Anda di halaman 1dari 8

Nama : Isti Daristivia J (1910027002)

Tugas Ujian Mini C-Ex Restorasi Kelas I

I. Definisi Liner :
Liner adalah bahan yang biasanya ditempatkan pada lapisan tipis di atas
dentin yang terbuka dalam preparasi kavitas. Fungsinya sebagai penutupan
dentin, proteksi pulpa mencegah masuknya mikroorganisme, insulasi
termal, dan stimulasi pembentukan dentin sekunder irreguler (tersier) atau
melepaskan fluorida. Liner di taruh di permukaan dentin dengan ketebalan
(<0,5 mm) (Marcia (Gladwin) Stewart & Michael Bagby, 2013).Liner
tidak memiliki kekuatan mekanik yang signifikan, tetapi mempunyai
kemampuan dapat menetralkan asam yang bermigrasi menuju pulpa dan,
dalam prosesnya bisa menginduksi pembentukan dentin sekunder.( H.
Ralph Rawls, Kenneth Anusavice, & Chiayi Shen , 2012).

Liner jauh lebih tepis dari base

II. Macam –macam bahan liner :


II.1 Kalsium Hidroksida
Semen kalsium hidroksida digunakan untuk melapisi area tertentu
pada kavitas yang dalam atau untuk direct pulp capping. Tindakan
antibakteri kalsium hidroksida membuat semen ini berguna dalam
prosedur indirect pulp capping yang melibatkan dentin karies.
Kalsium hidroksida sebagai kavitas liner berbentuk seperti pasta yang
mengeras saat dicampur. dasar pasta mengandung kalsium tung-state,
kalsium fosfat tribasik, dan seng oksida dalam glikol salisilat. Pasta
katalis mengandung kalsium hidroksida, seng oksida, dan seng stearat
dalam etilen toluena sulfonamida. Sebagai bahan liner kalsium

1
hidroksida mempunyai sifat penting yaitu kekuatan mekanik dan
termal, kelarutan, dan pH. Penelitian juga menunjukkan bahwa semen
ini dapat membentuk jembatan dentin sekunder bila diterapkan
sebagai direct pulpa terbuka. Liner kalsium hidroksida (bahan
mengeras sendiri) memiliki nilai kekuatan tarik dan kekuatan tekan
yang rendah, atau modulus elastisitas, dibandingkan dengan basa
berkekuatan tinggi (Ronald L. Sakaguchi & John M. Powers, 2012).
Waktu setting bervariasi antara 2,5 dan 5,5 menit, kekuatan
tekan semen ini terus meningkat selama periode 24 jam. Untuk
kelompok yang terdiri dari lima produk komersial, kekuatan kompresi
berkisar antara 6,5 hingga 14,3 MPa pada 10 menit hingga 9,8 hingga
26,8 MPa pada 24 jam. Kalsium hidroksida mempunyai ph berkisar
9,2 sampai 11,7.Kalsium hidroksida diperlukan untuk merangsang
pembentukan kalsium disalisilat untuk pembentukan dentin sekunder
yang berada dekat pulpa dan menunjukkan aktivitas antibakteri. Liner
kalsium hidroksida sebagian besar digunakan dalam direct pulp
capping dan khususnya di tempat preparasi kavitas yang dalam
(Ronald L. Sakaguchi & John M. Powers, 2012).
 Aplikasi bahan Kalsium Hidroksida
a. Item yang diperlukan untuk mencampur kalsium hidroksida
sebagai liner/base tercantum pada Tabel dibawah.

b. Taruh
bahan dengan jumlah yang sama di atas kertas
pad lalu dilakukan pencampuran, seperti yang ditunjukkan
pada gambar
dibawah ini.

2
c. Pencampuran
Aduk rata dengan spatula semen atau ball instrument yang
terdapat lekukan sampai tercapainya warna yang seragam dari
bahan campuran kalsium hidroksida. Kriteria campuran
kalsium hidroksida yang benar terlihat gambar dibawah ini

d. Aplikasi
Gunakan alat instrumen untuk meletakkan bahan campuran ke
lantai preparasi cavitas. Hindari menempatkan campuran
bahan di dinding dan margin, dan hindari menempatkannya
dalam jumlah besar.

e. Pengaturan waktu
Waktu pencampuran kalsium hidroksida adalah dilakukan
selama 10 detik di kertas pad, pencampuran di ruangan suhu
normal. Waktu pengerasan sekitar 2-3 menit di dalam kavitas.
Harus dilakukan cepat karena mempengaruhi kelembaban
dentin.

(Marcia (Gladwin) Stewart & Michael Bagby, 2013).

II.2 Glass ionomer


Glass ionomer Tipe III lining sement dapat digunakan untuk
melapisi dinding dentin pada kavitas yang dalam. Saat digunakan
sebagai pelapis rongga, bahan ini menyediakan insulasi termal.
Prosedur ini sering disebut teknik sandwich menggunakan glass
ionomer untuk menutup dentin dan memberikan manfaat melepaskan
fluorida di mana lapisan resin komposit digunakan untuk mengisi sisa

3
rongga. Beberapa menganjurkan penggunaan glass ionomer sebagai
liner untuk menghilangkan tekanan diakibatkan oleh penyusutan
komposit selama penyinaran. Lapisan semen glass ionomer terikat
pada dentin dengan kekuatan ikatan yang diukur dalam tegangan yang
bervariasi dari 2,0 hingga 4,9 MPa. Semen ini juga melekat pada
material restoratif komposit. Lapisan semen glass ionomer kaca
melepaskan ion fluorida dan bersifat radiopak (Ronald L. Sakaguchi &
John M. Powers, 2012).
 Aplikasi bahan GIC tipe III lining atau base semen
a. Bahan yang disipakan berupa powder/ liquid
low powder : rasio powder dan liquid untuk liner (1,5: 1) untuk
memungkinkan adaptasi yang baik ke dinding kavitas. Bahan
bersifat radiopaque (Sharanbir K. Sidhu & John W. Nicholson,
2016).

b. Waktu pencampuran untuk kisaran konsistensi dasar antara 15 dan


30 detik. Atau tergantung petunjuk khusus pencampuran yang
disediakan oleh pabrikan.

