Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PREVDENT

‘’KARIES GIGI’’

Dosen Pembimbing Nova Herawati, SKp.G, M.Kes

Disusun Oleh :

Yurike Mala

205110519

Kelas 1B

PRODI DIII KEPERAWATAN GIGI

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,inayah,taufik
dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana.Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan , petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Nova
Herawati, SKp.G, M.Kes pada mata kuliah Pencegahan penyakit gigi dan mulut. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Karies Gigi bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Harapan saya semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca,sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik. Saya mengucapkan terima kasis kepada ibu Nova
Herawati, SKp.G, M.Kes selaku dosen dalam mata kuliah Pencegahan penyakit gigi dan
mulut yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang.Oleh karena itu saya harapkan kepada pembaca untuk memberikan masukan kepada
saya yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………….

BAB 1
1.1 PENDAHULUAN……………………………………………………...
1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………….
1.3 TUJUAN………………………………………………………………..

BAB 2
2.1 DEFINISI KARIES GIGI……………………………………………..
2.2 ETIOLOGI KARIES GIGI……………………………………………
2.3 PENTINGNYA KESEHATAN GIGI……………………………………
2.4 GAMBARAN KARIES GIGI……………………………………………
2.5 PENCEGAHAN PRIMER KARIES GIGI………………………………

BAB 3
3.1 KESIMPULAN…………………………………………………………
3.2 SARAN…………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA :
 Buku :

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/1914/3/3%20Bab%202.pdf

http://repository.unimus.ac.id/2123/3/6.%20Bab%20II.pdf

 Jurnal :

http://journal.unpad.ac.id/jkg/article/view/18509

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/6630

http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-DENTJ-38-3-07.pdf

 Judul buku : DASAR-DASAR KARIES (penyakit dan penanggulangannya)

Tahun terbit 1991-1992 (https://books.google.co.id/books?


id=l5lwlrHtnU4C&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false)
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu
proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan
terus berkembang ke bagian dalam gigi . Karies merupakanhasil interaksi dari bakteri di
permukaan gigi, plak, dan diet (khususnya komponen kabohidrat yang dapat difermentasikan
oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga terjadi
demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya.

Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering memengaruhi individu
pada segala usia, karies gigi merupakan masalah oral yang utama pada anak-anak dan remaja.
Upaya menurunkan insidensi dan akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak
karena karies gigi, jika tidak ditangani, akan menyebabkan kerusakan total pada gigi yang
sakit.

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas jasad renik dalam suatukarbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya
adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan
organiknya. Dalam pencapaian target Indonesia Sehat 2013, dilakukan peningkatan status
kesehatan gigi juga peningkatan kemampuan masyarakat untuk melakukan pencegahan
secara global. Adapun sasaran secara menyeluruh tahun 2010 menurut WHO 90% anak
berumur <5 tahun bebas karies, penduduk berumur <18 tahun tidak ada gigi yang dicabut
karena karies dan kelainan periodontal.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari karies gigi


2. Sebutkan etiologi dari karies gigi
3. Apa pentingnya kesehatan gigi pada anak
4. Bagaimana gambaran dari karies Rumpan
5. Apa penjelasan pencegahan primer dari karies gigi pada anak

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini agar saya mengetahui :


1. Apa itu pengertian dari karies gigi
2. Apa saja etiologi dari karies gigi
3. Apa pentingnya kesehatan gigi pada anak
4. Apa saja gambaran dari karies Rumpan
5. Apa penjelasan pencegahan primer dari karies gigi pada anak
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Karies Gigi

Karies gigi (kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu
proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan
terus berkembang ke bagian dalam gigi (Hamsafir, 2010). Karies merupakanhasil interaksi
dari bakteri di permukaan gigi, plak, dan diet (khususnya komponen kabohidrat yang dapat
difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam, terutama asam laktat dan asetat) sehingga
terjadi demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya
(Putri, M. H., Herijulianti, E., dan Nurjanah, N., 2010).

