Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Gigi Geligi
Rusak Parah Pada Anak. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan memberikan masukan terhadap makalah ini. Kami menyadari dengan masukan
yang diberikan, makalah ini menjadi lengkap dan lebih layak untuk dibuat.

Secara khusus, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tutor-tutor selaku dosen
pembimbing di blok karies pada makalah ini. Kami menyadari makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan demi penyempurnaan
makalah ini. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua.

Kelompok 3

1
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………………… i
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………. ii
Bab 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………… 1
1.2 Bahasan Topik ……………………………………………………………………… 2
Bab 2. Isi
2.1 Defenisi Karies ……………………………………………………………………... 3
2.2 Etiologo Karies ……………………………………………………………………... 3
2.3 Mekanisme Karies ………………………………………………………………….. 6
2.4 Penggolongan Karies ………………………………………………………………. 6
2.5 Metode Diagnosis dan Alatnya ……………………………………………………. 7
2.6 Jenis Karies Gigi pada Anak ………………………………………………………. 8
2.7 Rampan karies …………………………………………………………………….. . 9
2.8 Perawatan Karies Pada Anak ………………………………………………………. 11
2.9 Pencegahan karies …………………………………………………………………... 15
2.10 Dampak Jangka Panjang Karies ……………………………………………………. 16
Bab 3. Penutup …………………………………………………………………………….. 18

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………. 19

2
3
1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah kesehatan gigi di Indonesia, masih merupakan masalah yang menarik karena
prevalensi karies dan penyakit periodontal mencapai 80% dari jumlah penduduk. Demikian juga
dengan usaha mengatasinya beum terlihat hasil yang nyata bila diukur dengan indikator
kesehatan gigi masyarakat, misalnya prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal hingga
tahun 2009 yang masih sangat tinggi. Tingginya prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal
serta belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya disebabkan oleh faktor-faktor distribusi
penduduk, faktor lingkungan, fakor perilaku, dan faktor pelayanan kesehatan gigi yang berbeda-
beda pada masyarakat Indonesia.

Banyak yang mengeluhkan bahwa perawatan gigi anak, terutama anak balita sulit dan
banyak memerlukan waktu. Keluhan ini dimengerti karena banyak orangtua yang belum sadar
betul akan perlunya perawatan gigi anak tidak perlu dirawat, karena nantinya gigi anak akan
diganti dengan gigi dewasa. Sebagian dokter gigi juga enggan atau selalu mengalami kesulitan
bila merawat gigi anak. Pada kenyataan gigi anak yang dijumpai di klinik sudah parah
keadaannya, anak menderita sakit gigi dengan segala macam akibatnya. Sebagai tenaga dalam
bidang kesehatan, sudah sewajarnya kalau dokter gigi berperilaku yang professional dan etis
untuk menangani juga kesehatan gigi dan mulut anak dengan sebik-baiknya.

Akibat kesalahan pemahaman masyarakat ini menyebabkan banyak gigi anak yang
menjadi “korban”. Gigi-gigi dengan lesi karies yang tidak terlalu parah tetapi menimbulkan rasa
sakit, tanpa pertimbangan yang baik dicabut oleh orangtua. Padahal gigi tersebut masih dapat
dirawat.

Untuk itulah sebagai mahasiswa kedokteran gigi, kita perlu memahami secara lebih
mendalam mengenai perawatan-perawatan gigi khususnya yang berhubungan dengan karies dan
vitalitas pulpa.

1
1.2 Bahasan Topik
1.2.1 Menjelaskan definisi karies beserta etiologi karies.
1.2.2 Menjelaskan patomekanisme beserta klasifikasi karies.
1.2.3 Menjelaskan mekanisme perawatan dan pencegahan karies.
1.2.4 Mengidentifikasi jenis karies pada anak serta keterkaitannya dengan skenario.
1.2.5 Menjelaskan karies yang terjadi di skenario

2
BAB II
ISI

2.1 Defenisi Karies


Ada beberapa defenisi dari karies, yaitu :
 Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang
disebabkan oleh aktivitas suatu jasad remik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan
 Karies gigi adalah proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi faktor2 dalam
mulut, faktor tersebut adalah host, waktu, makanan, dan mikroorganisme.
 Karies gigi adalah peyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang
dimulai dari permukaan gigi yaitu pit, fissure dan daerah interpoksimal dan meluas ke
arah pulpa.
 Karies gigi adalah proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi, mulai
dari email terus ke dentin.
 Karies gigi adalah proses penghancuran atau pelunakan dari email maupun dentin.

