Anda di halaman 1dari 28

BLOK 11 – MATERIAL DAN TEKNOLOGI

KEDOKTERAN GIGI

PEMICU 2

“Aku Ganteng Kembali”

DISUSUN OLEH:

Zetta Anyora Ginting (210600102)

Kelompok 3

FASILITATOR:

Indah Revita Saragih, S.Si., M.Si

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pencapaian estetik dan tidak dipakainya merkuri merupakan karakteristik yang dihasilkan dari
restorasi resin komposit, sebuah restorasi yang paling digemari dan terkenal diantara para
dokter gigi. Saat ini terdapat banyak jenis resin komposit. Resin komposit tersebut
dikelompokkan berdasarkan jenis dan ukuran bahan pengisi serta kandungannya yang dapat
mempengaruhi prosedur perawatan dan sifat fisik bahan-bahan resin komposit. Beberapa tahun
terakhir terjadi peningkatan penggunaan restorasi komposit oleh para klinisi yang disebabkan
oleh permintaan pasien akan restorasi estetik dan ketersediaan komposit dengan kekuatan yang
cukup tinggi serta memberikan hasil estetik yang cukup baik. Hal yang perlu dipertimbangkan
pada saat memilih bahan restorasi adalah seleksi kasus individual, faktor kekuatan dan estetik,
serta teknik aplikasi dari restorasi resin komposit.

1.2 DESKRIPSI TOPIK

PEMICU 2
Nama pemicu: Aku Ganteng Kembali
Penyusun: drg. Kholidina Imanda Harahap, MDSc., drg. Rusfian, M.Kes., Indah Revita Saragih,
S.Si., M.Si
Hari/Tanggal: Kamis / 15 Desember 2022
Jam: 13.30 – 15.30 WIB
Skenario
Seorang pasien laki-laki berusia 30 tahun yang berprofesi sebagai artis, datang ke dokter gigi
dengan keluhan ingin menambal gigi depan atas yang berlubang dan ingin mengganti tambalan
logam di gigi geraham bawah kanan yang sudah pecah di tepi dan membuat warna gigi sedikit
menghitam. Dari anamnesis diketahui pasien tidak nyaman waktu tersenyum dan tertawa karena
malu giginya berlubang dan tambalan logam sudah dipakai selama lebih dari 10 tahun dan tidak
pernah menimbulkan sakit. Hasil pemeriksaan intra oral terlihat gigi 46 memiliki tambalan
amalgam di bagian mesio-oklusal, gigi 34 dan 45 terdapat karies pada pit dan fisur dan gigi 21
karies superfisial di bagian proksimal sebelah mesial. Oral hygiene pasien sedang. Dokter gigi
merencanakan untuk membongkar tambalan amalgam pada gigi 46 dan menggantinya dengan
restorasi estetis indirek. Sedangkan pada gigi 34 dan 45 akan diaplikasikan bahan preventif dan
gigi 21 akan direstorasi dengan bahan restorasi estetis direk.

Pertanyaan:
1. Uraikan dan jelaskan penyebab dan mekanisme yang terjadi pada tambalan amalgam sehingga
terjadi pewarnaan pada gigi 46! Ditinjau dari sifatnya (KIMIA)
2. Pilihlah bahan yang tepat untuk merawat gigi 46 pada kasus di atas? (IMT)
3. Pertimbangkan aspek komposisi, sifat mekanis, jenis polimerisasi pada bahan restorasi estetis
indirek yang anda pilih pada gigi 46!(IMT)
4. Bedakan antara semen resin dengan bahan bonding? (IMT)
5. Pilihlah bahan restorasi estetik indirek yang tepat pada gigi 46 ditinjau dari aspek komposisi,
jenis, mekanisme perlekatan dan cara aplikasinya (drg Kholidina) (IMT)
6. Pilihlah bahan yang tepat diaplikasikan untuk gigi 34 dan 45 dari aspek komposisi, reaksi
pengerasan, cara pemanipulasian!(IMT)
7. Pilihlah bahan yang tepat untuk digunakan pada gigi 21 pada kasus di atas dan jelaskan alasan
Anda! (IMT)
8. Pertimbangkan bahan yang anda pilih pada soal no.7 dari aspek: (IMT)
a. Komposisi bahan
b. Reaksi pengerasan
c. Bahan dan system perlekatan
d. Sifat mekanis, fisis dan optis
e. Cara pemanipulasian
9. Pilihlah bahan abrasif yang digunakan untuk restorasi gigi 21, 34, 45, dan 46 pada kasus
tersebut! (IMT)
10. Pilihlah bahan polish yang digunakan untuk restorasi gigi 21, 34, 45, dan 46 pada kasus
tersebut! (IMT)
Learning issue:
 Reaksi Polimerisasi material kedokteran gigi
 Korosi
 Resin komposit
 Semen resin
 Bahan prefentif
 Bahan adhesif
 Bahan abrasif
 Bahan polis
BAB II

PEMBAHASAN

1. Uraikan dan jelaskan penyebab dan mekanisme yang terjadi pada tambalan amalgam
sehingga terjadi pewarnaan pada gigi 46! Ditinjau dari sifatnya (KIMIA)

= Ditinjau dari sifatnya tarnish adalah perubahan warna pada permukaan logam. Di
dalam rongga mulut tarnish biasanya terjadi dari pembentukan hard dan soft deposit pada
permukaan gigi Reaksi elektrokimia yang membentuk insoluble, adherent, visible surface films
menyebabkan tarnish pada sebagian besar dental alloys, termasuk amalgam. Penyebab dari
perubahan warna dari dental alloys adalah pembentukan perak dan tembaga sulfida melalui
reaksi dengan sulfur dalam makanan dan minuman. Endapan lunak adalah plak dan film
terutama terdiri dari mikroorganisme dan musin. Perubahan warna permukaan juga dapat muncul
pada logam dari pembentukan film tipis, seperti oksida, atau sulfida. Tarnish adalah sebuah
indikasi awal korosi.
Berbagai asam seperti fosfat, asetat, dan asam laktat. Tepatnya konsentrasi dan pH, hal
ini dapat menyebabkan korosi. Ion spesifik yang berperan utama dalam korosi dental alloys
misalnya, oksigen dan klorin terlibat pada korosi amalgam pada gigi.
Perubahan warna pada kasus di atas tergolong diskolorasi iatrogenic, yaitu perubahan
warna akibat prosedur perawatan gigi yang biasanya melekat pada struktur gigi dan sebenarnya
dapat dicegah. Salah satu penyebab perubahan ini adalah restorasi koronal. Perubahan warna
atau diskolorasi gigi dapat disebabkan oleh proses penodaan (staining), penuaan (aging), dan
bahan-bahan kimia.
Ditinjau dari sifat kimia yang mempengaruhi pewarnaan amalgam, yaitu tarnish,
permukaan amalgam dapat berubah warna karena bekontak dengan sulfur. Dalam jangka waktu
penggunaan yang lama, kerusakan tepi amalgam dapat menyebabkan perubahan warna sehingga
tampak kehitaman. Hal seperti ini terjadi pada pasien dalam kasus di atas, pasien sudah
menggunakan tambalan amalgam tersebut selama 10 tahun sehingga tidak tertutup kemungkinan
bahwa tambalan tersebut mengalami penuaan sehingga menyebabkan perubahan warna.
Kerusakan tepi amalgam menjadi tempat masuknya bahan kimia diantara restorasi dan struktur
gigi dan kemudian akan mewarnai dentin di bagian bawah sehingga dentin dapat berubah warna
menjadi abu-abu gelap (menghitam)