Karies atau lubang gigi adalah sebuah penyakit dalam rongga mulut yang diakibatkan oleh
aktivitas perusakan bakteriterhadap jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum).
Kerusakan ini jika tidak segera ditangani akan segera menyebar dan meluas. Jika tetap
dibiarkan, lubang gigi akan menyebabkan rasa sakit, tanggalnya gigi, infeksi, bahkan
kematian (Sandira, 2009).

Karies gigi diawali dengan timbulnya bercak coklat atau putih yang kemudian berkembang
menjadi coklat. Lubang ini terjadi karena luluhnya mineral gigi akibat reaksi fermentasi
karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa olehbeberapa tipe bakteri penghasil
asam (Yekti Mumpuni dan Erlita Pratiwi, 2013).

2.2 Etiologi Karies Gigi


Beberapa jenis Karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa , dapat diragikan oleh
bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5
dalam tempo1-3 menit.Penurunan pH yang berulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai.

Terjadinya karies gigi dapat disebabkan oleh faktor etiologi dan faktor resiko. Faktor etiologi
adalah faktor primer yang langsung mempengaruhi dalam rongga mulut, sedangkan faktor
resiko adalah faktor tidak langsung yang dapat mempermudah terjadinya karies gigi.

1) Faktor Langsung

a) Host

Host merupakan suatu bagian dari dalam tubuh seperti struktur dan komposisi gigi yang
memiliki peranan paling penting. Struktur gigi yang paling resisten terhadap karies yaitu
email. Bentuk anatomi gigi juga mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu apabila pit dan
fissure dalam maka sisa makanan akan lebih mudah menumpuk dan jika dibiarkan dapat
berkembang menjadi karies gigi(Ramayanti dan Purnakarya, 2013).Saliva mempengaruhi
terjadinya karies gigi karena salah satu fungsi saliva yaitu membantu menjaga kebersihan gigi
dan mulut. Sekresi saliva yang sedikit dapat menyebabkan tingginya kejadian karies gigi
karena menurunnya kemampuan saliva untuk membersihkan sisa makanan dalam rongga
mulut (Tarigan, 2014).

b) Mikroorganisme

Mikroorganisme yang dapat mengakibatkan karies gigi yaitu streptococcusmutans dan


lactobacillus. Mikroorganisme utama yang berperan pada proses terjadinya karies gigi yaitu
Streptococcus mutans , kemudian proses pembentukan kavitas akan dilanjutkan oleh
lactobacillus. Plak adalah kumpulan suatu bakteri yang tidak dapat terkalsifikasi yang berupa
lapisan lunak, dapat melekat pada seluruh permukaan gigi maupun tambalan gigi tetapi
paling sering terdapat pada permukaan yang sulit untuk dibersihkan. Pembentukan kavitas
pada gigi dapat terjadi karena pH didalam rongga mulut dalam keadaan asam(Ramayanti dan
Purnakarya, 2013).

c) Substrat

Substrat merupakan berbagai macam makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi
pembentukan plak. Plak gigi dapat membantu perkembang biakan serta kolonisasi bakteri.
Substrat yang paling berpengaruh terhadap kejadian karies gigi yaitu makanan yang banyak
mengandung gula. Konsumsi gula yang dilakukan secara berulang-ulang dalam satu hari
dapat mengakibatkan pH rongga mulut menjadi asam sehingga pembentukan plak lebih
mudah terjadi (Ramayanti dan Purnakarya, 2013).

d) Waktu

Karies gigi merupakan suatu penyakit dengan proses perkembangan yang lambat dan terjadi
secara bertahap (Brown dan Doddss, 2008:45-55). Perkembangan karies menjadi
suatukavitas kira-kira membutuhkan waktu 6-48 bulan (Pintauli dan Hamada, 2008:21).
Karies gigi dapat terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara proses remineralisasi
dan demineralisasi yang dipengaruhi oleh konsumsi gula, kualitas email, dan jumlah plak
dalam rongga mulut (Ramayanti dan Purnakarya, 2013).

