Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Plak dental adalah kumpulan dari mikroorganisme yang ditemukan di permukaan gigi sebagai
biofilm yang tertanam dalam matriks polimer pejamu dan bakteri. Plak adalah bahan yang lembut, kuat
pada permukaan gigi yang tidak mudah dihapus hanya dengan membilasnya dengan air. Plak dental juga
didefinisikan secara klinis sebagai substansi kuning keabu-abuan-terstruktur yang melekat erat pada
permukaan keras intraoral. Dalam 1 mm3 plak dental dengan berat sekitar 1 mg, lebih dari 108 bakteri
yang ada. Meskipun lebih dari 300 spesies telah diisolasi dan dikarakterisasi dalam deposit ini, masih
tidak mungkin untuk mengidentifikasi semua spesies yang ada.

Kontrol plak merupakan usaha untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasi plak pada gigi.
Kontrol plak dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak mekanis merupakan cara
yang paling mudah dan paling efektif, dilakukan dengan menggunakan sikat gigi dan pembersih
interdental. Kontrol plak secara kimiawi meliputi bahan organik atau anorganik yang bertujuan untuk
mengontrol plak supragingiva, menghambat akumulasi, pertumbuhan dan kelangsungan hidup
mikrobiota dan debris yang dilakukan dengan penggunaan obat kumur.

Obat kumur saat ini menggunakan banyak bahan-bahan sintetis yang memiliki efek samping, seperti
noda hitam di gigi dan terganggunya ekologi flora normal rongga mulut. Beberapa agen antimikroba
telah dimasukkan dalam obat kumur untuk meningkatkan hasil prosedur kebersihan mulut mekanik atau
bahkan untuk menggantikan kontrol plak mekanis. Klorheksidin telah ditetapkan sebagai senyawa kimia
kontrol plak yang paling efektif. Klorheksidin telah lama dikenal sebagai bahan utama untuk kontrol plak
kimia. Klorheksidin sampai saat ini terbukti merupakan bahan antiplak paling efektif. Kemanjuran
klorheksidin sebagai obat kumur untuk menghambat plak gigi dan gingivitis telah didokumentasikan
dengan baik. Hal ini dianggap sebagai standar emas senyawa antimikroba terhadap efektivitas zat
antimikroba dan antiplak lainnya yang telah dikaji.

Penggunaan obat kumur yang telah diperdagangkan secara luas seringkali terbentur pada harga
yang cukup mahal. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemanfaatan obat tradisional
dalam rangka peningkatan dan pelayanan kesehatan. Istilah kembali ke alam pun kemudian sering
terdengar seiring dengan upaya pemanfaatan tanaman herbal dengan khasiat obat termasuk yang
berkhasiat sebagai antibakteri dan antibiofilm. Indonesia mempunyai banyak tanaman obat untuk
menanggulangi masalah kesehatan, salah satunya adalah Gambir yang terbukti banyak mengandung
katekin. Gambir (Uncaria Gambir), sebuah tanaman herbal asli Asia Tenggara, dapat banyak ditemui di
negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Gambir terbukti banyak mengandung katekin yang
berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi. Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur
merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir. Selain itu, obat kumur gambir akan
dapat menggantikan obat kumur komersial dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Sebagai
antibakteri, gambir dalam obat kumur diharapkan mampu membunuh ataupun menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab plak gigi dimana bakteri yang berperan penting dalam pembentukan
plak gigi adalah bakteri Streptococcus mutans.
Aning dkk. pada tahun 2012 telah melakukan penelitian tentang lama berkumur dengan air rebusan
gambir dan menyimpulkan bahwa berkumur dengan air rebusan gambir dapat menurunkan
pembentukan plak gigi. Pada tahun 2009, Amos melakukan penelitian tentang obat kumur gambir.
Dimana didapatkan hasil bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mempunyai visualisasi yang
paling baik dibandingkan obat kumur pada konsentrasi gambir lainnya. Aktivitas antibakteri pada obat
kumur gambir dengan konsentrasi 1% - 5% sebesar 20,45%-43,24% dengan pH sekitar 4,14-4,38 dan
viskositasnya sekitar 2,75-4,75 cP.10,11 Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti efektifitas Obat kumur ekstrak gambir 1% dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% dalam
menghambat pembentukan plak.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DASAR-DASAR KARIES

