Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN ANAMNESIS KASUS

KONSERVASI GIGI

Siti Aliya Khairunnisa

1406528213

PEMBIMBING

drg. Aryo Megantoro Sp.KG (K)

DEPARTEMEN ILMU KONSERVASI GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS INDONESIA

JAKARTA

2020
DAFTAR ISI

Data Pribadi Pasien……………………………………………………………………… 3

Foto Intraoral Sebelum Perawatan……………………………………………………… 4

Foto Radiograf Sebelum Perawatan…………………………………………………….. 4

BAB I Pengenalan Masalah Umum…………………………………………………... 5

1.1 Temuan Masalah…………………………………………………………………….5

1.2 Hubungan Antarmasalah……………………………………………….…………... 6

1.3 Strategi Perawatan Umum…………………………………………………………..7

BAB II Pengenalan Masalah Konservasi……………………………………………...9

2.1 Rekam Medik Konservasi…………………………………………………………... 9

2.2 Prioritas Rencana Perawatan………………………………………………………...9

2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan…………………………………………………. 10

BAB III Terapi Konservasi…………………………………………………………….13

3.1 Terapi Non-Invasif…………………………………………………………………...13

3.2 Terapi Invasif…………………………………………………………………………13

BAB IV Prognosis………………………………………………………………………..20

Daftar Referensi………………………………………………………………………….21
Data Pribadi Pasien

Nama : Sri Partini

TTL : Surabaya, 6 November 1967

Suku : Jawa

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Alamat Tetap : Matraman, Jakarta Timur

Telepon : 08128111546

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : PNS

Penyakit Sistemik : Disangkal

3
Foto Intraoral Sebelum Perawatan

Foto Radiograf Sebelum Perawatan

Gigi 45 Gigi 35, 37

4
BAB I

PENGENALAN MASALAH UMUM

1.1 Temuan Masalah (Kunjungan 23 Januari 2020)

Pasien perempuan usia 52 tahun datang ke RSKGMP FKGUI dengan gigi belakang kanan
bawah pernah ditambal sementara oleh dokter gigi di luar kurang lebih 3 bulan yang lalu. 4
bulan yang lalu, gigi tersebut pernah terasa sakit berdenyut. Saat ini pasien sudah tidak
merasakan sakit berdenyut di gigi tersebut, hanya terasa sakit bila menggigit.

Pada pemeriksaan ekstraoral ditemukan wajah pasien simetris dan kelenjar submandibula tidak
teraba. Pada pemeriksaan intraoral ditemukan plak dan kalkulus pada regio 1, 2, 3, dan 4,
dengan skor OHI-S 0,3 (baik). Hubungan rahang pasien ortognati. Terdapat torus palatinus 1
lobus. Pada regio kanan atas ditemukan adanya erosi mencapai dentin pada gigi 16 di
permukaan oklusal dan erosi mencapai dentin di 13 di permukaan palatal. Pada regio kiri atas
terdapat erosi gigi 26 di permukaan oklusal dan erosi mencapai dentin di 23 di permukaan
palatal. Pada regio kiri bawah, terdapat restorasi yang sudah rusak dan karies sekunder di
permukaan oklusal gigi 37 dan gigi tersebut sudah pernah dirawat saluran akar (tidak adekuat)
dengan vitalitas (-), perkusi (+), palpasi (-), terdapat erosi mencapai dentin di permukaan oklusal
gigi 36, dan gigi 35 terdapat restorasi dan karies sekunder di permukaan distal gigi 35 dan gigi
tersebut sudah pernah dirawat saluran akar (tidak adekuat) dengan vitalitas (-), perkusi (-),
palpasi (-). Pada regio kanan bawah, terdapat tambalan sementara di permukaan distal gigi 45
dengan vitalitas (-), perkusi (+), palpasi (-), pada gigi 46 dan 47 terdapat erosi mencapai dentin
di permukaan oklusal.

Dari anamnesis, pasien mengaku sikat gigi dua kali sehari, yaitu saat mandi pagi setelah sarapan
dan malam sebelum tidur. Pada pemeriksaan hidrasi saliva tanpa stimulasi 30-60 detik dan
viskositasnya jernih serta cair. Pasien mengaku menggunakan pasta gigi berbahan flour. Pada
anamnesis mengenai diet, pasien mengaku tidak mengonsumsi gula namun mengonsumsi asam
>3x/hari. Pasien mengonsumsi air putih sebanyak 1 liter perhari. Pasien sedang tidak
mengonsumsi obat peningkat aliran saliva, tidak memiliki penyakit yang menyebabkan mulut
kering, tidak sedang menggunakan protesa/alat ortodonti, dan terdapat karies aktif pada giginya.
Pasien sangat menyadari bahwa kondisi pada gigi-geliginya perlu dilakukan perawatan dan
pasien mau memperbaiki kebiasaan dan kondisi gigi-geliginya (status dan sikap pasien
tergolong dalam kategori 3A). Tingkat kekooperatifan pasien baik dan sangat ingin dirawat.

