Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN TUGAS PEMICU 3 BLOK 11

“Tambalan Cantikku”

Disusun Oleh:

Fira Tasya Sasalbilla

200600192

Kelompok 8 (B)

PENYUSUN:
drg. Astrid Y., M.Si

drg. Dewi K., MDSc

Dr. Zikri N. S.Si, M.Si.

Fasilitator:
Hubban Nasution, drg., MSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh, karenanya
kesehatan gigi dan mulut perlu diperhatikan. Tujuan dari penumpatan adalah untuk
memperbaiki struktur gigi yang rusak, membuang penyakit, mencegah perluasan kavitas,
menjaga kesehatan struktur gigi yang tersisa, mencegah timbulnya kembali karies,
mengembalikan fungsi dan memperoleh penampilan gigi yang baik dalam bentuk, warna, dan
tidak mengganggu saat berbicara juga saat tersenyum. Pemilihan bahan tumpatan merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil akhir suatu tumpatan.

Semen ionomer kaca (SIK) merupakan bahan tumpatan direk yang banyak digunakan
dokter gigi dan terus berkembang. SIK mempunyai kemampuan untuk berikatan secara fisiko
kimia ke struktur gigi dan melepaskan fluor. Penelitian mengemukakan bahwa SIK
mempunyai kekuatan ikat yang baik terhadap dentin. Semen ionomer kaca modifikasi resin
(SIKMR) merupakan salah satu SIK yang telah dikembangkan dengan menambahkan resin
monomer dalam komposisinya.

1.2 Deskripsi topik

Seorang pasien berusia 50 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gigi belakang atas
kiri dan kanan terasa ngilu jika minum dingin. Pasien membawa hasil radiografi panoramik.
Pada pemeriksaan intra oral dijumpai gigi 14, 13, 23, dan 24 terdapat lesi berbentuk takik
pada daerah servikal. Pada gigi 36 dan 37 terdapat restorasi sewarna gigi, serta oral hygiene
pasien baik. Dari hasil radiografi panoramik terlihat adanya restorasi komposit pada gigi 36
dan restorasi mahkota porcelain fused metal (PFM) pada gigi 37. Dokter gigi merencanakan
untuk melakukan restorasi kelas V pada gigi 14, 13, 23, dan 24 tersebut dengan
menggunakan bahan yang dapat melepaskan fluor
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Apakah bahan restorasi yang tepat digunakan untuk gigi 14, 13, 23, dan 24 pada
kasus dan jelaskan alasannya

Pada skenario dikatakan bahwa pada pemeriksaan intraoral dijumpai gigi 14, 13, 23,
dan 24 terdapat lesi berbentuk takik pada daerah servikal dan dokter gigi merencanakan
melakukan restorasi kelas V menggunakan bahan yang dapat melepaskan flour. Berdasarkan
dari skenario tersebut, menurut saya bahan restorasi yang tepat digunakan adalah “Resin-
Modified Glass Ionomers”. Resin-modified glass ionomer adalah salah satu modifikasi resin
komposit yang mencoba menggabungkan keunggulan kekuatan geser resin komposit dengan
efek pelepasan flour dari glass ionomer cement (GIC).1

Resin-modified glass ionomer (RMGI) dikenal sebagai ionomer hybrid, yang


digunakan untuk restorasi di area dengan beban stres rendah dan direkomendasikan untuk
pasien dengan risiko karies tinggi. Sifat RMGI berpotensi sebagai bahan adhesif yang efektif
karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat melekat pada enamel tanpa etsa, melepas
flour, sifat mekanis yang baik, tahan terhadap kelembapan, angka perlekatan kecil dan
pelepasan braket untuk merusak enamel. Perbedaan Resin-modified glass ionomer dengan
glass ionomer konvensional adalah restorasi RMGI lebih estetis karena memiliki kandungan
resin, memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan glass ionomer, dan juga
memiliki kekuatan lentur hampir dua kali lipat dibandingkan glass ionomer. Selain itu,
dikarenakan dapat dilakukan tanpa etsa juga akan mengurangi tindakan pada permukaan gigi,
sehingga hilangnya lapisan enamel dapat dicegah dan working time penanganan pasien lebih
efisien.1

SUMBER:

1. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. Craig’s Restorative dental materials. 14 th ed. St.Louis,


ELSEVIER,2019:127-36.
2.2 Jelaskan mengenai klasifikasi dan komposisi bahan yang saudara pilih untuk gigi
14, 13, 23, dan 24 pada kasus

Resin-modified glass ionomer sendiri tidak memiliki klasifikasi secara khusus. Namun
untuk Glass ionomer sendiri menurut (Wilson & McLean,1988) dibagi menjadi tipe I sebagai
luting dan bonding, tipe II sebagai Restorative, tipe III sebagai Lining atau base cement, dan
yang terakhir adalah sebagai fissure protection.2

