Anda di halaman 1dari 21

Bahan Restorasi Gigi Anak

Restorasi Invasif dan Restorasi Preventif pada Anak

1. Pemeriksaan
1.1. Anamnesa
Mengumpulkan data umum pasien seperti nama, tanggal lahir atau usia, jenis
kelamin, alamat, dan lain-lain, kemudian anamnesis pasien tanyakan kepada orang
tua atau anak, apa keluhan gigi pada anak, apakah ada rasa sakit atau tidak.

1.2. Pemeriksaan Klinis


Pemeriksaan klinis dilakukan di bawah pencahayaan yang cukup seperti pada
dental unit pada klinik/praktek gigi, kemudian pemeriksaan secara visual adanya
white spot (D1/D2), periksa kedalaman karies dengan menggunakan sonde tumpul
untuk menentukan kedalaman karies (D3-D6), untuk membuang jaringan karies
menggunakan ekskavator, selanjutnya tentukan lokasi karies apakah di bagian
oklusal, proksimal, servikal karies tersebut terjadi kemudian hasil nya di catat.

1.3. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang jika diperlukan yaitu pemeriksaan radiograf dilakukan
pada kedalaman karies D6. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan subjektif
(anamnesis), pemeriksaan objektif (klinis), dan pemeriksaan radiograf (bila
dibutuhkan) dilakukan untuk rencana perawatan seperti jenis restorasi dan bahan
yang akan digunakan.

2. Restoratif Invasif
2.1. Restorasi Direct
2.1.1. Restorasi Resin Modified Glass Ionomer Cement
2.1.1.1. Definisi
Semen ionomer kaca telah digunakan secara luas dibidang kedokteran gigi.
Sejak diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun 1971. Ionomer kaca adalah
nama generik dari sekelompok bahan yang menggunakan bubuk kaca silika dan
larutan asam poliakrilat. Bahan ini mendapatkan namanya dari formulanya yaitu
suatu bubuk kaca dan asam ionomer yang mengandung gugus karboksil. Semen
ionomer kaca disebut juga semen polialkenoat. Perusahaan mencoba memberbaiki
sifat-sifat dari semen ionomer kaca konvensional dengan memadukan resin sehingga
bahan ini dikenal sebagai semen ionomer kaca modifikasi resin. Semen ionomer kaca
modifikasi resin merupakan semen ionomer konvensional dimodifikasi dengan
menambahkan gugus fungsional resin polimerisasi yang dikeraskan dengan sinar
tampak biru.

2.1.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi


Semen ionomer kaca modifikasi resin digunakan sebagai bahan tambal untuk
menahan tekanan yang rendah dan direkomendasikan untuk pasien dengan resiko
karies yang tinggi. Restorasi ini lebih estetik daripada semen ionomer kaca karena
adanya kandungan resin. Bahan ini dikembangkan untuk memperbaiki sifat dari
semen ionomer kaca konvensional yaitu waktu kerja dan setting time yang lama,
kekerasan yang rendah. Kelompok bahan ini telah dikenali dengan beberapa nama,
termasuk semen ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar dan semen ionomer kaca
yang dikeraskan dengan pengerasan ganda ( pengerasannya dengan reaksi asam-basa
dan sinar).

2.1.1.3. Jenis Bahan Restorasi


Bahan semen ionomer kaca modifikasi resin terdiri atas bubuk dan cairan,
dimana bubuk terdiri atas silika (SiO2), alumina (Al2O3), Calcium fluoride (CaF2),
sodium fluoride, alumunium phospat (AlPo4), alumunium fluoride, lanthanum,
strontium, barium atau zinc oxide, inisiator pengerasan dan resin polimerisasi.
Sementara cairannya harus disimpan dalam botol bewarna gelap karena untuk
mencegah pengaruh sinar terhadap cairan. Isi cairan mempunyai komposisi yang
bervariasi diantara produk yang beredar di pasaran tetapi secara umum terdiri atas
asam poliakrilat, air, monomer metakrilat, 2-hydroxyehylmetacrylate (HEMA) dan
katalisator peka cahaya. Pilihan bahan resin sangat terbatas kerena pada dasarnya
semen ionomer kaca adalah material yang berbasis air dan juga bahan resin perlu
larut dalam air. HEMA adalah bahan monomer monovinil yang bersifat hidrofilik dan
sangat efektif yang akan segera larut dalam air.