2.2 Etiologi Karies


Etiologi terjadinya karies dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor dalam dan faktor luar.
2.2.1 Faktor dalam
Faktor resiko di dalam mulut adalah faktor yang langsung berhubungan dengan
karies. Ada 4 faktor yang berinteraksi :

1) Host
a. Komposisi gigi sulung
b. Morfologi gigi sulung (permukaan oklusal, permukaan halus)
c. Susunan gigi sulung
d. Saliva

2) Mikroorganisme
a. Laktobasilus.

3
Populasinya dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Tempat yang paling disukai
adalah lesi dentin yang dalam. Jumlah banyak yang ditemukan pada plak dan
dentin hanya kebetulan dan Laktobasilus hanya dianggap faktor pembantu
proses karies.
b. Streptococus
Bakteri kokus Gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlahnya
terbanyak di dalam mulut. Salah satu spesiesnya, yaitu streptococcus mutans,
lebih assidurik dibandingkan yang lain dan dapat menurunkan pH medium
hingga 4,3. S. mutans terutama terdapat pada populasi yang banyak
mengkonsumsi sukrosa.
c. Aktinomises
Semua spesies Aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk
asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actinomyces viscosus dan A.
naeslundii mampu membentuk karies akar, fisur, dan merusak
periodontonium.

3) Substrat (karbohidrat)
Substrat adalah campuran makanan yang dimakan sehari-hari yang menempel
pada permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di
dalam mulut.
4) Waktu
Karies gigi merupakan penyakit kronis, kerusakannya berjalan dalam periode
bulan atau tahun.

4
2.2.2 Faktor Luar
Faktor luar merupakan faktor prediposisi dan faktor penghambat yang
berhubungan tidak langsung dengan proses terjadinya karies. Beberapa faktor luar
yang erat hubungannya dengan terbentuknya karies, antara lain :

1) Usia
Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, jumlah kariespun akan
bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama
berpengaruh terhadap gigi.

2) Jenis kelamin
Prevelensi karies gigi tetap pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
Hal ini disebabkan antar lain erupsi gigi pada anak perempuan lebih cepat
disbanding anak laki-laki, sehingga gigi anak perempuan berada lebih lama dalam
mulut.

3) Suku bangsa
Beberapa penelitian menunjukkan ada perbedaan pendapat tentang
hubungan suku bangsa dengan prevalensi karies; semua tidak membantah bahwa
perbedaan ini karena keadaan social ekonomi, pendidikan, makanan, cara mencegah
karies dan jangkauan pelayanan kesehatan gigi yang berbeda disetiap suku tersebut.

4) Letak geografis
Perbedaan prevelensi karies juga ditemukan pada penduduk yang
geografisnya letak kediamannya berbeda. Ini kemungkinan karena perbedaan lamanya
matahari terbit, suhu, cuaca, kandungan fluor air, keadaan tanah dan jarak dari laut.

5) Kultur sosial penduduk

6) Kesadaran, sikap, dan perilaku individu terhadap kesehatan gigi

5
2.3 Mekanisme Karies
Dimulai dari beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat
diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga PH plak akan menurun
samapai di bawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Penurunan PH yang berulang-ulang dalam
waktu tertentu akan mengakibatkan dimineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses
kariespun dimulai.

Gambar Patomekanisme Karies

2.4 Penggolongan Karies


Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tenpat karies itu timbul. Dengan
demikian lesi bisa dimulai dari pit dan fisur atau pada permukaan halus. Lesi permukaan halus
dimulai pada sementum dan dentin kar yang terbuka (karies akar). Kemungkinan lain karies bisa
timbul pada tepian restorasi. Ini disebut karies rekuren atau karies sekunder.