2) Faktor Tidak Langsung


a) Usia

Kejadian karies gigi dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Anak-anak memiliki
resiko tinggi terhadap karies karena sulitnya melakukan pembersihan gigi pada saat baru
erupsi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tarigan tahun 2014 membuat faktor usia
menjadi 3 fase, yaitu:

 Periode gigi bercampur: Pada periode ini gigi molar satu permanen paling sering
terkena karies gigi.
 Periode remaja usia 14-20 tahun: pada periode ini yang sering terjadi adalah
pembengkakan gusi yang disebabkan oleh perubahan hormonal, sehingga membuat
kebersihan gigi dan mulut kurang terjaga dan meningkatkan prevalensi karies.
 Usia 40-50 tahun: pada periode ini akan terjadinya resesi gingiva sehingga sisa
makanan lebih mudah menempel dan sukar dibersihkan (Tarigan, 2014)
b) Jenis Kelamin

Pertumbuhan gigi sulung maupun gigi permanen lebih cepat terjadi pada wanita. Hal tersebut
membuat prevalensi karies gigi lebih banyak terjadi pada wanita, karena gigi lebih lama
terpapar oleh faktor etiologi dalam rongga mulut (Fejerskov, 2008).

c) Keturunan

Prevalensi karies gigi yang terjadi pada orang tua dapat mempengaruhi karies gigi pada
anaknya. Orang tua dengan prevalensi karies tinggi cenderung memiliki anak denga
prevalensi karies tinggi, begitu juga apabila orang tua dengan prevalensi karies rendah maka
karies pada anaknya cenderung rendah pula. Faktor keturunan belum dipastikan dapat
mempengaruhi prevalensi karies gigi, karena dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan perilaku
pada satu keluarga (Fejerskov, 2008).

d) Sosial Ekonomi

Keadaan ekonomi suatu keluarga dapat mempengaruhi status karies. Anak yang berasal dari
keluarga dengan status ekonomi rendah diketahui memiliki indeks DMF-T yang lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang berasal dari status ekonomi tinggi (Tulangow, 2013).Status
ekonomi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku salah satunya dalam hal memelihara
kebersihan gigi dan mulutnya(Fejerskov, 2008).

2.3 Pentingnya Kesehatan Gigi pada anak

Kesehatan gigi dan mulut anak usia 4-5 tahun penting untuk diperhatikan. Masa 5 tahun
pertama tahap perkembangan anak merupakan golden ageatau masa emas dalam periode
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pada masa ini segala hal yang terjadi akan terserap
pada diri anak kemudian menjadi dasar/memori tajam pada anak.1Kesehatan gigi dan mulut
anak merupakan salah satu hak yang penting selain merupakan pintu gerbang pertama di
dalam sistem pencernaan pada usia 4-5 tahun semua gigi sulung telah erupsi dan menuju
periode gigi bercampur (mix dentition). Tandon, mengatakan bahwa pada usia ini mulai
terjadi resorpsi pada gigi insisif sentral dan molar pertama sulung. Gigi sulung rusak
mengganggu kesehatan umum, yang berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan anak juga akan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan muka.
Sakit gigi dan maloklusi serta Traumatic Dental Injury (TDI) merupakan masalah gigi dan
mulut yang sering ditemukan pada anak usia prasekolah Hasil studi Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2011 menunjukkan angka kejadian masalah kesehatan gigi dan mulut
mengalami kenaikan yangsignifikan terjadi pada anak usia 3-5 tahun sebesar 81,2%. Hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013,anak umur 4-5 tahun merupakan kelompok umur
yang cukup banyak mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut dimana masing-masing
10,4% anak usia 1-4 tahun serta 28,9% anak usia 5-9 tahun mengalami masalah kesehatan
gigi dan mulut.

Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling banyak terjadi pada anak-
anak di dunia. World Health Organization(WHO) menyatakan, angka kejadian karies pada
anak sebesar 60-90%. Penelitian yang dilakukan oleh Schroth R. pada anak usia di bawah 72
bulan di Canada tahun 2010 dikatakan bahwa prevalensi ECC sebesar 53,0%, di Amerika
Serikat pada akhir 2010, prevalensi Early Childhood Caries (ECC)pada anak usia 2-5 tahun
di adalah 27,5%. Tahun 2009, Thaverud melaporkan bahwa terdapat pengolongan prevalensi
karies: anak berusia 1 thn (5%), usia 2 thn (10%), usia 3 thn (10%), usia 4 thn (55%), dan
usia 5 thn (75%).5 Prevalensi karies gigi di Indonesia adalah: usia 3 thn (60%), usia 4 thn
(85%) dan usia 5 thn (86,4%).Selain karies, penyakit periodontal, maloklusi, dan
trauma pada gigi merupakan permasalahan gigi dan mulut pada anak-anak.8 Penyakit
periodontal terutama gingivitis merupakan penyakit terbanyak ke-2 di Indonesia dengan
prevalensi mencapai 96,58%.Menurut Mathewson dan Primosch menyebutkan bahwa
prevalensi gingivitis meningkat dengan pertambahan usia yaitu 8% (anak usia 4-6 thn), 28%
(usia 6-15 hm), 50% (usia 6-12 thn), dan 75% (usia 5-14 thn). Locker telah mengembangkan
kerangka konsep untuk mengukur keterkaitan kesehatan gigi dan mulut dengan kualitas hidup
yang dikenal dengan Oral Health-Related Quality of Life(OHRQoL) atau kesehatan gigi dan
mulut terkait kualitas hidup. Teori ini ditetapkan oleh Locker pada tahun 1988 dengan tujuan
untuk mengukur kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup berdasarkan penilaian
individu berdasarkan kondisi gigi dan mulutnya. Terdapat 7 dimensi untuk mengukur kualitas
hidup yaitu keterbatasan fungsi, nyeri fisik, ketidaknyamanan psikologis, disabilitas fisik,
disabilitas psikologis, disabilitas sosial dan kecacatan.OHRQoL merupakan bagian integral
dari kesehatan umum dan kesejahteraan, hal ini diakui oleh WHO.Kesehatan gigi dan mulut
terkait kualitas hidup atau OHRQoL pada anak-anak pra sekolah dan dapat diukur dengan
menggunakan instrumen Early Childhood Oral. Health Impact Scale (ECOHIS)(ECOHIS).
ECOHIS dikembangkan di USA oleh Hernandez dkk untuk menilai dampak negatif dari
kesehatan gigi dan mulut yang mempengaruhi kualitas hidup anak pra sekolah (3-5 tahun).

Kriteria nilai kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup atau OHRQoL digolongkan
menjadi tiga:
1) kurang berdampak
2) cukup berdampak
3) sangat berdampak.
Penentuan interval pada kriteria nilai kesehatan gigi dan mulut terkait kualitas hidup
atau OHRQoL dihitung dengan menggunakan rumus. Kriteria nilai kesehatan gigi dan mulut
terkait kualitas hidup atau OHRQoL:

 kurang berdampak jika terdapat pada rentang (0–33,3%)


 cukup berdampak jika terdapat pada rentang (33,4-66,6%)
 sangat berdampak jika terdapat pada rentang (66,7-100%). Analisis data dilakukan
dengan menggunakan distribusi frekuensi relatif