2.1.1.4. Prosedur Kerja


Pada semen ionomer kaca modifikasi resin rasio bubuk dan cairan yaitu 1,6 g
bubuk dan 1,0 g cairan. Bubuk harus diaduk sebelum dikeluarkan dan cairan
diteteskan dalam arah vertikal.1 Bubuk dan cairan semen ionomer kaca modifikasi
resin dalam proporsi yang tepat diletakkan pada kertas pad atau glass slab. Bubuk
dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama dicampur dengan cairan dan diaduk rata
menggunakan spatula plastis, lalu sisa bahan tadi ditambahkan. Waktu pencampuran
selama 30 detik untuk menghasilkan konsistensi yang untuk penyemenan. Semen
ionomer kaca modifikasi resin disinari dengan sinar tampak biru selama 30 detik
sehingga mempercepat pengerasan semen. Semen ionomer kaca modifikasi resin
dapat diaplikasikan pada gigi yang sudah bersih dan kering. Sebagian produk
merokomendasikan penggunaan kondisioner untuk peningkatan ikatan pada dentin.
HEMA merupakan allergen yang dapat berkontak sehingga dianjurkan harus
menggunakan sarung tangan.

2.1.2. Restorasi Resin Komposit


2.1.2.1. Definisi
Resin komposit Untuk meningkatkan karakteristik fisik dari resin akrilik yang
tidak diisi, Bowen dari National Bureau of Standards mengembangkan bahan
restorasi gigi polimerik yang diperkuat dengan partikel silika. Pengenalan bahan resin
diisi ini pada tahun 1962 menjadi dasar untuk restorasi yang secara umum disebut
komposit. Komposit saat ini adalah bahan-bahan berwarna yang paling populer,
setelah sepenuhnya menggantikan semen silikat dan resin akrilik.
2.1.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi
1.) Indikasi
 Karies lubang dan feses kecil dan karies permukaan oklusal yang meluas ke
dentin
 Restorasi kelas II pada gigi sulung tidak meluas melebihi sudut proksimal
 Restorasi kelas II pada gigi permanen yang memanjang kira-kira sepertiga
sampai setengah dari lebar intercuspal buccolingual dari gigi.
 Restorasi Kelas III, IV, dan V pada gigi sulung dan permanen.
 Menelanjang mahkota pada gigi geligi primer dan permanen.

2.) Kontraindikasi
 Dimana gigi tidak dapat diisolasi karena kontrol kelembaban yang tidak
adekuat
 Individu membutuhkan restorasi permukaan multipel besar pada gigi
posterior
 Pasien berisiko tinggi yang memiliki banyak karies dan / atau gigi16

2.1.2.3. Jenis Bahan Restorasi


1.) Komposit tradisional: Bahan pengisi dalam komposit ini berukuran relatif
besar (8 hingga 12 μm), mereka juga disebut "komposit macrofilled". Pengisi
yang digunakan adalah kuarsa tanah dalam konsentrasi 70 hingga 80% berat
atau 60 hingga 65% volume. Komposit tradisional hanya digunakan di dalam
rongga Kelas IV yang menahan stres.
Komposit partikel kecil: Komposit partikel kecil telah meningkatkan
kehalusan permukaan dan sifat unggul daripada komposit tradisional. Ukuran
pengisi rata-rata adalah 1 hingga 5 µm, tetapi distribusi ukuran partikel cukup
luas.
2.) Resin komposit mikrofil: Resin komposit digalvanisasi dikembangkan untuk
mengatasi kekasaran permukaan dan tembus rendah dari resin komposit
partikel tradisional dan kecil. Pengisi yang digunakan dalam ini adalah silika
koloid dengan ukuran partikel 0,04 hingga 0,4 um.
3.) Komposit hibrida: Ini dikembangkan untuk mencapai kehalusan permukaan
yang lebih baik daripada komposit partikel kecil sambil mempertahankan sifat
yang diinginkan. Kategori resin komposit ini dapat digunakan untuk situasi
anterior dan posterior. Resin komposit hibrida memiliki dua jenis partikel
pengisi: silika koloid dan kacamata logam berat. Isi pengisi adalah 75 hingga
80% berat dengan kacamata logam berat sebagai konstituen utama.

