Kelas I
Karies pada permukaan occlusal yaitu pada 2/3 occlusal, baik pada
permukaan labial/lingual/palatal dari gigi-geligi dan juga karies yang
terdapat pada permukaan lingual gigi-geligi depan.
Kelas II
Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi belakang
temasuk karies yang menjalar ke permukan occlusalnya.
Kelas III
Karies yang terdapat pada permukaan proximal dari gigi-geligi depan dan
belum mengenai incisal edge.
Kelas IV
Karies pada permukaan proximal gigi-geligi depan dan telah mengenai
incisal edge.
Kelas V
Karies yang terdapat pada 1/3 cervical dari permukaan buccal/labial atau
lingual palatinal dari seluruh gigi-geligi
Kelas VI
Karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi depan atau pada ujung
cups dari gigi belakang
Resin komposit merupakan resin akrilik yang telah ditambah dengan bahan
lain seperti bubuk quartz untuk membentuk struktur komposit.
Komposisi Resin Komposit
Resin komposit mempunyai komposisi sebagai berikut: 1, 2, 3, 5, 6, 7
a) Bahan utama/Matriks resin
b) Filler
c) Coupling agent
d) Penghambat polimerisasi
e) Penyerap UV
f) Opacifier
g) Pigmen warna
Kebanyakan resin komposit menggunakan campuran monomer aromatic dan atau aliphatic
dimetacrylate seperti bisphenol A glycidyl methacrylate (BIS-GMA), selain itu juga banyak
dipakai adalah tryethylene glycol dimethacrylate (TEGDMA), dan urethane dimethacrylate
(UDMA) adalah dimethacrylate yang umum digunakan dalam komposit gigi. Perkembangan
bahan restorasi kedokteran gigi (komposit)
dimulai dari akhir tahun 1950-an dan awal 1960, ketika Bowen memulai
percobaan untuk memperkuat resin epoksi dengan partikel bahan pengisi.
Kelemahan sistem epoksi, seperti lamanya pengerasan dan kecenderungan
perubahan warna, mendorong Bowen mengkombinasikan keunggulan epoksi
(CH-O-CH2) dan akrilat (CH2=CHCOO-). Percobaan-percobaan ini
menghasilkan pengembangan molekul BIS-GMA. Molekul tersebut memenuhi
persyaratan matrik resin suatu komposit gigi.
BIS-GMA memiliki viskositas yang tinggi sehingga membutuhkan tambahan cairan dari
dimethacrylate lain yang memiliki viskositas rendah yaitu TEGDMA untuk menghasilkan cairan
resin yang dapat diisi secara maksimal dengan partikel glass. Sifatnya yang lain yaitu sulit
melakukan sintesa antara struktur molekul yang alami dan kurang melekat dengan baik terhadap
struktur gigi. 1, 2, 6, 7
b) Filler
Dikenali sebagai filler inorganik. Filler inorganik mengisi 70 persen dari berat material. Beberapa
jenis filler yang sering dijumpai adalah berbentuk manik-manik kaca dan batang, partikel
seramik seperti quartz (SiO2), litium-aluminium silikat (Li2O.Al2O3.4SiO2) dan kaca
barium (BaO) yang ditambahkan untuk membuat komposit menjadi radiopak. 4
Ukuran partikel yang sering dipakai berkisar antara 4 hingga 15m. Partikel
yang dikategorikan berukuran besar sehingga mencapai 60m pernah
digunakan tetapi permukaan tumpatan akan menjadi kasar sehingga
mengganggu kenyamanan pasien.
Bentuk dari partikel juga terbukti penting karena manik-manik bulat sering terlepas dari material
mengakibatkan permukaan menjadi aus. Bentuk filler yang tidak beraturan mempunyai
permukaan yang lebih baik dan tersedia untuk bonding dan dapat dipertahankan di dalam resin. 4
Penambahan partikel filler dapat memperbaiki sifat resin komposit: 1, 2, 3, 4
i. Lebih sedikit jumlah resin, pengerutan sewaktu curing dapat dikurangi
ii. Mengurangkan penyerapan cairan dan koefisien ekspansi termal
iii. Memperbaiki sifat mekanis seperti kekuatan, kekakuan, kekerasan dan resisten terhadap abrasi
c) Coupling agent
Komponen penting yang terdapat pada komposit resin yang banyak
dipergunakan pada saat ini adalah coupling agent. Resin akrilik yang awal
digunakan tidak berfungsi dengan baik karena ikatan antara matriks dan filler
adalah tidak kuat. Melapiskan partikel filler dengan coupling agent contohnya
vinyl silane memperkuat ikatan antara filler dan matriks. Coupling agent
memperkuat ikatan antara filler dan matriks resin dengan cara
bereaksi secara khemis dengan keduanya. Ini membolehkan lebih
banyak matriks resin memindahkan tekanan kepada partikel filler yang lebih
kaku. Kegunaan coupling agent tidak hanya untuk memperbaiki sifat
Cara Aktivasi
Cara aktivasi dari resin komposit dapat dibagi dua yaitu dengan cara aktivasi secara khemis dan
aktivasi mempergunakan cahaya.