5
1.2 Hubungan Antarmasalah
Status Umum Faktor Resiko Karies Faktor Sosial Faktor Lokal
Faktor Kebersihan Ekonomi
1. Viskositas saliva Mulut 1. Anatomi pit dan
1. OS
perempuan cair 1. OS berasal dari fisur yang dalam
2. Hidrasi saliva tanpa 1. Skor OHI-S 0,5 sosial ekonomi pada gigi
usia 52 tahun (baik)
2. Keadaan stimulasi 30-60 menengah ke posterior serta
detik 2. Pasien menyikat atas posisi gigi
umum gigi 2x sehari
compos 3. Diet makanan 2. OS merupakan posterior
manis 0x/hari sesudah sarapan pegawai negeri menyulitkan
mentis dan sebelum
3. OS tidak 4. Diet makanan asam sipil (PNS) pembersihan gigi
>3x/hari tidur 2. Retensi plak di
memiliki 3. Pasien menyikat
penyakit 5. Asupan fluor hanya area proksimal
dari pasta gigi gigi dengan karena malposisi
sistemik dan gerakan vertikal
alergi 6. Minum air putih gigi yang
1L/hari pada regio bersebelahan
7. Faktor modifikasi anterior dan
→ Terdapat karies posterior
aktif dan pasien
mau memperbaiki
sikap

Akumulasi plak

Demineralisasi > remineralisasi

Karies D6
Erosi
3. Gigi 45 (2.3), vitalitas (-),
perkusi (+), palpasi (-) 1. Gigi 16, 26, 36, 46, 47
4. Gigi 37 (1.4) pasca PSA (oklusal) erosi mencapai
tidak adekuat, vitalitas (-), dentin
perkusi (+), palpasi (-) 2. Gigi 13, 23 (palatal) erosi
5. Gigi 35 (2.3) pasca PSA mencapai dentin
tidak adekuat, vitalitas (-),
perkusi (+), palpasi (-)

Rencana Perawatan

1. DHE/perawatan non-invasif
2. Scaling
3. 45 → Perawatan saluran akar non-vital + restorasi onlay
4. 37 dan 35 → rujuk Sp.KG untuk retreatment PSA
5. 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47 → restorasi resin komposit

6
1.3 Strategi Perawatan Umum

A. Strategi Perawatan Non-Invasif

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang, terdapat


beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya masalah yang terdapat pada rongga mulut pasien.
Berdasarkan anamnesis, pasien memiliki kesadaran yang cukup untuk menjaga kebersihan gigi
dan mulutnya. Hal ini terlihat dari kebiasaan menyikat gigi 2 kali sehari dengan menggunakan
bulu sikat gigi yang lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride pada waktu yang benar.
Namun, adanya anatomi pit dan fisur yang dalam dapat meningkatkan resiko retensi makanan
sehingga dapat menyebabkan karies pada permukaan oklusal. Kebiasaan pasien mengonsumsi
makanan asam (>3x/hari) secara rutin menyebabkan gigi mengalami erosi. Selain itu, konsumsi
air mineral dalam sehari pada pasien juga kurang, yaitu hanya 1L/hari. Adanya kondisi
malposisi gigi juga menyebabkan retensi plak di area proksimal yang sulit dibersihkan hanya
dengan menggunkaan sikat gigi.

Perawatan diawali dengan perawatan non-invasif berupa edukasi pada pasien. Edukasi meliputi
penjelasan mengenai kondisi rongga mulut pasien dari hasil pemeriksaan dan cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut. Pertama, pasien diedukasi mengenai frekuensi, waktu, dan teknik
menyikat gigi yang baik dan benar. Pasien diedukasi untuk menyikat gigi dua kali sehari pada
pagi hari, setelah sarapan, dan malam hari sebelum tidur, selama dua menit, menyikat seluruh
permukaan gigi menggunakan metode Bass modifikasi, yaitu menyikat gigi dengan posisi sikat
gigi membentuk sudut 45o terhadap permukaan gigi. Menyikat gigi dilakukan dari gusi ke gigi
untuk mencegah terjadinya trauma pada gusi serta menyikat gigi dengan lembut dan
memastikan seluruh permukaan luar, kunyah, dan dalam gigi sudah tersikat dengan baik. Pasien
dijelaskan juga bahwa pasta gigi yang digunakan sudah benar karena memiliki kandungan
flouride. Selanjutnya, pasien diedukasi untuk mengurangi konsumsi asam. Pasien juga
diedukasi mengenai pentingnya untuk menggunakan dental floss untuk membersihkan sela-sela
gigi yang sulit dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi.