Karies juga bisa digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya. Gigi
dan permukaan gigi yang terkena bisa-bisa berbeda berganung kepada keparahan karies yang
dihadapi. Oleh karena itu, karies disebut karies ringan jika yang terkena karie adalah aderah yang

6
memang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen.
Dikatakan moderat jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior dan
dikatakan parah jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya bebas
karies. Hal ini menumbuhkan konsep variasi individu gigi. Sebagai tambahan, kerentanan dan
perlakuan pasien terhadap karies berbeda satu dengan yang lain. Dengan demikian pentinglah
kiranya menyesuaikan perawatan dengan kebutuhan masing-masing individu.
2.5 Metode Diagnosis dan Alatnya

Hal ini penting untuk menunjang dalam pikiran bahwa diagnosis karies yang paling
utama adalah didasarkan pada riwayat gigi sampai pemeriksaan dan tidak meramalkan aktivias
selanjutnya. Alat yang telah tua dan untuk pencatatan karies adalah :

1. Inspeksi visual
2. Probing
3. Radiografi bitewing konvensional

Pada dekade terakhir terdapat alternatif metode seperti :

1. Konduksi elektrik
2. Radiografi digital
3. Lser fluorosens

Masing-masing alat diagnostik ini telah memperlihatkan keuntungan dan kerugian untuk
jenis karies khusus, tetapi tidak satupun memenuhi kriteria yang ideal untuk taksiran
kebutuhan perawatan. Pramedis tidak harus menerapkan metode baru di dalam praktek klinik
sebelum perbaikan didokumentasikan dengan baik. Secara langsung, pemeriksaan klinis gigi
dilakukan dengan mudah pada permukaan yang bebas tanpa kontak dengan gigi tetangganya.
Gigi harus bersih dan kering serta secara visual pencahayaannya bagus. Noda karies putih
lebih mudah dilihat ketika gigi kering, saat perbedaan indeks retraksi di antara karies dan
suara email lebih tinggi, air dibuangg dari pori-pori karies email. Bagian probe yang tajam
dapat membuat kavitas ketika ditekan di atas permukaan lesi.

7
2.6 Jenis Karies Gigi pada Anak
Untuk melakukan perawatan gigi sulung perlu diketahui keadaan kerusakan gigi akibat
karies, yaitu :

1) Jenis karies gigi sulung berdasarkan proses kecepatan terbentuknya karies :


a. Karies akut : proses karies dengan cepat dari email terus ke dentin terus ke pulpa

b. Karies kronis : proses karies yang lambat.


c. Karies terhenti : karies yang proses terjadinya erhenti
d. Karies intermitten : karies yang terhenti kadang-kadang timbul kembali
2) Jenis karies gigi sulung berdasarkan penyebarannya di seluruh gigi :
a. Karies 1 : ada karies di gigi molar sulung
b. Karies 2 : ada karies di gigi insisivus dan gigi kaninus atas
c. Karies 3 : ada karies di gigi insisivus, gigi kaninus atas dan di gigi molar
d. Karies 4 : ada karies di gigi insisivus dan gigi kaninus bawah tanpa atau dengan
karies di gigi yang lain
3) Jenis karies gigi sulung berdasarkan lokasi kariesnya :
Berdasarkan lokasi karies dapat dengan mudah diketahui berapa permukaan yang
terkena (suatu permukaan), juga dapat diketahui di mana letak kariesnya (bukal, oklusal,
atau permukaan lain). Luas dan letak permukaan gigi yang karies menentukan jenis
perawatan, antara lain menentukan jenis restorasi yang akan dipilih.
4) Jenis karies berdasarkan keganasannya :
a. Karies biasa
b. Karies botol
c. Karies rampan
5) Jenis karies gigi sulung berdasarkan kedalaman karies :
a. Karies email (KE) apabila karies hanya pada email
b. Karies dentin (KD) apabila karies mengenai dentin
c. Karies mencapai pulpa (KMP) apabila karies sudah mengenai pulpa
d. Karies mengenai akar (KMA) apabila karies sudah mengenai akar

8
2.7 Rampan karies
2.5.2 Defenisi
Ada beberapa defenisi mengenai rampan karies, yaitu :
1. Rampan karies adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang meliputi beberapa
gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas
karies.
2. Karies rampan merupakan kerusakan gigi decidui yang spesifik dan banyak terjadi pada
gigi anterior rahang atas, gigi molar bawah dan molar atas serta kadang-kadang dapat
terjadi pada gigi anterior rahang bawah pada permukaan proksimal dan lingual.
3. Rampan karies adalah karies yang seringkali terlihat pada anak-ana di bawah usia 6 tahun
yang mempunyai kebiasaan minum Air Susu Ibu (ASI) atau minum susu dengan dot.