Komposisi Resin-modified glass ionomer mirip dengan yang digunakan oleh glass
ionomer. Resin-modified glass ionomers terdiri dari dua kelompok bentuk yaitu dalam bentuk
sederhana yang terdiri dari bubuk dan cairan yang memerlukan pencampuran sebelum
aktivasi polimerisasi (sering dengan aktivasi cahaya). RMGIC biasanya terdiri dari
fluoroaminosilikat glass, asam poliakrilat, resin komposit, photo-initiator, air dan monomer
metakrilat yang larut dalam air seperti hidroksilmetakrilat (HEMA). Resin-modified glass
ionomers berbentuk bubuk memiliki komposisi utama yang terdiri dari ion-leachable glass
(silica, alumina), photo-initiators atau keduanya, polymerizable resin. Sedangkan untuk
Resin-modified glass ionomers berbentuk cairan (liquid) mengandung 4 bahan utama, yaitu:2

a. Resin methacrylate yang memungkinkan untuk terjadinya pengerasan melalui


polimerisasi
b. Polyacid yang beraksi dengan ion-leachable glass untuk menghasilkan terjadinya
mekanisme asam-basa
c. Hydroxyethylmethacrylate (HEMA), hydrophilic methacrylate yang memungkinkan
komponen resin dan asam dapat bersatu dalam larutan berair. HEMA juga mengalami
reaksi polimerisasi. Penambahan HEMA juga berfungsi sebagai wetting agent untuk
mengurangi kerentanan ionomer cement terhadap air sehingga meningkatkan adhesi
dan sifat mekanik RMGI.
d. Air, merupakan komponen esesnsial yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya
ionisasi komponen asam sehingga dapat terjadinya reaksi asam-basa

SUMBER:

2. McCabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9th ed. Oxford:Blackwell Publishing,
2008:257-64.
2.3 Jelaskan mengenai reaksi setting bahan restorasi yang anda pilih untuk gigi 14, 13,
23, dan 24 pada kasus

Karakteristik setiing dari resin-modified glass ionomers dikendalikan oleh dua reaksi
yang terjadi, seringkali secara bersamaan. Kedua reaksi tersebut adalah reaksi asam basa dan
reaksi polimerisasi. Reaksi asam-basa yang terjadi ketika pencampuran fluoroaminosilicate
glass dan asam poilikarbonat terjadi relatif lambat. Reaksi asam-basa menyebabkan
terjadinya ion Al dan Ca mengalami pelepasan. Perpindahan ion logam kedalam fasa liquid
dari semen disebut dengan fase migrasi. Dilanjutkan dengan fasa gelatin, membentuk suatu
gelatin dikarenakan ion logam memicu terjadinya pengerasan sehingga rantai asam poliakrilat
akan berikatan silang dengan kalsium.2

Pada saat bersamaan reaksi polimerisasi pada HEMA dan crosslinking agent yang diawali
dengan reaksi oksidasi dan reduksi atau katalis fotopolimerisasi, akan membentuk satu
campuran keras akibat terbentuknya ikatan hidrogen antara polimer HEMA dan asam
polikarboksilat. Ikatan hidrogen akan membentuk ikatan ganda yang akan mengikat produk
lain dan membentuk monomer baru. Ikatan ganda dari monomer akan menghilang setelah
pengerasan dan sejumlah kelompok karboksil pada asam poliakrilik menurun. Reaksi
polimerisasi radikal bebas terjadi sangat cepat dan menjadi mode setting yang dominan,
khususnya untuk produk yang diaktifkan menggunakan cahaya. Meskipun resin-modified
glass ionomers semuanya diaktifkan dengan cahaya, banyak yang tidak memiliki waktu kerja
lama terkait dengan komposit yang diaktifkan cahaya. Ada 3 kemungkinan mengapa hal ini
bisa terjadi:2

a. Reaksi asam-basa berlangsung secara cepat setelah pencampuran dan sebelum


paparan cahaya pengaktif
b. Banyak bahan yang mengandung aktivator dan inisiator kimia sehingga
memungkinkan terjadinya polimerisasi yang aktif secara kimia sebelum terpapar
cahaya pengaktif
c. Beberapa bahan RMGI sangat sensitif terhadap cahaya sehingga dapat homogen
selama 30 detik bila terkena paparan cahaya

Pada akhirnya, semen yang mengeras akan membentuk, gumpalan partikel yang tidak
bereaksi dan dikelilingi oleh silika didalam matrik yang amorf dari kalsium hidrat dan
campuran garam alumunium.3
SUMBER:

1. McCabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9th ed. Oxford:Blackwell
Publishing, 2008:257-64.
2. Manappallil JJ. Basic dental materials. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher, 2016; 106-7.