B. Strategi Perawatan Invasif

Perawatan selanjutnya adalah eliminasi plak dan kalkulus dengan scaling yang bertujuan untuk
menghilangkan fokus infeksi berupa plak di area supragingiva. Setelah itu, dilakukan perawatan
invasif untuk gigi geligi berupa perawatan saluran akar non-vital pada gigi 45 dengan restorasi
akhir berupa onlay, retreatment PSA gigi 35 dan 37 (rujuk Sp.KG), serta perawatan berupa
restorasi resin komposit untuk erosi gigi 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47.

7
C. Prioritas Perawatan Umum

• Perawatan Non Invasif


1. Mengkomunikasikan, menginformasikan, dan memberikan edukasi kepada pasien
mengenai teknik, frekuensi, dan durasi menyikat gigi yang benar yaitu pagi setelah
sarapan dan malam sebelum tidur menggunakan teknik Bass Modification yaitu
membentuk sudut 45 derajat antara kepala sikat gigi dengan gigi, mengarah ke gusi,
dan digerakkan vertikal dari gusi ke gigi pada permukaan luar, dalam, dan permukaan
kunyah gigi.
2. Edukasi pasien untuk mengurangi konsumsi asam tinggi
3. Edukasi pasien untuk menggunakan dental floss untuk membersihkan area sela gigi
yang tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi biasa
4. Edukasi pasien untuk meningkatkan asupan air
5. Menganjurkan pasien untuk kontrol rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali

• Perawatan invasif
1. Scaling → pembersihan plak pada rahang atas dan bawah
2. Gigi 45 → Perawatan saluran akar non-vital dengan restorasi paska endodontik onlay
3. Gigi 35, 37 → Retreatment perawatan saluran akar tidak adekuat (rujuk Sp.KG)
4. Gigi 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47 → Restorasi resin komposit

8
BAB II
PENGENALAN MASALAH KONSERVASI

2.1 Rekam Medik Konservasi (22 Januari 2020)

PERAWATAN INVASIF
El. K TV DIAGNOSIS R PERAWATAN El. K TV DIAGNOSIS R PERAWATAN
18 21
17 22
Erosi Erosi
16 Restorasi RK 23 Restorasi RK
(oklusal) (palatal)
15 24
14 25
Erosi
13 Erosi (palatal) Restorasi RK 26 Restorasi RK
(oklusal)
12 27
11 28

41 38
Pasca PSA
Retreatment (Rujuk
42 37 D6 - (tidak
Sp.KG)
adekuat)
Erosi
43 36 Restorasi RK
(oklusal)
Pasca PSA
Retreatment (Rujuk
44 35 D6 - (tidak
Sp.KG)
adekuat
Abses apikalis
PSA non-vital +
45 D6 - kronis e.c. 34
onlay
nekrosis pulpa
Erosi
46 Restorasi RK 33
(oklusal)
Erosi
47 Restorasi RK 32
(oklusal)
48 31
Elemen yang tidak ada ; K : Karies D1-D6 / KS ; TV : Tes Vitalitas : +/- ; RK : Resin Komposit

2.2 Prioritas Rencana Perawatan

Alternatif Perawatan
No Masalah Diagnosis Prognosis
Perawatan yang Dipilih
Gigi 45 karies D6/ Abses apikalis
PSA non- PSA non-vital +
1. terdapat tambalan kronis e.c. Baik
vital + onlay onlay
sementara di distal nekrosis pulpa
Retreatment Retreatment
Gigi 35, 37 pasca Pasca PSA
2. PSA (rujuk PSA (rujuk ke Baik
PSA (tidak adekuat) (tidak adekuat)
ke Sp.KG) Sp.KG)
Restorasi
Gigi 16, 13, 23, 26, Erosi mencapai Restorasi resin
3. resin Baik
36, 46, 47 erosi dentin komposit
komposit