2. Pilihlah bahan yang tepat untuk merawat gigi 46 pada kasus di atas? (IMT)

= Berdasarkan skenario diatas dikatakan bahwa dokter gigi akan membongkar tambalan
amalgam pada gigi 46 dan menggantinya dengan tambalan estetis restorasi indirek. Restorasi
indirek merupakan teknik untuk membuat restorasi di luar mulut menggunakan cetakan dari gigi.
yang dipreparasi. Restorasi indirek pada gigi posterior berdasarkan bentuk dapat dibagi menjadi
inlay dan onlay. Inlay dan onlay adalah bentuk restorasi tidak langsung yang digunakan jika gigi
molar atau premolar terlalu rusak untuk menopang restorasi dasar, tetapi tidak terlalu parah
sehingga membutuhkan mahkota. Inlay dan onlay disiapkan di luar mulut pasien, kemudian
disemen atau direkatkan ke gigi. Inlay atau onlay memiliki bentuk yang sesuai dengan gigi yang
telah dipreparasi sebelumnya seperti potongan puzzle. Restorasi indirek tersebut dimaksudkan
untuk membangun kembali area yang luas dari permukaan gigi, sedangkan restorasi direk adalah
restorasi langsung yang dirancang untuk mengisi sedikit kavitas pada enamel gigi. Inlay dan
onlay tidak seluas mahkota jaket yang menutupi sebagian besar gigi. Inlay ditempatkan pada
permukaan oklusal diantara tonjol dan gigi, sedangkan onlay menutupi satu atau lebih banyak
tonjol gigi.
Bahan yang dapat digunakan untuk merawat gigi 46 ialah:
 Resin komposit
Resin komposit termasuk bahan restorasi yang banyak digunakan karena bahan tersebut
dapat berikatan dengan struktur gigi dan memberikan hasil estetika yang baik (Hengtrakool
dkk., 2011). Bahan dental resin komposit dikembangkan oleh Bowen pada 1960- an. Sejak
saat itu, bahan ini mengalami berbagai transformasi untuk memperbaiki sifat fisik dan
mekaniknya, membuatnya semakin dapat diterima untuk restorasi gigi di posterior gigi.
Resin komposit terdiri dari matriks resin, filler, coupling agent dan photo initiator. Filler
dalam resin komposit inilah yang membuat bahan tersebut memiliki kekerasan, sehingga
restorasi gigi posterior yang menggunakan bahan resin komposit yang tinggi kandungan
fillernya memiliki kekuatan mekanis yang lebih baik (Galvao, dkk., 2013).
Dalam segi estetis, restorasi resin komposit memiliki penampilan estetika yang sangat
baik jika dipadukan dengan berbagai shade dan translusensi. Selain itu bahan resin komposit
dapat dengan mudah diperbaiki, dirawat dan diperbarui (modifikasi dengan menambahkan
materi baru ke yang lama). Resin komposit juga merupakan bahan yang mudah dipoles baik di
dalam mulut maupun di luar mulut seperti yang dibutuhkan pada restorasi indirek (Grivas, dkk.,
2014).
 Zirconia
Zirconia telah dikenal sebagai permata sejak zaman kuno. Nama zirconium berasal dari
bahasa arab "zargun" (warna emas) yang pada gilirannya berasal dari dua kata persia "zar"
(emas) dan "gun" (warna). Zirconia adalah kristalinedioksida dari zirkonium. Zirkonium oksida
pertama kali digunakan untuk tujuan media pada tahun 1969 untuk aplikasi ortopedi. Zirconia
kemudian diusulkan sebagai bahan baru untuk penggantian kepala pinggul sebagai pengganti
dari titanium atau alumina prostesis. Pasien dan dokter gigi telah mencari bahan restorasi yang
sewarna gigi dan bebas logam seiring meningkatnya minat pada estetika dan perhatian mengenai
reaksi toksik serta alergi terhadap bahan tertentu. Oleh karena itu, pengembangan baru dari
dental keramik berkekuatan tinggi yang tidak terlalu rapuh, memiliki kekuatan tarik yang baik,
dan tidak terlalu terpengaruh oleh stres yang mengakibatkan kegagalan restorasi ini sangat
menarik untuk kedokteran gigi prostetik, di mana kekuatan dan estetika sangat dibutuhkan
(Madfa, dkk., 2014).
Zirconia dibagi dalam tiga pola berbeda: monoclinic (M), Tetragonal (T), dan cubic (C).
Zirconia murni bersifat monoclinic pada suhu kamar dan tetap stabil hingga suhu 1170 °C. Di
atas suhu ini, ia berubah menjadi tetragonal dan kemudian menjadi fase cubic yang ada hingga
titik leleh pada 2370 °C. Selama pendinginan, fase tetragonal berubah kembali ke monoclinic
dalam suhu mulai dari 100 °C sampai 1070 °C. Banyak jenis keramik yang mengandung zirconia
yang saat ini tersedia, namun hanya tiga yang digunakan dalam kedokteran gigi. Jenis tersebut
adalah tetragonal yang didoping kation yttrium zirconia polycrystals (3Y-TZP), magnesium
kation-doped zirconia yang distabilkan sebagian (Mg-PSZ) dan zirconia dikeraskan alumina
(ZTA). Di kedokteran gigi sendiri, zirconia sering digunakan sebagai pasak, mahkota jaket dan
jembatan, abutment implan serta inlay maupun onlay (Madfa, dkk., 2014).
Zirconia, dilihat dari segi estetika memiliki warna putih kusam dan opasitasnya dapat
menutupi struktur di bawahnya. Kebanyakan sistem zirconia yang digunakan pada restorasi gigi
telah ditambahkan perwarnaan struktural untuk meningkatkan estetika restorasinya (Bona, dkk.,
2014). Belakangan ini, pada bahan zirconia juga dilakukan pengembangan pewarnaan dengan
perbaikan translusensi sehingga menjadi sangat cocok dengan warna gigi manusia (Nistor, dkk.,
2019). Kekuatan mekanis zirconia sebagai bahan kedokteran gigi tergolong memiliki kekuatan
tertinggi dan fracture toughness yang baik (Daou dan Al-Gotmeh, 2014). Bahan zirconia
memiliki kekerasan yang jauh lebih baik dari bahan resin komposit, bahkan dapat menyebabkan
abrasi jangka panjang pada gigi yang berlawanan (Dhoum, dkk., 2018).
Saya lebih memilih material berbahan resin yaitu resin komposit untuk merawat gigi 36
pasien. Dibandingkan bahan zirconia (keramik), resin komposit menunjukkan distribusi tegangan
yang lebih baik, dapat diperbaiki, biaya lebih rendah dan kemudahan pengaplikasiannya. Di
samping itu, resin komposit juga menunjukkan karakteristik permukaan jangka panjang yang
inferior, seperti kekasaran permukaan dan estetika namun rentan terhadap perubahan warna. Jika
dibandingkan dengan restorasi resin komposit direk, keunggulannya adalah estetika, stabilitas
warna dan pengurangan sensitivitas pasca penumpatan. Keuntungan penting dari penggunaan
metode indirek ini adalah peningkatan ketahanan terhadap kompresi, peningkatan kekerasan
permukaan dan pengurangan risiko fraktur dan retakan pada struktur internal bahan (Desai, dkk.,
2018).
Resin komposit jika dibandingkan bahan lainnya seperti zirconia dan keramik,
menunjukkan ketahanan jangka panjang sebagai bahan restorasi. Resin komposit sebagai
restorasi inlay maupun onlay sejumlah 100% mampu bertahan selama 3 tahun namun hanya 51%
yang mampu bertahan hingga 10 tahun (Grivas, dkk., 2014). Restorasi zirconia mampu bertahan
selama 5 tahun dalam kondisi 95% dan 90% selama lebih dari 10 tahun (Fernandez, dkk., 2015).
Berbeda dengan aspek ketahanan yang dapat dilakukan penilaian secara obyektif, penilaian
terhadap estetika restorasi dipengaruhi oleh subyektifitas. Kriteria penilaian aspek estetika
meliputi faktor kesesuaian warna dan adaptasi marginal. Tiga kajian mengenai penilaian aspek
estetik menunjukkan hasil yang bervariasi. Satu kajian menunjukkan bahwa bahan resin
komposit lebih superior, satu kajian menunjukkan bahwa bahan zirconia lebih superior dan satu
kajian menunjukkan tidak teridentifikasi adanya perbedaan dari kedua bahan tersebut (Grivas,
dkk., 2014).
Resin komposit yang saya pilih ialah resin composit packable, light cure, dan dengan
nanofiller.
3. Pertimbangkan aspek komposisi, sifat mekanis, jenis polimerisasi pada bahan restorasi
estetis indirek yang anda pilih pada gigi 46! (IMT)
 == Komposisi resin composite
Resin komposit memiliki sejumlah komponen seperti; resin matrix, filler, coupling agent
sebagai komponen utamanya. Komponen tambahannya, ialah: inisiator activator, pigment
agent, inhibitor, UV stabilisator.
a) Resin matrix
Kebanyakan bahan komposit kedokteran gigi menggunakn monomer yang
merupakan diakrilat aromaticatau alipatik.bis-GMA, urethane dimetakrilat
(UEDMA), dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA)adalah dimetakrilat yang
umum digunakan dalam komposit gigi.
Monomer dengan berat molekul tinggi khususnya, BIS-GMA amatlah kental pada
temperature ruang. Penggunaan monomer pengental sangat penting untuk
memperoleh tingkat pengisi yang tinggi dan menghasilkan konsistensi pesta yang
dapat digunakan secara klinis. Pengenceran dapat berupa monomer metakrilat tetapi
biasanya adalah monomer dimetakrilat seperti TEGDMA. Pengurangan viskositas
bilaTEGDMA ditambahkan dengan bis-GMA adalah bermakna. Suatu campuran
75% berat bis-GMA dan25% berat TEGDMA memiliki viskositas 4300 cP
(centiPoise), sedangkan viskositas dengan campuran50/50 adalah 200 cP. Sayangnya,
penambahan TEGDMA atau dimetakrilat dengan berat molekul rendahmeningkatkan
pengerutan polimerisasi, sesuatu factor yang membatasi jumlah dimetakrilat berat
molekulrendah yang dapat digunakan dalam komposit.1
Monomer dimetakrilat memungkinkan ikatan silangekstensif terjadi antar-rantai.
Ini menghasilkan suatu matriks yang lebih tahan terhadap degradasi oleh pelarut.1
b) Filler
Filler ini berfungsi sebagai penguat resisn matrix (Pengkat catering) translucent,
mengurangi polimerisasi shringkage dan thermal expension, serta untuk
meningkatkan radioopasitas dan diagnostic. Filler yang biasa dipakai ialah
macrofiller, small fine filler, midifiller, minifiller, microfiller, dan nanofiller. Bahan
resin komposit yang saya juga ialah resin komposit dengan nanofiller. Jenis filler
yang semakin halus akan membuat semakin estetis karena mudah dipolis.
c) Coupling Agents
Komponen ini berfungsi sebagai bahan perlekatan antara 2 fase. Jenis coupling agents
yang sering digunakan ialah y-methacryloxypropyl tri rnethoxysilane.
d) Activator-Initiator system
Baik monomer monometakrilat dan dimetakrilat berpolimerisasi dengan penambahan
mekanisme polimerisasi yang diprakarsai oleh radikal bebas. Radikal bebas dapat
dihasilkan oleh aktivasi kimia atau oleh aktivasi energi eksternal.
e) Pigment Agent
Pigment agent membantu dalam menyamakan warna pada struktur gigi. Bahan yang
sering dipakai ialah titanium dioxide, alumunium oxide, opak, translusen dll.
f) UV stabilisator
Peredam ultraviolet (UV) dan aditif lainnya meningkatkan stabilitas warna, dan
penghambat polimerisasi memperpanjang masa penyimpanan dan memberikan
peningkatan waktu kerja untuk resin yang diaktifkan secara kimia.