2.1.3. Restorasi Compomer


2.1.3.1. Definisi
Polyacid-modified resin-based composites atau compomer diperkenalkan di
dunia kedokteran gigi pada pertengahan tahun 1990.1Compomer sangat
direkomendasikan untuk bahan restorasi pada anak anak-anak, compomer merupakan
gabungan antara resin based composite dan glass ionomer cement (GIC).
Penggabungan ini diharapkan dapat memunculkan sifat-sifat terbaik dari kedua jenis
material tersebut.

Tabel. 1

Compressive strength, flexural strength, modulus elastisitas compomer lebih


baik dari GIC tetapi masih lebih rendah dibanding resin komposit (Tabel.1). Bahan
ini merniliki perlekatan minimal terhadap enamel dan dentin. Untuk meningkatkan
perlekatan memerlukan bonding dan etsa asam. Kadar fluorida yang dilepaskan bahan
ini lebih sedikit dibanding GIC. Compomer dikemas dalam suatu komponen tunggal
sehingga dalam pemakaiannya tidak memerlukan pengadukan.

2.1.3.2. Indikasi dan Kontraindikasi


Compomer digunakan pada restorasi dengan beban kunyah yang ringan.
Bahan ini dapat digunakan pada gigi permanen maupun desidui yakni restorasi kelas I
dan kelas II. Kerusakan servikal, kelas III, kelas V, dan pada pasien dengan resiko
karies medium. Marks dan Welbury telah melaporkan hasil yang sangat memuaskan
dalam penggunaan compomer pada restorasi kelas II gigi molar desidui pada studi
dengan durasi 36 dan 42 bulan. Bahan ini kontraindikasi pada daerah yang memiliki
beban kunyah yang berat.

2.1.3.3. Prosedur Kerja


Compomer memiliki sediaan dalam bentuk formulasi single-paste, sehingga
tidak memerlukan manipulasi lagi. Dibutuhkan bonding agent untuk mendapatkan
ikatan antara struktur gigi dan bahan restorasi. Bahan restorasi di polimerisasi dengan
lightcure ketika mencapai ketebalan restorasi 2 - 2,5 mm.

2.2. Restorasi Indirect


2.2.1. Stainless Steel Crown (SSC)/Performed Metal Crown
2.2.1.1. Definisi
Stainless Steel Crowns (SSC) merupakan tumpatan sementara atau tetap yang
berbentuk anatomi gigi, terbuat dari logam (alloy) nirkarat yang mudah dibentuk
untuk diadaptasikan pada gigi sulung posterior. Selain itu, salah satu dari sebagian
restorasi yang aman untuk pencegahan menetap atau jangka panjang dari keretakan
gigi, jika gigi molar desidui terkena karies yang luas dan tidak memungkinkan
dilakukan preparasi kavitas maka SCC merupakan pilihan yang ideal yang dapat
digunakan. SSC diperkenalkan oleh Humphrey pada tahun 1950. Ssc terdiri dari besi,
karbon, chromium, nikel, mangan, dan logam lainnya. SSC lebih unggul dari restorasi
amalgam multisuuface yang berhubungan dengan jangka panjang pemakaian, retensi,
replacement, dan resistensi.
Keuntungan dari SSC ialah :
 Diterima baik oleh pasien dan dokter gigi
 Lebih murah dikarenakan prosedur lebih sederhana dalam perawatan pada
keadaan gigi molar yang sangat parah
 Dalam selesai dalam satu kali kunjungan
 Tidak membutuhkan prosedur laboratorium
 Kurang sensitive terhadap kelembapan
 Kurang rentan terhadap patah
 Dapat bertahan lama
 Kontak premature dapat ditolerenasi oleh anak

2.2.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi


1.) Indikasi
 Extensive caries / karies yang meluas,
 Karies rampant,
 Setelah terapi pulp/ gigi yang sudah dilakukan perawatan saluran akar, Selama
persiapan gigi untuk pulpa, sebagian besar dentin pada mahkota dihilangkan.
Akibatnya, bagian yang tersisa dari mahkota sangat lemah.
 Pembentukan enamel yang cacat, pasien dengan amelogenesis dan
dentinogenesis imperfect atau hipoplasia enamel yang luas
 Bruxism yang parah
 Fraktur insisal
 Space maintainer,
 Gigi yang digunakan sebagai abutmen
2.) Kontraindikasi
 Molar desidui dekat dengan eksfoliasi
 Molar desidui dengan lebih dari setengah akar yang diresorpsi
 Gigi mobilitas
 Gigi yang tidak bisa direstorasi
 Pasien alergi nikel

2.2.1.3. Jenis Bahan Restorasi


Stainless Steel Crown dikenal sebagai mahkota berbasis nikel dan
komposisinya adalah :
 Nikel: 76%
 Chromium: 15%
 Besi: 8%
 Karbon: 0,08%
 Mangan: 0,35%
 Silikon: 0,2%.