Gambar Rampan Karies


2.5.3 Etiologi
Penyebab utama kerusakan ini dapat dihubungkan dengan substrat kariogenik dengan
pemakaian relatif lama, di atas 8 jam/hari dan disertai dengan aliran saliva yang lambat atau pada
malam hari sehingga aksi buffer saliva mengalami penurunan. Faktor yang mempengaruhi karies
rampan adalah pemberian susu botol dalam waktu yang lama dan yang berisi cairan karbohidrat
yang mudah difermentasi seperti susu, kadang-kadang vitamin C dan yoghurt. Minum susu botol
dalam waktu yang lama biasanya dilakukan oleh anak sambil tiduran atau anak akan mulai tidur
dan kadang-kadang pemakaian ini sampat terbawa tidur.

Pada beberapa kasus, terlihat bahwa anak penderita karies rampan akan mengalami
gangguan emosional. Pada anak tersebut terjadi defisiensi saliva, anak dalam keadaan tertekan
sehingga sering menjadi gugup dan akan lebih mudah terjadi gangguan emosi yang lain, anak

9
menjadi sulit tidur ataupun mempunyai kondisi yang tidak sehat dan anak akan menjadi lebih
tenang jika dengan adannya botol dalam mulutnya. Anak penderita karies botol susu berada pada
situasi dan kondisi yang tidak memperdulikan dirinya. Bentuk ketidakpeduliannya terlihat nyata
pada frustasi akan menimbulkan kebiasaan buruk apalagi dengan pemberian botol yang berisi
cairan yang mengandung karbohidrat tinggi.

2.5.4 Patogenesis Karies Gigi Anak

Sejak Keyes (1961) mengemukakan teori tentang 3 faktor utama penyebab karies, yaitu
gigi dan saliva, mikroorganisme serta substrat atau makanan, maka pada umumnya disepakati
bahwa ke-3 faktor utama tersebut harus ada dan saling berinteraksi untuk dapat terjadi karies.
Oleh Nowburn (1977) teori 3 faktor ini ditambah dengan faktor waktu sehingga menjadi 4 faktor
penyebab karies gigi. Keempat faktor tersebut berinteraksi dan saling mempengaruhi sehingga
terjadi karies pad gigi. Dengan demikian timbul batasan yang menyatakan bahwa karies gigi
adalah proses patologis yang merupakan interaksi antara faktor-faktor yang ada di dalam mulut
disebut multifaktorial disease.

Selain faktor-faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies,
terdpat faktor-fakor yang tidak langsung yang disebut faktor resiko luar, yang merupakan faktor
predisposisi dan faktor penghambat trjadnya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis
kelamin, tingkat pedidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi.

2.5.4 Klasifikasi Karies Gigi Anak

1. Gigi insisivus sentral rahang atas (labial, palatal, mesial, distal)


2. Gigi insisivus lateral rahang atas (labial, palatal, mesial, distal)
3. Gigi molar pertama rahang atas dan rahang bawah (oklusal)
4. Gigi caninus rahang atas dan rahang bawah (labial, palatal, mesial, distal)
5. Gigi molar kedua rahang atas dan rahang bawah (oklusal)

10
6. Gigi insisivus rahang bawah

2.8 Perawatan karies pada anak


1. Relief of pain (menghilangkan rasa sakit)
Tindakan yang dapat dilakukan pada kunjungan pertama adalah menghilangkan rasa sakit
dan melenyapkan peradangan. Untuk menghilangkanrasa sakit pada peradangan gigi
yang masih vital (pulpitis) dapat dilakukan pemberian zinc oksid eugenol (ZnO). Untuk
gigi yang non vital (gangren pulpa)lakukan trepanasi kemudian diberikan obat-obatan
melalui oral (antibiotik, analgetik). Bila dijumpai abses, berikan premedikasi terlebih
dahulu, kemudian lakukan insisi.
2. Perawatan sederhana gigi sulung
Perawatan sederhana gigi sulung berdasarkan diagnosis karies dapat dikemukakan
sebagai berikut :

