PEMICU 1
“Adik Ingin Dibuatkan Gigi Palsu Porcelain Fused To Metal Gigi
Anterior”
Disusun Oleh:
Fidelia Siringoringo
200600197
Kelompok 8 (Kelas B)
FASILITATOR:
Lasminda Syafiar, drg., M.Kes
Untuk mendapatkan restorasi dengan menggunakan wax, maka periu diketahui sifat-
sifat dari bahan tersebut. Secara umum wax memiliki sifat-sifat fisis yang seperti temperatur
transisi solid-solid, thermal ekspansi dan kontraksi, flow dan tekanan internal sedangkan
sifat mekanis seperti tekanan residual dan ductility.
Pemicu 1
Nama Pemicu : Adik Ingin Dibuatkan Gigi Palsu Porcelain Fused To Metal Gigi
Anterior
Penyusun : drg.Sumadhi S, Ph.D; drg.Rusfian,M.Kes; drg. Hubban Nasution, M.Sc.
Hari/ Tanggal : Selasa / 23 November 2021
Skenario
Seorang lelaki membawa adiknya berusia 17 tahun ke praktek dokter gigi yang ingin
dibuatkan gigi palsu pada gigi depannya. Pada pemeriksaan intra oral terlihat gigi 11 dan 21
fraktur setengah mahkota. Dokter melakukan perawatan saluran akar dan pemasangan post
dan sesuai dengan permintaan pasien untuk membuatkan mahkota gigi yang tidak dapat
dilepas. Dokter melakukan pengambilan cetakan anatomis dan fisiologis. Dokter tidak lupa
melakukan desinfeksi pada cetakan agar tidak terjadi kontaminasi silang. Kemudian dokter
melakukan pengambilan gigitan kerja dengan menggunakan base plate wax. Setelah
diperoleh model kerja, dokter membuatkan gigi tiruan cekat porcelain fused to metal.
Pertanyaan :
PEMBAHASAN
1. Jelaskan jenis-jenis bahan cetak!
Bahan cetak adalah suatu bahan yang digunakan untuk prosedur pencetakan
dalam kedokteran gigi meliputi gigi, jaringan sekitarnya dan lengkung gigi pasien dengan
tepat untuk menghasilkan replika negatif. Replika positif terbentuk dari gypsum yang
diisikan ke dalam replika negatif atau cetakan.
Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi reversibel dan irreversibel.
Berdasarkan cara bahan tersebut mengeras. Istilah reversibel menunjukkan bahwa terjadi
reaksi kimia selama proses setting time berlangsung. Bahan tidak dapat diubah dan
kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat, pasta
cetak oksida seng eugenol (OSE), plaster of Paris, mengeras dengan reaksi kimia, sedang
bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversibel berarti
bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa
terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompoun cetak termasuk dalam
kategori ini (Anusavice, 2004) Gladwin & Bagby (2009) menggolongkan tipe bahan
cetak sebagai berikut : 1
1) Inelastic impression material :
a. Plaster of Paris
b. Wax
c. Compound
d. Zinc oxide-eugenol (OSE)
2) Nonaqueous elastomeric impression material :
a. Polisulfid
b. Silikon terkondensasi
c. Poliester
3) Aqueous elastomeric impression material (hidrokoloid) Hidrokoloid terdiri atas 2,
yaitu
a) Hidrokoloid reversibel (agar)
Hidrokolid reversibel (agar) adalah polimer karbohidrat. Agar merupakan
bahan yang sama yang digunakan dalam bidang mikrobiologi sebagai
media pembiakan. Hidrokolid reversibel bekerja dengan baik pada
lingkungan yang basah. Fase cair agar berada pada suhu 71 o C dan 100 o C
dan mejadi gel kembali pada suhu antara 30o C dan 50o C. Manipulasi ke
mulut pasien adalah dengan memanaskan agar di waterbath, hingga
bentuknya menjadi cair. Setelah cair, agar dimasukkan ke dalam sendok
cetak plastik khusus yang memungkinkan air akan melewati sendok cetak
dan membentuk gigi dan jaringan lunak rongga mulut pasien. Setelah
mengalami setting time agar cair akan kembali ke bentuk gel dan
mencetak bentuk anatomis gigi dan jaringan lunak rongga mulut.
b) Hidrokolid ireversibel (alginat)
Hidrokolid ireversibel (alginat) adalah bahan cetak elastis. Komponen
aktif utama dari bahan cetak hidrokoloid irreversible adalah salah satu
alginat yang larut air, seperti natrium, kalium atau alginat trietanolamin.
Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut dapat
membentuk sol. Sol sangat kental meskipun dalam konsentrasi rendah,
alginat yang dapat larut membentuk sol dengan cepat bila bubuk alginat
dan air dicampur dengan kuat. Berat melekul dari campuran alginat amat
bervariasi, bergantung pada buatan pabrik. Semakin besar berat molekul,
semakin kental sol yang terjadi.
Setelah sodium fosfat habis digunakan, ion kalsium akan bereaksi dengan
potasium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut. Reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Struktur akhir dari gel yang terbentuk berupa jala dari serat kalsium alginat yang
mengandung sol sodium alginat yang tidak bereaksi, sisa air partikel pengisi dan hasil
reaksi sampingan, seperti sodium sulfat dan kalsium fosfat (Anusavice, 2004). Serat dari
gel satu sama lain dihubungkan oleh ion kalsium. Setiap ion kalsium bervalensi dua akan
berikatan dengan dua gugus karboksil (-COO) dari molekul polisakarida yang berbeda.
4. Jelaskan bahan desinfektan yang dipergunakan pada setiap jenis bahan cetak!
Bahan desinfektan yang sering digunakan dalam kedokteran gigi dapat dibagi
menjadi bahan desinfektan kimia dan bahan alami. Bahan desinfektan kimia yang dapat
digunakan untuk bahan cetak adalah natrium hipoklorit, iodophor, fenilfenol, dan
glutaraldehid.17-19 ADA, Environmental Protection Agency (EPA), dan CDC
merekomendasikan penggunaan natrium hipoklorit selama 10 menit sebagai desinfektan
bahan cetak alginat. Natrium hipoklorit banyak digunakan karena mudah didapat
dibandingkan desinfektan lain, memiliki sifat toksisitas rendah, efektif terhadap bakteri
gram positif dan negatif, dan harga yang relatif murah, akan tetapi natrium hipoklorit
memiliki kelemahan yaitu mempunyai bau yang kurang nyaman, merupakan senyawa
yang bersifat korosif, dan apabila terkena kulit akan terasa panas.
Natrium hipoklorit dengan konsentrasi 0,5% telah teruji efektif dapat mencegah
infeksi silang karena bisa melawan bakteri, jamur, dan juga virus. Penelitian yang
dilakukan Fahimeh dkk (2010) menyarankan untuk menggunakan metode penyemprotan
daripada metode perendaman dalam penggunaan desinfektan natrium hipoklorit pada
cetakan alginat.23 Penelitian Ghahramanloo (2009) diketahui bahwa cetakan alginat yang
diberi desinfektan natrium hipoklorit 0,525% menggunakan metode penyemprotan
selama 10 menit efektif membunuh mikroorganisme.16 Penelitian lain yang dilakukan
Lubis (2016) melaporkan bahwa cetakan alginat yang diberi desinfektan natrium
hipoklorit 0,5% menggunakan metode penyemprotan mengalami perubahan stabilitas
dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan metode perendaman. 8
Natrium hipoklorit merupakan senyawa yang terdiri dari oksigen. Oksidasi dapat
menyebabkan terjadinya fluktuasi tekanan pada larutan dan bahan cetak alginat memiliki
sifat imbibisi, sehingga apabila larutan natrium hipoklorit berkontak dengan bahan cetak
alginat, tekanan pada larutan dapat mendesak bahan cetak alginat sehingga penyerapan
akan berlangsung lebih cepat dan akhirnya dapat menyebabkan perubahan dimensi pada
cetakan alginat.