Dalam pengendalian plak untuk mencegah timbulnya karies dikenal dengan cara berikut ini ;

1.perawatan berdasarkan ‘hipotesa plak non-spesifik’

Menurut hipotesa ini, semua plak mempunyai potensi kariogenik,yaitu kariogenik adalah hasil dari
suatu infeksi yang non-spesifik. Bila hipotesa ini benar maka perbedaan utama,antara individu dengan
karies in aktif dan individu dengan karies rampan adalah pada kuantitas plak yang ada. Akibatnya
identifikasi individu dengan menggunakan tes kuman tidak di perlukan. Karena setiap individu
membentuk plak setiap harinya,maka seluruh masyarakat harus dirangsang untuk menjaga hygiene oral
dengan baik.

2.perawatan berdasarkan ‘hipotesa plak spesifik’

Filosofi perawatan ini mengemukan bawa plak tidak selau menyebabkan karies dan hanya plak
tertentu yang mengandung koloni mikroba spesifik yang bertangggung jawab terhadap timbulnya karies
pada gigi. Memang telah terbukti bahwa komposisi kuman pada plak bervariasi dari satu sisi ke sisi
lainnya baik dalam mulut yang sama maupun pada individu yang berbeda tela di kemukakan oleh
loesche(1) pada tahun 1982 bawa secara bakteri logik plak dapat di golongkan dalam 3 kelompok
besar,yaitu plak yang tidak menyebabkan penyakit,plak yang menyebabkan karies dan plak yang
menyebabkan penyakit periodontium.

Usaha-usaha penelitian untuk pengendalian plak umunya mengikuti jalur-jalur berikut ini :

a) Cara mekanis
b) Cara kemis untuk menghambat pembentukan plak atau menghindari kuman spesifik dan
produknya dalam plak
c) Cara imunologik

2.2 PEMBUANGAN PLAK SECARA MEKANIS

1.pemeriksa plak: bahan ‘penyingkap’ dan cermin

Agar penderita dapat belajar membersihkan plak dengan efektif sangatlah menolong bila
kepada penderita d itunjukkan dimana plak dapat ditemukan pada saat pemeriksaan. Karena plak
tembus pandang dan warnanya sama dengan warna gigi, maka supaya terlihat plak tersebut lebih
dahulu harus diberi warna.

2.sikat gigi
Setiap sikat gigi yang memungkinkan penderita bisa dapat mencapai semua permukaan dengan
mudah sudah cukup,walaupun sikat ukuran menengah dengan bagian kepala yg kecil umumnya
lebih dianjurkan. Namun,penting untuk mengganti sikat gigi cara teratur,paling tidak setiap
3bulan atau kurang terutama bila serabut pada sikat gigi tersebut tidak lurus lagi. Sikat yg
menunjukkan tanda-tanda harus karena pemakaian tersebut tidak dapat membersihkan
permukaan gigi dengan baik.

3.cara menyikat gigi

Bermacam-macam cara menyikat gigi telah dikemukakan dan diklasifikasikan sesuai


dengan macam gerakan yg ditimbulkan oleh sikat-sikatnya.misalnya:
a. Metoda ‘menggosok’ yaitu gerakan menggosok dalam arah orizontal dan biasanya
dianjurkan pada anak-anak.
b. Metoda ‘menggulung atau ‘ sentakkan menggulung’ adalah gerakan yang didapat
dengan mengarahkan serabut sikat gigi ke apeks dan memutar kemudian
menggulung atau memutar sikat dari tepi gingiva ke oklusal atau tepi-tepi insisal
gigi.
c. Metoda ‘fones’, gerakan dilakukan pada saat gigi dalam keadaan oklusi dan sikat
diputar
d. Metoda ‘leonard’ menganjurkan gerakan vertikal,dengan menyikat gigi bagian atas
dan bawah secara terpisah.
e. Cara’charters’dan ‘bass’ menggunakan gerakan bergetar

4. pembersihan interdental

Permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak beraturan tidak dapat dicapai dengan
sikat yang biasa.oleh karena itu suatu alat bantu seperti ‘benang gigi’ atau ‘pita gigi’,tusuk gigi dari
kayu,sikat yang mempunyai serabut kelompok tunggal atau sikat interdental dapat digunakan untuk
daerah-daerah seperti ini.

