesi ulserasi pada gingiva seperti NUG dapat ditemukan pada
beberapa kasus AIDS. Infeksi HIV perlu diwaspadai bila terlihat
tanda-tanda NUG.

m.    Gingivitis, Tanpa Plak Gigi


Dua keadaan yang memberi kesan bahwa keradangan gingiva yang
terjadi bukan oleh karena plak bakteri adalah tidak terjadi
penyembuhan pada gingivitis dengan kontrol plak secara mekanis dan
kemis yang dilakukan dengan sangat baik. Gingivitis yang disebabkan
faktor bukan plak tidak menunjukkan bahwa kelainan berasal dari
margin gingiva.
1)      Gingivitis yang Ada Hubungannya dengan Penyakit Kulit
Gingiva dapat beradang, disebabkan oleh penyakit pada kulit.
Mungkin saja yang tersangkut pertama dalam kasus ini adalah
gingiva, tetapi umumnya merupakan manifestasi penyakit pada
permukaan tubuh yang manapun. Penyakit yang termasuk keadaan
tersebut di atas adalah lichens planus, mucous membrane
pemphingoid, pemphingus dan gangguan vesicolobullous lain,
termasuk manifestasi oral epidermolysis bullosa dan ectodermal
displasia. Gingiva mengalami desquamasi atau lesi dengan
keradangan oleh perubahan hormon pada menopause atau gangguan
keseimbangan dari hormon ovarium lainnya.
2)      Gingivitis Alergi
Gingivitis diffuse, tampak lunak meluas dari marginal ke
mucogingival junction. Dapat terjadi oleh karena bahan pembuat
chewing gum atau bahan yang terdapat dalam pasta gigi atau bahan
makanan.
3)      Gingivitis Infeksi
Hampir semua bahan infeksi dari luar dapat menjadikan gingiva
sarang infeksi. Bila virus, lesi vascular. Yang lebih sering menyerang
adalah herpes virus. Bakteri dan fungsi yang bukan merupakan flora
dalam mulut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya candida
albicans.

n.      Pengobatan
Pada gingivitis kronis, menyikat gigi dengan pasta-gigi berfluoride
akan memperlambat perkembangan penyakit dan bisa membantu
penyembuhan. Kebanyakan sikat-gigi elektrik memiliki manfaat
tambahan dibanding sikat-gigi manual. Menyela-menyela gigi setiap
hari dapat mengurangi plak dan jumlah bakteri. Penelitian-penelitian
terbaru menunjukkan bahwa menyikat gigi yang diikuti dengan
pencucian dengan chlorhexidine atau larutan lain bisa memberikan
hasil yang lebih baik ketimbang menyikat dan menyela-nyela gigi saja
(Lorenz, 2006; Zimmer, 2006). Obat-obatan spesifik perawatan gusi
sudah banyak tersedia (Trinata, 2002). Obat-obatan anti-inflammatory
nonsteroidal (NSAID) telah terbukti dapat mempercepat
penyembuhan inflamasi apabila gigi dibersihkan dan dikerak untuk
menghilangkan plak (Taiyeb, 1993; Johnson, 1990).
Pada pasien yang menderita ANUG (Gingivitis ulceratice nekrosis
akut), perawatan melibatkan antibiotic, NSAID, dan Xylocaine
topical untuk meredakan nyeri. Pencuci mulut dengan larutan garam
bisa membantu dalam mempercepat penyembuhan, dan pencucian
mulit dengan larutan hydrogen peroksida 3% juga bisa memberikan
manfaat.
Kategori Obat : Antibiotik – Agen-agen ini digunakan untuk
membasmi infeksi bakteri yang merupakan karakteristik utama dari
ANUG. Di masa mendatang, antibiotic juga bisa digunakan untuk
mengobati gingivitis kronis sederhana, tapi belum ada bukti yang
mendukung untuk mempertimbangkan praktek ini, perawatan
gingivitis bisa dijamin jika bedah mulut direncanakan. 

