Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gigi adalah suatu bagian keras yang terdapat pada rongga mulut sebagai

alat pencernaan secara mekanik. Bagian ini memiliki fungsi untuk berbicara serta

mempertahankan bentuk muka. Selain itu gigi juga membantu proses pencernaan

seperti untuk memotong, mengunyah serta merobek makanan. Gigi memiliki

struktur berlapis-lapis dimulai dari email, dentin yang berada di dalamnya, pulpa

yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf serta bagian lainnya yang dapat

memperkuat gigi. Jika tidak dilakukan perawatan dengan baik,gigi akan mudah

mengalami kerusakan (Kusumawardani,2011)

Salah satu struktur lapisan gigi adalah email gigi. Lapisan tersebut

merupakan lapisan terluar dari gigi yang menyelimuti mahkota gigi. Email

memiliki struktur yang paling keras diantara lainnya karena dibentuk oleh sel-sel

ameloblast. Meskipun memiliki struktur paling keras, email gigi juga rentan

terhadap asam yang diakibatkan dari makanan ataupun sisa metabolisme bakteri

yang menghasilkan asam. Dari pola makanan yang mengandung kaya asam dapat

menyebabkan kerusakan pada gigi.

Kerusakan pada gigi terutama pada bagian email gigi disebabkan oleh

timbunan sisa-sisa makanan yang dapat mendatangkan bakteri sehingga

menyebabkan gigi berlubang. Lubang pada gigi disebabkan oleh bakteri penghasil

asam sehingga dapat merusak gigi akibat dari reaksi fermentasi karbohidrat. Dari

1
sifat asam tersebut dapat memengaruhi mineral gigi sehingga gigi menjadi sensitif

pada pH yang rendah. Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan

remineralisai. Saat pH pada gigi rendah proses demineralisasi berlangsung dengan

cepat daripada remineralisasi. Hal tersebut menyebabkan hilangnya mineral gigi

dan membuat lubang pada gigi (Selyna, 2013).

Karies gigi adalah kasus utama yang menjadi masalah pada kesehatan

gigi. Karies gigi atau gigi berlubang merupakan suatu penyakit berupa hancurnya

jaringan keras gigi (email, dentin dan sementum) yang mengakibatkan lubang dan

pengeroposan pada gigi. Terdapat beberapa faktor penyebab karies gigi seperti

host yang meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan dan waktu. Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa hampir seluruh

penduduk Indonesia mengalami karies gigi. Mayoritas masalah karies gigi di

Indonesia akibat dari perilaku buruk masyarakat. Terdapat 93% masyarakat

menyikat gigi setiap hari, namun yang melakukan dengan baik dan benar

hanyalah 2,3 persen (Farichah, 2016). Menurut data WHO, indikator penilaian

gigi berlubang di Indonesia sudah memasuki rentang enam hingga delapan di atas

standar penilaian yang ada pada angka tiga.

Sehingga upaya untuk menangani masalah karies gigi adalah dengan cara

restorasi gigi atau biasa disebut dengan penambalan gigi. Menurut Harty dan

Ogston pengertian dari restorasi gigi adalah hasil prosedur kedokteran gigi yang

memiliki tujuan mengembalikan bentuk, fungsi, dan penampilan gigi. Tujuan dari

restorasi gigi adalah mengembalikan fungsi gigi dan membuang penyakit serta

mencegah timbulnya karies gigi akibat dari bakteri.

2
Untuk bahan restorasi gigi dipilih berdasarkan penampilan, keawetan dan

harga. Selain itu dimana dan bagaimana bahan tambalan akan diletakkan, waktu

dan frekuensi kunjungan yang diperlukan untuk mempersiapkan penambalan gigi

selanjutnya juga masuk dalam pertimbangan dalam memilih jenis bahan restorasi

(PPGI, 2012). Hal tersebut yang mendasari untuk membuat bahan restorasi.