2.3 BAHAN KIMIA SEBAGAI PENGENDALI PLAK

Membersihkan plak secara mekanis setiap hari dengan teratur merupakan cara
pengendalian plak yang telah dikenal dan cukup merangsang individu untuk mencapai
tingkat kemahiran yang tinggi. Namun ada sebagian orang yang sulit menguasai pebuangan
plak secara mekanis ini. Individu dengan cacat ismaniah dan mental mungkin harus
tergantung pada orang lain dalam melaksanakan hygiene oralnya. Juga penyakitan gigi akan
menyakitkan jika seseorang sedang mengalami peradangan akut. Oleh karena itu banyak
penelitian diarahkan pada penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat menghambat atau
menekan penumpukan plak.

Seandainya semua plak bakteri mampu menyebabkan karies,maka suatu bahan yang
ideal harus dapat menghambat seluruh plak dan harus terus menurus digunakan.bahan anti
karies yang idela hanya perlu untuk menghilangkan jenis kuman tertentu saja dan tidak
perlu terus menerus. Paling tidak, bahan yang digunakan ini harus aman digunakan dalam
mulut. Bahan tersebut terutama tidak merangsang tumbuhnya mikroorganisme yang
resistem serta tidak menyebabkan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan
Ada 4 kelompok utama bahan-bahan kimia yang telah diteliti yaitu enzim,bahan
pengaktif permukaan, anti biotika, dan bahan anti bakteri.

1. Enzim
Dalam upaya untuk menguraikan matrik plak sehingga merusakkan dan
menghilangkan plak, telah dicoba penggunaan enzim-enzim hidrolitik,proteolitik
dan glikolitik. Sejauh ini telah terbukti bahwa enzim tidak efektif atau tidak berguna
karena kemajemukan matriks kuman plak dan masa kerjanya yang singkat serta
sifat enzim itu sendiri. Juga dijumpai adanya kemungkinan toksisitas pada sebagian
sediaan
2. Bahan pengaktif permukaan
Secara teoritis pengaktif permukaan merupakan suatu sarana untuk
memperbaiki permukaan gigi sehingga plak sukar melekat. Dari penelitian invitro
terlihat bahwa fluor mungkin mampu memperlambat penumpukan pelikel dan
plak,walaupun bukti invivo yang dapat menunjang hal ini hanya sedikit
3. Antibiotika
Penisilin,tetrasiklin,spiramisin,dan eritromisin semuanya dapat menghambat
pembentukan plak. Suatu penelitian terhadap anak-anak yang menderita demam
rematik,yang mendapat penisilin dalam dosis besar untuk mencegah infeksi
streptokokus,memperlihatkan adanya penurunan karies sebanya 55% dalam dua
tahun dilain pihak ada beberapa antibiotika yang sukar diserap oleh usus dan
dipakai secara teratas dalam kedokteran umum. Oleh karena itu telah dicoba
dilihat sifat menghambat plak yang dipunyai oleh vankomisin,polimiksin b dan
kananisin.
Percobaan dilakukan dalam bentuk pasta dengan aplikasi topikal. Dari ketiga bahan
ini, tampaknya kananisin merupakan bahan yang paling dapat diharapkan.
Pemakaian antibiotika yang ada sekarang dalam pengendalian plak rutin,tampaknya
tidak begitu baik bahaya timbulnya sensitisasi,pada penggunaan topikal sekalipun,
nampaknya tidak akan memungkinkan pemakaian antibiotika ini dalam waktu dekat.
4. Bahan antibakteri
a. Fluor
Efek fluor pada plak bakteri memperlihatkan bahwa aplikasi topikal 1.23% acidulated
phosphate fluoride selama 10 hari meneybabkan bekurang nya 70% s. mutans dalam
plak gigi. Walaupun percobaan ini memperlihatkan adanya daya antibakteri fluor,
umunya pemakaian fluor sehari-hari di rumah dengan konsentrasi tinggi seperti itu
tidak di anjurkan karena pertimimbangan keselamatan. Walaupun konsentrasi fluor
yang rendah dapat mempengaruhi metabolisme bakteri, tetapi konsentrasi pasta gigi
yang mempunyai efek bakterisida dalam pasta gigi dan obat kumur tetap harus di
sesuaikan.
b. Chlorhexidine
APLIKASI DAN CARA BEKERJANYA

Chlorhexidine adalah antiseptic yang telah diuji dan di gunakan secara ekstensif
untuk pengendalian plak dalam 15 tahun terakhir ini.keberhasilannya sebagai
penghambat plak tidak melulu bergantung pada sifat bakteriostatiknya saja.kumur
atau penyikatan dengan beberapa antiseptic dan menurunkan jumlah hitung bakteri
saliva secara kasar tetapi bakteri akan bertambah jumlah nya dengan cepat dan
jumlah hitung kuman tersebut mungkin kembali ketingkatan sebelum perawatan
dalam 1 jam.