o.      Komplikasi
a.       Gingivitis bukan sebuah ancaman signifikan langsung terhadap
kesehatan seseorang yang sehat, tapi bisa memberikan kontribusi bagi
penyakit dan menyebabkan komplikasi lokal dan sistemik.
b.      ANUG yang berkembang menjadi noma terkait dengan tingkat
mortalitas setinggi 70% tanpa antibiotic yang baik dan debridement.
c.       Komplikasi yang paling umum dari gingivitis adalah
berkembangnya menjadi penyakit periodontal dan kehilangan gigi.
Daerah-daerah gingivitis kronis bisa merentankan seseorang terhadap
perkembangan abscess odontogenik dengan membiarkan sebuah rute
invasi bakteri ke dalam ruang periodontal mulai dari poket gingival.
ANUG bisa merusak secara lokal dan bisa menyebabkan penyebaran
infeksi lokal ke dalam jaringan di sekitarnya (Vincent angina dan
noma [cancrum oris]). Juga ada potensi untuk penyebaran infeksi
sistemik.
d.      Osteomyelitis tulang alveolar bisa terjadi meski tidak umum.
e.       Setiap prosedur gigi yang melibatkan manipulasi yang bisa
menyebabkan perdarahan bisa menyebabkan endocarditis.
Keberadaan gingivitis dapat meningkatkan risiko ini dengan
menjadikan gingival lebih mungkin untuk berdarah dengan
manipulasi sederhana (misalnya, scaling gigi). Akumulasi plak yang
mengandung bakteri dalam poket-poket gingival sangat berdekatan
dengan daerah-daerah gingival yang rusak, sehingga meningkatkan
kemungkinan keluarnya bakteri ke sirkulasi umum.
2.3        Memelihara Kesehatan Gigi
Ada banyak manfaat mulut bersih, seperti membuat napas menjadi
segar, mulut terlindung dari bakteri mulut, dan yang pasti juga dapat
membuat kita percaya diri. Dengan napas yang segar kita pun merasa
nyaman saat berada di dekat orang lain, tanpa perlu was-was orang
tersebut akan mencium bau mulut Anda.
Kesehatan Mulut adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada
kesehatan rongga mulut. Ini termasuk gigi, gusi dan lidah. Kesehatan
mulut yang buruk dapat disebabkan oleh luka, infeksi jamur,
sariawan, sindrom mulut kering dan kanker mulut. Namun, terkadang
penyebab utama dari kesehatan mulut yang buruk bukanlah penyakit
berat tetapi hanya pola kebersihan mulut yang buruk, dan kebersihan
mulut yang buruk ini pada gilirannya menyebabkan kesehatan mulut
yang buruk pula.
Nutrisi yang baik tidak hanya membuat kita sehat dan karenanya
mencerminkan kesehatan mulut kita, tetapi juga menghasilkan
kesehatan mulut yang baik.  Kekurangan Vitamin A dapat
menyebabkan gusi bengkak, gusi berdarah dan penyakit gusi lainnya. 
Kalsium dan Vitamin D membantu menjaga kesehatan gigi yang kuat
juga. Kalsium dan Vitamin D akan diserap pada gigi dan karenanya
memberikan kekuatan pada gigi. Tembaga, Seng, Besi, Yodium dan
Kalium juga merupakan mineral penting yang baik bagi kesehatan
mulut. Ini bekerja dengan kalsium dan fosfor dan mencegah
kerusakan gigi juga.

