Oleh:
1. ACHMAD ALIEF UTAMA (31101800001)
2. ADETIYA DENTI WIJAYA (31101800002)
3. BRILLIAN NOVIANTY NURWULAN (31101800020)
4. FATIMAH ALAYDRUS (31101800035)
5. GESTI BENING AULIA (31101800039)
6. INDRI ALFIONITA (31101800045)
7. NURUL AZKIA ELHAKAMY (31101800049)
8. RISYAL SIRRIL WAFA (31101800079)
9. SAVIRA NURAZKY YUNIAR (31101800085)
10. SHOFA SALSABILA (31101800089)
I.Latar Belakang
Resin komposit merupakan bahan restorasi yang secara luas digunakan di kedokteran gigi
modern. Resin komposit digunakan untuk berbagai macam aplikasi klinis seperti bahan tumpatan,
luting agent, dan indirect restoration. Resin komposit memiliki tiga komponen utama yang terdiri dari
resin matriks, partikel bahan pengisi (filler), dan bahan pengikat (coupling agent). Adapun bahan
tambahan yaitu aktivator inisiator, inhibitor, dan pigmen. Klasifikasi resin komposit 1) Berdasarkan
ukuran filler. Ukuran filler berdampak pada tingkat kehalusan permukaan dan resisten keausan dari
resin komposit. Semakin kecil ukuran filler maka akan menghasilkan permukaan resin komposit yang
lebih halus. Berdasarkan ukuran filler resin komposit dibagi menjadi macrofillers, microfillers,
midifillers, minifillers, nanofillers, dan hybrid.
Berdasarkan Viskositas, viskositas merupakan sesuatu yang menentukan karakteristik aliran
selama pengaplikasian. Flowable resin komposit alirannya seperti cairan sedangkan condensable
resin komposit kental.
Kekerasan permukaan merupakan ketahanan atau bahan untuk menahan indentasi. Faktor yang
mempengaruhi kekerasan adalah periode waktu dan polishing. Periode kekerasan resin komposit
yang optimal adalah 7 hari setelah polimerisasi. Resin komposit memiliki kekerasan permukaan
sebesar 22-80 KHN ataupun 38-72 VHN dimana lebih rendah dibandingkan email dan amalgam.
II.Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh ketebalan resin terhadap kekerasan permukaan
2. Untuk mengetahui pengaruh jarak curing resin komposit terhadap kekerasan permukaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Resin komposit merupakan bahan restorasi yang secara luas digunakan di kedokteran gigi modern.
Resin komposit terdiri dari dua atau lebih bahan material yang berbeda untuk menghasilkan sifat
material yang lebih baik. Bahan tersebut digunakan untuk berbagai macam aplikasi klinis seperti
bahan tumpatan, luting agent dan bahan restorasi indirect.
Komposisi Resin Komposit
Resin komposit memiliki tiga komponen utama yang terdiri dari resin matriks, partikel bahan pengisi
(filler) dan bahan pengikat (coupling agent). Adapun bahan tambahan yaitu aktivator inisiator,
inhibitor dan juga pigmen (Anusavice, 2003).
1. Resin Matriks
Bahan komposit menggunakan diacrylate aromatic atau aliphatic sebagai resin
matriksnya. Dimethacrylate yang umum digunakan adalah Bis-GMA, UDMA dan
TEGDMA. Bis-GMA merupakan monomer dengan berat molekul tinggi sehingga
sangat kental pada suhu ruang. Penggunaan monomer kental diperlukan untuk
menghasilkan konsistensi pasta yang digunakan secara klinis. Namun dengan
konsistensi yang sangat kental apabila ditambahkan filler akan menambah kekerasan
yang berlebih pada saat digunakan di klinis. Pengurangan kekentalan dapat
menggunakan methyl methacrylate (MMA), ethylene glycol dimethacrylate
(EDMA), dan triethyl glycol dimethacrylate (TEGDMA) karena merupakan resin
dengan konsistensi lebih cair. Akan tetapi penambahan dimethacrylate dengan berat
molekul rendah dapat meningkatkan pengerutan polimerisasi Nilai pengerutan
polimerisasi resin metakrilat 22 vol.% dan BisGMA 7,5 vol.%
3. Bahan Pengikat
Bahan pengikat atau yang disebut coupling agent merupakan bahan yang mengikat
antara filler dengan resin matriks. Bahan pengikat pada awalnya tidak ada dalam
komposisi resin komposit akan tetapi secara mikroskopik ditemukan kerusakan
antara filler dan daerah sekeliling resin Bahan pengikat dapat memberikan ikatan
yang baik antara bahan pengisi dengan resin matriks. Aplikasi coupling agent yang
tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan
hidrolitik dengan mencegah tertembusnya bahan pengisi dan resin oleh air. Bahan
pengikat adalah silane dan salah satu yang sering digunakan adalah
γmethacryloxypropyltrimethoxysilane (γ –MPTS). Selain silane ada organosilane
yaitu (i.e., 3-methacryl-oxpropyl-trimethoxylane). Cara kerja bahan pengikat yaitu
dengan membentuk ikatan yang baik dimana sekelompok coupling agent bereaksi
dengan filler inorganik dan sekelompok lain bereaksi dengan matriks organic.