9
2.3 Diagnosis dan Rencana Perawatan

1. Gigi 45
Diagnosis : Abses apikalis kronis e.c nekrosis pulpa
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien perempuan usia 52 tahun datang ke RSKGMP FKGUI dengan gigi
belakang kanan bawah pernah ditambal sementara oleh dokter gigi di luar kurang
lebih 3 bulan yang lalu. 4 bulan yang lalu, gigi tersebut pernah terasa sakit
berdenyut. Saat ini pasien sudah tidak merasakan sakit berdenyut di gigi tersebut,
hanya terasa sakit bila menggigit.
b. Pemeriksaan objektif
Pada gigi belakang bawah kanan terdapat tambalan sementara di area distal gigi.
Pada pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal menggunakan ethyl chloride
menunjukkan kepekaan yang negatif, menandakan pulpa non-vital. Tes perkusi
peka menandakan adanya kelainan periapikal. Tes palpasi tidak peka.
c. Pemeriksaan radiograf
Terlihat gambaran radiopak di mahkota sebelah distal mencapai kamar pulpa,
saluran akar normal, akar normal, terdapat radiolusensi di sekitar apeks gigi dengan
lamina dura terputus di 1/3 apikal dan ruang periodontal hilang di area 1/3 apikal.
Rencana Perawatan : PSA non-vital
Rencana Restorasi : onlay
Alasan : Pada kasus ini, toksisitas bakteri dan produknya telah
mencapai jaringan pulpa. Apeks gigi sudah menutup sempurna, foramen apical sudah
terbentuk sempurna, dan gigi masih dapat direstorasi paska endodontik. Perawatan berupa
PSA dilakukan untuk membersihkan kamar pulpa dan saluran akar dari bakteri dan
produknya. Restorasi paska endodontik yang dipilih adalah onlay karena struktur mahkota
pada gigi yang hilang memerlukan restorasi akhir yang mampu mengembalikan struktur
gigi yang hilang untuk mengembalikan fungsi mastikasi, oklusi, dan artikulasi. Dinding
bukal, palatal, dan mesial masih adekuat untuk dilakukan restorasi onlay.

2. Gigi 35
Diagnosis : Periodontitis apikalis kronis
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan subjektif

10
Pasien perempuan usia 52 tahun datang ke RSKGMP FKGUI dengan gigi
belakang kiri bawah pernah dirawat syaraf oleh dokter gigi di Surabaya 5 tahun
yang lalu. Awalnya pasien merasakan gigi tersebut sakit berdenyut. Saat ini gigi
tersebut tidak nyaman dipakai makan karena tambalan kurang baik. Pasien
memiliki keluhan saat menggigit makanan dengan gigi tersebut.
b. Pemeriksaan objektif
Pada gigi belakang kiri kanan terdapat restorasi resin komposit dengan karies
sekunder di permukaan distal gigi. Pada pemeriksaan tes vitalitas dengan tes termal
menggunakan ethyl chloride menunjukkan kepekaan yang negatif, menandakan
pulpa non-vital. Tes perkusi peka menandakan adanya kelainan periapikal. Tes
palpasi tidak peka.
c. Pemeriksaan radiograf
Terlihat gambaran radiopak di mahkota sebelah distal mencapai kamar pulpa,
saluran akar sudah diisi dengan gutta percha hingga mencapai 1/3 tengah akar
(tidak adekuat), akar normal, terdapat penebalan lamina dura di 1/3 apikal akar gigi.
Rencana Perawatan : Retreatment PSA non-vital
Rencana Restorasi : Dowel crown
Alasan : Pada kasus ini merupakan kasus gigi yang sudah dirawat
PSA namun tidak adekuat. Perawatan ulang berupa PSA dilakukan untuk membersihkan
kamar pulpa dan saluran akar dari bakteri dan produknya, serta memperbaiki obturasi.
Restorasi paska endodontik yang dipilih adalah dowel crown gigi tersebut telah kehilangan
struktur mahkota pada bagian distal mencapai oklusal sehingga dibutuhkan restorasi yang
memberikan retensi tambahan berupa pasak dari saluran akar.

3. Gigi 37
Diagnosis : Periodontitis apikalis kronis
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien perempuan usia 52 tahun datang ke RSKGMP FKGUI dengan gigi
belakang kiri bawah pernah dirawat syaraf oleh dokter gigi di Surabaya 5 tahun
yang lalu. Awalnya pasien merasakan gigi tersebut sakit berdenyut. Saat ini gigi
tersebut tidak nyaman dipakai makan karena tambalan kurang baik. Pasien
memiliki keluhan saat menggigit makanan dengan gigi tersebut.
b. Pemeriksaan objektif
Pada gigi belakang kiri kanan terdapat restorasi resin komposit dengan karies
sekunder di permukaan oklusal gigi. Pada pemeriksaan tes vitalitas dengan tes
11
termal menggunakan ethyl chloride menunjukkan kepekaan yang negatif,
menandakan pulpa non-vital. Tes perkusi peka menandakan adanya kelainan
periapikal. Tes palpasi tidak peka.
c. Pemeriksaan radiograf
Terlihat gambaran radiopak di mahkota oklusal mencapai kamar pulpa, saluran
akar sudah diisi dengan gutta percha hingga mencapai 1/3 servikal akar (tidak
adekuat), akar normal, terdapat penebalan lamina dura di 1/3 apikal akar gigi.
Rencana Perawatan : Retreatment PSA non-vital
Rencana Restorasi : Dowel crown
Alasan : Pada kasus ini merupakan kasus gigi yang sudah dirawat
PSA namun tidak adekuat. Perawatan ulang berupa PSA dilakukan untuk membersihkan
kamar pulpa dan saluran akar dari bakteri dan produknya, serta memperbaiki obturasi.
Restorasi paska endodontik yang dipilih adalah dowel crown gigi tersebut telah kehilangan
struktur mahkota pada bagian distal mencapai oklusal sehingga dibutuhkan restorasi yang
memberikan retensi tambahan berupa pasak dari saluran akar.