1)      Makanan Yang Boleh Dimakan Dan Yang Harus


Dihindari
Apa yang Anda masukkan ke dalam mulut Anda pasti memberi efek
pada gigi Anda. Ada berbagai cara di mana nutrisi mempengaruhi
mulut dan gigi. Makanan kaya kalsium dan fosfor baik untuk gigi
Anda. Makanan kaya omega-3 dan asam lemak juga akan membantu
untuk meningkatkan kesehatan mulut Anda. Makanan dan minuman
yang meningkatkan produksi air liur baik untuk kesehatan mulut
Anda. Air liur bekerja secara alami menetralkan asam yang
meningkatkan kerusakan gigi dan pembusukan. Selain itu juga
membantu membersihkan partikel makanan kecil yang menempel di
gigi Anda. Semua jenis makanan manis harus dihindari untuk
kesehatan mulut yang baik serta mencegah produksi asam dan
kerusakan makanan dan pembusukan.
Makanan yang manis dan lengket seperti permen, es, caramel,
minuman bersoda dan lain-lain dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan gigi. Perbanyaklah mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-
buahan yang berserat dan berair yang baik untuk kesehatan tulang dan
gigi karena didalamnya mengandung vitamin C yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh. Contohnya adalah brokoli,
semangka, jeruk, apel dan sebagainya. Selain itu perlu juga
menghindari makanan-makanan yang terlalu panas atau dingin,
makanan yang dapat menimbulkan bau mulut serta hindari rokok.
2)      Stres dan Kesehatan Mulut
Mulut kering, kebiasaan kertak atau mengeretak gigi (tooth grinding/bruxism)
sering dikaitkan dengan stres. pengabaian kesehatan mulut, dari mulai
menghindari pemeriksaan gigi, sampai melewatkan kegiatan menjaga
kebersihan mulut yang sederhana seperti flossing dan menyikat gigi dpat
dipicu oleh stress. Stres dapat mengubah sikap kita terhadap kesehatan gigi.
Stres berarti pola makan yang buruk. Stres dan dampaknya pada kesehatan
mulut dan kesehatan secara umum bisa menjadi serius dan mengancam jiwa,
karenanya penting untuk mencoba tips-tips sederhana tentang bagaimana
menjaga kesehatan mulut dan gigi Anda.
2.5       Diet Makanan
Diet yang dianjurkan terutama untuk memperbaiki kesehatan gigi dan mulut :
1.      Mengusahakan diet karbohidrat serendah mungkin yang disesuaikan
dengan kebutuhan kalori dengan menjaga agar kalori yang berasal dari
karbohidrat tidak lebih dari 50% jumlah kalori yang dibutuhkan per hari, tetapi
tidak kurang dari 30%.
2.      Dalam konsumsi karbohidrat sebaiknya dipilih bentuk larutan atau bentuk
yang dapat segera bersih dari rongga mulut, misalnya sayuran-sayuran hijau
atau kuning, karena merupakan karbohidrat yang baik dengan derajat retensi
yang rendah sehingga mengurangi pembentukan plak gigi dan adanya
stimulasi aliran saliva.
3.      Mengurangi makanan yang manis dan lengket seperti kue-kue, permen,
dan coklat.
4.      Batasi jumlah makan menjadi 3 kali sehari dengan menekan keinginan
untuk makan diantara jam-jam makan.
5.      Menambah masukan dari makanan seperti daging, ikan yang kaya akan
protein dan fosfat karena dapat menambah sifat basa dari saliva.
2.4        Menyikat Gigi
Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk
penyingkiran plak secara mekanis. Tujuan menyikat gigi adalah untuk
menyingkirkan dan mencegah terbentuknya plak, membersihkan sisa-
sisa makanan, debris atau stein, merangsang jaringan gingiva, dan
melapisi permukaan gigi dengan fluor.
         Kontrol Plak
Plak di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan mulut.
Penumpukan plak dalam jumlah sedikit yang tidak terlihat secara visual dapat
dideteksi dengan disclosing material. Disclosing material ini berguna untuk
menilai serta mendidik kebersihan mulut anak-anak, karena mudah untuk
menerangkan bagian-bagian yang masih perlu untuk dibersihkan lagi. Bahan
pewarna (disclosing material) yang biasa digunakan adalah iodine,
mercurochrome, bahan pewarna makanan seperti gincu kue berwarna merah
dan bismarck brown. Ada juga larutan fuschin dan eritrosin, tapi tidak
dianjurkan lagi karena terbukti bersifat karsinogenik. Bahan perwarana ada
yang berbentuk cairan dan tablet. Cara penggunaan bahan pewarna plak
tersebut :
a.    Bahan pewarna cairan
Cairan pewarna diteteskan beberapa tetes ke kapas yang dibulatkan, lalu
dioleskan pada seluruh permukaan gigi, kemudian kumur dengan air atau
cairan pewarna dibiarkan di dalam mulut selama 15-30 detik baru dibuang.
b.    Bahan pewarna tablet
Tablet dikunyah dan kemudian biarkan bercampur dengan saliva dan
biarkan saliva di dalam mulut sekitar 30 detik baru dibuang. Setelah
mengetahui bagian-bagian yang masih terdapat plak gigi, kita
melakukan pembersihan secara mekanis seperti menyikat gigi.
Tindakan ini merupakan kontrol plak.
         Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1.      Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi
dan pagi harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka
terjadinya risiko penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara
otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko terjadinya
gigi berlubang.
2.      Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi
karena adanya kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain
penyebab bau mulut. Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan
pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.
3.      Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas
yang segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita,
kita bisa bebas tersenyum, bicara dan tertawa.
         Manfaat menyikat gigi setelah makan pagi
1.      Mencegah gigi berlubang, jika malam hari sudah menyikat gigi
dan pagi harinya setelah makan pagi menyikat gigi kembali, maka
terjadinya risiko penumpukan plak dalam rongga mulut kita secara
otomatis akan berkurang sehingga akan mencegah risiko terjadinya
gigi berlubang.
2.      Menyegarkan napas, napas yang tidak sedap biasanya terjadi
karena adanya kotoran di dalam rongga mulut walau ada faktor lain
penyebab bau mulut. Tetapi dengan menyikat gigi setelah makan
pagi, napas kita akan terasa lebih segar sebelum pergi beraktifitas.
3.      Menjadi lebih percaya diri, memulai aktifitas kerja dengan napas
yang segar dan gigi yang bersih akan menambah percaya diri kita,
kita bisa bebas tersenyum, bicara dan tertawa.