g) Inhibitor
Untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer bahan
penghambat ditambahkan pada sistem resin. Penghambat ini mempunyai potensi
reaksi yang kuat dengan radikal bebas. Bila radikal bebas telah terbentuk, seperti
dengan suatu pemparan singkat terhadap sinar ketika bahan dikeluarkan dari
kemasan, bahan penghambat bereaksi dengan radikal bebas, kemudian
menghambat perpenjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas
untuk mengawali proses polimerisasi. Bila semua bahan penghambat terpakai,
perpanjangan rantai akan terjadi. Bahan penghambat yang umumdipakai adalah
butylated hydrozytoluene dengan konsentrasi 0,01% berat.
 Sifat Mekanis
Sifat mekanis resin komposit merupakan faktor penting terhadap kemampuan bahan ini
bertahan di dalam gigi karena gigi sering mendapat tekanan pengunyahan. Volume filler
(bahan pengisi) yang besar dapat meningkatkan kekuatan resin komposit, tetapi
berdasarkan studi evaluasi klinis selama 1 tahun melaporkan bahwa 34 % tumpatan resin
komposit mengalami fraktur (Raharjo dkk., 2002). Oleh karena itu, untuk meningkatkan
sifat mekanis resin komposit bahan pengisi tidak hanya ditambah volumenya, tetapi juga
harus dimodifikasi agar sifat mekanisnya bertambah baik.
 Kekuatan tarik : 4930 Psi
 Kekuatan tekan: 40.000 Psi
 Modulus elastisitas RK tradisional: 2,2x106 Psi
 Modulus elastisitas RK microfiller: 0,65x106 Psi
 Kekerasan:22-80kg/mm
 Polimerisasi
Menurut Powers dan Sagakuchi (2007), berdasarkan dari proses polimerisasinya, resin
komposit dibagi menjadi tiga :light-cured composite (aktivasi sinar) dan self-cure
composite (aktivasi kimia),dan dual-cured composite (diaktivasi oleh sinar dan
dilanjutkan secara kimia). Polimerisasi resin komposit terjadi melalui 4 tahapan utama
yaitu, tahap aktivasi, tahap inisiasi, tahap propagasi, dan tahap terminasi.
Sinar light cure yang digunakan pada dental material biasanya menggunakan senyawa
kimia diketone seperti camphorquinone dan tertiary amine sebagai polimerisasi awal.
Jarak sumber sinar yang paling ideal guna mendapatkan polimerisasi yang optimal adalah
1-2 mm dengan ketebalan material komposit resin 1,5-2 mm. Jika jarak sumber sinar
mencapai 5-6 mm, maka sinar yang diterima oleh material komposit resin tidak dapat
mempolimerisasi komposit resin dengan optimal, yang secara langsung akan
menyebabkan penurunan sifat fisik dan mekanik (Price dkk., 2000).
Sinar light cure mempunyai 2 metode penyinaran, yaitu fast curing (metode
konvensional) dan soft start. Teknik soft start merupakan metode dengan tingkat
penyinaran lambat dapat menghasilkan aliran resin yang lebih tinggi sehingga
mengurangi tekanan kontraksi polimerisasi pada restorasi resin komposit (Yoshikawa
dkk., 2001). Menurut Yap dkk., (2002), teknik penyinaran soft start dibagi menjadi 3
macam teknik, yaitu stepped soft start, ramped, pulse-delayed. Pada teknik stepped, resin
komposit pertama kali di sinari dari intensitas rendah ke intensitas tinggi dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi stress selama
polimeriasi terjadi. (Malholtra dan Mala, 2010).
Jenis polimerisasi pada resin komposit yang saya gunakan ialah Light Cure, dengan
jenis resin komposit packable composite.