4. Aktivator dan Inisator Sistem aktivator dan inisiator ini mengaktifkan reaksi
polimerisasi monomer monomethacrylate dan dimethacrylate dengan radikal bebas.
Aktivator yang digunakan untuk pembentukan radikal bebas yaitu aktivasi kimia dan
energi eksternal (panas, sinar, atau microwave.
a) Aktivasi Kimia
Aktivasi kimia ini dilakukan dengan dua pasta yang diaktifkan secara kimia yaitu
satu mengandung inisiator benzoil peroksida dan pasta kedua aktivator amin
tersier. Kedua bahan tersebut diaduk, kemudian amin akan bereaksi dengan
benzoil peroksida untuk membentuk radikal bebas, dan proses polimerisasi
dimulai.
b) Aktivasi Sinar Aktivasi dengan sinar terdiri dari molekul fotoinisiator. Aktivator
yang digunakan pada resin dengan polimerisasi sinar adalah UV light dan visible
light. Visible light dengan inisiator Champhorquinone 0,2 wt.% dan aselerator
amin dimethylaminoethyl-methacrylate (DMAEMA 0,15 w.%). Resin komposit
akan berinteraksi apabila terpapar oleh sinar dengan panjang gelombang yang
tepat yaitu 468 nm. Polimerisasi tambahan dimulai ketika paparan sinar
merangsang fotoinisiator berinteraksi dengan amin sehingga terbentuk radikal
bebas.
5. Inhibitor
Inhibitor Inhibitor ditambahkan dalam resin komposit untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya polimerisasi dini atau secara tidak sengaja. Inhibitor memiliki
potensial reaktif yang kuat dengan radikal bebas. Apabila material terpapar sinar
secara singkat maka akan terbentuk radikal bebas. Inhibitor bereaksi dengan radikal
bebas lebih cepat daripada radikal bebas bereaksi dengan monomer. Setelah inhibitor
habis barulah polimerisasi dimulai. Inhibitor memiliki dua fungsi yaitu memperlama
penyimpanan masa pakai resin komposit dan memastikan kecukupan dari working
time. Tipe dari inhibitor yaitu butylated hydroxytoluene (BHT).
6. Pigmen
Pigmen diperoleh dari oksida inorganik yang ditambahkan dalam resin komposit
dengan jumlah sedikit. Tujuannya untuk meyediakan berbagai macam warna yang
nantintya di sesuaikan dengan gigi. Jumlah dari berbagai macam warna disediakan
lebih dari 10 macam. Kisaran warnanya dari warna yang sangat terang, kuning
hingga abu-abu.
2. Berdasarkan Viskositas
Viskositas merupakan sesuatu yang menentukan karakteristik aliran selama
pengaplikasian. Flowable resin komposit alirannya seperti cairan sedangkan
condensable resin komposit kental.
Kekerasan permukaan
Kekerasan adalah ketahanan suatu bahan untuk menahan indentasi. Faktor yang mempengaruhi
kekerasan yaitu periode waktu dan polising. Menurut penelitian periode waktu kekerasan resin
komposit yang optimal adalah 7 hari setelah polimerisasi. Polising menunjukkan adanya peningkatan
kekerasan resin komposit dan tujuannya untuk membuang lapisan organis dan mengeskpos filler yang
keras. Waktu yang tepat untuk polising adalah 24 jam setelah polimerisasi. Resin komposit memiliki
kekerasan permukaan sebesar 22-80 KHN ataupun 38-72 VHN dimana lebih rendah dibandingkan
email (343 KHN) dan amalgam (110 KHN). Ada beberapa jenis uji kekerasan yang sering digunakan
dalam kedokteran gigi biasa dikenal dengan nama Barcol, Brinell, Rockwell, Shore, Vickers dan
Knoop. Uji kekerasan resin komposit dengan Knoop pada filler dengan ukuran besar kekerasannya
lebih besar daripada filler dengan ukuran kecil karena volume partikel lebih banyak dan lebih keras.