2.2.1.4. Prosedur Kerja


Mahkota yang dipilih harus dapat mengembalikan contact area dan occlusal
alignment dari gigi yang di preparasi. Pemilihan mahkota dapat dilakukan dengan
trial and error atau dengan mengukur lebar mesiodistal celah gigi dengan pengukur.
Ini juga dapat membantu mengukur dimensi contralateral gigi. Mahkota yang tepat
akan snap atau click pada tempatnya.
Gigi harus di anestesi lokal, walaupun gigi vital atau nonvital, saat menempatkan
stainless steel crown karena manipulasi jaringan lunak. Rubber dam, meskipun
terkadang sulit untuk dipasang pada gigi yang rusak, harus digunakan jika
memungkinkan.
 Restorasi gigi menggunakan glass ionomer cement atau kompomer untuk
preparasi stainless steel crown.
Gigi yang Belum Dipreparasi
 Kurangi permukaan oklusal 1,5 mm menggunakan bur flame-shaped no 247
atau tapered diamond. Pengurangan oklusal yang sama akan memfasilitasi
penempatan mahkota tanpa mengganggu oklusi.

Pengurangan Oklusal
 Menggunakan bur tapered diamond, panjang, meruncing, preparasi konvergen
ke sumbu panjang gigi, dan preparasi bagian interproksimal secara mesial dan
distal. Pereparasi harus memungkinkan probe dilewatkan ke contact area.

Pengurangan Proksimal
 Pengurangan sedikit bagian buccolingual diperlukan, kecuali ada cusp
Carabelli yang menonjol, dll. Namun, pengurangan tersebut seminimum
mungkin karena permukaan dapat dijadikan retensi.
 Ukuran mahkota yang belum dibentuk dipilih dengan mengukur lebar
mesiodistal.
 Uji coba dilakukan sebelum sementasi. Mahkota harus masuk tidak lebih dari
1 mm subgingiva. Jika ada blanching berlebihan pada jaringan gingiva,
panjang mahkota harus dikurangi dengan scissors atau abrasive stone pada
margin dan dihaluskan dengan white stone.

Mencoba Penembatan Mahkota


 Semen crown menggunakan GIC atau semen polikarboksilat. Jika mahkota
telah dibuat sebelum penempatan mahkota, dapat menggunakan glass
ionomer luting cement, jika tidak, GIC restoratif harus digunakan. Perawatan
harus dilakukan saat mahkota dipegang karena mudah terjatuh saat
penempatan. Kelebihan semen harus dihilangkan dan lapisan petroleum jelly
diletakkan pada sekitar margin selagi semen setting.

Luting Mahkota
Hasil Akhir Mahkota

Ukuran Mahkota yang Tersedia untuk M1 :


Bentuk Mahkota No Ukuran Lebar MesioDistal (mm)
M1 Maksila 2,3,4,5,6,7 7,2-9,2
M2 Maksila 2,3,4,5,6,8 9,2-11,2
M1 Mandibula 2,3,4,5,6,9 7,3-9,3
M2 Mandibula 2,3,4,5,6,10 9,4-11,4