4. Bedakan antara semen resin dengan bahan bonding? (IMT)

= Perbedaan dari semen resin dengan bonding dapat dilihat dari komposisi setiap bahan. Semen
resin merupakan pencampuran antara powder dengan liquid atau dalam bentuk pasta sedangkan
bonding merupakan bahan yang lebih dikemas dalam bentuk cairan botol. Selian itu juga semen
resin digunakan untuk restorasi tidak langsung sedangkan bonding umumnya digunakan dalam
restorasi langsung.

Penjelasannya:
 Semen resin
Semen resin telah dikenal luas sebagai agen luting karena pembangunan resin
langsung mengisi dengan sifat yang lebih baik, manfaat dari teknik etsa asam-
untuk memasang resin dengan enamel, dan potensinya untuk berikatan dengan
dentin yang telah diconditioning dengan asam organik atau anorganik. Beberapa
semen dirancang untuk penggunaan umum dan kegunaan yang spesifik, seperti
sementasi mahkota keramik dan gigi tiruan sebagian tetap dan lekatan pada
bracket orthodontic.
 Fungsi Semen resin
1) Penyemen porselen
2) Restorasi kaca-keramik
Beberapa dental restorasi dengan keramik adalah translusen dan bayangan
dari luting semen dapat mempengaruhi estetik dari restorasi keramik.
Resin semen adalah luting agen untuk semua keramik inlay, mahkota dan
jembatan karena kemampuan mereka untuk mengurangi fraktur dari
struktur ceramic dan tingkat bayangannya memberikan estetik yang
optimal.
3) Bracked ortodontik
Ikatan orthodontic adalah kegunaan khusus semen yang harus cukup kuat
untuk menahan tekanan pada perangkat untuk sekitar 2 tahun, tapi juga
ikatan harus mudah patah untuk dipindahkan dengan efek minimal pada
gigi.
4) Sementasi mahkota dan jembatan
5) Sebagai liner
6) Sebagai basis
7) Untuk pit dan fissure sealant
 Komposisi Semen Resin
Polimerisasi aktivasi sinar
 Pasta tunggal: monomer metakrilat, inisiator
Polimerisasi aktivasi kimia
 Powder: butiran Polimetil metakrilat (untuk ketebalan)
 Liquid 1: monomer Metakrilat
 Liquid 2: Katalis
Polimerisasi aktivasi sinar atau kimia dan reaksi asam basa
 Pasta basis: moomer Metakrilat, filler, inisiator aktivasi kimia dan/atau sinar
 Pasta katalis: monomer Metakrilat, filler, aktivator (untuk cure- kimia

 Sifat Semen Resin


Sifat- sifat resin bervariasi berdasarkan perbedaan komposisi, jumlah monomer
pelarut, dan kadar bahan pengisi. Sifat-sifat resin yaitu:
1. Tidak larut dalam saliva atau cairan dalam mulut
2. Dapat dirancang untuk kegunaan khusus
3. Merupakan semen adesif
4. Menghasilkan ikatan yang cukup kuat, namun efisiensi jangka panjang belum
dapat ditentukan
5. Mengiritasi pulpa, sehingga dibutuhkan pelindung seperti kalsium hidroksida
atau pelapik ionomer kaca
 Bahan Bonding
Bonding merupakan sarana untuk mengikat dua bahan yang berdampingan,
misalnya, dental hard tissue, metal, composite, atau ceramic, dan memberikan
ketahanan terhadap pemisahan antar bahan tersebut. Bahan yang digunakan untuk
menyebabkan bonding disebut adhesive, sedangkan bahan dimana bonding
diaplikasikan disebut adheren. bahan bonding berguna untuk menciptakan ikatan
antara permukaan gigi dengan resin komposit.
Bonding diperlukan untuk mendapatkan suatu retensi yang kuat dan tahan lama
pada sebuah restorasi, sehingga system bonding yang ideal harus biokompatibel,
melekat dengan baik pada enamel dan dentin, memiliki kekuatan yang cukup
untuk menahan beban kunyah, memiliki sifat mekanik yang mirip dengan struktur
gigi, tahan terhadap degradasi lingkungan dan mudah diaplikasikan.
 Fungsi Bonding
Fungsi Bonding Dental bonding system memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1. menyediakan resistensi terhadap pemisahan substrat adheren dari
restorative material
2. mendistribusikan tekanan kunyah ke seluruh permukaan
3. mampu menyediakan seal untuk mencegah terjadinya microleakage,
menurunkan postoperative sensitivity, marginal staining dan karies
sekunder.
 Komposisi Bahan Bonding
 Etchant
- Mengandung asam fosfor 37%
- Asam etchant disebut juga conditioners karena merupakan asam
yang relatif kuat (pH≈1.0)
- Etching solution berupa cairan yang dapat mengalir dengan bebas
sehingga sulit untuk dikontrol pada saat penempatan.
 Primers
- sifat hidrophillik lebih kuat
- Mengandung volatile solvent
- Menigkatkan flow ke tubules terbuka dan di sekitar serat kolagen
- Meningkatkan wetting pada permukaan etched
 Adhesive
- Adhesive umumnya hydrophobic
- Mengandung Dimethacrylate oligomers yang kompatibel dengan
monomer dalam primer dan komposit
- Oligomer ini biasanya diencerkan dengan monomer molekul
dengan berat jenis molekul yang rendah
 Sifat Bahan Bonding
 Sifat Mekanis
- Kekuatan ikatan
Sebagian besar bonding agent menghasilkan kekuatan ikatan
terhadap enamel dan superficial dentin 15 sampai 35 MPa.
Kekuatan ikatan ditentukan untuk bagian dentin dalam cenderung
lebih rendah daripada superficial dentin. Berbagai masalah klinis
dapat mengurangi kekuatan ikatan.
 Sifat biologi
Pelarut dan monomer dalam bonding agent biasanya mengiritasi
kulit. Material tertentu seperti 2- hydroxyethylmethacrylae
(HEMA), tidak biokompetibel sebagai monomer. Bonding agent
bisa memproduksi reaksi lokal dan sistemik pada dokter gigi
maupun asisten dokter gigi.