4. Gigi 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47


Diagnosis : Erosi mencapai dentin
Pemeriksaan :
a. Pemeriksaan subjektif
Pasien mengeluhkan gigi geligi terasa ngilu bila minum makanan dan minuman
dingin. Pasien mengaku mengonsumsi makanan dan minuman asam >3x/hari
selama 20 tahun terakhir.
b. Pemeriksaan objektif
Pada gigi 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47 dentin sedikit terekspos akibat erosi
Rencana Perawatan : Restorasi resin komposit
Rencana Restorasi : Resin komposit
Alasan : Karena resin komposit memiliki compressive strength
yang lebih besar dibandingkan GIC sehingga baik digunakan di gigi posterior maupun
anterior

12
BAB III

TERAPI KONSERVASI

3.1 Terapi Non-Invasif


1. Mengevaluasi dan Meningkatkan Kebersihan Mulut
• Edukasi pada pasien meliputi penjelasan mengenai kondisi rongga mulut pasien
dari hasil pemeriksaan dan cara menjaga kesehatan gigi dan mulut. Pertama, pasien
diedukasi mengenai frekuensi, waktu, dan teknik menyikat gigi yang baik dan
benar. Pasien diedukasi untuk menyikat gigi dua kali sehari pada pagi hari, setelah
sarapan, dan malam hari sebelum tidur, selama dua menit, pada seluruh permukaan
gigi menggunakan metode Bass modifikasi, yaitu menyikat gigi denganposisi sikat
gigi membentuk sudut 45o terhadap permukaan gigi. Menyikat gigi dilakukan dari
gusi ke gigi untuk mencegah terjadinya trauma pada gusi serta menyikat gigi
dengan lembut dan memastikan seluruh permukaan luar, kunyah, dan dalam gigi
sudak tersikat dengan baik. Pasien dijelaskan juga bahwa pasta gigi yang digunakan
sudah benar karena memiliki kandungan flouride.
• Edukasi pada pasien untuk melakukan flossing setiap hari. Hal ini dilakukan untuk
membantu pasien dalam membersihkan sela-sela gigi yang sulit dicapai dengan
sikat gigi karena susunan gigi pasien yang berjejal.
• Edukasi pasien untuk mengurangi konsumsi asam tinggi
• Edukasi pasien untuk meningkatkan asupan air
• Menganjurkan pasien untuk kontrol rutin ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali

3.2 Terapi Invasif


1. Scaling
Scaling dilakukan untuk mengeliminasi plak dan kalkulus dengan scaling yang bertujuan
untuk menghilangkan fokus infeksi, karena kalkulus merupakan tempat bagi retensi bakteri
yang memproduksi asam sehingga mempercepat demineralisasi. dan menyembuhkan
peradangan gusi yang terjadi.
2. Gigi 45: Abses apikalis kronis e.c nekrosis pulpa → PSA Non-vital + restorasi onlay
Tahapan perawatan: PSA Non-Vital
1) Foto Radiograf Preoperatif
Lakukan foto rontgen dental pada gigi yang akan dirawat. Kemudian, ukur panjang
gigi pada radiograf preoperatif, lalu kurangi 2-3 mm. Ukuran tersebut digunakan
sebagai panjang kerja estimasi.