Chlorhexidine merupakan antiseptic yang di serap oleh permukaan gigi dan


mempunyai daya anti bakteri terhadap organisme yang mencoba menempel di
situ.kecepatan penglepasan kationnya dari permukaan gigi menentukan
efektivitasnya sebagai bahan anti plak

2.3 Imunisasi

Mengingat karies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman pathogen yang
spesifik,secra teoritas penakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.ada nya hubungan antara S.mutans
dengan timbulnya karies pada hewan penelitian dan karies di manusia telah menyebabkan dilakukannya
banyak penelitian dalam pengembangan metoda imuisasi terhadap karis dalam sepuluh tahun terakhir
ini. Akan tetapi sampai saat ini,penelitian pada manusia belum dilakukan.

a.imuniasi sistematik aktif

tikus,tupai, dan monyet di gunakan untuk menguji efek beragam aksin dalam reaksi antibody
dan/perkembangan karies gigi. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan sel utuh,pecahan sel,atau
produk sel S.Mutans . percobaan-percobaan tersebut di lakukan secara oral dan penyuntikan di bawah
kulit atau membrane di mulut, ke dalam rongga peritoneal dan di kelenar liur besar.

b.imunisasi pasif lokal

imunisasi pasif lokal merupakan metoda alternatif yang menghindari kemungkinan terjadi nya efek
samping sistematik seperti yang di timbulkan oleh imunisasi sistematik aktif. Aplikasinya pada karies gigi
kini di mugkinkan dengan adanya perkembangan antibody ‘monoklonal’ terhadap S.Mutans yang dapat
di aplikasikan secara topikal pada permukaan gigi untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme ini pada
fissure dan permukaan halus.
2.4 PEMBENTUKAN PLAK

Dalam waktu beberapa jam akan terbentuk perlekatan antaraspesies streptococcus dan kemudian
actinomyces dengan pelikel.

Plak bertumbuh melalui pembelahan internal dan deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri
akan melekat pada kolum ini dan berlipat ganda sehingga setelah 3-4 minggu, akan terbentuk flora
mikrobia yang mencerminkan keseimbangan ekosistem organisme atau microbial pada permukaan gigi.

Koloni bakteri yang pertama adalah streptococcus mitior, s.sangius, actinomyces viscosus dan A.
naeslundii.bila bakteri ini dibiarkan bertumbuh selama beberapa hari, akan timbul inilamasi gingiva.

Secara klinis,plak gigi merupakan lapisan bakteri yang lunak,tidak terkalsifikasi,menumpuk dan
melekat pada gigi-geligi dan objek lain didalam mulut, misalnya restorasi, geligi tiruan, dan kalkulus.
Dalam bentuk lapisan tipis plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat terlihat dengan bantuan bahan
disclosing.

2.5 UPAYA PENCEGAHAN DAN KONTROL TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK

Usah-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengontrol pembentukan plak gigi, meliputi:

1. Mengatur pola makanan


2. Tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan terhadap polisakarida ekstraseluler dan
3. Tindakan secara mekanis berupa pembersihan rongga mulut dan gigi dari semua sisi
makanan, bakteri beserta hasil-hasil metabolismenya.

2.6 MENGATUR POLA MAKANAN

Tindakan pertama yang dapat dilakukan untuk mencega atau setidak-tidaknya mengontrol
pembentukan plak, adalah dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat
terutama sukrosa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ASI, susu sapi, dan makanan tambahan untuk bayi relative
tidak mengandung bahan-bahan yang bersifat asidogenik atau kariogenik, kecuali jika ditambakan
sumber karbohidrat lain.
Laporan tersebut juga menyimpulkan bahwa karies yang terjadi lebih disebabkan oleh factor
diet yang lain sehingga UK merekomendasikan untuk memberi ASI secara ekslusif selama 6 bulan
pertama,setelah itu bayi harus diberikan makanan tambahan yang cukup sementara menyusui tetap
diberikan.
Anjurkan kepada orang tua dan pengasuh untuk menghindari minuman yang mengandung gula,
termasuk jus buah, diantara waktu makan. Sebagai gantinya dapat diberikan air atau susu, serta
jangan diberikan setelah menggosok gigi pada malam hari.