2.1 Karies email


Dengan tanda-tanda adanya white spot (suatu proses permulaan dari karies = intial
karies). Biasanya karies email belum terbentuk kavitas. Cara menghentikan karies adalah
dengan

2.2 Karies dentin


a. Apabila terdapat karies dentin dengan kavitas dan cukup retensi, perawatan yang
dilakukan (sebagai perawatan awal) adalah dengan membersihkan jaringan karies,
kemudian letakkan tambalan Zincoksid eugenolsemen di kavitas yang sudah bersih
dan kering, selanjutnya tidak lupa adalah peningkatan kebersihan mulut.
b. Apabila terdapat karies dentin tanpa retensi, misalnya daerah proksimal atau karies
yang luas, perawatan adalah dengan membersihkan jaringan karies, kemudian
permukaan gigi yang karies dilicinkan, setelah itu dioles dengan SnF2 atau dengan
AgNO3 dan tidak lupa dengan peningkatan keberihan mulut.

2.3 Karies mencapai pulpa

11
Kalau gigi masih bisa direstorasi :
a. Vital : sebagai perawatan awal dapat dilakukan pulpotomi dngan formokresol atau
mumifikasi. Setelah itu dibuatkan restorasi sesuai indikasinya.
b. Nonvital : sebagai perawatan awal dilakukan perawatan endodontik satu kali
kunjungan.

2.4 Karies mengenai akar


Pada dasarnya, apabila dijumpai gigi yang tinggal akar karena proses karies adalah
dicabut. Namun sering pencabutan gigi pada anak sangat sulit dan membutuhkan waktu.
Tidak merupakan perawatan yang terpuji apabila gigi yang tinggal akar tersebut
dibiarkan dan pasien hanya dianjurkan untuk membersihkan gigi tersebut.

3. Restorasi Gigi Sulung


a. Alasan-alasan utama untuk restorasi gigi susu karies adalah :
1. Untuk menghilangkan penyakit dan memulihkan kesehatan. Penyakit gigi susu tidak
boleh diabaikan, demikian juga penyakit gigi tetap, dan tentu saja penyakit-penyakit
tubuh yang lain.
2. Untuk memberi anak perawatan yang paling sederhana.
3. Untuk mencegah anak menderita rasa sakit.
4. Unuk menghindari infeksi yang terjadi setelah terbukanya pulpa karena karies gigi.
5. Untuk menyediakan ruangan yang diperlukan untuk erupsinya gigi-gigi tetap.
6. Untuk menjamin mastikasi yang nyaman dan efisien.

b. Keputusan ini harus diambil dengan mempertimbangkan :

1. Anak – Perawatan yang terbaik yang dapat dilakukan, harus direncanakan untuk anak
tersebut, bukan terbaik untuk orang tua maupun dokter gigi.
2. Gigi
o Gigi sulung sering dianggap disposable karena nantinya akan tanggal secara
natural.

12
o Kehilangan gigi sebelum waktunya sangat mempengaruhi kehidupan anak, karena
membuat anak berpikir bahwa gigi tidak berharga untuk dirawat.
o Hal ini nantinya akan mempersulit untuk mengajak anak peduli denagn giginya.
3. Tahap Penyakit
o Lebih mudah bagi anak dan dokter gigi untuk merestorasi gigi pada tahap awal
lesi.
o Pada tahap selanjutnya, karies dapat mencapai pulpa, membuat restorasi lebih
sulit, sehingga kemungkinan kehilangan gigi lebih besar.
4. Luas Penyakit – Jumlah banyak gigi yang memerlukan perawatan dapat mengakibatkan
ketegangan terutama pada anak.

Namun bagaimanapun perawatan lebih diutamakan daripada pencabutan.

Temporisasi Kavitas Terbuka

 Tahap awal dalam menangani karies yaitu, kavitas terbuka harus dieskavasi dan
ditemporisasi dengan material yang sesuai, contohnya : zinc oxide, eugenol cement, GIC.
 Kavitas dari gigi vital maupun non-vital dapat dimandikan dengan sejumlah kecil cairan
formocresol dengan cotton wool yang dilapisi material dressing yang sesuai.
 Temporisasi gigi :
o Membantu mengurangi sensitivitas gigi & mencegah terjadinya sakit gigi sebelum
perawatan selesai.
o Mengurangi jumlah strepcoccus mutans
o Pengenalan perawatan dental
o Menyediakan sumber fluoride bila menggunakan GIC.