2.4 Gambaran jumlah karies Rampan

Karies rampan merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering
terjadi pada anak. Hal ini memengaruhi pertumbuhan serta perkembangan gigi anak. Karies
rampan sering ditemukan pada anak usia balita dan penyebaran tertinggi pada anak usia 3
tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran karies rampan pada siswa
Pendidikan Anak Usia Dini di desa Pineleng II Indah. Penelitian yang dilakukan merupakan
jenis penelitian cross-sectional study dengan sampel siswa yang berusia 3-5 tahun yaitu
sebanyak 74 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan ialah total sampling.
Pemeriksaan karies rampan dilakukan dengan menggunakan kriteria WHO kemudian
didiagnosis berdasarkan tingkat perluasannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe
karies rampan yang paling banyak ditemui yaitu pada tipe III 19 siswa(38,78%), kemudian
terbanyak kedua ialah tipe I 14 siswa (28,57%), terbanyak ketiga yaitu tipe II 13 siswa
(26,53%), dan yang paling sedikit yaitu tipe IV 3 siswa(6,12%).Kesimpulan dari penelitian
ini yaitu karies rampan paling banyak dijumpai pada siswa yang berumur 5 tahun dan pada
siswa yang berjenis kelamin perempuan. Tipe karies rampanyang paling banyak yaitu tipe III
dan yang paling sedikit yaitu tipe IV.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen dari kesehatan secara umum dan
juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan normal dari anak. Masalah
kesehatan mulut dapat memengaruhi perkembangan umum anak-anak, kesehatan tubuh
secara umum dan juga dapat berdampak negatif terhadap kualitas hidup.Salah satu masalah
kesehatan gigi dan mulut yang terjadi pada anak-anak yaitu karies gigi. Karies dapat
mengenai gigi sulung dan gigi tetap, tetapi gigi sulung lebih rentan terhadap karies karena
struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap.1,2 Jenis karies gigi sulung
yang umum terjadi yaitu karies rampan. Karies ini sering ditemukan pada anak usia di bawah
lima tahun (balita), dengan penyebaran tertinggi pada anak usia tiga tahun.Kurangnya
perhatian dan kesadaran orang tua akan pentingnya menjaga dan menanamkan kesehatan gigi
dan mulut usia dini dapat berakibat pada masalah karies rampan yang dapat memengaruhi
kualitas hidup bahkan pertumbuhan dan perkembangan gigi anak.Hal ini terjadi sangat cepat
dan mengenai beberapa gigi serta sering menimbulkan rasa sakit, kesulitan makan dan
gangguan berbicara. Jika tidak dirawat dapat memicu terjadinya kesulitan mengunyah karena
sakit gigi atau kehilangan dini pada gigi sulung.
Prevalensi karies rampan mencapai tingkat yang tinggi di berbagai negara dan keparahannya
meningkat seiring pertambahan usia anak.Di Indonesia, laporan mengenai kerusakan gigi
sulung terutama karies rampan masih jarang dilakukan, walaupun observasi lapangan
menunjukkan bahwa cukup banyak dijumpai karies rampan pada anak-anak prasekolah.
Penelitian tentang karies rampan sangat diperlukan untuk menilai bagaimana keadaan
kesehatan gigi dan keberhasilan upaya kesehatan gigi anak.Prevalensi karies di Indonesia
mencapai 90% dari populasi anak balita. Menurut laporan penelitian oleh pengendalian dan
pencegahan penyakit pada tahun 2007 menunjukkan bahwa karies gigi telah meningkat
khususnya pada anak usia balita dan anak pra sekolah, yaitu dari 24% menjadi 28% dimana
pada anak usia 2–5 tahun meningkat 70% dari karies yang ditemukan. Data menurut Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi karies di
Sulawesi Utara menempati peringkat kedua tertinggi di Indonesia dengan persentase sebesar
57,2%.

2.5 Pencegahan primer Karies gigi pada anak


Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi
terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan.Suwelo1
melaporkan prevalensi karies anak prasekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t rata-rata
7,02 ± 5,25 dan hasil survei di 10 provinsi (1984–1988) pada daerah kota, prevalensi karies
anak umur 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94 serta menurut SKRT 1995, indeks DMF-
Tanak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21 dengan angka prevalensi sebesar
76,9%.Hal ini menunjukkan suatu keadaan kerusakan gigi yang hampir tanpa penanganan.
Agar target pencapaian gigi sehat tahun 2010 menurut WHO bahwa angka DMF-T anak
umur 12 tahunsebesar 1 dan didominasi oleh indikator F-T dapat tercapai maka diperlukan
suatu tindakan pencegahan.

Seluruh tindakan pencegahan baik pencegahan primer,sekunder ataupun tersier harus