2.4 Jelaskan mengenai sifat mekanis, fisis dan optis bahan kedokteran gigi secara
umum

 Sifat Mekanis 4,5


Sifat mekanik ditentukan oleh hukum mekanika yaitu, ilmu fisika yang
berurusan dengan kekuatan yang ada pada tubuh dan gerakan yang dihasilkan,
deformasi, atau tekanan yang dapat dialami tubuh. Sifat mekanik yang penting untuk
kedokteran gigi meliputi brittleness, compressive strength, ductility, elastic modulus,
fatigue limit, flexural modulus, flexural strength, fracture toughness, hardness, impact
strength, malleability, percent elongation, Poisson’s ratio, proportional limit, shear
modulus, shear strength, tensile strength, torsional strength, yield strength, and
Young’s modulus. Semua sifat mekanik adalah ukuran resistensi material terhadap
deformasi, pertumbuhan retak, atau fraktur di bawah gaya atau tekanan yang
diterapkan dan tegangan yang diinduksi.
 Sifat Fisis 4,5
Sifat fisis didasarkan pada mekanika, akustik, optik, termodinamika,
kelistrikan, magnet, radiasi, struktur atom, atau gejala nuklir. Berikut ini merupakan
beberapa sifat fisik bahan kedokteran gigi, yaitu:
a. Abrasi dan ketahanan abrasi
Abrasi merupakan mekanisme kompleks yang lingkungan mulut yang
mencakup interaksi beberapa faktor. Ketahanan abrasi merupakan
kemampuan suatu bahan menahan abrasi atau pengikisan.
b. Kekentalan
Kekentalan suatu bahan kedokteran gigi mentukan ketepatannya untuk
aplikasi tertentu. Sama seperti sifat kurva tekanan geser-tekanan dapat
menjadi hal yang penting dalam menentukan cara terbaik untuk
memanipulasi suatu bahan. Viskositas sebagai fungsi dari waktu dapat
juga digunakan untuk mengukur waktu kerja suatu bahan yang
mengalami perubahan wujud cair ke padat.
c. Warna dan persepsi warna
Dunia kedokteran gigi sangat memperhatikan dan memprioritaskan
estetika atau kemampuan artistik, khususnya untuk restorasi atau
perawatan yang populer untuk manusia modern. Penggunaan bahan
retorasi untuk hasil yang ideal, tentunya membutuhkan bahan yang
sesuai.
d. Konduktivitas termal
Penyaluran panas melalui senyawa padat sering terjadi. Konduktivitas
termal atau pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas
yang disalurkan melalui suatu bahan tentu harus diperhatikan.
Peningkatan konduktivitas dari logam dibandingkan dengan resin,
menyebabkan sensitivitas pulpa yang lebih besar.
 Sifat optis4,5
Karena gigi tersusun dari struktur yang berbeda-beda, maka penampakan dari gigi
ditentukan oleh beberapa hal yaitu, Translusensi adalah derajat tembus cahaya.
Cahaya yang datang ke sebuah objek sebagian akan ditransmisikan total, juga ada
yang dipantulkan dari permukaannya dan tidak masuk ke gigi sama sekali, sebagian
juga akan menghamburkan dan menyerapnya. Objek yang transparan seperti gelas
akan melewatkan seluruh cahaya tanpa adanya penyerapan. Objek yang opaque akan
menyerap seluruh cahaya secara total tanpa adanya transmisi.

SUMBER:

3. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Philips’ science of dental material. 12th ed.
Chicago: ELSEVIER, 2013: 49.
4. Fraunhofer,J. 2013. Dental materials at a glance Second Edition, Oxford:Willey
Blackwell.

2.5 Jelaskan mengenai sifat fisis dan optis bahan restorasi yang saudara pilih untuk gigi
14, 13, 23, dan 24 serta restorasi pada gigi 36 dan 37 pada kasus

 Semen Ionomer Kaca:


 Sifat fisis
a. Adhesi
Adhesi semen ionomer kaca pada enamel dan dentin diperoleh dari
reaksi ion fosfat pada jaringan gigi, SIK terikat ke dentin dengan
kekuatan sebesar antara 1-3 MPa. Adhesi SIK pada jaringan keras
merupakan kombinasi dari asam polikarboksilat dengan hidroksiapatit.
Mekanisme ikatan ion antara asam dan hidroksiapatit didukung
kekuatan yang lebih kuat ke enamel dari pada kekuatan ke dentin
b. Kekasaran permukaan
Kekasaran permukaan adalah ukuran ketidakteraturan dari permukaan
yang telah diproses akhir dan diukur dengan satuan mikrometer (𝜇m).
Kekasaran permukaan dihitung sebagai deviasi rata-rata aritmatika dari
dasar permukaan ke puncak permukaan tertentu. Kekasaran permukaan
memiliki peranan penting dalam aspek estetik dan diskolorasipada
bahan restorasi, pembentukan karies sekunder dan iritasi gingiva.
Permukaan yang halus sangat penting tidak hanya untuk pasien
melainkan juga untuk jangka panjang suatu restorasi, estetik yang baik,
oral hygiene dan perlekatan plak. Hasil penelitian yang dilakukan
Bollen dkk, (1997) dan Quitynen dkk, (1990) menyatakan bahwa
kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang ideal adalah 0,2
𝜇m atau kurang dan pada jurnal yang dikemukakan oleh Maria (2012)
menyatakan bahwa kekasaran permukaan suatu restorasi yang dapat
diterima harus sama atau kurang dari kekasaran enamel yaitu 0.64 μm.
c. Penyerapan air
Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, perubahan warna
dan memecah kontur margin. Perubahan ini mempengaruhi kekuatan,
kekerasan dan stabilitas. Pengukuran penyerapan air sebenarnya
mengukur berat bersih spesimen dari masuknya molekul air dan
keluarnya monomer dan molekul kecil lainnya dari spesimen tersebut.