Pit & Fissure Caries

13
 Pada gigi sulung fissure biasanya lebih dangkal dan tahan terhadap karies dibandingkan
dengan gigi permanent – adanya kavitas pada permukaan oklusal gigi sulung merupakan
tanda resiko karies tinggi.
 Restorasi menggunakan resin – Modified glass ionomer cement yang memiliki property
preventif terhadap karies (fluoride).

Approximal Caries

 Silver Amalgam
o Kegagalan amalgam dan kesalahan desain kavitas merupakan kegagalan yang
paling sering terjadi pada restorasi approximal gigi sulung.
o Untuk mengatasi kekurangan ini dan meningkatkan durability maka diubahlah
desain kavitas dan pilihan material yang digunakan.
o Restorasi gigi sulung menggunakan amalgam tidak dapat menghasilkan desain
kavitas yang sempurna karena beberapa alasan anatomi berikut :
 Contact area yang lebar
 Enamel yang tipis menyebabkan cracking dan fraktur mahkota lebih
mudah.
 Oklusal stress yang mempengaruhi restorasi
o Karena itu ada baiknya untuk menginvestigasi material lain untuk restorasi gigi
sulung.
 Composit Resin
o Telah digunakan cukup luas untuk restorasi gigi sulung dan hasilnya dapat
diterima dengan baik.
o Dalam prosesnya digunakan rubber dam untuk menciptakan ruang yang kering –
hal ini beserta materialnya yang relative mahal menyebabkan di beberapa negara
composite resin jarang digunakan.
 Glass Ionomer Cement
o Kurang tahan lama dibandingkan amalgam
o Hasil restorasinya lebih banyak kehilangan struktur anatomi dibandingkan
amalgam

14
o Mempunyai kemampuan untuk berikatan dengan enamel dan dentin
o Mengandung fluoride
 Stainless-steel Crowns

o Khususnya untuk gigi sulung posterior (M1)


o Lebih tahan lama dibandingkan restorasi untuk gigi sulung posterior lainnya.
o Tidak memerlukan replacement sebelum gigi sulung tanggal
o Memerlukan teknik restorasi yang lebih sederhana
o Patut dipertimbangkan untuk semua gigi saat dokter gigi tidak yakin alternatif lain
akan bertahan sampai gigi tanggal – agar anak tidak perlu mendapat perawatan
lagi karena material yang tidak sukses

Anterior Teeth

 Perawatan gigi insicive sulung bergantung pada tingkatan karies, umur, dan kooperasif
pasien.
 Pada anak-anak pre-school, karies pada gigi incisive sulung atas merupakan hasil dari
nursing caries síndrome.
 Pada nursing caries perkembangan lesi sangat cepat – dimulai dari permukaan labial dan
dengan cepat mengelilingi gigi.
 Bentuk restorasi yang paling tepat adalah ”strip crown technique”
 Strip crown technique menggunakan bentuk crown selluloid dan light cured composite
resin untuk mengembalikan morfologi mahkota.
 Calcium hydroxide atau GIC dapat digunakan sebagai lining.
 Untuk hasil akhir digunakan Modern hybrid composite untuk memoles.
 Pada anak usia 3-5 tahun, karies tidak selalu berhubungan dengan penggunaan dot,
namun mengindikasikan resiko karies tinggi.
 Lesi tidak berkembang secepat nursing caries dan biasanya muncul di permukaan mesial
dan distal.
 Restorasinya menggunakan GIC atau composite resin.

15
 GIC kurang translusen dibandingkan composite resin; namun memiliki keuntunganm,
yaitu sifat adhesivenya dan melepaskan fluoride.
 Fraktur pada tepi incisal gigi sulung, seperti pada gigi permanent direstorasi dengan
composite resin.

