Anda di halaman 1dari 8

FORMAT KERANGKA DASAR SKRIPSI UNTUK PEMILIHAN TEMPAT SKRIPSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2018

Nama : Rona Aulianisa

NIM : 16/398127/KG/10719

PILIHAN

Pilihan 1 Pilihan 2

Konservasi Gigi Konservasi Gigi

Judul : Perbandingan Resistensi Fraktur Gigi Permanen Premolar


Satu Maksila dengan Restorasi Bahan Zirconomer dan Resin
Komposit pada Kavitas MOD (Kajian in vitro)

A. TOPIK PENELITIAN

Membandingan Resistensi Fraktur Gigi Permanen Premolar Satu


Maksila dengan Restorasi Bahan Zirconomer dan Resin Komposit pada
Kavitas MOD (Kajian in vitro).

Menguji resistensi fraktur bahan tumpatan terobosan baru yaitu


Zirconomer dengan bahan tumpatan yang telah banyak digunakan yaitu
Resin komposit. Diharapkan zirconomer dapat menjadi referensi tumpatan
baru dengan sifat ideal dan bahan baku utama dari dalam negeri yang
berpotensi mensubstitusi impor material kedokteran gigi.
B. LATAR BELAKANG MASALAH

Karies secara historis telah dianggap komponen paling penting dari


beban penyakit mulut global. Di Indonesia sendiri, menurut data Riskesdas
(2013), prevalensi nasional indeks DMF-T adalah 4,6 dan sebanyak 15
provinsi memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional. Dewasa ini,
masyarakat sudah mulai sadar akan pentingnya merawat kesehatan rongga
mulut sehingga keinginan mengubah indeks D (Decay) menjadi F (Filling)
meningkat. Peningkatan ini sebanding dengan peningkatan permintaan
masyarakat terhadap bahan tumpatan dengan sifat fisik dan daya tahan yang
optimal. Oleh karena itu, menginovasi bahan tumpatan baru yang ideal
menjadi fokus pengembangan utama saat ini (Abdulsamee dkk., 2017).
Menurut Anusavice (2013), pemilihan bahan yang ideal adalah apabila bahan
restorasi dan permukaan gigi dapat biokompatibel, dapat bertahan sebagai
restorasi jangka waktu lama, sesuai dengan struktur gigi dan jaringan-jaringan
yang terlihat lainnya, serta mampu memperbaiki jaringan yang hilang.
Salah satu masalah yang sering terjadi pada kedokteran gigi bagian
konservasi adalah fraktur gigi. Pengurangan struktur gigi saat preparasi
kavitas dapat menyebabkan menurunya kekuatan dan meningkatnya
kemungkinan fraktur gigi. Luasnya kavitas dan restorasi pada gigi merupakan
faktor yang berkontribusi dalam complete fracture maupun incomplete
fracture (Santos, 2005).
Menurut Rezvani dkk (2012), preparasi kavitas pada daerah oklusal
dapat menurunkan kekuatan gigi sebesar 20%. Apabila preparasi cavitas
melibatkan marginal ridge sehingga preparasi meluas hingga proksimal dapat
menurunkan kekuatan 2 kali lipat yaitu sekitar 46% dan bila melibatkan 2
merginal ridge dapat menurunkan hingga 63%. Diperkuat lagi dengan hasil
penelitian Dalpino dkk (2002) bahwa desain preparasi kavitas MOD dengan
jarak ½ intercuspal dan dinding divergent melemahkan struktur gigi.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa memperbaiki struktur
gigi sangat penting untuk mempertahankan kekuatan gigi. Secara umum,
semakin besar karies atau preparasi kavitas, semakin lemah gigi tersebut
(Mondelli, 2009). Struktur gigi yang tersisa dan direstorai dengan bahan
tumpatan memberikan resistensi fraktur yang lebih tinggi (Soares, 2008).
Oleh karena itu, saat ini sangat diperlukan bahan restorasi yang dapat
memberikan kekuatan gigi seperti semula.

Bahan restorasi yang telah populer digunakan dokter gigi dan


berkembang saat ini adalah resin komposit. Resin komposit mememiliki
banyak jenis yang diklasifikasikan berdasarkan kegunaannya. Resin komposit
yang digunakan pada gigi posterior memerlukan sifat mekanis yang berbeda
dengan resin komposit yang digunakan pada gigi anterior. Gigi posterior
menerima tekanan pengunyahan lebih besar secara langsung sehingga resin
yang cocok digunakan dalah resin komposit tipe packable (Kiremitci, 2009).

Resin komposit packable mempunyai kelebihan dapat dipadatkan,


daya pengkerutannya rendah, daya tahan abrasi, mempunyai kekuatan tekan
besar yang sangat dibutuhkan dalam fungsi dan tekanan mastikasi (Craig et al,
2002). Resin komposit memiliki kemampuan perlekatan dengan struktur gigi
yang masih tersisa dengan cara menstrasmisikan dan mendistribusikan
tekanan fungsional secara merata. Hal ini menyebabkan resin komposit
memiliki kekuatan tekan yang baik (Summit dkk, 2006) Namun, menurut
Kiremitci (2009), terdapat beberapa kelemahan resin komposit yaitu berbagai
tipe fraktur sering terjadi, kebocoran tepi, karies sekunder, diskolorasi dan
kontak proksimal yang kurang baik.