13
2) Ekskavasi
Ekskavasi dilakukan menggunakan ekskavator dan metal round bur untuk
mengangkat infected dentin.
3) Preparasi/akses kamar pulpa
• Ragangan kavitas disesuaikan dengan bentuk internal kamar pulpa. Untuk gigi
45 bentik kavitas berbentuk ovoid, namun karena gigi sebelumnya sudah
dipreparasi di area distal dan ditumpat dengan cavit, maka bentuk regangan
disesuaikan.
• Ekskavasi jaringan karies menggunakan bur metal bulat nomor 10 disertai
dengan pengangkatan kamar pulpa.
• Gunakan diamond round bur untuk menembus kamar pulpa, kemudian
lanjutkan dengan gerakan latero-oklusal untuk mengangkat seluruh atap pulpa
sesuai ragangan kavitas.
• Setelah kamar pulpa dibersihkan, orifis akan terlihat dengan jelas.
• Gunakan diamendo (safe end bur) untuk meratakan dan menghaluskan dinding
kamar pulpa.
• Periksa dengan sonde berkait untuk memastikan seluruh atap pulpa telah
terangkat sempurna. Periksa orifis dengan sonde lurus.
• Akses dikatakan selesai bila:
✓ Sudah tidak ada jaringan karies yang tersisa
✓ Atap pulpa telah terangkat semua, ketika diperiksa dengan
menggunakan sonde lurus atau sonde berkait tidak ada hambatan.
✓ Pandangan ke orifis terlihat jelas
✓ Jarum endo dapat masuk dengan mudah tanpa hambatan
✓ Sesuai bentuk regangan kavitas
4) Penjajakan saluran akar
Penjajakan saluran akar dilakukan dengan menggunakan K-File #10 sepanjang kerja
estimasi dengan gerakan watch winding (clockwise 30o, lalu counterclockwise 60o).
File terlebih dahulu diolesi EDTA. Irigasi dilakukan dengan NaOCl 2,5%
menggunakan spuit 27 G / 30 G 2,5 ml. Ujung jarum dibengkokkan tidak sampai
patah dan dimasukkan ke dalam kanal hingga 1/3 apikal. Injeksi dilakukan perlahan
tanpa tekanan dengan 2 ml per saluran serta ditampung dengan cotton roll untuk
menghindari iritasi pada jaringan lunak.

14
5) Penentuan Panjang kerja sebenarnya
• File minimal yang digunakan adalah K-File #20 atau guttap percha, dengan
tujuan agar terlihat jelas pada foto radiograf.
• Menentukan titik acuan yang tepat, stabil dan paling mudah terlihat. Titik acuan
ini harus menyentuh stopper dan tidak boleh berubah-ubah karena akan
berpengaruh terhadap panjang kerja untuk preparasi dan pengisian saluran akar.
• Ukur panjang gigi pada radiograf praoperatif, lalu kurangi 2-3 mm untuk
toleransi kesalahan pemotretan.
• Letakkan stopper pada jarum endodontik dengan panjang yang telah dihitung
tersebut.
• Masukkan jarum tersebut ke dalam saluran akar sampai stopper menyentuh titik
acuan.
• Lakukan foto radiograf.
• Panjang kerja sebenarnya ditentukan dengan mengukur perbedaan antara ujung
file dan apeks radiograf dan menjumlahkan dengan panjang kerja diagnosis dari
radiograf awal, lalu panjang kerja dikurangi 0,5-1 mm agar panjang kerja
mencapai konstriksi apikal.

6) Preparasi saluran akar dan percobaan KGU


• Preparasi orifisi dan saluran akar menggunakan protaper
✓ Preparasi orifis dilakukan menggunakan file S1 sepanjang 2/3 panjang
kerja, kemudian S2 sepanjang 2/3 panjang kerja, diikuti dengan SX
sampai 2/3 panjang kerja. Tiap instrumen diolesi dengan EDTA (untuk
menghilangkan smear layer dan melarutkan struktur anorganik dalam
saluran akar) sebelum digunakan. Irigasi saluran akar dengan NaOCl
2,5% dilakukan setiap pergantian alat.
✓ Preparasi saluran akar menggunakan S1 sepanjang kerja, lanjutkan
dengan S2 sepanjang kerja, lalu F1, atau dilanjutkan dengan F2, F3
(tergantung file apikal utama), dan seterusnya sepanjang kerja.
Rekapitulasi dengan file #20 (jika FAU adalah F1), #25 (jika FAU
adalah F2), #30 (jika FAU adalah F3).
✓ Protaper digunakan secara perlahan untuk mengangkat dentin dengan
cara memutar handle searah jarum jam hingga protaper terasa pas.
Lepaskan protaper dengan cara memutar handle berlawanan arah jarum
jam, dan lanjutkan kembali dengan memutar handle searah jarum jam
(gerakan menyerut pensil).
15
✓ Preparasi dilakukan hingga mencapai dentin sehat (terlihat serbuk
dentin sehat pada cairan irigasi yang ditampung pada kapas gulung).
✓ Cantumkan panjang saluran akar dan nomor alat terakhir di status.
✓ Preparasi dikatakan selesai bila seluruh dinding saluran akar telah halus,
cairan irigasi bersih, terdapat apical stop dan snug like, Apabila
menggunakan file F1, maka dicek dengan memasukkan file #20
sepanjang kerja. Apabila file #20 dapat masuk dan tertahan sepanjang
kerja, maka file Finishing yang digunakan adalah F1. Apabila file #20
longgar sepanjang kerja, maka preparasi dilanjutkan ke F2 dan
setelahnya dicek dengan file #2 dan kon guttap ProTaper dapat masuk
sepanjang kerja dan tugback sesuai ukuran file Finishing yang
digunakan.
• Lakukan foto radiograf dengan kon guttap untuk melihat kesesuaian panjang
kerja.
7) Medikamen antar-kunjungan
Setelah dilakukan preparasi saluran akar, akar diberikan medikasi antar kunjungan
berupa ChKM dan ditumpat sementara dengan cavit.
8) Pengisian saluran akar
• Bongkar restorasi sementara dengan ekskavator
• Irigasi dengan NaOCl 2,5%, rekapitulasi, irigasi, keringkan dengan paper point
• Saluran akar telah bersih dan kering.
• Kon yang sesuai dengan nomor protaper dicobakan dalam saluran akar dan
terasa ada tug back. Buat foto radiograf (pada radiograf KGU berada di
konstriksi apikal, kurang lebih 1 mm dari ujung apeks.
• Manipulasi semen saluran akar sampai homogen dan masukkan ke saluran akar
menggunakan lentulo.
• Kon guttap percha khusus protaper steril dimasukkan dalam saluran akar secara
perlahan agar udara dan kelebihan semen dapat keluar, kemudian kon utama
ditarik satu/dua kali kemudian dimasukkan kembali sampai sepanjang kerja.
• Bahan pengisi dipotong sebatas orifis dengan instrumen yang ujungnya telah
dipanaskan. Kemudian lakukan kondensasi vertikal dengan alat pemampat
bahan pengisi sampai kira-kira 1 mm di bawah orifis.
• Buat radiograf untuk evaluasi pengisian saluran akar.
• Kamar pulpa dibersihkan dengan cotton pelet yang dibasahi alkohol kemudian
tutup dengan tumpatan sementara. Sebelumnya telah dibasis dengan GIC.