d. Kelarutan
Nilai kelarutan semen ionomer kaca yang direndam di dalam air lebih
tinggi jika dibandingkan dengan semen lain seperti kompomer, hybrid
ionomer, resin komposit. Ketika semen ionomer kaca direndam dalam
larutan asam (0,001 N lactid acid), nilai kelarutannya sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan semen lainnya. Kelarutan semen ionomer
kaca juga dapat terjadi akibat disolusi semen yang belum terbentuk
sepenuhnya yaitu selama 24 jam. Semen akan mengeras sepenuhnya
setelah 2 – 3 hari dan kelarutan semen yang terjadi adalah akibat
daripada abrasi secara mekanikal dan sifat asam pada rongga mulut
pada jangka waktu yang lama. Kualitas dari bahan tambalan semen
ionomer kaca dapat menurun bila terkena langsung dengan saliva
dalam mulut, sehingga akan menyebabkan terjadinya rongga antara
gigi dan bahan restorasi yang menimbulkan karies sekunder,
hipersensitivitas, inflamasi pulpa dan penyakit periodontal. Semen
ionomer kaca sangat sensitif terhadap air yang menyebabkan erosi.
Dikarenakan hidrolisis pada komponen SIK. Hal ini diperparah karena
kandungan yang ada didalam saliva yang memiliki sifat asam. Menurut
Deniz dkk, ia menyatakan bahwa tingkat kelarutan SIK lebih tinggi
saat dicampurkan dengan air, dan sangat sensitif terhadap kontak
langsung dengan air selama 6 menit pertama setelah pencampuran.
Menurut ADA spesifikasi nomor 8 material yang hilang (kelarutan)
diperoleh dari perbedaan antara berat awal dan berat pengeringan
terakhir per sampel nya yang dihitung dengan menggunakan
persamaan Wsol = (W1-W3)/V.
 Sifat optis
Semen yang baik bersifat translusen seperti porcelen atau semen silikat. Pada
awalnya SIK bersifat kurang translusen bila dibandingkan dengan enamel.
Oleh karena itu, semen ini belum dapat mengalahkan resin komposit bila
digunakan pada bagian labial yang luas. Kemudian sifat translusen dari semen
dilakukan perubahan sehingga cukup baik untuk estetis pada restorasi
 Resin komposit
 Sifat fisis
a. Working dan setting time
Untuk mengaktifkan bahan secara kimia, pengaturan dimulai segera
setelah mencampur dua komponen (tempel dan tempel atau pasta dan
cairan dll). Bahan memiliki waktu kerja yang terbatas dan harus
dimasukkan ke dalam rongga yang disiapkan sebelum mereka menjadi
tidak terkendali. Waktu kerja adalah sebagai waktu ketika panas
eksotermik reaksi untuk bahan campuran menyebabkan peningkatan suhu
yang dapat diamati.
Polimerisasi dimulai ketika komposit pertama kali terkena cahaya curing.
Pengerasan terjadi dalam hitungan detik setelah cahaya paparan oleh
sumber cahaya curing intensitas tinggi. Setting contraction bervariasi dari
satu jenis komposit ke yang lain. Produk dengan pemuatan pengisi yang
lebih tinggi mengalami penyusutan yang lebih sedikit karena ada lebih
sedikit kelompok reaktif yang berpartisipasi dalam reaksi pengaturan.
b. Polimerisasi shrinkage dan Stress
Pada reaksi polimerisasi, semua komposit mengalami penyusutan
volumetrik pada pengaturan. Penyusutan volumetrik menghasilkan
pengembangan tegangan kontraksi setinggi 13 MPa antara komposit dan
struktur gigi. Tekanan-tekanan ini sangat meregangkan ikatan antarmuka
antara komposit dan gigi, menyebabkan celah yang sangat kecil yang
dapat memungkinkan kebocoran marjinal air liur dan mikroorganisme.
Stress dapat melebihi kekuatan tarik email dan mengakibatkan keretakan
tegangan dan fraktur email di sepanjang antarmuka.
c. Thermal properties
Koefisien termal ekspansi resi komposit adalah 25-38 x 10-6 untuk bahan
pengisi kecil dan 55-68 x 10-6 untuk bahan pengisi halus (microfine).
Sedangkan konduktifitas thermal resin komposit partikel kecil adalah 25-
30 x 10-4 kalori/detik/cm2 dan 12-15 x 10-4 kalori/detik/cm2 untuk resin
komposit partikel halus. Tegangan termal menempatkan regangan
tambahan pada mengikat struktur gigi, yang menambah efek merugikan
dari penyusutan polimerisasi. Panas perubahan juga bersifat siklik, dan
meskipun seluruh restorasi mungkin tidak akan pernah mencapai
kesetimbangan termal selama aplikasi panas atau dingin rangsangan, efek
siklik dapat menyebabkan kelelahan material dan kegagalan ikatan awal.
Jika celah terbentuk, perbedaan antara koefisien ekspansi termal komposit
dan gigi dapat memungkinkan perkolasi cairan rongga mulut.
d. Penyerapan Air
Penyerapan air adalah jumlah air yang diserap oleh bahan dalam kurun
waktu tertentu per satuan pemukaan atau per volume. Penyerapan air
tergantung pada kandungan filler di dalam resin komposit, semakin tinggi
kandungan filler, maka semakin sedikit penyerapan airnya. Penyerapan air
komposit dengan hybrid partikel (5 hingga 17 g/mm3) lebih rendah
daripada partikel komposit dengan partikel mikro (26 hingga 30 g/mm3)
karena fraksi volume yang lebih rendah dari polimer dalam komposit
dengan partikel halus. Kualitas dan stabilitas kopling silan agen penting
dalam meminimalkan kerusakan ikatan antara pengisi dan polimer dan
jumlah penyerapan air.
e. Kelarutan
Kelarutan dalam air komposit bervariasi dari 0,25 menjadi 2,5 mg/mm3.
Intensitas dan durasi cahaya yang tidak memadai dapat mengakibatkan
polimerisasi yang tidak mencukupi, terutama pada kedalaman yang lebih
besar dari permukaan. Kelarutan adalah penurunan berat bahan per satuan
luas permukaan atau per volume akibat larutnya bahan atau disintegrasi
bahan dengan saliva atau cairan di dalam rongga mulut dalam kurun waktu
tertentu.
f. Warna dan stabilitas warna
Warna dan perpaduan nuansa untuk klinis kecocokan restorasi estetika
adalah sesuatu yang penting. Perubahan warna dan hilangnya keteduhan
cocok dengan struktur gigi di sekitarnya adalah alasan untuk mengganti
restorasi. Perubahan warna juga bisa terjadi oleh oksidasi dan hasil dari
pertukaran air dalam matriks polimer dan interaksinya dengan situs
polimer yang tidak bereaksi dan inisiator yang tidak digunakan atau
akselerator.