         Manfaat menyikat gigi sebelum tidur


Menurut informasi kesehatan yang dikutip dari, dikatakan bahwa
kuman akan semakin berkembang pada malam hari saat kita sedang
tidur, dimana mulut tidak melakukan aktifitas. Aktifitas kuman
dimalam hari biasanya akan meningkat 2x lipat dibandingkan pada
siang hari, karena saat tidur di mana mulut tidak melakukan aktifitas
seperti makan, minum atau ngobrol, air liur yang memang berfungsi
sebagai antiseptik alami dalam mulut kita akan berkurang, makanya
kemampuan saliva yang berfungsi untuk menetralisir kuman-kuman
dalam mulut juga berkurang. Sehingga apabila menyikat gigi sebelum
tidur membuat kondisi mulut kita bersih dapat dipastikan tidak akan
terjadi karies atau peradangan pada gusi yang yang mengakibatkan
terjadinya pembentukan karang gigi karena plak yang tidak
dibersihkan.

         Cara menyikat gigi yang baik dan benar


1.      Pemilihan sikat gigi yang benar

2.      Gosok gigi secara benar dan teratur 2x sehari


Gosok gigi yang baik dan benar → sisa makanan dan plak dapat
dibersihkan
a.       Pilih sikat gigi yang benar: gagang lurus, kepala sikat sesuai
dengan mulut, bulu sikat lembut karena yang keras dapat membuat
gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan
struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat
bakteri dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung
enamel gigi telah terkikis. Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak
dan simpan di tempat yang kering sehingga dapat mengering setelah
dipakai. Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain
karena sikat gigi mengandung bakteri yang dapat berpindah dari
orang yang satu ke orang yang lain meski sikat sudah dibersihkan.
b.      Gosok seluruh permukaan gigi serta lidah (untuk menyingkirkan
bakteri dan agar napas lebih segar).