2.2.2. Polycarbonat Crown


2.2.2.1. Definisi
Karies rampan atau karies botol merupakan lesi yang paling sering terjadi
pada gigi anterior anak-anak. Karies ini dimulai dari permungkaan labial gigi anterior
dan demineralisasi akan terus berlanjut ke permungkaan dan gigi lainnya.
Polycarbonate Crown sangan cocok digunakan dalam kasus seperti ini, crown ini
merupakan temporary crown, tetapi untuk gigi yang akan tanggal dapat digunakan
sebagai fixed prosthesis.
Polycarbonates merupakan aromatic linear polyesters dari asam karbonat,
dan memiliki kekuatan tumbukan dan rigiditas yang tinggi, dan dikenal juga sebagai
termoplastik resin karena dibentuk dalam keadaan solid dengan menggunakan panas
(270oC) dan tekanan. Meskipun Polycarbonate Crown jauh lebih estetik
dibandingkan stainless stel crown, tetapi material polycarbonate ini britel dan tidak
tahan terhadap tekanan abrasive, sehingga lebih mudah untuk fraktur dan terlepas.
2.2.2.2. Indikasi dan Kontraindikasi
1.) Indikasi
 Karies rampan yang melibatkan tiga permungkaan dari gigi
 Setelah terapi pulpa
 Malformasi gigi
 Abutment untuk space maintainers

2.) Kontraindikasi
 Tidak terdapat ruang yang cukup diantara gigi
 Crowding pada gigi anterior
 Deep bite
 Bruxism parah
 Abrasi pada gigi anterior

3. Restoratif Preventif
3.1.1. Pit and Fissure Sealant
3.1.1.1. Definisi
Pit and fissure sealant adalah cara yang efektif untuk mencegah karies pit dan
fissure pada gigi sulung dan permanen. Oleh karena itu, dokter gigi harus didorong
untuk menerapkan pit and fissure sealant dalam kombinasi dengan tindakan
pencegahan lain pada pasien yang berisiko tinggi karies.

3.1.1.2. Indikasi dan Kontraindikasi


1.) Indikasi
 Pasien dengan resiko karies tigkat sedang atau tinggi
 Karies baru di dalam area pit dan fissure gigi
 Anatomi pit dan fissure yang mudah rusak
2.) Kontraindikasi
 Karies rampan atau lesi interproximal
 Karies oklusal dengan keterlibatan dentin dan membutuhkan restorasi

3.1.1.3. Jenis Bahan Restorasi


Sealant diklasifikasikan menjadi tiga bahan sealant. Jenis-jenis dominan dari
bahan sealant di pasaran saat ini adalah resin-based sealants and glass ionomer
cement-based sealants.

1.) Resin-based sealants (RBS)


Resin-based sealants (RBS) diklasifikasikan menjadi empat generasi,
ditentukan berdasarkan metode polimerisasi.
 Generasi pertama RBS dipolimerisasi oleh aksi sinar ultraviolet pada inisiator
dalam material yang memulai polimerisasi, jenis ini sudah tidak lagi
digunakan.
 Generasi kedua adalah auto-polymerizing resin-based sealants (ARBS) atau
sealant yang diawetkan secara kimia; amina tersier (aktivator) ditambahkan ke
satu komponen dan dicampur dengan komponen lain.
 Reaksi antara dua komponen ini menghasilkan radikal bebas yang memulai
polimerisasi bahan resin sealant. Sealant berbasis resin autopolimer semacam
itu sekarang sebagian besar telah digantikan oleh,
 Generasi ketiga, yang terdiri dari visible light-polymerizing resin-based
sealants (LRBS). Pada jenis sealant ini, cahaya yang terlihat mengaktifkan
photoinitiators yang terdapat dalam material sealant dan peka terhadap cahaya
tampak di daerah panjang gelombang sekitar 470 nm (blue region).
 Untuk membandingkan visible light polymerizing dengan generasi
sebelumnya, sealer berbasis resin autopolimerisasi, LRBS, dipasang dalam
waktu yang lebih singkat, yaitu 10-20 detik, dibandingkan dengan waktu
pengaturan 1 hingga 2 menit dari ARBS. Waktu kerja lebih panjang dan
material tidak diatur sampai terkena polymerizing light. Melalui penghilangan
langkah pencampuran, gelembung udara yang lebih sedikit digabungkan
dengan aplikasi dari sealant.
 Generasi keempat adalah fluoride-releasing resin-based sealants (FRBS).
Fluoride-releasing resin-based sealants (FRBS) adalah produk yang dihasilkan
dari penambahan partikel pelepasan fluoride ke LRBS dalam upaya untuk
menghambat karies. Menurut literatur, bagaimanapun, FRBS tidak dapat
dianggap sebagai reservoir fluoride menyediakan pelepasan fluoride jangka
panjang dan dengan demikian, jenis sealant ini tidak memberikan manfaat
klinis tambahan untuk LRBS.
RBS juga dapat diklasifikasikan menurut viskositasnya (filled and unfilled).
Penambahan partikel pengisi ke fissure sealant material tampaknya hanya memiliki
efek kecil pada hasil klinis. Meskipun filled sealant memiliki ketahanan aus yang
lebih tinggi, kemampuan mereka untuk menembus ke celah rendah. Sealant yang
terisi biasanya membutuhkan penyesuaian oklusal, yang memperpanjang prosedur
yang tidak perlu. Sealant resin yang unfilled di sisi lain memiliki viskositas yang
lebih rendah dan memberikan penetrasi yang lebih besar ke celah dan retensi yang
lebih baik.
Bahan sealant juga dapat diklasifikasikan menurut translusensinya (opaque
dan transparent). Bahan opaque bisa berwarna putih atau sewarna gigi, dan sealant
transparan jernih merah muda, atau kuning. Sealant fissure opaque putih lebih mudah
dilihat selama aplikasi dan untuk mendeteksi secara klinis pada pemeriksaan ualng,
dibandingkan dengan sealant yang serwarna gigi, opaque, atau bening.