Kategori Penyakit Mulut


Karies dan periodontal disebabkan oleh adanya plak gigi patogen pada permukaan gigi dan
karenanya dikenal sebagai penyakit plak. Tujuan perencanaan ideal, atau jangka panjang untuk
mengatasi karies gigi dan penyakit periodontal adalah pengembangan sistem pengiriman preventif
dan metode untuk akhirnya mencapai insiden penyakit nol atau hampir nol untuk populasi target.
Tujuan jangka pendek yang lebih realistis adalah pencapaian tingkat kehilangan gigu nol atau hampir
nol dari penyakit penyakit ini dengan prosedur pencegahan dan perawatan terintegrasi.

Kontrol plak

Plak gigi terdiri dari protein saliva yang melekat pada gigi, ditambah bakteri dan produk akhir dari
metabolisme bakteri. Baik kariogenik dan periodontopatogen terakumulasi dalam plak yang terletak
di sepanjang margin gingiva, interproximally, dan di lubang dan celah.
Plak supra gingiva dapat dilihat di atas margin gingiva pada semua permukaan gigi, plak subgingiva
ditemukan di sulkus dan kantung di bawah margin gingiva, dimana tidak terlihat. Plak supragingiva
menampung bakteri tertentu yang dapat menyebab kan karies supragingiva (koronal).
Jadi untuk kontrol plak kita harus mengurangi makan karbohidrat bisa juga setelah kita makan
langsung gosok gigi supaya plak nya tidak menempel dan bisa hilang.

Bakteri Dalam Plak Gigi

Bakteri plak bervariasi dalam jumlah dan proporai dari waktu ke waktudan dari situs ke situs
dalam mulut setiap individu. Keragaman bahkan lebih besar antara individu, 67 antara ras, 68 dan
antara plaj supra dan subgingiva.
Hanya bakteri berlimpah yang ditemukan hampir secara universal di mulut manusia dan hewan
adalah streptokokus dan aktinomisetes.
Bakteri mengkolonisasi gigi dalam urutan yang dapat diprediksi. Yang pertama patuh adalah penjajah
primer, kadang kadang disebut sebagau spesies perintis. Ini adalah mikroorganisme yang dapat
menempel langsung ke pelikel yang diperoleh. Yang datang kemudian adalah penjajah sekunder.
Mereka mungkin dapat menjajah lapisan bakteri yang ada tetapi mereka tidak dapat bertindak
sebagai penjajah primer. Secara umum, penjajah utama tidak patogen. Jika plak dibiarkan tetap tidak
terganggu, akhirnya menjadi dihuni oleh penjajah skunder yang kemungkinan merupakan agen
etiologi karies, gingivitis, dan periodontitis, bentuk destruktif dari penyakit periodontal inflamasi.
Penjajah pertama atau primer cenderung menjadi bakteri aerob (toleran oksigen) termasuk neisseria
dan rothia. Streptococci, batang fakulatif gram positif, dan aktinomisetis adalah organisme utama
pada fisura awal plak perkiraan. 7375 ketika kadar oksigen plak turun, proporsi batang gram negatif,
misalnya fusobakteria, dan kokus gram negatif seperti karena veillonella cenderung meningkat.
Dari penjajah awal, streptokokus sanguis sering muncul pertama kali, 76 diikuti oleh S.mutans.
keduanya bergantung pada lingkungan terlindung untuk pertumbuhan dan keberadaan karbohidrat
ekstraseluler (mis. Sukrosa). Sukrosa digunakan untuk mensitetis polisakarida intraseluler yang
berfungsi sebagai sumber energi internal, serta mantel polisakarida eksternal. Lapisan polisakarida
membantu melindungi sel dari efek osmotik sukrosa. Selain itu mengurangi efek penghambatan
produk akhir metabolisme beracun, seperti asam laktat, pada kelangsungan hidup bakteri.
Formasi plak gigi