16
• Pasien diminta untuk datang kontrol yang bertujuan untuk melihat adaptasi
bahan pengisian terhadap jaringan periapikal kemudian direncanakan
pembuatan restorasi tetap yang sesuai.

Restorasi Onlay
a. Preparasi kavitas
1) Bongkar tumpatan sementara
2) Bidang oklusal direduksi hingga 1-1,5 mm untuk memberikan ruang material
onlay dan mencegah terjadinya fraktur. Preparasi mengukuti kontur anatomi
oklusal. Cek dengan sonde apakah sonde dapat dilewatkan dengan mudah
dalam keadaan oklusi. Sebelumnya buat pedoman alur pada permukaan oklusal
dinding bukal dan lingual/palatal (tanpa menyertakan dinding proksimal)
dengan kedalaman 1 mm untuk mempermudah reduksi.
3) Preparasi dinding bukal dan lingual menggunakan bur fisur agar dibuat sejajar
atau divergen ke oklusal maksimal 5-10o. Periksa kedalaman dengan pocket
probe. Dasar kavitas diratakan dan garis sudut dibuat membulat. Jika
servikooklusal gigi pendek, basis zinc fosfat diaplikasikan hanya untuk
menutup orifis sehingga dapat meningkatkan kedalaman restorasi.
4) Preparasi bevel dengan kontrabevel (tepi kavitas luar) dibuat sebesar 30o
sedalam 1,5 mm dan intrabevel (tepi kavitas dalam) sebesar 40o sedalam 0,5
mm. Bevel gingival dibuat sebesar 30o sedalam 0,5 mm. Haluskan sudut yang
tajam, cuci kavitas dengan aquades steril.
b. Pencetakan
1) Pencetakan dengan polyvinile siloxane (metode double impression)
menggunakan sendok cetak sebagian. Manipulasi heavy body, aplikasikan
pada sendok cetak, lapisi dengan plastic wrap, lalu cetakkan ke gigi. Setelah
setting, keluarkan sendok cetak dari mulut pasien dan lepas plastic wrap dari
sendok cetak seebagian. Manipulasi light body, aplikasikan ke heavy body,
cetakkan ke gigi pasien dengan posisi sendok cetak yang sama saat mencetak
dengan heavy body. Setelah setting, keluarkan sendok cetak dari mulut
pasien. Buatkan catatan gigit menggunakan wax merah.
2) Pencetakan rahang antagonis
3) Hasil cetakan dan catatan gigit dikirimkan ke laboratorium untuk dibuatkan
restorasi onlay.
c. Tumpat sementara kavitas dengan cavit