Teknologi produksi bahan restorasi berkembang pesat membuat para

dokter memiliki banyak pilihan untuk melakukan restorasi gigi berlubang, rusak,

patah dan hilang. Berbagai riset dilakukan untuk mengembangkan bahan yang

mendekati struktur gigi asli seperti poselen, polimer hingga pemanfaatan

teknologi nano. Struktur fisik dari bahan restorasi diharapkan mempunyai

kemampuan berikatan dan biokompatibel. Bahan restorasi harus mudah

dibongkar untuk dilakukannya retreatment dan melindungi gigi dari kerusakan.

Bahan untuk restorasi gigi dengan menggunakan semen gigi. Semen adalah bahan

perekat yang dibentuk agar dapat meutup lubang atau untuk menggabungkan dua

komponen.

Banyak variasi semen perekat kedokteran gigi yang telah dikembangkan

antara lain: semen seng fosfat, semen seng oksida eugenol, semen seng

polikarbonat, semen ionomer kaca, semen berbasis resin, dan semen ionomer kaca

modifikasi resin (Craig dan Powers, 2002; Annusavice dkk., 2013). Variasi semen

perekat dalam kedokteran gigi memiliki komposisi yang berbeda sehingga

karakteristik sifat mekanik maupun fisik dari masing-masing semen juga berbeda.

Akhir-akhir ini jenis semen gigi yang digunakan dan dikembangkan adalah Resin

3
Modified - Glass Ionomer Cement (RM-GIC) atau juga disebut semen ionomer

kaca modifikasi resin.

Resin Modified Glass Ionomer Cement (RM-GIC) merupakan semen

ionomer hibrid yang terdiri dari powder dan liquid. Bubuk kaca berisi

fluoroaluminosilikat yang mempunyau ukuran mikro, sedangkan cairan berisi

polimer asam poliakrilik, air dan HEMA (Hidroksietil Metaklirat) (Sakaguchi dan

Power, 2012). Itota (2005) menyatakan bahwa HEMA adalah monomer hidrofilik

yang memudahkan air terserap ke dalam matrik resin. Bahan tumpatan RMGIC

mengandung kaca ionomer konvensional sebesar 80 %, resin monomer dan

inisiator sebesar 20% (Tian dkk, 2012). Proses pelepasan ion fluor dari RMGIC

diawali saat proses setting. Proses setting terjadi reaksi ganda yaitu reaksi asam

basa kemudian dilanjutkan polimerisasi sinar. Reaksi asam basa dimulai ketika

proses pengadukan antara serbuk dan cairan. Polimerisasi sinar terjadi ketika

bahan tumpatan diaktivasi oleh sinar yang mengakibatkan monomer HEMA

bereaksi. Perlekatan RMGIC dengan gigi terjadi secara kimiawi dan mekanik.

Perlekatan terbaik diperoleh dengan mengolesi kavitas gigi dengan dentin

kondisioner (Craig,2000). Bahan RM-GIC ditemukan sekitar tahun 1988-1999.

Hal yang mendasari berkembangnya RM-GIC adalah karena kerugian dalam

pengaplikasian GIC untuk waktu kerja yang singkat, pekembangan yang lambat

dan memiliki kerapuhan yang tinggi. Penambahan resin pada GIC bertujuan

untuk mengatasi sensitifitas bahan dan mempercepat waktu pengerasan sehingga

baik untuk menangani masalah karies gigi.

4
Hidroksiapatit (HA) adalah keramik berbasis kalsium fosfat yang paling

banyak digunakan biomaterial untuk rekonstruksi kerangka dan jaringan gigi

karena memiliki sifat yang tidak beracun dan biokompatibel, termasuk bahan

yang dapat digunakan dengan jaringan tulang (Nemirkol et al., 2012).