Banyak faktor yang mempengaruhi penumpukan plak, mulai dari faktor sederhana, seperti
perpindahan mekanis, stagnasi (yaitu, kolonisasi di lingkungan terlindungi atau tidak terganggu) dan
ketersediaan nutrisi, hingga faktor kompleks, termasuk interaksi antara mikroba dan mikroba. Sistem
imun inflamasi inang. Bakteri cenderung dikeluarkan dari gigi selama pengunyahan makanan, oleh
lidah, menyikat gigi, dan kegiatan kebersihan mulut lainnya. Untuk alasan ini, bekteri cenderung
menumpuk pada gigi di lingkungan terlindung, tidak terganggu (situs beresiko) seperti celah oklusal,
permukaan apikal terhadap kontak antara gigi yang berdekatn, dan pada sulkus gingiva.
Berbagai macam faktor mempengaruhi kolonisasi gigi oleh bakteri. Plak gigi terdiri dari berbagai
spesies bakteri yang tidak terdistribusi secara seragam, karena spesies yang berbeda menjajah
permukaan gigi pada waktu dan kondisi yang berbeda pula.
Matriks ini terdiri dari komponen organik dan anorganik yang terutama berasal dari bakteri.
Polisakarida yang berasal dari metabolisme bakteri karbohidrat merupakan konstituen utama dari
matriks sedangkan protein /glikoprotein saliva dan serum mewakili komponen kecil. Bakteri dalam
biofilm subgingiva terdiri dari beberapa spesies motil yang tidam membentuk mikrokoloni yang khas.

Metabolisme plak gigi

Organisme plak tumbuh dalan lingkungan yang buruk. Ini termasuk suhu, kekuatan ionik, tekanan
oksigen, kadar nutrisi, dan unsur unsur antagonis, seperti organisme yang bersaing dan respon imun
inflamasi host. Untuk mengatasi lingkungan yang tidak bersahabat ini, organisme plak harus
menemukan tempat yang aman terkait dengan tetangga mereka dan lingkungan mulut. Lokasi yang
menguntungkan seperti itu disebut ceruk ekologis. Biasanya, setelah ceruk didirikan, bakteri
mikrobiota penduduk hidup berdampingan dengan inang mikrokosmos sekitarnya. Simbiosis ini
menghasilkan resistensi terhadap kolonisasi oleh organisme non adat berikutnya. Dengan cara ini
mikrobiota residen dapat melindungi inang terhadap infeksi oleh patogen primer utama,
mis.corynebacterium diphtheria dan streptococus pyogenes.
Dengan gula makanan memasuki plak glikolisis anaerob menghasilkan asam (asidogenesis) dan
akumulasi asam dalam plak. Jika tidak ada organisme yang mengkonsumsi asam (misalnya,
veillonella) tersedia untuk menggunakan asam, pH plak turun dengan cepat dari 7,0 kebawah.
Penurnan ini penting karena enMel mulai mengalami demineralisasi antara pH 5,0 dan 5,5. Salah satu
hasil yang mungkin dari penurunan pH adalah pembubaran permukaan gigi mineralyang berdekatan
dengan plak, sehingga kavitas kries gigi. Proses ini memberikan bakteri akses ke elemen
anorganik(misalnya,kalsium dan fosfat) yanh diperlukan untuk kebutuhan nutrisi mereka. Dengan
menempel pada permukaan gigi melalui lapisan organik yang berasal dari air liur, bakteti plak gigi
dapat memperoleh akses ke pasokan nutrisi organik, sebuah fenomena yang tetsebar luas.
Sampai plak supragingiva termineralisasi sebagai kalkulus gigi, oa dapat dihilangkan dengan menyikat
gigi dan flosing. Saat plak matang ia menjadi lebih tahan terhadap pencabutan dengansikat gigi.
Dalam satu studi, pada 24, 48, dan 72 jam setelah pembentukan, tekanan masing masing 5,5, 7,8 dan
14,0 g / cm2, masing masing diharuskan untuk melepaskan plak paling banyak tiga kali lipat tekanan
untuk melepaskannya pada hari ketiga pada yang pertama. Setelah kalkulus gigi terbentuk
diperluaskan instrumentasi profesional untuk pengangkatannya..

Anda mungkin juga menyukai