Uji kekerasan Vickers menerapkan prinsip seperti uji kekerasan Brinell, yaitu dengan sebuah bola
logam keras ditekankan pada permukaan suatu bahan dengan bebas tertentu. Semakin kecil indentasi,
semakin besar angkanya dan semakin keras bahan dalam satuan (BHN). Namun pada uji Vickers
bukan bola logam yang digunakan, melainkan berlian berbentuk piramid beralas bujursangkar. Uji
Vickers dilakukan pada spesifikasi ADA digunakan untuk logam cor gigi. Pengujian ini sesuai untuk
menentukan kekerasan bahan yang rapuh seperti kekerasan struktur gigi.
BAB III
METODE KERJA
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak curing terhadap polimerisasi resin komposit
yang akan berdampak pada kekerasan permukaannya.
Tahapan kerja:
1. Ukur besar irradiasi light curing unit menggunakan light meter
2. Siapkan cetakan dengan ketebalan 2 mm, bersihkan dengan tissue kemudian ulasi dengan vaselin
selapis tipis
3. Aplikasikan resin komposit ke dalam cetakan, kondensasi dengan semen plugger
4. Lakukan curing dengan jarak 0 mm
5. Untuk curing dengan jarak 0 mm, sebelum dilakukan curing permukaan resin komposit dilapisi
dengan celuloid strip agar resin tidak menempel pada light curing
6. Setelah setting, keluarkan resin dari cetakan,
7. Lakukan pengukuran kekerasan permukaan resin dengan menggunakan durometer shore D
hardness. Pengukuran kekerasan permukaan dilakukan pada permukaan atas (yang dicuring) dan
bawah (dasar kavitas)
8. Gores permukaan atas dan bawah resin menggunakan sonde, amati bekas goresannya
9. Lakukan tahapan yang sama dengan mengubah jarak curing menjadi 5 mm dan 10 mm
10. Untuk masing-masing jarak curing, lakukan dengan 2 sampel
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak curing terhadap polimerisasi resin komposit
yang akan berdampak pada kekerasan permukaannya.
Tahapan kerja: 50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan praktikum pengaruh jarak curing terhadap kekerasan permukaan resin
komposit
Jarak Nomor Goresan Kekerasan Bawah:Atas
curing sampel sonde permukaan
Atas Bawah Atas Bawah
0 mm 1 Keras Keras 126,5 134 134:126,5
2 Keras Keras 137 131,5 131,5:137
3 Keras Keras 122 095,5 095,5:122
Rerata 128,5 120,3
5 mm 1 Keras Lunak 135,5 133,5 133,5:135,5
2 Keras Lunak 132 133,5 133,5:132
3 Keras Lunak 130,5 104 104:130,5
Rerata 132,6 123,6
10 mm 1 Keras Lunak 124,5 122,5 122,5:124,5
2 Keras Lunak 123,5 124 124:123,5
3 Keras Lunak 107 095,5 095,5:107
Rerata 118,3 342
PEMBAHASAN A
Pada percobaan manipulasi resin komposit light curring yang telah dilakukan, banyak
didapatkan hasil yang permukaan bawahnya lunak. Terlihat pada resin komposit dengan jarak curing
atau penyinaran 0 mm hasilnya keras merata pada bagian atas dan bawah sedangkan pada penyinaran
dengan jaran5 mm dan 10 mm didapatkan hasilnya lunak pada bagian bawah . hasil yang lunak
tersebut merupakan akibat dari penyinaran terlalu jauh sehinggan sinar tidak tembus sampai kebawah
dan disebabkan karena fakor operator yang pada saat pengisian lapis paling bawah terlalu banyak atau
tebal resin kompositnya sehingga tidak bisa mengeras dengan sempurna.
Jadi semakin tipis tumpatan serta jarak penyinaran yang semkin dekat didapatkan polimerasi
sempurna.tetapi makin tebal tumpatan serta makin jauh penyinaran polimerasi yang terjadi tidak
menyeluruh, hanya bagian atas saja yang mengalami polimerasi . haliini menunjukkan bahwa
polimerasi resin komposit dipengaruhi oleh tebal tumpatan dan jarak penyinaran atau light curing.