2.) Glass Ionomer Sealant Materials


Conventional glass ionomer (GI) juga telah digunakan sebagai sealant pit dan
fissure. Ini mengikat secara kimia ke enamel dan dentin melalui reaksi asam-basa
antara larutan asam poliakrilat dan fluoroaluminosilicate glass powder. Ketika resin
digabungkan dengan glass ionomer, itu disebut resin-modified glass ionomer
(RMGI). Ini juga telah digunakan sebagai bahan pit dan fissure sealant. Reaksi
pengaturan jenis sealant ini diprakarsai oleh photoactivation dari komponen resin,
diikuti oleh reaksi berbasis asam untuk komponen ionomer. Komponen resinnya telah
meningkatkan karakteristik fisiknya, dibandingkan dengan GI konvensional. Bahkan,
bila dibandingkan dengan GI konvensional, RMGI memiliki sensitivitas kurang
terhadap air dan waktu kerja yang lebih lama. keuntungan utama adalah pelepasan
fluoride secara terus menerus dan kemampuan pengisian ulang fluoride. Efek
pencegahannya bahkan dapat bertahan setelah hilangnya bahan sealant yang terlihat
karena beberapa bagian sealant mungkin tetap berada jauh di dalam celah.

3.) Polyacid-Modified Resin Based Sealants


Polyacid-Modified Resin Based Sealants yang juga disebut sebagai
compomer. telah digunakan sebagai fissure sealant. Ini menggabungkan sifat
menguntungkan dari visible light polymerized resin-based sealant dengan sifat
pelepasan fluoride yang sama seperti GI. Sebuah polyacid-modified resin-based
sealant memiliki sifat adhesi yang lebih baik untuk email dan dentin dan juga kurang
larut dalam air, dibandingkan dengan bahan sealant GI, dan teknik yang kurang
sensitif, dibandingkan dengan sealant berbasis resin.
3.1.1.4. Prosedur Kerja
 Cleaning
Gigi dibersihkan seluruhnya dari permuakaan pit dan fissure bisa dengan
menggunakan sikat bulu kering.
 Isolation
Isolasi gigi, bisa menggunakan rubberd dam atau kapas gulung.
 Etching
Gunakan aplikator yang disediakan oleh pabrikan untuk mengaplikasi bahan
etsa keseluruh enamel yang akan di aplikasi sealant. Etsa dilakukan dengan waktu
minimal 15 detik tapi tidak lebih dari 60 detik.
 Washing
Kebanyakan instruksi pabrikan menganjurkan pencucian dan pengeringan
menyeluruh pada permukaan gigi yang teretsa tetapi tidak menentukan interval
waktu. Keringkan enamel yang dietsa dengan tekanan udara dan bebas dari
kontaminan minyak. Permukaan etsa yang kering harus tampak putih kabut. Jangan
biarkan yang telah dietsa terkontaminasi.
 Application of sealant
Gunakan syringe berujung sikat, aplikasikan sealant ke dalam pit dan fissure.
Jangan biarkan sealant mengalir diluar permukaan yang teretsa. Alirkan sealant
dengan menggunalan ujung syringe selama sealant dimasukkan. Hal ini akan
membantu mengeliminasi gelembung yang mungkin ada dan meningkatkan aliran
sealant ke dalam pit dan fissure. Penyinaran cahaya (Visible Light—Cured Sealant).
Sealant disinari dengan curing selam 20 detik untuk setiap permukaan. Ketika setting,
sealant akan menjadi keras, opaque. Pembersihan. Bersihkan sealant dengan
menggunakan applicator kapas untuk membuang lapisan tipis pada permukaan.
 Check Of Occlusal Interferences
Kertas artikulasi harus digunakan untuk memeriksa gangguan oklusal dan
oklusi disesuaikan jika perlu.
 Reevaluation
Penting untuk mengetahui bahwa gigi yang di sealant harus diamati secara
klinis pada kunjungan ulang periodik untuk menentukan efektivitas sealant.
Pengingatan berkala dan aplikasi ulang sealant diperlukan, karena diperkirakan
bahwa antara 5% dan 10% dari sealant perlu diperbaiki atau diganti setiap tahun. Jika
sealant hilang sebagian atau seluruhnya, setiap warna sealant yang rusak atau cacat
harus dibuang dan gigi dievaluasi ulang. Sealant baru dapat diterapkan menggunakan
metode yang dijelaskan sebelumnya.