berdasarkan pada pemeriksaan klinik dan radiografi, penilaian risiko karies,hasil perawatan
terdahulu, kemajuan dari riwayat karies terdahulu, pilihan dan harapan orang tua dan dokter
gigiakan perawatan serta penilaian kembali pada saat kunjungan berkala.Penilaian tingkat
risiko karies anak secara individu harus diketahui oleh dokter gigi karena semua anak pada
umumnya mempunyai risiko terkena karies dan perawatannya juga berbeda pada setiap
tingkatan. Tingkat risiko karies anak terbagi atas tiga kategori yaitu risiko karies tinggi,
sedang dan rendah.Pembagian risiko karies ini berdasarkan pengalaman karies terdahulu,
penemuan di klinik, kebiasaan diet, riwayat sosial, penggunaan fluor, kontrol plak, saliva dan
riwayat kesehatan umum anak.Anak yang berisiko karies tinggi harus mendapatkan perhatian
khusus karena perawatan intensif dan ekstra harus segera dilakukan untuk menghilangkan
karies atau setidaknya mengurangi risiko karies tinggi menjadi rendah pada tingkatan karies
yang dapat diterima pada kelompok umur tertentu sehingga target pencapaian gigi sehat
tahun 2010 menurut WHO dapat tercapai.

Risiko karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu atau terjadinya
perubahan status kesehatan yang mendukung terjadinya karies pada suatu periode tertentu.
Risiko karies bervariasi pada setiap individu tergantung pada keseimbangan faktor pencetus
dan penghambat terjadinya karies.Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko
karies tinggi, sedangdan rendah. Agar dapat mengidentifikasi risiko karies anak digunakan
suatu penilaian risiko karies.

Penilaian risiko karies ini merupakan suatu metodeevaluasi klinik di mana dokter gigi
nantinya dapatmenyesuaikan tindakan pencegahan dan perawatan padasetiap anak. Penilaian
risiko karies ini harus dilakukan padasetiap anak sebagai suatu pemeriksaan dasar
rutin.Menurut American Academy of Pediatric Dentistry,penilaian risiko karies pada anak
berdasarkan atas tigabagian besar indikator karies yaitu: kondisi klinik,karakteristik
lingkungan, dan kondisi kesehatan umum.

 Kondisi klinis yang merupakan indikator risiko karies tinggi Pengalaman


karies
Pengalaman karies sebelumnya merupakan suatu indikator yang kuat untuk menentukan
terjadinya karies di masa yang akan datang.Li and Wang mengatakan bahwa anak yang
mempunyai karies pada gigi sulung mempunyai kecenderungan tiga kali lebih besar
untuk terjadinya karies pada gigi permanen.Penemuan klinik yang dapat dilihat pada anak
yang berisiko karies tinggi adalah terjadi karies yang baru padasetiap kunjungan berkala,
ekstraksi yang prematur,terdapat lebih dari satu area demineralisasi enamel (whitespot),
adanya enamel hipoplasia, tingginya proporsi Streptococcus mutans, penggunaan alat
kedokteran gigi seperti alat ortodonti ataupun gigi palsu.Alat yang dapat digunakan untuk
mengetahui aktivitas karies adalah Cariostat, dengan perubahan pH terlihat perubahan
warna media sehingga diketahui urutan aktivitas karies, dari aktivitas karies tidak aktif
sampai yang aktif berat.Karies dini dapat dideteksi dengan menggunakan quantitative
light fluorescence (QLF), infrared laserfluorescence (DIAGNODENT) untuk permukaan
oklusal dan permukaan halus dan digital imaging fiber optic tras-illumination (DIFOTI)
untuk daerah approksimal.

 Kontrol plak

Plak yang menempel erat di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator kebersihan
mulut. Indikator kebersihan mulut pada anak yang lebih sederhana dapat digunakan oral
hygiene index simplified (OHIS) dari Greendan Vermillon. Skor indeks OHIS adalah
skor 0,0–1,2dikatakan kebersihan mulut baik, skor 1,3–3,0 kebersihan mulut sedang dan
3,1–6,0 kebersihan mulut buruk.Anak yang berisiko karies tinggi mempunyai oral
hygiene yang buruk ditandai dengan adanya plak pada gigi anterior disebabkan jarang
melakukan kontrol plak.