Saat ini banyak bahan-bahan alami yang digunakan sebagai bahan desinfeksi dan
telah teruji efektivitasnya terhadap bakteri, yaitu ekstrak yang diambil dari bawang putih,
lidah buaya, mangga, daun sirih, daun sirih merah, daun salam, dan daun alpukat.
Kesemua bahan tersebut memiliki efek antibakteri karena mengandung flavonoid.
2. Casting wax,
digunakan sebagai pola kerangka logam gigi tiruan sebagian lepasan (pattern
metal frame prothesa). Komposisi dari Casting wax hampir sama dengan Inlay
wax. Sifat dari Casting wax yaitu lunak dan dapat diadaptasikan pada suhu 40-
45ºC. Agak lengket dan terfiksasi pada model kerja gips. Sediaan casting wax
berbentuk lembaran (tebal 0,32–0,4 mm), bentuk jadi dan gumpalan (bulk).
Gambar 3. Casting wax
3. Baseplate wax,
memiliki warna merah atau merah muda biasanya tersedia dalam lembaran
setebal 1-2 mm. Terbagi atas tiga jenis lilin menurut iklim: lunak ( tipe I),
sedang (tipe II) atau keras (tipe III).
B. Processing wax
1. Sticky wax,
bersifat lengket saat meleleh, melekat dengan baik pada permukaan yang
diaplikasikan.
3. Utility wax,
digunakan untuk menstabilkan bridge dengan crown, saat gigi palsu
sedang dibuat dan disolder.
C. Impression wax
1. Corrective wax,
digunakan untuk melakukan koreksi pada undercut dan cetak positif gigi. Lilin
ini memiliki sifat yang mudah mengalir pada suhu rongga mulut sehingga dapat
disesuaikan dengan material yang lain.
Gambar 8. Corrective wax
2. Bite wax,
terdiri dari beeswax atau parafin dan ceresin. Lilin ini dibuat dari casting wax
sheet atau hard base plate wax. Fungsi dari wax ini adalah untuk mendapatkan
artikulasi akurat dari rahang atas dan rahang bawah.
Ketika temperatur wax meningkat, transisi solid-solid terjadi ketika bentuk bentuk
lattice lattice kristal stabil dimulai untuk merubah bentuk heksagonal yang berada di
bawah titik cair wax. Selama perubahan progresif dari satu tipe lattice ke tipe lattice
lainnya, wax dapat dimanipulasi tanpa putus, pecah atau tertekan. Keberadaan titik
transisi solid-solid dan temperatur yang terjadi tidak hanya membuat wax dapat
dimanipulasi dengan baik, ,tetapi juga menjelaskan sifat fisis dan kesesuaian untuk
beberapa prosedur klinis dan laboratorium. wax yang sesuai dengan temperatur transisi
solid-solid dalam mulut diatas 370C.
b. Flow
Merupakan sifat yang sangat penting terutama pada pembuatan inlay. Flow
tergantung pada:
Temperatur yang digunakan pada wax
Besarnya kekuatan yang dikenakan pada wax
Lamanya kekuatan yang dikenakan pada wax
Flow akan meningkat dengan temperatur yang tinggi di atas temperatur transisi
solid-solid.
Menurut sifat Flownya dan menurut spesifikasi ADA no. 24, baseplate wax terdiri
dari tiga tipe:
- Tipe I adalah soft wax untuk membuat veneer
- Tipe II adalah medium wax untuk membuat pola yang akan dicobakan ke
rongga mulut pada suhu sedang (23-450C)
- Tipe III adalah hard wax untuk percobaan pengisian (trial filling) di rongga
mulut pada iklim tropis negara tropis (lebih besar dari 23-450C)
c. Thermal Ekspansi
Koefisien thermal ekspansi linear untuk baseplate wax antara 200x10-6/0C dan
390x10-6/0C pada suhu 25-370C. Spesifikasi ADA No. 24 membatasi ekspansi wax
sampai 0,8% pada suhu 250C dan 400
d. Tekanan Residual
Tekanan residual baseplate wax yang terdapat pada pattern wax gigi tiruan
disebabkan pendinginan yang berbeda. waktu dan temperatur mempengaruhi hilangnya
tekanan residual. Gigi tiruan yang telah diartikulasikan dengan tepat dan telah diberi
wax sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja dalam waktu yang lama, karena dapat
menyebabkan distorsi dan pergerakan gigi. Sebaiknya gigi tiruan segera ditanam dalam
kuvet untuk mempertahankan keakuratan relasi gigi.