3.1.2. Restoratif Preventif Resin


Preventif resin restorasi adalah prosedur alternatif untuk mengembalikan gigi
permanen muda yang hanya dilakukan preparasi gigi yang minimal untuk
menghilangkan karies tetapi juga memiliki fissure yang rentan. Simonsen dan Stallard
mendeskripsikan teknik untuk menghilangkan karies hanya pada struktur gigi karies
di cavitas yang kecil kelas 1 dan selanjutnya restorasi resin diaplikasikan, dan pit
serta fissure yang rentan juga ditutup secara bersamaan. Henderson dan Setcos
mendeskripsikan mengenai restorasi resin preventif yang terutama dilakukan pada
pasien muda dengan gigi yang baru saja erupsi dan pit serta fissure yang rentan.
Mereka mendeskripsikan bahwa hal ini membutuhkan teknik yang teliti dan
membutuhkan lebih banyak waktu. Restorasi tipe ini dianjurkan untuk area non-stress
atau dipilih secara hati-hati untuk meminimalkan pembuangan atau keausan anatomi
struktur gigi.
Tujuan dari preventif resin restorasi yaitu untuk menghentikan proses karies
awal ysng terdapat pada pit dan fissure, terutama pada gigi molar permanen yang
memiliki pit dan fissure, sekaligusn melakukan tindakan pencegahan terhadap karies
pada pit dan fissure yang belum terkena karies pada gigi yang sama. Manfaat dari
preventif resin restorasi adalah untuk mempertahankan struktur jaringan yang sehat
dengan cara menumpat fissure yang karies dengan resin dengan melapisi sealant di
atas komposit.
Tindakan konservatif yang dapat dilakukan yaitu, karies diidentifikasi dengan
pemeriksaan visual dengan cermat pada permukaan oklusal gigi yang kering dengan
menggunakan penjelajah tajam/sonde, cermin dan cahaya. Tanda-tanda kertas
artikulasi pada gigi akan menunjukkan titik-titik kontak oklusal. Gigi dibius bila
perlu, diisolasi dan diperiksa sehingga tingkat proses karies dapat ditentukan. Bur
nomor 329 atau sistem laser untuk jaringan keras dapat digunakan untuk
mendapatkan akses kedalam lesi dan untuk menyelesaikan menghilangkan karies.
Kavitas dan enamel yang rentan tersebut kemudian dietsa. Gigi dicuci bersih selama
30 hingga 40 detik dan dikeringkan, setelah itu bonding agen diaplikasikan dan
kavitas diisi dengan light-curing composite atau resin-modified glass ionomer, light-
curing sealant diaplikasikan di area yang rentan dan disikat ke dalam pit serta fissure.
Bahan dipolimerisasi denan cahaya sesuai dengan instruksi pabrik. Rubber dam di
lepas dan kontak oklusal di periksa.
Tidak ada satupun retorasi konservatif yang sempurna. Setiap dokter gigi
harus memutuskan, secara individual untuk jenis prosedur yang tepat. Walker dan
rekan melaporkan preventif resin restorasi yang ditempatkan pada pasien usia 6
hingga 18 tahun dan diamati gingga 6,5 tahun/ dari 5185 restorasi, 83% tidak
memerlukan intervensi lebih lanjut. Mereka yang membutuhkan intervensi termasuk
37% yang membutuhkan sealent saja dan 21% yang memerlukan perawatan karena
perkembangan lesi interproksimal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Counsil of clinical affair. Pediatric Restorative Dentistry. American Academy