2.9 Pencegahan karies


1. Prenatal : pemberian kalsium pada ibu hamil, minum air, fluor secukupnya, diet makanan
yang bergizi tinggi
2. Post natal

a. DHE (Dental Health Education)


Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai petunjuk menggosok gigi,
instruksi flossing, penyuluhan diet.
b. Penggunaan pit dan fissure sealant
Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasienyang berisiko karies tinggi. Prioritas
tertinggi diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6–8 tahun, molar kedua
permanen di antara usia 11–12 tahun, prioritas juga dapat diberikan pada gigi premolar permanen
dan molar susu.
c. Penggunaan fluor
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor dapat dilakukan
dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet
fluor, topikal varnis.

2.10 Dampak Jangka Panjang Karies


Jika Karies tidak segera ditangani dampak yang akan terjadi yaitu Pulpitis Akut,jika tidak
dirawat lagi akan meningkat minjadi Periodontitis apikalis akut, jika tidak segera
ditangani akan meningkat menjadi Periodontitis apikalis kronik
Pulpitis Akut

Nyeri spontan, berlangsung beberapa menit, berdenyut dan kadang-kadang meningkat pada
malam hari; gigi sensitive terhadap panas dan dingin, ketukan, dan gigitan (kadang-kadang).

16
Mereda dengan cara mengoleskan sesuatui yang dingin. Kalau tidak diterapi dengan
sempurna, pulpitis akan menjadi :

Periodontitis Apikalis Akut

Nyeri ketuk menetap dan berdenyut; sakit karena tekanan, gigitan dan ketukan pada apical,
vitalitas negative, pasien merasa gigi “lebih panjang”; nyeri pada tekanan apikalis; kemudian,
terbentuk abses ditulang alveolaris, meluas ke jaringan submukosa (abses submukosa);
pulpitis akut juga akan berkembang menjadi stadium kronik :

Periodontitis apikalis kronik

Tanpa tanda klinik, sering menghancurkan gigi dengan tampak sisa akar; tidak ada tanda
vitalitas; mungkin ditemukan fistula pada membrane mukosa dekat ujung akar; pembentukan
kista dapat berubah menjadi bentuk akut (abses)

17
BAB III
PENUTUP

Karies gigi adalah peyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan yang
dimulai dari permukaan gigi yaitu pit, fissure dan daerah interpoksimal dan meluas ke arah
pulpa. Factor yang berperan mempengaruhi aktifitas karies gigi yaitu host (gigi) Karbohidrat,
Mikroorganisme dan waktu. Ke empat waktor ini harus ada dan apabila salah satu factor tidak
ada maka karies akan tidak terbentuk. Adapun faktor luar yaitu usia, jenis kelamin, Letak
geografis, suku bangsa, kultur social dan kesadaran, sikap, dan perilaku individu terhadap
kesehatan gigi.

Rampan karies adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang meliputi beberapa
gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi permukaan gigi yang biasanya bebas karies.
Faktor yang mempengaruhi karies rampan adalah pemberian susu botol dalam waktu yang lama
dan yang berisi cairan karbohidrat yang mudah difermentasi seperti susu, kadang-kadang vitamin
C dan yoghurt. Minum susu botol dalam waktu yang lama biasanya dilakukan oleh anak sambil
tiduran atau anak akan mulai tidur dan kadang-kadang pemakaian ini sampat terbawa tidur. Ada
beberapa Perawatan yang dilakukan pada gigi sulung yaitu Relief of pain (menghilangkan rasa
sakit), perawatan sederhana gigi sulung, restorasi gigi sulung.

18
DAFTAR PUSTAKA
1. A.M Kidd Edwina, Joyston Sally. Dasar-Dasar Karies Penyakit dan
Penanggulangannya. EGC. Jakarta
2. Repository Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
3. Mansjoer Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Media Aesculapius. Jakarta
4. Bakar Abu, drg. Kedokteran Gigi Klinis. Quantum. Jakarta
5. Andlaw R.J, Rock. W.P. Perawatan Gigi Anak, Ed.2. Widya Medika.Jakarta
6. Suharsono Suwelo Ismu, Dr, drg. Karies Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor
Etiologi. EGC. Jakarta
7. Harun Ahmad. Dkk. 2010. Karies dan Perawatan Pulpa Pada Anak Secara
Komprehensif. Makassar: Bimer. P.4-20
8. Krawinkel. M, Renz-Polster. H. Praktik Kedokteran di Negara Berkembang. Widya
Medika. Jakarta

19
20

Anda mungkin juga menyukai