 Tindakan pencegahan primer

Tindakan pencegahan primer adalah suatu bentuk prosedur pencegahan yang dilakukan
sebelum gejala klinik dari suatu penyakit timbul dengan kata lain pencegahan sebelum
terjadinya penyakit. Tindakan pencegahan primer ini meliputi:

a) Modifikasi kebiasaan anak


Modifikasi kebiasaan anak bertujuan untuk merubah kebiasaan anak yang salah mengenai
kesehatan gigi danmulutnya sehingga dapat mendukung prosedur pemeliharaan dan
pencegahan karies.
b) Pendidikan kesehatan gigi
Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut,diet dan konsumsi gula dan kunjungan
berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang berisiko karies tinggi.Pemberian
informasi ini sebaiknya bersifat individual dan dilakukan secara terus menerus kepada ibu
dan anak.Dalam pemberian informasi, latar belakang ibu baik tingkat ekonomi, sosial,
budaya dan tingkat pendidikannya harus disesuaikan sedangkan pada anak yang menjadi
pertimbangan adalah umur dan daya intelegensi serta kemampuan fisik anak.Informasi ini
harus menimbulkan motivasi dan tanggung jawab anak untuk memeliharakesehatan
mulutnya.4–6 Pendidikan kesehatan gigi ibu dananak dapat dilakukan melalui puskesmas,
rumah sakitmaupun di praktek dokter gigi.
c) Kebersihan mulut
Penyikatan gigi, flossing dan profesional propilaksis disadari sebagai komponen dasar dalam
menjaga kebersihan mulut. Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan
pada anak di segala umur. Anak di bawah umur 5 tahun tidak dapat menjaga kebersihan
mulutnya secara benar dan efektif maka orang tua harus melakukan penyikatan gigi anak
setidaknya sampai anak berumur 6 tahun kemudian mengawasi prosedur ini secara terus
menerus.Penyikatan gigi anak mulai dilakukan sejak erupsi gigi pertama anak dan tata cara
penyikatan gigi harus ditetapkan ketika molar susu telah erupsi.
d) Diet dan konsumsi gula
Tindakan pencegahan pada karies tinggi lebih menekankan pada pengurangan konsumsi dan
pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal inidapat dilaksanakan dengan cara
nasehat diet dan bahan pengganti gula.
e) Perlindungan terhadap gigi
Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengancara, yaitu silen dan penggunaan fluor dan
khlorheksidin. alkohol varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5%–kira-kira 25.000 ppm
fluor). Varnis dilakukan pada anakumur 6 tahun ke atas karena anak di bawah umur 6
tahunbelum dapat meludah dengan baik sehingga dikhawatirkan varnis dapat tertelan dan
dapat menyebabkan fluorosis enamel.5,19 Sediaan fluor lainnya adalah dalam bentuk geldan
larutan seperti larutan 2.2% NaF, SnF2 , gel APF.
f) Klorheksidin
Klorheksiden merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta gigi,
permen karet, varnis dan dalam bentuk gel. Flossing empat kali setahun dengan
gelklorheksidin yang dilakukan oleh dokter gigi menunjukkan penurunan karies approximal
yang signifikan. Demikian juga pada anak berisiko karies tinggi hal ini dapat digunakan
untuk melengkapi penggunaan silen di bagian oklusal gigi.
g) Silen
Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang berisiko karies tinggi. Prioritas
tertinggi diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6–8 tahun,molar kedua
permanen di antara usia 11–12 tahun, prioritas juga dapat diberikan pada gigi premolar
permanen dan molar susu.
h) Penggunaan fluor
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan
dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet
fluor, topikal varnish.