e. Sifat Mudah Pecah (Brittleness)
Pada beberapa dental wax, seperti inlay wax kekerasan sangatlah diperlukan agar
inlay wax dapat dicarving beberapa kali sesuai dengan keinginan tanpa mengalami
patah.16
Syarat yang harus dipenuhi baseplate wax.17
a. Ekspansi thermis limer pada suhu 25-40°C lebih kecil dari 0,8%.
b. Tidak mengiritasi jaringan mulut.Tidak flaky/menyerpih dan melekat
c. Mudah diukir dan dibentuk
d. Permukaan halus setelah di flaming (disentuhkan pada api).
e. Tidak berbekas pada porselen dan gigi tiruan
f. Tidak mewarnai gigi.
g. Dapat dicairkan dan dipadatkan berkali-kali
h. Dalam keadaan lunak dapat beradaptasi dengan jaringan lain
BAB III
KESIMPULAN
Bahan cetak yang sering digunakan dalam kedokteran gigi adalah bahan cetak
irreversible hydrocolloid atau alginat. Bahan cetak irreversible hydrocolloid akan berubah
dari sol menjadi gelkarena reaksi kimia. Ketika proses gelasi telah sempurna, gel yang
terbentuk tidak dapat kembali menjadi sol. Bahan cetak alginat memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya mudah dimanipulasi, peralatan yang diperlukan cukup
minimum, fleksibel dalam sendok cetak, akurat, dan harganya terjangkau.
Penyebab patahnya mahkota yang paling umum adalah trauma yang berasal dari
arah depan (frontal impact) dimana energi yang diterima melebihi kekuatan geser email
dan dentin. Kedekatan fraktur terhadap pulpa dan risiko penetrasi bakteri atau toksin
bakteri ke dalam pulpa merupakan sumber utama komplikasi pulpa setelah terjadinya
fraktur mahkota.
Gigi pasca perawatan endodontik selama ini dipercaya menjadi lebih rapuh
sehingga mudah fraktur. Hal ini disebabkan oleh hilangnya kelembaban dan adanya
perubahan struktur jaringan kolagen pada dentin, namun pendapat tersebut telah
disanggah oleh penelitian terbaru sebab kerapuhan yang terjadi lebih disebabkan karena
hilangnya struktur mahkota dan integritas struktural yang diakibatkan oleh preparasi
akses kavitas.
Pada gigi anterior apabila sisa jaringan keras setelah preparasi inti mahkota
selesai dilakukan masih memadai maka tidak diperlukan pasak sebab pada dasarnya
pasak tidak memperkuat gigi maupun akar gigi. Pasak digunakan apabila pada suatu
kasus hanya terdapat sisa jaringan keras koronal yang minimal yang tidak memungkinkan
dilakukannya pembentukan inti.
DAFTAR PUSTAKA
16. Susanti D. Dental Wax Macam Dan Penggunaannya Dalam Bidang Kedokteran Gigi.
Universitas Udayana. Bali.
17. Irnawati D, Agustiono P, Sunarintyas S. Pemeriksaan Mutu Malam Model yang Beredar
di Yogyakarta. Indonesian Journal of Dentistry. 2007; 14(2): 111-6.
18. Saputra DC, Nugraheni T. Restorasi Mahkota Jaket Porselin Fusi Metal dan Crown
Lenghtening pada Gigi 11 dan 21 Pasca Trauma. MKGK. Desember 2015; 1(2): 140-146.
19. McCabe, J.F. Applied Dental Materials. 9 th edition. Blackwell Publishing. 2008.
20. Chandra. 2000. A Textbook of Dental Materials. New Delhi: Jaypee Brothers Publishers.