c.       Untuk gigi atas gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya.

d.      Posisi sikat gigi 45° di daerah perbatasan antara gigi dan gusi.
Agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat dibersihkan.
Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian  dalam
permukaan gigi.

e.       Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk


mengunyah. Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk
membersihkan gigi dengan tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak
membengkok. Biarkan bulu sikat membersihkan celah-celah gigi.
Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.
f.       Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan
posisi tegak dan gerakkan perlahan keatas dan bawah melewati garis
gusi.
g.     

Gunakan odol secukupnya + fluor


Pasta gigi adalah bahan yang digunakan bersama-sama sikat gigi untuk
membersihkan dan memoles seluruh permukaan gigi. Fungsi utama pasta gigi
adalah membantu sikat gigi dalam membersihkan permukaan gigi dari
pewarnaan gigi dan sisa-sisa makanan, fungsi sekundernya untuk
memperkilat gigi dan mempertinggi kesehatan gingiva serta mengurangi bau
mulut. Umumnya pasta gigi mengandung bahan abrasif 20-40%, air 20-40%,
pelembab 20-40%, detergen 1-2%, bahan pengikat 2%, bahan penyegar ±2%,
bahan pemanis ±2%, bahan terapeutik ±5%, dan pewarna <1%.4,28 Pasta
gigi terapeutik dibagi dalam 2 kelompok yaitu:
1)      Pasta gigi terapeutik yang tidak mengandung fluor seperti pasta gigi yang
mengandung klorofil, antibiotik, ammonium dan enzim inhibitor.
2)      Pasta gigi terapeutik yang mengandung fluor untuk mencegah terjadinya
karies gigi seperti : sodium fluoride 0,22%, stannous fluoride 0,4% dan
sodium monofluorophosphate 0,76%.
Anak prasekolah sudah dianjurkan untuk memakai pasta gigi yang
mengandung fluor karena kemampuan refleks penelanan anak sudah lebih
baik, sehingga anak sudah dapat berkumur dan meludahkan cairan yang
terdapat dalam mulutnya.8 Jumlah pasta gigi yang dioleskan hanya sebesar
biji kacang polong kecil sehingga kadar fluor yang masuk kedalam tubuh anak
masih dalam batas yang normal walaupun anak menelan pasta giginya serta
untuk mencegah terjadinya fluorosis.

         Waktu dan frekuensi menyikat gigi


Menurut American Dental Association (ADA) menyatakan bahwa
pasien harus menyikat gigi, secara teratur minimal dua kali sehari
yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Penelitian
menunjukkan bahwa menyikat gigi sekali sehari pada anak,
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor akan mencegah
terbentuknya karies gigi. Menyikat gigi khususnya pada malam hari
sangat penting, bertujuan untuk mencegah plak dan debris (sisa-sisa
makanan) yang melekat di permukaan gigi setiap malam.27 Lamanya
penyikatan tidak ditentukan, tetapi biasanya dianjurkan selama 2-3
menit.