Hidroksiapatit memiliki konduktivitas dan bioaktivitas yang baik, karena

komposisi kimianya serupa dengan mineral yang terkandung dalam tulang dan

gigi. Namun, karena mempunyai sifat mekanik yang buruk (Tracy and Doremus,

1984), maka penggunaan bahan tersebut dibatasi untuk beban bantalan aplikasi

klinis. Akibatnya, beberapa penelitian dilakukan untuk menghasilkan sintesis HA

berbentuk serbuk yang telah dikembangkan selama dekade terakhir ini termasuk

sintesis basah (Jarcho et al., 1976). Oleh karena itu, suhu yang lembab dan reaksi

dengan tahapan dilakukan untuk mempersiapkan bubuk atau serbuk berukuran

nano hidroksiapatit (HA) (Monmaturapoj and Chokchai, 2010).

Resin komposit tambal gigi tersusun atas bahan utama yaitu matriks resin

yang berupa polimer organik dan penguat (filler) dari material anorganik. Penguat

(filler) merupakan material padat yang dapat mempengaruhi sifat mekanis dan

kimia pada suatu material dari ikatan antar mukanya (Wypych, 2000). Komposit

tambal gigi diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu komposit microfilled,

nanofilled dan nanohybrid. Komposit microfilled diperkenalkan pada akhir tahun

1970 menggunakan colloidal silica dengan ukuran kurang dari 0,01 m (10 nm)

yang memiliki estetika dan kekuatan mekanis yang lebih baik dibandingkan

microfilled. Adanya penyusutan dalam proses penambalan gigi, maka

diperkenalkan komposit nanohybrid yang mengandung filler jenis glass dan

5
colloida silica dengan tujuan menggabungkan kelebihan dari sifat-sifat yang

dimiliki komposit microfilled dan nanofilled. Oleh karena itu pemilihan

penambahan filler untuk bahan restorasi gigi yang tepat menjadi perhatian

penting.

Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui dan membandingkan sifat

karakterisasi bahan restorasi gigi dengan menggunakan semen ionomer kaca

modifikasi resin dan penambahan nano hidroksiapatit + silica yang di variasikan.

Dan dengan melakukan karakterisasi sifat fisik (uji densitas, sifat mekanik (uji

kekuatan tekan dan uji kekerasan) serta melihat dari segi morfologi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperoleh rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana variasi komposisi nanohidroksiapatit (nHAp) + Silica (SiO2)

dan semen gigi Resin Modified Glass Ionomer Cement (RM-GIC)

terhadap sifat mekanik dari semen gigi?

2. Berapakah persen berat komposisi penambahan nanohidroksiapatit

(nHAp) + Silica (SiO2) agar diperoleh semen gigi dengan karakteristik

yang terbaik berdasarkan sifat mekanik?

1.3 Batasan Masalah

Dalam melakukan penelitian ini ada beberapa hal yang menjadi batasan

masalah, antara lain:

6
1. Variasi komposisi nanohidroksiapatit (nHAp) + Silica (SiO2) yang

dibuat yaitu 3%, 4%, 5%, 6% dan 7%

2. Perlakuan HEM dilakukan selama 1 jam

3. Karakterisasi yang dilakukan antara lain uji kekuatan tekan, uji

kekerasan dan uji densitas.

1.4 Tujuan Penelitia

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui pengaruh variasi komposisi nanohidroksiapatit (nHAp) +

Silica (SiO2) pada Resin Modified Glass Ionomer Cement terhadap

peningkatan sifat mekanik semen gigi.

2. Mengetahui persen berat penambahan nanohidroksiapatit (nHAp) pada

Glass Ionomer Cement agar diperoleh semen gigi dengan karakteristik

yang terbaik berdasarkan sifat mekanik.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh

variasi komposisi nanohidroksiapatit (nHAp) pada Resin Modified Glass Ionomer

Cement terhadap sifat mekanik semen gigi produk biomaterial, kemudian

diperoleh variasi komposisi nanohidroksiapatit (nHAp) dan Silica (SiO2) pada

Glass Ionomer Cement agar diperoleh semen gigi dengan karakteristik yang

terbaik dan selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai salah satu keperluan dalam

bidang medis yaitu untuk bahan restorasi gigi.

Anda mungkin juga menyukai