B. Hasil pengamatan praktikum pengaruh ketebalan terhadap kekerasan permukaan resin
komposit
Ketebalan Nomor Goresan Kekerasan Bawah:
sampel sonde permukaan Atas
Atas Bawah Atas Bawah
2mm 1 Keras Lunak 114,5 120 120:114,5
2 Keras Lunak 071 103,5 103,5:071
3 Keras Lunak 131 130,5 130,5:131
Rerata 105,5 118
4 mm 1 Keras Lunak 066,5 058,5 058,5:066,5
2 Keras Lunak 085,5 039,5 039,5:085,5
3 Keras Lunak 063 067 067:063
Rerata 71,6 55
PEMBAHASAN B
Pada percobaan manipulasi resin komposit terhadap ketebalan yang telah dilakukan, banyak
didapatkan hasil yang permukaan bawahnya lunak. Terlihat pada resin komposit dengan ketebalan
atau 02 mm hasilnya keras merata pada bagian atas dan bawah sedangkan pada penyinaran dengan
jarak 4 mm ddidapatkan hasilnya lunak pada bagian bawah . hasil yang lunak tersebut merupakan
akibat dari ketebalan semakin tebal resin komposit menyebabkan sinar tidak tembus sampai kebawah
dan disebabkan karena fakor operator yang pada saat pengisian lapis paling bawah terlalu banyak atau
tebal resin kompositnya sehingga tidak bisa mengeras dengan sempurna
Jadi semakin tipis tumpatan serta jarak penyinaran yang semkin dekat didapatkan polimerasi
sempurna.tetapi makin tebal tumpatan serta makin jauh penyinaran polimerasi yang terjadi tidak
menyeluruh, hanya bagian atas saja yang mengalami polimerasi . haliini menunjukkan bahwa
polimerasi resin komposit dipengaruhi oleh tebal tumpatan dan jarak penyinaran atau light curing.
C. Hasil Pengamatan Resin Bulk Filed
goresan sonden kekerasan permukaan
ketebelan no sampel
atas bawah atas bawah
1 licin kasar 097,5 0.96
2 mm 2 licin kasar 093,5 0,92
3 licin kasar 107 0,99
1 licin kasar 13,05 88,5
4mm 2 licin kasar 71,5 0,6
3 licin terlalu kasar 0,88 0,97
PEMBAHASAN C
Pada percobaan hasil pengamatan menggunakan resin bulk filed kekerasan permukaan antara
atas dan bawah hampir sama selisihnya hanya sedikit, pada ketebalan 2mm kekeraan atas 097,5
sedangkan bawah 0,96, uji coba kedua 093,5 dan bawah 092 ketiga atas 107 dan bawah 099,5 maka
dari hasil percobaan didapatkan seslisi yang kecil pada percobaan ketebalan 4mm percobaan 2mm
pertama atas 130,5 bawah 88,5 kedua atas 071,5 bawah 060 yang ketiga 088 dan bawah 097 sama
seperti percobaan ketebalan 2mm yang memiliki selilih sangat kecil jadi pada resin bulk filed
memiliki daya tembus sinar yang baik karena ketebalann berapapun dapat menembus sampai bawah.
D. Hasil Pengamatan Depth Of Cure
PEMBAHASAN D
Pada percobaan hasil pengamatan depth of cure jenis resin konvensional tidak bisa
diaplikasikan pada ketebalan yang dalam hanya bisa maximal ketebalan 2-3mm agar kekerasan
permukaan itu maximal sampai kebawah pada bulk filed lebih baik dengan beberapa ketebalan karena
memiliki daya tembus sinar yang baik hingga permukaan keras sampi bawah.
Kesimpulan
Jadi semakin tipis tumpatan serta jarak penyinaran yang semkin dekat didapatkan polimerasi
sempurna.tetapi makin tebal tumpatan serta makin jauh penyinaran polimerasi yang terjadi tidak
menyeluruh, hanya bagian atas saja yang mengalami polimerasi . haliini menunjukkan bahwa
polimerasi resin komposit dipengaruhi oleh tebal tumpatan dan jarak penyinaran atau light curing
DAFTAR PUSTAKA
Anusavice, KJ. 2012. Philip’s Science of Dental Materials. Edisi 12. AS: Saunders
Sakaguchi, RL, Powers, JM. 2012. Craig’s Restorative Dental Material. Edisi 13. AS: Mosb