5. Pilihlah bahan restorasi estetik indirek yang tepat pada gigi 46 ditinjau dari aspek
komposisi, jenis, mekanisme perlekatan dan cara aplikasinya (drg Kholidina) (IMT)

= Semen resin tepat untuk merekatkan restorasi estetik indirek pada gigi 46. Aplikasi semen
resin awalnya selalu di dahului aplikasi bahan bonding, yaitu dengan sistem total-etch ataupun
self-etch. Teknik aplikasi beberapa tahap pada semen resin dengan bahan bonding ini cukup
kompleks dan sensitive, oleh karena itu dapat memengaruhi efektifitas pelekatan restorasi indirek
pada gigi. Semen resin terus berkembang dengan berbagai perbaikan. Satu perubahan besar
dalam beberapa tahun terakhir adalah pengembangan semen resin yang tidak memerlukan
aplikasi bahan bonding untuk melekatkan restorasi indirek.

‣Komposisi
semen resin sebagai pelekat restorasi estetik merupakan komposit microfilled atau hybrid
kandungan utama resin Bis-GMA atau urethane dimethacrylate dan filler silica atau glass (20-
75% berat) atau keduanya. Sebagaian besar semen berbasis resin yang paling modern mirip
dengan bahan tambalan resin komposit, yaitu menggunakan matriks resin dengan bahan pengisi
anorganik yang telah diproses dengan silane. Sebagian permukaan gigi yang dipreparasi
merupakan dentin, makadibutuhkan monomer yang dapat menciptakan ikatan dengan dentin,
seperti organofosfonat, hidroksietil metakrilat (HEMA) dan 4-metakriletil trimellitik anhidrat (4-
META).

‣Jenis
➡Pasta terdiri dari : - pasta base : calcium tungstate, tribasic calcium phosphate dan zinc oxide
dalam glycol salicylate; - pasta katalis (accelerator) calcium hydroxide, zinc oxide dan xinc
stearate dalam ethylene toluene sulfonamide.

➡Light- cured calcium hydroxide adalah urethane dimethacrylate yang berisi calcium hydrixude
dan filler barium sulfate serta monomer berviskkositas rendah.

‣Mekanisme perlekatan
Dalam penggunaannya, semen resin tidak baik untuk dikombinasikan dengan sealer yang
berbasis eugenol, karena kontaminasi dentin dengan eugenol memiliki efek yang mengganggu
semen resin, karena senyawa phenolic seperti eugenol menghalangi polimerisasi radikal bebas
pada semen resin. Keberadaan eugenol pada dentin radikular mungkin menjadi alasan mengapa
beberapa penelitian menghasilkan hasil yang tidak baik. Semen resin adhesif bersifat sensitif
karena waktu kerjanya yang pendek. Selain itu, dibutuhkan kelembaban yang optimal untuk
mendapatkan adhesi dan polimerisasi yang optimal, dimana hal ini akan sulit didapatkan pada
sementasi pasak dengan ruang pasak yang dalam, dimana kontrol kelembaban sulit dilakukan.
Semen resin dual cured direkomendasikan sebagai semen luting pada pasak fiber reinforced
composite FRC. Hal ini dikarenakan semen resin memiliki daya tahan terhadap fraktur yang
lebih tinggi dibandingkan dengan semen yang lainnya.

‣Cara aplikasinya
sebagian besar kalsium hidroksida tersedia dalam 2 pasta. Tiap pasta dengan panjang tertentu
diletakkan diatas paper pad dan diaduk sampai warnanya sama (uniform), semen light-cured
dipolimerisasi dengan sinar tampak selama 20 detik setiap ketebalan lapisan 1 mm
6. Pilihlah bahan yang tepat diaplikasikan untuk gigi 34 dan 45 dari aspek komposisi,
reaksi pengerasan, cara pemanipulasian! (IMT)

= Pada skenario kasus dikatakan bahwa gigi 34 dan 45 terdapat karies pada pit dan fisur. perlu
dilakukan suatu tindakan preventif yang dapat mengurangi tingkat prevalensi penyakit karies
berupa penutupan pit dan fisur (pit and fissure sealent) gigi posterior. Namun yang sering
menjadi kendala pada penggunaan bahan yang diaplikasikan untuk pit and fissure sealant ini
yaitu kurangnya retensi pada gigi karena berbagai faktor sehingga tidak bertahan lama bahkan
mudah sekali hilang. Hal ini dapat menyebabkan karies mudah terjadi di area oklusal gigi
permanen tersebut.
Bahan yang tepat diaplikasikan untuk gigi 34 dan 45 ialah resin sealant. Menurut Sukanto
(2017),bahan sealant yang ideal adalah bahan mempunyai kemampuan retensi yang tahan lama,
kelarutan terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan jaringan rongga mulut, dan
mudah diaplikasikan. Ada beberapa macam bahan yang sering digunakan sebagai pit and fissure
sealent, yaitu diantaranya bahan Glass Ionomer cement (GIC) dan bahan berbasis resin atau
Resin komposit (RK). Pada bahan-bahan ini dikatakan bahwa GIC memiliki efek fluoridasi
sehingga diharapkan dapat lebih baik untuk mencegah terjadinya karies, namun memiliki retensi
yang lebih rendah dibanding resin-based sealant.
Teknik sealant yang paling popular adalah menggunakan material resin yang
diaplikasikan ke permukaan oklusal gigi. Material resin berpenetrasi ke dalam pit dan fisur dari
gigi, kemudian berpolimerisasi dan menutup terhadap flora oral dan debris. Secara umum resin
memiliki sifat mekanis yang baik sehingga dapat digunakan pada gigi dengan beban kunyah
besar, kelarutan bahan resin yang sangat rendah, sifat termis bahan resin sebagai isolator termis
yang baik, koefisien termal yang tinggi, dan kebanyakan resin bersifat radioopak sehingga warna
lebih estetis.
Keberhasilan dari teknik sealant sangat tergantung pada dicapainya dan terjaganya
adaptasi yang erat antara sealant dengan permukaan gigi. Oleh karena itu, sealant harus memiliki
viskositas yang relatif rendah sehingga dapat bertahan lebih lama dan kuat karena memiliki
kemampuan penetrasi yang lebih bagus. Hal ini karena adanya proses etsa pada enamel gigi yang
menghasilkan kontak yang lebih baik antara bahan resin dengan permukaan enamel. Bentukan
hasil etsa menghasilkan struktur yang memungkinkan penetrasinya ke dalam enamel dan
membentuk ikatan mekanikal yang efektif. Kerugian dari bahan resin adalah retensi pada
struktur gigi hanya tergantung pada jumlah perlekatan mekanisnya.
Suatu bahan sealant yang ideal harus mempunyai koefisien ekspansi termal yang sesuai
dengan koefisien ekspansi termal dari gigi, memungkinkan sealant berkontraksi atau berekspansi
terhadap perubahan suhu menyerupai enamel. Tetapi pada kenyataannya sehari-hari pengaruh
suhu dari makanan dan minuman akan menyebabkan perbedaan ekspansi termal dari bahan
sealant dan gigi yang kemungkinan akan menyebabkan kebocoran dari tepi sealant.
Mikroleakage (kebocoran tepi) adalah kebocoran mikro antara tepi restorasi dengan
permukaan gigi sehingga memungkinkan bakteri, saliva, dan debris masuk kedalam fisur
sehingga dapat menyebabkan karies sekunder. Kebocoran tepi terjadi karena adanya perbedaan
koefisien ekspansi termal antara bahan sealant dengan gigi, karena terjadinya shrinkage selama
polimerisasi atau karena aplikasi bahan sealant tanpa melalui proses bonding. Sebuah laporan
kasus menyatakan bahwa sealant ionomer kaca mengalami kehilangan sebagian besar permukaan
tekstur daripada resin sealant. Hal ini sangat signifikan dari evaluasi setelah 6 bulan, yang dapat
dihubungkan dengan beban pengunyahan dari sealant ionomer kaca pada beban di oklusal
sehingga menyebabkan disentrigasi permukaan dengan cepat. Sealant yang menipis dan akhirnya
terjadi fraktur pada permukaan enamel. Kombinasi pada dua faktor ini sepertinya menjadi alasan
utama untuk hilangnya sealant ionomer kaca. Perbaikan yang lebih lanjut pada sealant ionomer
kaca harus didorong agar menghasilkan pemakaian bahan yang lebih resisten untuk menahan
beban pengunyahan.
Sealant berbasis resin memiliki kemampuan retensi yang lebih baik daripada ionomer
kaca. Bahan sealant berbasis resin digunakan pada gigi dengan beban kunyah besar, dan mahkota
gigi telah erupsi sempurna. Bahan sealant ionomer kaca digunakan pada gigi dengan beban
kunyah ringan, dengan pengaplikasiannya yang efektif dan cepat sangat diindikasikan untuk
pasien anak yang kurang kooperatif.