Pada umumnya anak mempunyai risiko terkena karies.Penilaian risiko karies terbagi atas
risiko karies tinggi,sedang dan rendah berdasarkan indikator yang meliputi kondisi klinis,
karakteristik lingkungan dan kondisi kesehatan umum. Penilaian ini harus dilakukan untuk
setiap anak sebagai tindakan dasar rutin untuk menentukan tindakan pencegahan dan
perawatan serta menentukan jadwal kunjungan berkala. Tindakan pencegahan primer pada
anak yang berisiko karies tinggi meliputi modifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan
diet konsumsi gula)dan perlindungan gigi (penggunaan silen, fluor dan klorheksidin). Pada
anak di bawah umur 5 tahun, usaha untuk melakukan pencegahan primer diberikan kepada
ibu seperti meningkatkan pengetahuan ibu tentang menjaga kebersihan mulut anak, pola
makan anak yang baik dan benar serta tindakan perlindungan terhadap gigi anak yang dapat
diberikan. Hal ini berhubungan karena kemampuan anak terbatas dan anak lebih dekat
kepada ibunya. Pada anak 6 tahun ke atas, dokter gigi harus lebih menekankan kepada anak
mengenai tanggung jawabnya untuk memelihara kesehatan mulut.Tindakan pencegahan yang
dilakukan harus melihat indikator mana sebagai penyebab utama. Bila kontrol plak yang
tidak baik sebagai penyebab utama, dokter gigi harus lebih menekankan pada modifikasi
anak mengenai kebersihan mulut (menyikat gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta
gigi mengandung fluor sedikitnya1000 ppm), bila karena kebiasaan diet yang salah, maka
pengaturan diet lebih ditekankan (pembatasan konsumsi makanan dan minuman yang
mengandung gula,menggunakan bahan pengganti gula seperti xylitol atau sorbitol). Bila
morfologi gigi lebih rentan terhadap karies,seperti pit dan fissure yang dalam, enamel
hipoplasia maka perlindungan terhadap gigi seperti penggunaan silen, fluordan flossing
klorheksidin lebih ditekankan. Untuk mengevaluasi tingkat risiko anak dilakukan kunjungan
berkala, 3 atau 4 bulan sekali untuk melihat keberhasilan tindakan pencegahan yang
dilakukan serta penilaian tingkat risiko karies anak.Berdasarkan kajian konsep pencegahan
primer pada anak yang berisiko karies tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang
berisiko karies tinggi harus mendapatkan perhatian khusus karena perawatan intensif dan
ekstra harus dilakukan untuk menghilangkan karies atau setidaknya mengurangi terjadinya
karies tinggi menjadi rendah. Tindakan pencegahan yang lebih baik dilakukan adalah
pencegahan primer dengan cara modifikasi kebiasaan anak dan perlindungan terhadap gigi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah melalui analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya , maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyakit karies gigi adalah ;
 Waktu menyikat gigi,dimana waktu yang paling tepat untuk menyikat gigi adalah
sebelum tidur dan setiap habis makan
 Kunjungan ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi, karena dengan kunjungan yang
rutin setiap 3 - 6 bulan sekali dapat mendeteksi adanya penyakit karies gigi, sehingga
dapat segera diatasi
 Bentuk tangkai sikat gigi yang dipakai, karena dengan bentuk tangkai sikat tertentu
dapat menjangkau daerah daerah gigi yang sulit dijangkau, Bentuk permukaan sikat
pada sikat gigi yang dipakai.
2. Kunjungan ke dokter gigi berpengaruh terhadap penyakit karies gigi dengan
memandang umur sebagai strata.
3. Kunjungan ke dokter gigi berpengaruh terhadap penyakit karies gigi dengan
memandang ~rekuensi menyikat gigi se baga1 strata.

4. Pekerjaan berpengaruh terhadap kunjungan ke dokter pada pasien karies gigi di klinik
gigi.

5. Dengan menggunakan model log linier, maka dapat diketahui bahwa :

 terdapat hubungan antara pekerjaan dan kunjungan ke dokter pada pasien


karies gigi,dengan sumber dependensi pasien tidak bekerja dan pensiunan
yang cen-derung jarang/kadang-kadang memeriksakan gigi ke dokter gigi,
 terdapat hubungan antara pekerjaan dan penghasilan, dimana pasien karies
gigi yang merupakan peoawai swasta memiliki penghasilan Rp. 200.000,-Rp.
400.000,
 terdapat hubungan antara pendidikan dan penghasilan, dimana pasien karies
gigi yang berpendidikan diatas SLTA memiliki penghasilan diatas Rp.
400.000.

3.2 Saran
Penyakit karies gigi merupakan penyakit gigi yang mudah menyerang siapa saja, untuk itu
memperhatikan kesehatan dan kebersihan gigi sangat penting, termasuk bagaimana cara
menyikat gigi secara benar, karena walaupun waktu menyikat gigi telah dilakukan dengan
benar, apabila masih terdapat sisa makanan yang menempel, maka dapat dengan mudah
terserang penyakit gigi.

Anda mungkin juga menyukai