         Cara Membersihkan Gigi

2.7              Penambalan Gigi


Penambalan gigi adalah suatu tindakan perawatan dengan cara
meletakkan suatu bahan tambal pada lubang gigi yang telah
dibersihkan. Bahan tambalan yang biasanya digunakan bermacam-
macam tergantung letak dan fungsi dari pada gigi tersebut.
Penambalan gigi terhadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan
sedini mungkin sebelum kelainannya menjadi lebih berat lagi.
Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin, kunjungan ke dokter
gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa langsung
dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah lebih
berat, maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu
sehingga memerlukan kunjungan yang lebih banyak. Pada sekarang
ini jenis bahan tambal sudah lebih baik lagi, baik dari segi kekuatan
atau pun kemiripan bahan tambal dengan warna gigi, sehingga gigi
yang sudah ditambal tidak terlihat telah di tambal.
Secara garis besar, ada dua tipe bahan restorasi gigi :
1.      Restorasi langsung (direct restoration).
Proses penambalan dilakukan dengan satu kali kunjungan. Yang
termasuk dalam bahan restorasi ini antara lain: amalgam gigi, semen
ionomer kaca (SIK), resin ionomer, dan beberapa golongan resin
komposit.
2.      Restorasi tidak langsung (indirect restoration).
Umumnya dilakukan kunjungan minimal dua kali atau bahkan lebih,
tergantung jenis perawatannya. Yang termasuk restorasi ini antara
lain: inlays, onlays, veneers (pelapisan gigi), mahkota dan jembatan
yang dibuat dengan emas, bahan dasar metal alloys, keramik atau
komposit. Restorasi ini biasanya juga melibatkan pekerjaan
laboratoris. Dokter gigi akan melakukan prosedur pencetakan pada
pasien untuk memperoleh model gigi dan rongga mulut pasien.
3.      Veneer (pelapisan gigi) adalah perawatan gigi yang dilakukan pada
gigi yang tidak beraturan ringan dan gigi dengan bentuk tidak normal
4.      Crown (selubung gigi) dilakukan pada gigi yang patah, kerusakan yang
luas, dan gigi yang tidak bisa ditambal. Gigi yang patah dibuatkan selubung
gigi, sedangkan bridge merupakan cara perawatan untuk mengisi celah dari
satu atau lebih gigi yang hilang. Perawatan ini dilakukan karena kehilangan
satu gigi dan adanya masalah gigitan dan sendi rahang yang ditimbulkan dari
gigi yang sudah bergeser.
2.8              Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi dilakukan apabila gigi tersebut sudah tidak dapat lagi
dipertahankan dan apabila gigi tersebut menjadi penyebab dari infeksi
di dalam ronggan mulut dan dapat menyebabkan kelinan ke organ
yang lainnya. Sebagai salah satu contoh gigi yang harus dicabut ialah
gigi rahang bawah yang paling ujung dan tertanam dan menyebabkan
sakit dan bengkak, bahkan dapat menyebabkan kesulitan buka mulut.
Karena terjadi peradangan disekitar gigi tersebut dan mempengaruhi
jaringan otot disekitarnya sehingga ototnya menjadi tegang dan sulit
untuk membuka mulut, pencabutan gigi ini termasuk ke dalam operasi
karena tingkat kesulitannya dibandingkan pencabutan gigi yang biasa.
2.9       Kontrol Enam Bulan Sekali
Meskipun mungkin tidak terdapat keluhan apapun dari rongga mulut,
tetapi pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan 6 bulan sekali. Hal
tersebut berguna untuk mencegah perkembangan penyakit gigi dan
gusi lebih lanjut. Pemeriksaan gigi yang dilakukan 6 bulan sekali
setidaknya sekaligus untuk dilakukan pembersihan karang gigi atau
yang biasa disebut dengan scaling oleh dokter gigi. Mengunjungi
dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan tidak hanya bermanfaat
untuk mengetahui jika ada kelainan yang berkembang di rongga
mulut. Namun juga dapat untuk mengetahui jika ada perkembangan
penyakit sistemik yang bermanifestasi di rongga mulut. Jika dokter
gigi mendapati kondisi demikian, biasanya akan merujuk pada dokter
yang berkompeten.
Masalah gigi berlubang masih banyak dikeluhkan baik oleh anak-