 Sifat optis
Beberapa pertikel bahan pengisi seperti glass kuarsa, lithium-aluminium dan
silica merupakan bahan yang tidak radiopak, maka harus dicampur dengan
bahan pengisi lain agar menghasilkan radiopak. Pada komposisi nanofiller,
radiopacity dibuat menggunakan zirconia nanomerik (5-7 nm) ata dengan
memasukkan zirconia bersama nanocluster bersama silika.
 Porcelain Fused Metal (PFM) :
 Sifat fisis
Keuletan dan tegangan geseknya rendah tetapi tegangan tariknya tinggi.
Thermal ekspansi dari dental porselen sama dengan thermal ekspansi substansi
gigi yaitu sekitar 4,1 x 10 mm/C³. selain itu sifat insulatornya juga baik yakni
penghantar panas yang rendah, difusi panas yang rendah, dan penghantar
listrik yang rendah.
 Sifat optis
Mahkota porcelein fused to metal (PFM)-crowns menggunakan logam
campuran dilapisi dengan porcelein. Porselen menjadi bagian yang terlihat
karena lebih estetik. Mahkota PFM memiliki kekuatan mekanik yang baik,
namun memiliki sifat tidak tembus cahaya walaupun porselen memiliki sifat
tidak tembus cahaya, terdapat logam dibawahnya sebagai opaquer yang tidak
tembus cahaya. Sehingga mahkota PFM tidak sealami gigi asli yang tembus
cahaya. Sifat optik porselen seperti refleksi difus, fluoresensi, opalesensi,
dantranslusensi meniru gigi asli.

SUMBER:

5. Sakaguchi R, Ferracane J, Power J. Craig’s restorative dental materials. 14th ed.


Philadelphia: Elsevier, 2019: 147-51.’
6. Kristanto D. Sifat optik material (Callister Chapter 21). SlideShare. 2014.
7. Wisesa NS. Porcelain fused to metal crown preparation.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13957/ (30 November 2021).
8. Athiyah U, Kelarutan Semen Inonomer KAca Tipe II setelah di-coating dengan
Varnish dan Cocoa Butter. Repositori.usu.ac.id.