7. Pilihlah bahan yang tepat untuk digunakan pada gigi 21 pada kasus di atas dan
jelaskan alasan Anda! (IMT)

= Pada skenario kasus dijelaskan bahwa gigi 21 karies superfisial di bagian proksimal sebelah
mesial dan akan akan direstorasi dengan bahan restorasi estetis direk. Bahan restorasi yang tepat
untuk kasus pada gigi 21 ialah resin composite, dengan jenis flowable composite, microfiller,
microhybrid, dan nano filler
 Alasan saya memilih bahan jenis ini ialah karena gigi 21 merupakan gigi anterior dan
berdasarkan kasus kariesnya berada pada daerah proksimal. Pada restorasi gigi anterior, ,
diperlukan kekuatan dan estetik yang relatif cukup tinggi. Bahan restorasi estetik sebaiknya
sesuai dengan struktur warna gigi, memiliki sifat translusensi dan opasitas, permukaan halus dan
mengkilap, dan memiliki ketahanan terhadap pewarnaan dan keausan.
Flowable Komposit memiliki filler yang lebih rendah sehingga viskositasnya juga rendah.
Flowable Komposit memiliki proporsi monomer yang tinggi, khususnya sejumlah besar
monomer pengencer umumnya TEGDMA, ditambahkan ke bulkier dan monomer dasar yang
kaku secara struktural, sepertie Bis-GMA atau UDMA untuk mengurangi viskositas. Komposit
jenis ini kurang kental membuat komposit ini memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik.
Flowable komposit telah disarankan untuk digunakan sebagai bahan pengisi seperti untuk;
sealant pit dan fissure, rongga lapisan, area aproksimal, restorasi klas II, III,V.

Komposit resin flowable memiliki bahan filler yang lebih rendah dan viskositas rendah, sehingga
memungkinkan syringe dari komposit tersebut dapat diaplikasikan secara langsung ke dalam
preparasi kavitas yang dapat mengalir hingga ke daerah tepi preparasi. Komposit flow digunakan
luas sebagai liner di bawah restorasi posterior dan juga digunakan sebagai lapisan awal untuk
teknik sandwich, seperti yang digunakan pada glass ionomer, yang kemudian ditutupi dengan
komposit microfill atau nanofill.

 Seperti dijelaskan diatas bahwa flowable komposit dapat dijadikan sebagai layer dalam
penambalan atau lapisan awal untuk teknik sandwich, lalu ditutupi dengan komposit
microfill dan nanofill. Nanofiller komposit Merupakan bahan restorasi universal yang
diaktifasi oleh visible light yang dirancang untuk keperluan merestorasi gigi anterior
maupun posterior. Memiliki sifat kekuatan dan ketahanan hasil poles yang sangat baik.
Dikembangkan dengan konsep nanotechnology, yang biasanya digunakan untuk
membentuk suatu produkyang dimensi komponen kritisnya adalah sekitar 0.1 hingga 100
nanomer. Secara teori, nanotechnology digunakan untuk membuat suatu produk baru
yang lebih ringan, lebih kuat, lebih murah, dan lebih tepat.
Komposisi bahan komposit ini terdiri dari sistem resin yang bersifat dapatmengurangi
penyusutan, yaitu BIS-GMA, BIS-EMA, UDMA dan sejumlah kecil TEGDMA.
Sedangkan fillernya berisi kombinasi antara filler nanosilica 20 nmyang tidak
berkelompok, dan nanocluster (Gambar 1) zirconia/silica yang
mudah berikatan membentuk kelompok, dimana kelompok tersebut terdiri dari partikelzir
conia/silica dengan ukuran 5-20 nm. Ukuran partikel satu cluster adalah berkisarantara
0.6 - 1.4 mikron. Muatan filler komposit ini adalah 78.5% berat. Ukuransuatu nanomer
setara dengan 1/1,000,000,000 meter atau 1/1000 mikron. Ini adalah sekitar 10 kali garis
tengah suatu atom hidrogen atau 1/80,000 tebal rambut manusia.
Sistem Resin pada komposit ini merupakan hasil modifikasi dari beberapasistem resin
untuk mendapatkan peningkatan sifat-sifat fisik komposit. Jumlah TEGMA yang besar
dalam suatu sistem resin akan meningkatkan jumlah ikatansilang resin matriks, sehingga
komposit menjadi lebih viskos, keras dan kaku namun penyusutan menjadi lebih tinggi.
Jumlah TEGDMA pada sistem resin komposit nano dikurangi. Sebagai gantinya
dilakukan penambahan jumlah campuran UDMA (urethane dimethacrylate) dan Bis-Ema
(BisphenolApolyetheylene glycol diether dimethacrylate). TEGDMA tetap digunakan
namun dalam jumlah kecil untuk sifat viskositas. Resin UDMA dan Bis-Ema
yangmemiliki berat molekular yang tinggi, berdampak pada lebih sedikit penyusutandan
komposit ini juga menjadi lebih lembut sehingga mudah dalam pengaplikasiannya.

 Microfiller
Komposit mikrofiller telah dikenal karena hasil poles yang sempurna. Walaupun
komposit ini sempurna untuk indikasi tertentu, namun kebanyakan pabrik membatasi
indikasi komposit ini, hal ini disebabkan karakteristik kekuatannya kurang sempurna
dibanding dengan komposit hybrid. Bahan pengisi yang digunakan silika koloidal.
Volume partikel pengisi 35- 50% berat matriks. Memiliki permukaan halus, cepat aus
mudah terjadi cracking(retak pada restorasi). Komposit jenis ini lebih cocok digunakan
untuk gigi anterior karena beban pengunyahan gigi posterior lebih besar daripada gigi
anterior sehingga apabila gigi posterior menggunakan komposit jenis ini akan sangat
cepat aus.
 Microhybrid
Partikel pengisi gabungan dari Mikrohybrid dan Small Particle Filler, kekuatan lebih
bagus dari pada hybrid. Diindikasikan untuk tambalan gigi posterior dengan karies yang
besar.