anak maupun dewasa dan tidak bisa dibiarkan hingga parah karena
akan memengaruhi kualitas hidup. Karena itulah, untuk
mencegahnya, minimal periksakan kondisi gigi ke dokter gigi
minimal 6 bulan sekali.
Menurut Drg Ratu Mirah Afifah GCClindent., MDSc, Professional
Relationship Manager Oral Care, PT Unilever Indonesia, Tbk,
permasalahan gigi akan menyebabkan seseorang mengalami rasa
sakit, ketidaknyamanan, cacat, infeksi akut dan kronis, gangguan
makan dan tidur serta memiliki risiko tinggi untuk dirawat di rumah
sakit. Akibatnya, akan membutuhkan biaya pengobatan tinggi dan
berkurangnya waktu belajar di sekolah.
Dicontohkan, di Indonesia, sakit gigi bisa berakibat seseorang
kehilangan waktu  kerja atau  sekolah rata-rata 4 hari setiap bulannya
dan hal ini juga terjadi di negara maju seperti Amerika Serikat dimana
lebih dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya dikarenakan
penyakit gigi dan mulut. "Untuk itulah, dianjurkan perlunya
mengunjungi dokter gigi setiap 6 (enam) bulan sekali untuk
mencegah, mendeteksi secara dini bila ada kelainan dan mendapatkan
perawatan gigi segera sebelum keadaan menjadi parah. Disebutkan,
data global juga menunjukkan bahwa penyakit gigi dan mulut menjadi
masalah dunia yang dapat mempengaruhi kesehatan secara umum dan
kualitas Kesehatan.
Seperti general check up kesehatan tubuh dari mata, telinga, denyut
jantung, tekanan darah, hingga urine dan tinja, pemeriksaan gigi
bermaksud untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut akan
meneropong kondisi rongga mulut secara menyeluruh, meliputi
kondisi gusi, ludah, bau mulut, gigi, termasuk email gigi. Berdasarkan
kondisi inilah bisa dilakukan penanggulangan.
Kondisi gusi diperiksa untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau
radang gusi (gingivitis) dengan alat yang disebut WHO probe. Gusi di
tiap gigi ditekan ringan. Kalau tak sehat, dengan tekanan ringan saja
gusi akan berdarah. Kalau terjadi radang gusi, karena terjadi di
jaringan penyangga gigi, risiko gigi tanggal mencapai 1 – 6 kali.
Karena masuknya kuman dapat menyebabkan radang gusi, terutama
dari jenis anaerob. Masuknya kuman itu bisa terjadi jika kebersihan
kurang terjaga. Gejala radang gusi yang mudah dirasakan adalah saat
sikat gigi, gusi berdarah, dan linu saat minum dingin atau asam.
Jika masih ringan, penanganannya bisa dilakukan dengan menyikat
gigi secara benar. Sebaliknya, bila sudah terjadi kelainan, misalnya
terbentuk kantung gusi karena gingivitis, tindakan medis mesti
dilakukan. Bila ukuran kantung gusinya berkisar 3 – 5 mm, dilakukan
pembersihan dengan dikuret. Bila kantung gusi telah lebih dari 6 mm,
tenpaksa dilakukan operasi gusi.
Sedangkan kondisi ludah yang diperhatikan adalah jumlah,
kekentalan, kadar keasaman, dan protein. PH ludah normal adalah 6 –
7. Makin cair makin bagus. Kalau terlalu kental, mulut akan kering
karena kekurangan enzim pengendali jumlah kuman. Dengan
bertambahnya usia, bisa terjadi syorgan syndrome, berkurangnya
produk si ludah. Keadaan ini bisa ditanggulangi dengan pemberian
obat. Juga dibantu dengan perilaku sehat, yaitu banyak berkumur dan
minum.
Kalau ada yang berlubang, ya ditambal. Kalau sudah ada yang
ompong, meskipun terletak di bagian dalam yang tak terlihat bila
tersenyum, sebaiknya dipasangi gigi palsu. Ini penting, karena gigi
selalu mencari kontak baru. Kalau ada lawannya, ia akan berhenti
bergerak. Gigi palsu itu bukan sekadar untuk tampil cantik, tapi untuk
membantu memperbaiki dan mempertahankan struktur.
Jika gigi berlubang dan ompong dibiarkan, kita akan cenderung
mengunyah di sisi gigi yang tak berlubang dan ompong. Padahal,
posisi mengunyah yang ideal harus seimbang. Sisi yang tak dipakai
mengunyah akan membuat makanan di sana tak hancur, lama-lama
karang gigi menutup permukaan gigi. Jika dibiarkan, akan
berpengaruh ke otot leher hingga timbul keluhan pusing. Rahang
sendi pun bisa berkelainan, karena fungsi gigitan tak seimbang.
Akhirnya, bisa mengganggu fungsi pendengaran.