2.6 Jelaskan mengenai mekanisme pelepasan fluoride pada bahan kedokteran gigi

Pelepasan fluoride telah dianggap sebagai penyebab utama keuntungan dari ionomer
kaca konvensional. Berbagai penelitian telah menunjukkan penurunan level demineralisasi
dan karies di sekitar material yang mampu melepaskan ion fluoride secara in vitro. Pola
pelepasan fluorida untuk kaca konvensional ionomer menunjukkan tingkat pelepasan awal
yang tinggi diikuti oleh pengurangan cepat dalam laju pelepasan dari waktu ke waktu.
Pelepasan fluorida dari ionomer kaca konvensional adalah reversibel dan ketika bahan-bahan
ini direndam dalam lingkungan yang mengandung konsentrasi fluoride yang tinggi (misalnya
gel fluoride yang dioleskan) mampu menyerap fluoride. Mengikuti seperti itu merawat laju
pelepasan fluorida dari semen ini dapat meningkat secara signifikan karena mereka
mampuperlahan-lahan melepaskan kembali fluoride yang baru diserap.

Bahan GIC memiliki sifat adhesif dan mampu melepaskan ion fluor. Pada GIC
terdapat 10 hingga 23% ion fluor. lon fluor terletak di dalam matriks yang dilepaskan dari
bubuk kaca pada saat pencampuran bubuk dan cairan. Bubuk dan cairan dari GIC bercampur,
reaksi setting dimulai dengan pelepasan ion fluor dari bubuk dengan ion kalsium dan
aluminium untuk membangun matriks semen sebagai ion, garam dan gel. Pada GlC yang
baru saja setting memiliki kandungan fluor lebih banyak daripada kandungan fluor di gigi.
Hal ini menyebabkan terjadinya difusi ion fluor dari GIC ke gigi dengan membentuk kristal
fluoroapatite untuk membantu gigi melawan proses terjadinya karies gigi. Bahan restoratif
yang memiliki kemampuan pelepasan ion fluor dapat mengurangi terjadinya demineralisasi
gigi di sekitar restorasi. Bahan restorasi GIC menunjukkan efektivitas yang lebih besar
daripada bahan restorasi berbasis resin." lon fluor mampu mengurangi demineralisasi email
dengan mengubah hidroksiapatit dalam gugus email menjadi fluorapatit yang lebih tahan
terhadap asam.

Ada 2 mekanisme pelepasan fluor, yaitu pelepasan reaksi jangka pendek dan jangka
panjang. Reaksi jangka pendek, berkaitan dengan reaksi awal karena proses maturasi setelah
setting, terjadi pelepasan fluor tertinggi pada 24-48 jam pertama setelah terpapar fluor,
kemudian menurun secara konstan setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Pada reaksi
jangka panjang, pelepasan fluor lebih rendah dan stabil sesuai dengan keseimbangan proses
difusi. Pada suatu penelitian secara in vivo menunjukkan bahwa unsur fluor dari tumpatan
SIK yang diserap email, efektif menghambat demineralisai email gigi dalam larutan karies
buatan dengan pH 4,8. Mekanisme pelepasan fluor:

 Saat reaksi pengerasan, fluor tidak berikatan dengan unsur apapun, fluor berikatan
dengan saliva yang akan membentuk fluorapatit yang berguna untuk mencegah karies
sekunder.
 Fluorida menghambat karies didalam mulut melalui mekanisme mekanisme fisik-
kimiawi dan biologi. Fisik-kimiawi, fluorida menghambat melalui pembentukan fase
tahan asam dan meningkatkan remineralisasi email yang karies
 Ion-ion fluorida dilepaskan dari bahan restorasi bergabung dengan kristalkristal
hidroksiapatit dari struktur gigi didekatnya untuk membentuk struktur seperti
fluorapatit yang seidkit lebih tahan terhadap dekalsifikasi karena asam
 Ion GI didalam cairan, plak dan didalam email dan dentin menggeser titik
keseimbangan antara demineralisasi kearah remineralisasi.
 Mekanisme biologi fluorida terkumpul di plak gigi mencakup ludah cairan gusi,
makanan dan gel klorida yang dioleskan secara topikal serta demineralisasi email.
Fluorida mengahambat metabolisme karbohidrat melalui mikroflora didalam plak
yang bersifat asam. Fluorida menumpuk dalam sel ketika pH diluar sel menurun.
Pengangkutan Hf kedalam sel menjurus ke pemisahan ion H+ dan f-. Cairan
intraseluler lebih basa, kemudian fluorida itu mengakibatkan penghambatan enzim
dan produksi asam menjadi lambat.

SUMBER:

9. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Blackwell publishing,
2008: 263-4.
10. John, Martin. 2006. Clinical Evaluation of Glass-lonomer Cement Restorations. J
Appl Oral Sci. 2006;14(sp.issue):10-3.

2.7 Jelaskan teknik pengambilan foto radiografi panoramik

 Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi :


1. Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan
parameter secara fisikaterhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.
2. Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung
harus radiopaque.
3. Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan
filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan
mencapai70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,4
mm untuk kekuatan tabung sinar 70-100 kVp
 Persiapan alat :
1. Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan
kedalamtempatnya.
2. Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3. Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA mA
4. Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepaladan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat
diposisikan.
5. Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan
 Persiapan pasien :
1. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting,
aksesorisrambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2. Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan
pasien dan jika perlu lakukan per$obaan untuk menunjukkan bahwa
alat bergerak.
3. Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher
tidak adayang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4. Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan
untuk memegang handel agar tetap seimbang.
5. Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka
bersentuhan pada tempat dagu.

6. Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.


7. Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah
ke palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
8. Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu
dalamsaat penyinaran.
 Persiapan operator :
1. Operator memakai pakaian pelindung.
2. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
sumber x-ray ketika waktu penyinaran.
3. Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan
tidak ada pergerakan.
4. Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
5. Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.

SUMBER:

11. yunita, N A. Teknik Pengambilan Panoramik dan Selfalometri. 28 November 2018.


https://www.scribd.com/document/394367544/Teknik-Pengambilan-Panoramik-Dan-
Sefalometri-1 (diakses 01 desember 2021)

2.8 Jelaskan mengapa bahan restorasi kedokteran gigi dapat menghasilkan gambaran
radiopak pada radiografi

Radiopak mengacu pada struktur yang padat dan menahan lewatnya sinar-x. Struktur
radiopak tampak terang atau putih dalam gambar radiografi. Bahan restorasi yang jelas
radiopak termasuk amalgam, emas tuang, emas kohesif, paduan nonmulia, dan bagian logam
dari mahkota porselen yang menyatu dengan logam. Dua restorasi amalgam besar termasuk
pin retentif logam. Pin retentif digunakan dalam beberapa cara dan dengan berbagai bahan
untuk meningkatkan retensi di mana struktur gigi alami tidak tersedia. Logam dari restorasi
seramometal, digambarkan dengan area putih. Bayangan yang lebih gelap pada permukaan
insisal gigi ini menggambarkan bagian porselen dari mahkota. Mahkota sementara stainless
steel dan aluminium mungkin radiopak tergantung pada ketebalan bahan.13

Pada radiografi tampil restorasi, bahan-bahan kedokteran gigi dan benda asing
bevariasi tergatung ketebalan material, densitas dan nomor atom bahan. Radiopasitas telah
menjadi properti yang sangat penting untuk restorasi gigi. Ini tidak hanya membantu
mendiagnosis cacat seperti patah tulang, rongga, over contouring, kehilangan kontak
proksimal, ketidaksempurnaan marginal, karies sekunder dan banyak lagi, tetapi juga
membantu dalam mendokumentasikan perawatan untuk penggantian biaya asuransi gigi.
Jumlah energi sinar-x yang diserap oleh suatu benda tergantung pada kepadatan dan
ketebalan material dan energi radiasi.15 Umumnya, semakin tinggi nomor atom atom
komponen, semakin besar absorbansi sinar-x dan semakin besar kontras yang dihasilkan.
Polimer dan resin secara inheren bersifat radiolusen, sedangkan logam dengan nomor atom di
atas sekitar 19 (kalium) secara inheren bersifat radiopak. Untuk memberikan radiopasitas,
resin restoratif sering menggunakan partikel penguat kaca yang mengandung strontium atau
barium, Polimer gigi tiruan mungkin (tetapi jarang) mengandung barium-sulfat atau aditif
senyawa logam berat lainnya untuk membuatnya radiopak.

Radiopasitas yang mirip dengan jaringan keras memberikan kontras yang optimal
untuk restorasi gigi. Ketika radiopacity terlalu rendah, resin tidak akan terlihat pada gambar
x-ray; bila terlalu tinggi, dapat menghalangi dan mengaburkan detail anatomi yang
berdekatan.Semakin tinggi nomor atom pada suatu komposisi bahan, maka semakin besar
pula absorbansi sinar-x dan semakin besar kontras yang dihasilkan,sehingga radiasi yang
berkontak dengan reseptor film sangat sedikit, menyebabkan area reseptor tetap tidak
terpapar memperlihatkan bahan restorasi/material kedokteran gigi menghasilkan gambaran
radiopak pada radiograf.13

SUMBER:

12. Anusavice KJ,Shen C,Rawls HR. Philips Sience Of Dental Materials.12 th Ed.

2.9 Jelaskan perbedaan gambaran radiografi dari restorasi gigi 36 dan 37 pada kasus

Untuk gigi 36, gambaran radiografi komposit tidak seradiopak gambaran radiografi
PFM. Bahan restorasi yang jelas radiopak meliputi amalgam, emas tuang, emas kohesif,
paduan nonmulia, dan bagian logam dari mahkota yang menyatu dengan logam dari
porselen1.