8. Pertimbangkan bahan yang anda pilih pada soal no.7 dari aspek: (IMT)
a. Komposisi bahan
b. Reaksi pengerasan
c. Bahan dan system perlekatan
d. Sifat mekanis, fisis dan optis
e. Cara pemanipulasian

= Adapun bahan yang dipilih pada soal no. 7 untuk merekatkan restorasi estetik indirek
pada gigi 21 untuk menggantikan bahan tambalan amalgam yaitu semen resin, dimana
bahan ini memiliki sifat dan ciri sebagai berikut:

A. Komposisi bahan
Semen resin memiliki komposisi yang sama dengan resin komposit, dimana
bahan matriks organiknya mengandung monomer dimethacrylate dan oligomer serta
BisGMA, UDMA yang dikombinasikan dengan molekul lebih kecil biasanya
diturunkan dari etilen glikol dimetakrilat. Kandungan filler nya berisi glass radiopak
silanasi seperti barium, strontium, atau zirkonia, bersama dengan partikel silika
sebesar 30-60%. Pada kedua pasta mengandung pigmen dan opacifier.
Camphorquinone dan tertiary amine terkandung dalam salah satu pasta untuk aktivasi
reaksi dengan sinar, dimana amina sebagai akselerator memproduksi radikal bebas.
Benzoil peroksida terkandung dalam pasta katalis untuk aktivasi reaksi kimia.2,3,7
B. Reaksi pengerasan
Semen resin mengeras oleh polimerisasi radikal bebas, menghasilkan
pembentukan struktur polimer ikatan silang yang rapat di sekitar partikel filler.
Radikal bebas dihasilkan oleh light activation, di mana camphorquinone dalam
keadaan tereksitasi bergabung dengan molekul amina untuk menghasilkan radikal
bebas. Dengan tidak adanya cahaya, radikal bebas dibentuk oleh reaksi redoks dari
sistem amina-peroksida. Tautan silang terbentuk ketika rantai propagasi bertemu
dengan ikatan rangkap karbon yang tidak bereaksi dalam rantai polimer yang
berbeda. Polimerisasi berlangsung sampai mobilitas spesies reaktif menjadi terbatas
oleh meningkatnya viskositas bahan dan radikal bebas tidak dapat menyebar lebih
lanjut, menjadi terperangkap dalam polimer. Derajat akhir konversi sekitar 70% dan
tergantung pada formulasi matriks, viskositas awal, dan mode curing. Konversi
biasanya lebih tinggi dalam kasus di mana semen dual-cured, dibandingkan dengan
self-cured. (Craig)
C. Sistem perlekatan
Secara terminologi, adhesi adalah proses perlekatan dari suatu substansi ke
substansi yang lain. Permukaan atau substansi yang berlekatan disebut adherend.
Adhesif adalah bahan yang biasanya berupa zat cair yang kental yang
menggabungkan dua substansi hingga mengeras dan mampu memindahkan suatu
kekuatan dari suatu permukaan ke permukaan yang lain.
Bahan perekat atau bonding agent adalah bahan yang bila diaplikasikan pada
permukaan suatu benda dapat melekat, dapat bertahan dari pemisahan dan dapat
menyebarluaskan beban melalui perlekatannya. Faktor yang efektif untuk membentuk
perlekatan yang baik adalah permukaan yang bersih, kekasaran permukaan, sudut
kontak, kelembaban yang sesuai, viskositas yang rendah dan daya alir yang kuat.
Penurunan integritas adhesi marginal dapat menyebabkan celah mikro, sensitivitas
pasca restorasi, lepasnya restorasi, patologi pulpa serta menurunkan ketahanan
restorasi.
Agen pengikat dentin diperlukan untuk meningkatkan adhesi semen resin ke
dentin. Monomer perekat yang tergabung dalam bahan pengikat dan semen resin
termasuk HEMA, 4-META, asam karboksilat, dan organofosfat, seperti MDP (asam
fosfat 10- metacryloyloxydecamethylene). Untuk sistem yang membutuhkan agen
pengikat, primer resin sebagian menyusup ke fibril kolagen yang telah
didemineralisasi oleh etsa asam. Tag resin mengurangi respon pulpa yang merugikan.
Mekanisme perlekatan antara resin komposit dengan permukaan gigi melalui dua
teknik yaitu pengetsaan asam dan pemberian bonding.

● Teknik etsa asam :


Sebelum memasukan resin, email pada permukaan struktur gigi yang akan
diolesi etsa asam yang menyebabkan hydroxiapatit larut dan hal tersebut
berpengaruh terhadap hilangnya prisma email dibagian tepi, inti prisma dan
menghasilkan bentuk yang tidak spesifik dari struktur prisma. Kondisi ini
menghasilkan pori-pori kecil pada permukaan email. Bahan etsa yang
diaplikasikan pada email menghasilkan perbaikan ikatan antara permukaan
email-resin dengan meningkatkan energi permukaan email. Jadi bahan etsa
membentuk lembah dan puncak pada email, yang memungkinkan resin
terkunci secara mekanis pada permukaan yang tidak teratur tersebut. Dalam
kedokteran gigi, teknik etsa dianggap sebagai standar emas dari kekuatan
ikatan perekat untuk enamel. Teknik total etch adalah alternatif yang disukai
karena telah terbukti menghasilkan ikatan kuat dengan enamel. Total etch
menciptakan lapisan tipis pada pembentukan beberapa ikatan kimia antara
kelompok monomer dan kalsium ion dari apatit hidroksil. Kinerja adhesi total
etch penting secara klinis pada bonding agent.

● Bahan bonding :

Karena matriks resin bersifat hidrofobik, bahan bonding harus


mengandung hidrofilik maupun hidrofobik. Bagian hidrofilik harus bersifat
dapat berinteraksi pada permukaan yang lembab, sedangkan bagian hidrofobik
harus berikatan dengan restorasi resin.
D. Sifat mekanis, fisis dan optis

● Sifat mekanis

Sifat mekanik semen resin ditentukan oleh kandungan pengisi dan derajat
konversi yang dicapai oleh matriks organik. Sebagai aturan praktis, tingkat
pengisi yang lebih tinggi dan konversi yang lebih tinggi sesuai dengan sifat
mekanik yang lebih tinggi. Derajat konversi semen dual-cured adalah antara
50% dan 73% dalam mode selfcure dan 67% dan 85% ketika light-cured.
Kekuatan tekan semen komposit resin dual-cured dan light-cured telah
dilaporkan 180-300 MPa, oleh karena itu jauh lebih unggul dari semen asam-
basa. Kekuatan lentur antara 80 dan 100 MPa, lebih tinggi dari nilai minimum
yang disyaratkan oleh standar ISO 4049 (50 MPa). Modulus elastisitas dapat
bervariasi secara signifikan di antara merek komersial, antara 4 dan 10 GPa,
nilai yang sebanding dengan semen lainnya. Untuk semen dual-cured, sifat
mekanik sedikit lebih tinggi ketika semen light-cured.