Of Pediatric Dentistry. 2016;40(6) : 335.
2. O’brien WJ. Dental Materials and Their Selection. Canada : quintessence
publishing. 2002.
3. Paul S. Casamassimo, Henry W. Fields, Dennis J. McTigue, Arthur Nowak.
Pediatric Dentistry: Infancy through Adolescence. St.louis : Elsevier. 2013. P :
300.
4. Ronal R, Sakaguci, John.MP. Craig’s Restorative Dental Materials. 13th ed.
Philadelphia: Elsevier.2012. P : 152.
5. Mcdonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry For The Child and Adolescent.
8th ed. St.louis : Mosby. 2004. P : 374.
6. Ronal R, Sakaguci, John.MP. Craig’s Restorative Dental Materials. 13 ed.
Philadelphia: Elsevier. 2012. P : 189-90.
7. Mathur S, Jaiswal JN, Tripathi AM, Saha S, Palit M. Restorative Materials
Used in Pediatric Dentistry. International Journal Of Oral Health and Medial
Research. 2016;2(6):101–6.
8. Dean JA. Dentistry for the Child and Adolescent, Ninth Edition. 10th ed.
Louis S, editor. Mosby; 2011.
9. Sajjanshetty, S., P.S. Patil, Deepa H, K Rajkumar. “Pediatric Performed Metal
Crowns – An Update.” Journal of Dental & Allied Sciences 2013;2(1):29-32.
10. Mittal dkk. Esthetic Crown in Pediatric Dentistry : A Rivew. International
Journal of Contemporapy Medical Research. 2016; 3(5) :1281.
11. Gark dkk. Crown in Pediatric Dentistry : A Rivew. Journal of Advanced
Medical and Dental Science Research. 2016; 4(2) :44-5.
12. Chan J dkk. Polycarbonate Crown for Primary Teeth Revisited : Restorative
Options, Technique, and Case Report. Journal of Indian Society of
Pedodontics and Preventive Dentistry . 2014; 32(2) :157.
13. Mc Donald RE, Avery DR, Dean JA. Examination of the Mouth and Other
Relevant Structures. In : Dean JA, Every DR, Mc Donald RE. Mc Donald and
Avery’s. Dentistry for the Child and Adolescent. 9th Ed. 2011. p 1,3,12
14. Waggoner WF. Restorative Dentistry For The Primary Dentition. In :
Casamassimo, Field, Mctigue, Nowak. Pediatric Dentistry. Infancy Throught
Adolescence. P 304-5.
15. Manton DJ, Hayes-Cameron L. Dental Caries. In : Cameron AC, Widmer
RP. Handbook of Pediatric Dentistry. 4th Ed. 2013. P 50-1.
16. Mahoney E, Kilpatrick N, Hibbert S, Johnston T. Restorative Peadiatric
Dentistry. . In : Cameron AC, Widmer RP. Handbook of Pediatric Dentistry.
4th Ed. 2013. p 79.
17. Van Noort R. Introduction to dental material. 3rd Ed. Toronto: Mosby
Elsevier., 2007:127-40.
18. Irawan B. Glass-Ionomer modifikasi resin. J Dent Ind 2004; 11 (1) : 45-6.
OK Pedo
Blok 21

MAKALAH

Bahan Restorasi Gigi Anak


Restorasi Invasif dan Restorasi Preventif pada Anak

KELOMPOK 2

Hasnatul Hidayah (1513101010003)


Ardhia Prawiska (1513101010020)
Haniffun Nisa (1513101010022)
Miranda Aulia Putri (1513101010038)
Anisa Ramadhana (1513101010043)
Winda Halisa Siregar (1513101010049)
Muhammad Iqbal Sungkar (1513101010050)
Desy Havizhah (1513101010057)
Firda Amaliah Cebro (1513101010061)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
DESEMBER 2018

Anda mungkin juga menyukai