 Radiopasitas bahan gigi yang digunakan untuk tujuan restorasi sangat penting untuk
diagnosis radiografi yang berhubungan dengan gigi posterior. Bahan yang memiliki
radiopasitas yang cukup memberikan kesempatan untuk mendiagnosis karies gigi
berulang dan juga untuk membedakan karies gigi dari jaringan gigi dan bahan
restoratif. Pada orang dewasa, hampir setengah dari pembaruan restorasi dilakukan
karena karies gigi berulang. Karena karies gigi berulang biasanya terjadi di tepi
antarmuka gingiva, deteksi jaringan ini dilakukan dengan menggunakan radiografi.
Radiopasitas bahan gigi yang digunakan untuk tujuan restorasi sangat penting untuk
diagnosis radiografi yang berhubungan dengan gigi posterior. Bahan yang memiliki
radiopasitas yang cukup memberikan kesempatan untuk mendiagnosis karies gigi
berulang dan juga untuk membedakan karies gigi dari jaringan gigi dan bahan
restoratif. Pada orang dewasa, hampir setengah dari pembaruan restorasi dilakukan
karena karies gigi berulang. Karena karies gigi berulang biasanya terjadi di tepi
antarmuka gingiva, deteksi jaringan ini dilakukan dengan menggunakan radiografi.
 Untuk gigi 37, lapisan bahan kombinasi keramik-porselen sewarna gigi diaplikasikan
pada cangkang logam untuk mencapai restorasi yang estetis sambil mempertahankan
kekuatan. Meskipun diinginkan untuk digunakan dalam memulihkan gigi anterior,
mahkota PM bekerja sama baiknya dalam memulihkan gigi posterior.
 Inti logam tampak radiopak, cangkang logam akan tampak lebih bulat daripada
mahkota logam penuh, tidak akan tampak berkontur menyerupai bentuk anatomi dari
cusp gigi. Sedangkan porselen tampak kurang radiopak, dan akan membuat outline
membentuk cusp3.

SUMBER:

13. Septishelya PF, Nahzi MYI, Dewi N. Kadar kelarutan fluor glass ionomer cement
setelah perendaman air sungai dan akuades. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia
2016; 2(2): 95-100
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lesi kelas V adalah bercak karies dan non karies yang ditemukan di sepertiga
gingival dari permukaan servikal dan lingual gigi. Karies kelas V diproduksi oleh
bakteri plak yang menempel di permukaan gigi dan menghasilkan asam yang
menyebabkan demineralisasi. Pasien dengan resiko terjadi karies dan restorasi klas V
akan lebih baik menggunakan RMGIs untuk restorasi permukaan akar. Bubuk RMGIs
memiliki komponen yang terdiri dari ion yang mudah melepaskan partikel kaca
fluoroaminosilikat dan initiator untuk light curing dan/atau chemical curing. Komponen
cairan biasanya mengandung air dan asam poliakrilat yang dimodifikasi dengan
monomer methacrylate dan hydroxyethyl methacrylate (HEMA). Kedua bahan yang
disebutkan terakhir ini bertanggungjawab untuk proses polimerisasi. Reaksi
polimerisasi terjadi melalui dua tahap yaitu reaksi asam basa dan reaksi polimerisasi.
Sifat RMGIC hampir sama seperti sifat yang dimiliki glass ionomer cement. Bahan ini
memiliki kemampuan untuk berikatan dengan jaringan dentin dan email, melepaskan
fluor serta memiliki waktu kerja yang lebih lama dan polimerisasi yang lebih singkat
dibanding GIC.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. Craig’s Restorative dental materials. 14 th ed.


St.Louis, ELSEVIER,2019:127-36.
2. McCabe JF, Walls AW. Applied dental materials. 9th ed. Oxford:Blackwell Publishing,
2008:257-64.
3. Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Philips’ science of dental material. 12th ed. Chicago:
ELSEVIER, 2013: 49.
4. Fraunhofer,J. 2013. Dental materials at a glance Second Edition, Oxford:Willey
Blackwell.
5. Sakaguchi R, Ferracane J, Power J. Craig’s restorative dental materials. 14th ed.
Philadelphia: Elsevier, 2019: 147-51.’
6. Kristanto D. Sifat optik material (Callister Chapter 21). SlideShare. 2014.
7. Wisesa NS. Porcelain fused to metal crown preparation.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/13957/ (30 November 2021).
8. Athiyah U, Kelarutan Semen Inonomer KAca Tipe II setelah di-coating dengan Varnish
dan Cocoa Butter. Repositori.usu.ac.id.
9. McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed. Blackwell publishing, 2008:
263-4.
10. John, Martin. 2006. Clinical Evaluation of Glass-lonomer Cement Restorations. J Appl
Oral Sci. 2006;14(sp.issue):10-3.
11. Yunita, N A. Teknik Pengambilan Panoramik dan Selfalometri. 28 November 2018.
https://www.scribd.com/document/394367544/Teknik-Pengambilan-Panoramik-Dan-
Sefalometri-1 (diakses 01 desember 2021)
12. Anusavice KJ,Shen C,Rawls HR. Philips Sience Of Dental Materials.12 th Ed.
13. Septishelya PF, Nahzi MYI, Dewi N. Kadar kelarutan fluor glass ionomer cement setelah
perendaman air sungai dan akuades. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia 2016; 2(2): 95-
100

Anda mungkin juga menyukai