BAB III
KESIMPULAN
Gigi yang sehat adalah gigi yangrapih, bersih, bercahaya dan didukung oleh
gusi yang sehat, yaitu gusi yang kencang dan bewarna merah muda. Untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan
perawatan secara berkala, sehingga didapatkan kondisi gigi dan jaringan
rongga mulut yang sehat. Hal tersebut dapat dicapai dengan memeriksakan
kesehatan gigi dan mulut ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dan bukan
hanya apabila terdapat keluhan saja.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28136/5/Chapter%20I.pdf. diakses
tanggal 19 November 2012)
Anonim. 2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21346/6/Chapter%20I.pdf. diakses
tanggal 19 November 2012)
Anonim. 2012.pentingnya sikat gigi sebelum tidur.http://carahidupsehat.info/pentingnya-sikat-gigi-
sebelum-tidur.html.(diakses tanggal 19 November 2012)
Anonim.2012. 10 Cara Menggosok Gigi yang Baik. http://www.preventionindonesia.com/a rticle.php?
name=/10-cara-menggosok-gigi-yang-baik&channel=.(diakses Minggu 18 November 2012
pukul 22.30 WIB)
Anonim.2012.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16868/4/Chapter%20II.pdf.    (  diakses
Minggu 18 November 2012 pukul 22.30 WIB)
Anonim . Karies Gigi. http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/ 20092/4/Chapter % 20II.pdf .
(diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.30 WIB)
Anonim. Karies Gigi. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-395-758510795-
bab %20ii.docx%20new%20prop.pdf .(diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.33
WIB)
Anonim. 2012.http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ed1mei102831_2087-0051.pdf(diakses tanggal
19-11-2012)
Anonim.2012. Penambalan Gigi. http://www.kedokterangigi.net/arsip/journal-penambalan-gigi-pdf.html (diakses tanggal
19-11-2012)
Jeni, Amelia. Dental Caries. http://staff.ui.ac.id /internal/140142719 /material/ DENTALCARIES.pdf .
(diakses Minggu 18 November 2012 pukul 22.34 WIB)
Kedokteran Gigi.net. 2011. Informasi Seputar Penyakit
Gusi.http://www.kedokterangigi.net / 483/informasi-seputar-penyakit-gusi.html(diakses
tanggal 19 November 2012)
Kedokteran Gigi .net. 2011. Informasi Seputar Penyakit Gigi.http://www.kedokterangigi .net/208/info-
seputar-kesehatan-gigi.html. (diakses tanggal 19 November 2012)
Kedokteran Gigi .net. 2011. Nutrisi untuk menjaga kesehatan
mulut http://www.kedokterangigi.net/313/nutrisi-untuk-menjaga-kesehatan-mulut.html
Novrinda, Herry. Penyuluhan Kesehatan Gigi dan Mulut. Dept. Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat-Pencegahan. FKG-UI
Rilhardian, Taufiq, 2012. Manfaat Menggosok
Gigi. http://lifestyle .kompasiana.com/catatan/2012/06/21/manfaat-menggosok-gigi/.(diakses 
Minggu 18 November 2012 pukul 22.30 WIB)
Zahrah. 2008. Karya Tulis. (internet) http://Karyatulis-Zha.blogspot.com/.(diakses tanggal 19-11-2012)

Posted by Hery Gunawan Channel at 8:34 AM 


Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Anda mungkin juga menyukai