Aktivasi secara khemis 2
Produk yang diaktivasi secara khemis terdiri dari dua pasta, satu yang mengandung benzoyl
peroxide (BP) initiator dan yang satu lagi mengandung aktivator aromatic amine tertier.
Sewaktu aktivasi, rantai --O--O-- putus dan elektron terbelah diantara kedua molekul oksigen (O)
seperti terlihat pada Pasta katalis dan base diletakkan di atas mixing pad dan diaduk dengan
menggunakan instrument plastis selama 30 detik. Dengan pengadukan tersebut, amine akan
bereaksi dengan BP untuk membentuk radikal bebas dan polimerisasi dimulai. Adonan yang telah
siap diaduk kemudian dimasukkan ke dalam kavitas dengan menggunakan instrument plastis atau
syringe. 2
Aktivasi mempergunakan cahaya 1, 2
Sistem aktivasi menggunakan cahaya pertama kali diformulasikan untuk sinar ultraviolet (UV)
membentuk radikal bebas. Pada masa kini, komposit yang menggunakan curing sinar UV telah
digantikan dengan sistem aktivasi sinar tampak biru yang telah diperbaiki kedalaman curing,
masa kerja terkontrol, dan berbagai kebaikan lainnya. Disebabkan kebaikan ini, komposit yang
menggunakan aktivasi sinar tampak biru lebih banyak digunakan dibanding material yang
diaktivasi secara khemis.
Komposit yang menggunakan aktivasi dari sinar ini terdiri dari pasta tunggal yang
diletakkan dalam syringe tahan cahaya. Pasta ini mengandung photosensitizer,
Camphorquinone (CQ) dengan panjang gelombang diantara 400-500 nm dan amine yang
menginisiasi pembentukan radikal bebas. Bila bahan ini, terkontaminasi sinar tampak biru
(visible blue light, panjang gelombang ~468nm) memproduksi fase eksitasi dari photosensitizer,
dimana akan bereaksi dengan amine untuk membentuk radikal bebas sehingga terjadi
polimerisasi lanjutan. Reaksi ini dapat terlihat pada gambar 7.
Working time bagi komposit tipe ini juga tergantung pada operator. Pasta hanya dikeluarkan dari
tube pada saat ingin digunakan karena terkena sinar pada pasta dapat menginisiasi polimerisasi.
Pasta diisi kedalam kavitas, disinar dengan sinar biru dan terjadi polimerisasi sehingga bahan
resin mengeras. 2 Camphorquinone (CQ) menyerap sinar tampak biru dan membentuk fase
eksitasi dengan melepaskan elektron seperti amine (dimetyhlaminoethyl methacrylate
[DMAEMA]). Gambar : menerangkan elektron tunggal yang diberikan oleh amine kepada grup
>C=O (ketone) didalam CQ, seperti terlihat pada gambar 7. Setelah diaktivasi, CQ memisahkan
atom hidrogen daripada karbon- yang bertentangan dengan grup amine dan hasilnya adalah
amine dan radikal bebas CQ. Radikal bebas CQ ini sudah bersedia untuk diaktivasi. 1
Kegunaan resin komposit
a. Bahan tambalan pada gigi anterior dan posterior ( direct atau inlay)
b. Sebagai veneer mahkota logam dan jembatan (prosthodontic resin)
c. Sebagai pasak.
d. Sebagai semen pada orthodontic brackets, Maryland bridges, ceramic crown, inlay, onlay.
e. Pit dan fisur sealant.
f. Memperbaiki restorasi porselen yang rusak.
Kebaikan
Resin komposit cukup kuat untuk digunakan pada tambalan gigi posterior dan resin komposit
juga tidak berbahaya seperti amalgam yang dapat menyebabkan toksisitas merkuri kepada pasien.
Selain itu, warnanya yang sewarna gigi menyebabkan resin komposit digunakan untuk tujuan
estetik.
2.5.2 Kerugian
Walaupun warna resin komposit sewarna gigi, tapi bahan ini dapat berubah warna selama
pemakaian. Selain itu dapat juga terjadi pengerutan. Pengerutan biasanya akan terjadi dan
menyebabkan perubahan warna pada marginal tambalan. Komposit dengan filler berukuran kecil
dapat dipergunakan sehingga 9 tahun, lebih lekas rusak dibandingkan dengan tambalan amalgam.