Dengan resin komposit yang sudah dipakai secara luas, sekarang


diperlukan bahan inovasi baru yang diharapkan memiliki kekuatan fisik yang
lebih untuk mengembalikan kekuatan pada gigi yang dipreparasi. Zirconomer
merupakan salah satu terobosan baru yang memberikan kekuatan dan daya
tahan yang tinggi pada gigi. Zirconomer merupakan formulasi baru dari
Semen Ionomer Kaca (SIK) yang terdiri dari bahan pengisi Zirconia (ZrO2).
Di Indoensia sendiri memiliki potensi sumber zirconia yang cukup melimpah,
salah satunya yaitu pasir zircon yang dapat diubah menjadi zirconia.
Pemanfaatan zirconia hasil pengolahan dalam negeri belum sampai
dimanfaatkan untuk pengembangan material kedokteran gigi berbasis keramik
ataupun komposit. Oleh karena itu, zirconia untuk material kedokteran gigi
dari bahan baku dalam negeri memiliki potensi yang sangat besar untuk
dikembangkan dalam upaya mensubstitusi impor material kedokteran gigi
(Asri dkk, 2016)

Zirconia adalah crystalline oxide dari zirconium yang merupakan


keramik polycrystalline tanpa fase kaca dan terdapat dalam bentuk yang
bermacam-macam (Ali dkk, 2014). Zirconia memiliki karakteristik
ketangguhan retak, biokommpatibilitas, ketangguhan patah dan sifat inert dan
bioadhesi yang baik sehingga cocok digunakan sebagai material restorasi
kedokteran gigi (Asri dkk, 2016).

Zirconia tidak memiliki risiko keracunan merkuri, risiko korosi,


ekspansi dan konduktivitas termal. Modulus elastisitas dan kekuatan kompresi
Zirconomer yang tinggi dapat meningkatkan ketahanan beban pada daerah
permukaan gigi yang mendapat tekanan. Bahan ini berikatan secara kimia
pada email/dentin dan koefisien ekspansi termal yang sangat mirip dengan
gigi, sehingga menghasilkan tekanan interfacial yang rendah dan tumpatan
yang awet. Selain itu, Zirconomer memiliki working time yang adekuat
dengan reaksi snap-set, mudah dalam pengadukan dan manipulasi sehingga
mengurangi waktu kunjungan, serta resistensi yang sangat baik terhadap
abrasi dan erosi (Kamath dkk., 2016)

Gigi posterior terutama gigi premolar satu maksila memiliki bentuk


anatomi yang menyebabkan lebih rentan terhadap fraktur mahkota akibat
tekanan oklusal, ditambah lagi apabila marginal ridge tipis atau tidak ada
(Mondelli, 2009). Kekuatan tekan sangat menentukan keberhasilan suatu
tumpatan, mengingat pemberian kekuatan tekan pada tumpatan selalu terjadi
dengan adanya gerakan pengunyahan (Craig dkk, 2012).

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resistensi fraktur gigi


permanen premolar satu maksila dengan restorasi bahan zirconomer dan resin
komposit pada kavitas MOD.
D. DIAGRAM ALUR JALANNYA PENELITIAN
E. DAFTAR PUSTAKA

Abdulsamee, N., Elkhadem, A. H., 2017, Zirconomer and Zirconomer


Improved (White Amalgams): Restorative Materials for the Future.
Review, EC Dental Science, 15(4):134-150.

Ali, S. A., Karthigeyan, S., Deivanai, M., Mani, R., 2014, Zirconia: Properties
and Application- A Review, Pakistan Oral & Dental Journal,
34(1): 178-183.

Anusavice, K.J., 2013, Phillips Science of Dental Materials, 12th ed. St.
Louis: Elsevier/Saunders, 5.

Asri, L., Septawendar, R., Sunendar, B., 2016, Zirconia untuk Aplikasi
Restorasi Gigi, JKGI, 25(2): 79-88

Craig, R. G., Powers, J. M., & Sakaguchi, R. L., 2006, Craig’s Restorative
Dental Material, 12th ed., Mosby, St. Louis, 190-193.

Dalpino, P,H., Francischone, C,E., Ishikiriama, A., Franco, E,B., 2002,


Fracture resistance of teeth directly and indirectly restored with
composite resin and indirectly restored with ceramic material. Am J
Dent, 15(6):389–94.

Kamath, U., Salam, A., 2016, Fracture Resistance of Maxillary Premolars


with MOD Cavities Restored with Zirconomer: An in Vitro
Comparative Study, IJADS, 2(2): 77-80.

Kiremitci, A., Alpaslan, T., Gurgan, S., 2009, Six-year Clinical Evaluation of
Packable Composite Restoration, Operative Dentistry, 34-1, 11-17.

Mondelli, R, F, L., Ishikiriama, S, K., Filho, O, D, O., Mondeli, J., 2009,


Fracture Resistance of Weakened Teeth Restored with Condensable
Resin with and without cusp coverage, J Appl Oral Sci, 17(3):161-5
Rezvani, M. B., Basir, M. M., Mollaverdi, F., Moradi, Z., Sobout, A., 2012,
Comparison of the Effect of Direct and Indirect Composite Resin
Restorations on the Fracture Resistance of Maxillary Premolars: An
In Vitro Study, Journal Dental School, 29(5):299-305

Santos, M. J. M. C., Bezerra, R. B., 2005, Fracture Resistance of Maxillary


Premolars Restored with Direct and Indirect Adhesive Techniques,
JCDA, 71(8): 585.

Soares, C.J, Martins, L.R, Pfeifer, J.M, Giannini, M., 2004, Fracture
resistance of teeth restored with indirect-composite resin and
ceramic inlay systems, Quintessence Int, 35:281–286

Summitt, J.B., Robbins, J.W., Hilton, T.J., Schwartz, R.S., 2006,


Fundamentals of operative dentistry: A contemporary approach.
3rd Ed. Chicago:Quintessence Publishing Co. Chap 8:183-260.

Anda mungkin juga menyukai