4
c. Permukaan di conditioner terlebih dahulu selama sekitar 10 hingga
20 detik. Selanjutnya bilas dengan air selama 20 detik. Permukaan
dikeringkan dan taruh bahan diatas permukaan dentin dengan
ketebalan 0,5-1mm. Setting time bahan 7 menit
(Jhon J Manappallil, 2016).

II.3 Zinc Polycarboxylate


Ahli biokimia Kanada Smith mengembangkan semen
Polikarboksilat pertama pada tahun 1968 dengan mengganti asam
fosfat dari semen seng fosfat dengan asam poliakrilat. Polycarboxylate
menjadi sistem semen pertama yang dikembangkan dengan potensial
adhesi pada struktur gigi. Zinc polycarboxylate biasa diaplikasikan
untuk restorasi luting permanen, sebagai liners dan base, bisa
digunakan untuk sementasi ortohdontic band, dan juga pengisian
saluran akar untuk endodontik. Keuntungan bahan ini secara relatif
tidak terlalu mengiritasi pulpa dan mampu berikatan kimiawi pada
struktur gigi sedangkan kerugiannya pelepasan fluoride yang terbatas
jika dibandingkan dengan GIC (Jhon J Manappallil, 2016).
 Aplikasi bahan :
a. Struktur gigi harus dibersihkan terlebih dahulu untuk ikatan
yang tepat. Kemudian keringkan dan isolasi gigi. Bagian bubuk
diambil yaitu dengan perbandingan powder 1,5 : 1 liquid.
b. Bubuk dan cairan daiduk diatas glass slab dengan menggunakan
spatula semen. Campurannya harus terlihat kental, waktu
pencampuran berkisar dari 30 hingga 40 detik. Setting time
bahan 7-9 menit.

5
(Jhon J Manappallil, 2016).

II.4 Semen Zinc Oxide-Eugenol


Semen ini telah digunakan secara luas dalam kedokteran gigi sejak
tahun 1890-an. Tergantung pada penggunaannya, sifat-sifatnya sangat
bervariasi. Secara umum,semen bersifat low strength. Bahan ini tidak
menyebabkan iritasi dari semua semen gigi dan diketahui memiliki
efek penenang (sedatif) pada dentin yang terbuka. Untuk
meningkatkan kekuatan, banyak semen seng oksida-eugenol yang
dimodifikasi telah diperkenalkan, misalnya, semen EBA, alumina
modifikasi polimer diperkuat seng oksida eugenol, semen non-eugenol
seng oksida juga tersedia cocok untuk pasien yang sensitif terhadap
eugenol.
KLASIFIKASI: (ISO 3107: 2004 / COR.1: 2006)
Type I ZOE — Temporary cementation
Class I—setting cement
Class II—non-setting cement
Type II ZOE — Permanent cementation
Type III ZOE — Bases and temporary restorations
Type IV ZOE — Cavity liner
 Aplikasi bahan :
 Powder / liquid
a. Rasio powder / liquid 4: 1 hingga 6: 1 menurut takaran pabrik.
Bahan ditaruh di glasslab. Sebagian besar bubuk dimasukkan ke
dalam cairan dan spatulasi

6
b. Secara menyeluruh lakukan gerakan melingkar dengan spatula
untuk mengaduk bahan seng oksida eugenol. Sedikit demi sedkit
bahan dicampurkan dan dilakukan dengan gerakan pengadukan
yang kuat.
c. Setting time : Waktu 2-3 menit bahan setting.

 Two paste sistem


a. Panjang yang sama dari setiap pasta didispersi dan dicampur
sampai warna terlihat seragam diamati.
b. Setting time : Waktu 4-10 menit. Semen ZOE mengendap lebih
cepat di mulut karena kelembapan dan daya tekan yang baik.

(Jhon J Manappallil, 2016).

DAFTAR PUSTAKA

H. Ralph Rawls, Kenneth Anusavice, & Chiayi Shen . (2012). Philips Science Of
Dental Materials 12Th Edition. Professor and Chairman, Department of Dental
Biomaterials, College of Dentistry, University of Florida, Gainesville, FL:
Imprint: Saunders .

Jhon J Manappallil. (2016). Basic Dental Materials Ed 4. Philadelphia: The Health


Sciences.

Marcia (Gladwin) Stewart, & Michael Bagby. (2013). Clinical Aspects Of Dental
Materials Theory Practice And Case Fourth Edition. Philadelphia, PA 19103

7
USA: Wolters Kluwer business.

Ronald L. Sakaguchi, & John M. Powers. (2012). Craig's Restorative Dental Material
Edition 13Th. Philadhelpia: Elsevier Mosby.

Sharanbir K. Sidhu , & John W. Nicholson. (2016). A Review of Glass-Ionomer


Cements For Clinical Dentistry. Functional Biomaterials.

Anda mungkin juga menyukai