● Sifat fisis

Polymerization shrinkage merupakan penyusutan atau pengkerutan selama


proses polimerisasi yang menyebabkan terjadinya kehilangan kontak antara
resin dengan dinding kavitas pada celah restorasi. Stres yang dapat
mempengaruhi ikatan antara komposit dan gigi yang mengarah pada
terbentuknya celah yang sangat kecil dimana dapat menyebabkan saliva dan
mikroorganisme masuk dan dapat menyebabkan karies rekuren dan noda tipis.

● Sifat optis

Beberapa partikel bahan pengisi seperti kaca kuarsa, lithium-alumunium


dan silica merupakan bahan yang tidak radiopak, maka harus dicampur
dengan bahan pengisi lain agar menghasilkan radiopak. Pada komposisi
nanofiller, radiopacity dibuat menggunakan zirconia nanomerik (5-7 nm) atau
dengan memasukkan zicornia di dalam nanocluster bersama dengan silika.
E. Cara memanipulasi
Manipulasi dari bahan ini umumnya bervariasi. Bahan dipasarkan dalam dua
macam bentuk, bahan yang diaktifkan dengan cahaya dan bahan yang diaktifkan
secara kimia. Untuk bahan resin yang diaktifkan dengan cahaya, bahan dasarnya
diaduk dan diaplikasikan ke kavitas gigi, ditahan pada tempatnya dengan dengan
matriks dan dipolimerisasi dengan menggunakan cahaya yang kuat. Bahan-bahan ini
mempunyai kelebihan yaitu waktu kerjanya tidak terbatas sehingga memungkinkan
matrik dipasang dengan tanpa tergesa-gesa, tetapi harus digunakan dengan hati-hati
karena bila bahan ini terlalu tebal pengerasannya mungkin tidak merata.

9. Pilihlah bahan abrasif yang digunakan untuk restorasi gigi 21, 34, 45, dan 46 pada
kasus tersebut! (IMT)
= Bahan abrasif adalah bahan yang mengauskam atau mengbrasi. Pada kesokteran gigi bahan
abrasive merupakan partikel abrasi yang terdapat pada permukaan luar alat seperti mata bur,
disk, stone (batu), wheels ataupun strip. Namun partikel ini juga berupa pasta ataupun cairan.
Pada kasus ini dengan gigi 46 dan 21 menggunakan bahan resin komposit. Pada resin komposit
ini menggunakan menggunakan bahan abrasive yang dinamakan Chalk. Suatu mineral calcite.
Disebut juga whitening atau calcium carbonate. Chalk merupakan abrasive ringan dan digunakan
untuk memoles gigi, emas, restorasi amalgamdan material pelastik. Sedangkan pada bahan pit
and fissure sealent dapat menggunakan bahan abrasi yaitu Diatomaceous Earth atau dikenal
sebagai kieselguhr, dipergunakan tidak hanya sebagai bahan abrasive dan polishing tetapi juga
filer pada beberapa bahan kedokteran gigi

10. Pilihlah bahan polish yang digunakan untuk restorasi gigi 21, 34, 45, dan 46 pada kasus
tersebut! (IMT)

= Polishing merupakan prosedur setelah finishing yakni mengurangi kekasaran permukaan bahan
restorasi agar menjadi halus dan mengkilap. Bahan polishing pada bahan resin komposit dapat
menggunakan bubuk ataupun pasta yang mengandung perlite, diamond, quartz, atau aluminium
oxide. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing permukaan
proksimal untuk membuat kontak proksimal.
Bahan polishing (pemolesan) merupakan proses pengabrasian permukaan yang mengurangi
goresan-goresan sampai akhirnya permukaan terlihat mengkilap. Pada kasus ini dengan gigi 46
dan 21 menggunakan bahan resin komposit dengan menggunakan bahan polish dapat berupa
bubuk ataupun pasta yang mengandung perlite, diamond, quartz atau alumunium oxide. Dan
menggunakan alat diamond atau green stone (griding), quartz atau alumunium oxide disk, atau
rubber wheel, carbide burs. Dan untuk gigi yang menggunakan fissure silent tidak memerlukan
polishing
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan kasus pasien diatas, gigi 21 pasien akan direstorasi menggunakan bahan resin
composite jenis flowable, microfiller, microhybrid atau nanofiller. Sedangkan gigi 34 dan 45
akan direstorasi menggunakan pit dan fissure sealant jenis resin sealant karena pada gigi tersebut
telah mengalami karies. Gigi 46 pasien yang telah di restorasi menggunakan tambalan amalgam
selama 10 tahun akan diganti dengan bahan restorasi estetik indirect yaitu resin composite jenis
packable.Penggantian bahan restorasi ini berhubungan dengan terjadinya perubahan warna atau
diskolorisasi pada gigi 46 pasien akibat tarnish dan korosi yang terjadi pada bahan tambalan
amalgam. Adapun bahan yang digunakan sebagai perlekatan pada gigi 46 pasien adalah semen
resin.
DAFTAR PUSTAKA

1) Ningsih JR, Saskianingtyas YS. Zirconia dan resin komposit sebagai restorasi indirek
pada gigi posterior. In: Dental Seminar Universitas Muhammadiyah Surakarta
(DENSIUM), Surakarta, 2021:106-114.
2) Sulastri S. Bhan ajar keperawatan gigi: Dental material. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017: 45- 51.
3) Ardana E, Trilaksana AC. Pemilihan bahan restorasi estetis berdasarkan translusensi dan
opasitas dari resin komposit. Jurnal PDGI Makasar. 1-5.
4) Saraswati W, Sukaton, Puspitasari A, Bhardwaj A. The Difference of The Effects of
Conventional Flowable Composite and Self-Adhering Flowable Composite on BHK-21
Fibroblast Cells. Conservative Dent J 2018; 8(2): 123-129.
5) Witasari H, Ardinansyah A. Perbedaan efektifitas retensi dan preventif karies bahan pit
dan fissure sealant. ODONTO Dent J 2019; 6(2): 125-33.
6) Simonsen RJ, Neal RC. A Review of the clinical application and performace of pit and
fissure sealants. Australian Dent J 2011; 56: 45-58.
7) Ninawe N et all. A 1-year clinical evaluation of fissure sealants on permanent first
molars. Contemporary Clinical Dent 2012; 3: 54-9.
8) Bachtiar ZA. Penatalaksanaan Fissure Sealent Pada Gigi Anak (Laporan Kasus).
TALENTA Conference Series: Tropical Medicine (TM) 2018; 1(1): 207-13.
9) Restunaesha M. Resin Cement. 29 November 2015.
https://id.scribd.com/doc/291544059/Resin-Cement (12 Desember 2022)
10) Sidiarta AFN. Etching dan Bonding. Literatur Review. Bali: Universitas Udayana, 2019.
11) Nurpratiwi AR. Sifat fisis, mekanisme resin komposit bonding agent. 11 Mei 2017.
https://id.scribd.com/document/347993919/SIFAT-FISIS-MEKANIS-RESIN-
KOMPOSIT-BONDING-AGENT-docx (12 Desember 2022).
12) Anusavice KJ, Shen J, Rawls HR. Philip’s Science of Dental Material. 12th Eds.
Missouri: Elsevier, 2013. 1-791.
13) Dewiyani S. Restorasi Gigi Anterior Menggunakan Teknik Direct Komposit. Jurnal
Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi (JITEKGI). 2017; Vol. 13(2): 5-9.

Anda mungkin juga menyukai