17
d. Try-in
1) Bongkar tumpatan sementara
2) Bilas kavitas
3) Cobakan onlay pada kavitas dengan mengecek kerapatan tepi dan titik
kontak.
4) Gunakan dental floss pada titik kontak gigi (kontak titik) untuk mengetahui
ketebalan dan posisi onlay
5) Lakukan foto radiograf dengan teknik bitewing untuk mengevaluasi kontak
antara onlay dan gigi, serta mengevaluasi overhanging.
e. Sementasi
1) Bilas kavitas dengan aquadest dan lembabkan
2) Manipulasi GIC tipe 1 luting dengan rasio powder dan liquid sesuai takaran
pabrik diatas mixing slab hingga konsistensi krim, angkat GIC setinggi 2,5 cm
dan tidak terputus
3) Aplikasikan semen pada bagian dalam onlay dan kavitas, tekan hingga semen
sedikit mengeras.
4) Bersihkan kelebihan semen segera dibersihkan dengan cotton pellet sebelum
mengeras seluruhnya, dan gunakan dental floss untuk membersihkan bagian
proksimal.
f. Kontrol 1 minggu
Evaluasi psosisi, kerapatan tepi, titik kontak, dan fungsional onlay.

3. Gigi 34: Periodontitits apikalis kronis setelah PSA tidak adekuat → Retreatment PSA
(rujuk Sp.KG)
Rencana perawatan: Retreatment PSA Non-Vital (rujuk Sp.KG)

4. Gigi 37: Periodontitits apikalis kronis setelah PSA tidak adekuat → Retreatment PSA
(rujuk Sp.KG)
Rencana perawatan: Retreatment PSA Non-Vital (rujuk Sp.KG)

5. Gigi 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47: erosi mencapai dentin → Restorasi resin komposit
Tahapan perawatan:
1) Tentukan warna menggunakan shade guide. Pemilihan warna dilakukan di bawah
sinar natural.
2) Pembuangan jaringan karies menggunakan ekskavator dan bur metal bulat (metal
round bur).
18
3) Preparasi kavitas menggunakan diamond round bur.
4) Cuci kavitas dan keringkan.
5) Aplikasi etsa (asam ortophosporat 37%) ke seluruh kavitas selama 15 detik untuk
membentuk mikroporus pada email.
6) Cuci kavitas sampai seluruh etsa hilang dan keringkan. Biarkan kavitas tetap lembab
(peras cotton pellet yang telah dibasahi air lalu masukkan ke dalam kavitas) supaya
serat kolagen tetap mengembang sehingga meningkatkan ikatan hibrida.
7) Aplikasi bonding ke seluruh kavitas dengan microbrush, tunggu 20 detik dan tipiskan
dengan tiupan angin, sinari selama 10 detik.
8) Aplikasi resin komposit dengan teknik inkremental (±2mm) menggunakan instrumen
plastis, bentuk sesuai anatomis dan sinari selama 20 detik.
9) Cek oklusi dan artikulasi, apabila masih ada bagian yang mengganjal kurangi dengan
finishing bur.
10) Poles menggunakan enhance.

19
BAB IV

PROGNOSIS

4.1 Prognosis Umum


Baik. Alasan:
a. Pasien kooperatif serta memiliki motivasi yang tinggi untuk memperbaiki dan
meningkatkan kebersihan dan kesehatan mulutnya.
b. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik dan alergi.

4.2 Prognosis Lokal


a. Gigi 45: prognosis baik
Karena kerusakan telah mencapai pulpa namun gigi masih dapat diberikan
perawatan saluran akar dan jaringan yang tersisa masih dapat direstorasi pasca
endodontik.
b. Gigi 35, 37: prognosis baik
Gigi sudah di PSA sebelumnya, namun masih memungkinkan untuk dilakukan
retreatment dan sisa struktur gigi yang tersisa masih dapat direstorasi pasca
endodontik.
c. Gigi 16, 13, 23, 26, 36, 46, 47
Kehilangan struktur gigi akibat erosi mencapai dentin. Sisa jaringan memiliki
retensi dan resistensi yang adekuat untuk menerima restorasi.

20
DAFTAR REFERENSI

1) Cohen s, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. 9th ed: Elsevier; 2006.
2) Ingle J, Bakland L, Baumgartner C. Endodontics. 6th ed. Shelton: PMPH; 2008
3) Mount GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2nd ed.
Queensland: Knowledge Books and Software; 2005.
4) Heymann, Harald O, Edward J Swift, and Andre V Ritter. Sturdevant's Art & Science Of
Operative Dentistry. 1st ed. Saint Louis: Elsevier Health Sciences, 2012. Print.
5) Nursasongko B. Buku Pegangan Endodontik Praklinik Edisi II. Jakarta: Departemen Ilmu
Konservasi Gigi FKG UI; 2007.
6) Suprastiwi, E et al. Standar Prosedur Operasional Restorasi Resin Komposit Jilid 1. 1st Ed.
Departemen Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia; 2017.

21

Anda mungkin juga menyukai