DK 2 IKGK 3 PBL 3
4. Material tumpatan
a. RM-GIC
Learning Issues i. Amalgam
1. Komposisi
i. Komposisi
ii. Klasifikasi( jika ada)
2. Klasifikasi( jika ada) iii. Sifat-sifat
1. Anatomi dentin 3. Sifat-sifat iv. Bonding mechanism
a. struktur dentin (secara general) 4. Bonding mechanism v. Indikasi dan
b. jenis dentin 5. Indikasi dan kontraindikasi kontraindikasi
i. dentin primer 6. Cara manipulasi vi. Cara manipulasi
ii. dentin sekunder 7. Kelebihan dan kekurangan vii. Kelebihan dan
iii. dentin sklerotik /reaksioner ii. Resin komposit kekurangan
iv. Dentin reparatif / tersier 1. Komposisi b. Kompomer
v. Dentin irregular reparatif dentin 2. Klasifikasi( jika ada) i. Indikasi dan
2. Karies dentin 3. Sifat-sifat kontraindikasi
a. zona 4. Bonding mechanism ii. Bonding mechanism
i. infected dentin 5. Indikasi dan kontraindikasi iii. Reaksi setting
ii. affected dentin 6. Cara manipulasi iv. Teknik
b. Gambaran klinis 7. Kelebihan dan kekurangan penumpatan/manipulasi
c. Gambaran histologi iii. GIC
d. Gambaran radiografi 1. Komposisi 5. Anestesi Lokal
3. Perawatan invasif 2. Klasifikasi( jika ada)
a. Definisi 3. Sifat-sifat c. Definisi
b. Indikasi & kontraindikasi 4. Bonding mechanism d. Klasifikasi (Teknik Pemberian)
c. Prinsip perawatan invasif 5. Indikasi dan kontraindikasi e. Indikasi dan kontraindikasi
d. Prinsip preparasi 6. Cara manipulasi f. Efek samping (adverse effect)
e. Konsep MID 7. Kelebihan dan kekurangan g. Mekanisme kerja
h. Farmakodinamik
Outline
01 02 03
Anatomi Dentin Karies Dentin Perawatan Invasif
04 05 06
Material Tumpatan INdirect Anestesi Lokal Pembahasan Kasus
Anatomi Dentin
You could enter a subtitle
here if you need it
dentin
Merupakan jaringan termineralisasi, elastic, berwarna putih kekuningan, dan
avascular yang mengelilingi kamar pulpa.
Tersusun atas kurang lebih 70% material anorganik, 20% material organik, dan 10%
air. Komponen anorganik dentin terdiri atas substituted hydroxyapatite dalam bentuk small
plates. Fase organik 90%-nya adalah kolagen (utamanya tipe I dan sejumlah kecil tipe III
dan IV) dengan sebagian kecil berupa berbagai matriks protein non-kolagen (mengisi
ruang antara collagen fibrils dan akumulasi di sepanjang perifer tubulus dentin) dan lipid.
Nanci A. Ten Cate's Oral Histology: Development, Structure, and Function. 8th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2012.
Struktur
dentin
predentin
Nanci A. Ten Cate's Oral Histology: Development, Structure, and Function. 8th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2012.
Dentin tubules
Odontoblast processes berada di dalam kanalikuli yang
ada di sepanjang lapisan dentin → disebut dentinal tubules.
Tubulus dentin memanjang ke seluruh ketebalan dentin (dari
DEJ hingga mineralization front) dan membentuk jaringan
untuk difusi nutrients ke seluruh dentin
Strukturnya tapered → besar pada area dekat pulpa dan
tipis pada area DEJ
Memiliki tingkat permeabilitas yang tidak biasa yang
dapat meningkatkan proses karies dan menonjolkan respon
pulpa terhadap prosedur restorasi gigi
Tubulus dentin dibatasi oleh peritubular dentin (poor in
collagen, more mineralized) dan di antara tiap-tiap tubulus
terdapat dentin yang disebut intertubular dentin
Nanci A. Ten Cate's Oral Histology: Development, Structure, and Function. 8th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2012.
Dentin tubules
Tubulus dentin pada lesi karies dapat terisi oleh bakteri dan tampak darkly stained.
Odontoblast process pada tubulus dapat mengalami disintegrasi atau retraksi sehingga
meninggalkan tubulus kosong (dead tract) → reparative dentin menutup dead tract pada
pulp extremity untuk melindungi pulpa
Peritubular dentin
Highly calcified matrix yang membatasi tubulus dentin mulai dari mineralization front.
Mekanisme pembentukan dan komposisinya belum diketahui secara pasti
Intertubular dentin
Dentin yang berada di antara dentinal tubules, Merupakan primary formative product
dari odontoblast, tightly interwoven network yang terdiri atas type I collagen fibrils.
Ground substance terdiri atas protein non-kolagen dan beberapa plasma protein
Nanci A. Ten Cate's Oral Histology: Development, Structure, and Function. 8th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2012.
Sclerotic dentin
Merupakan tubulus dentin yang telah tertutupi (occluded) oleh material
terkalsifikasi. Ketika hal ini terjadi pada beberapa tubulus di area yang sama, maka
dentin menunjukkan gambaran glassy dan translucent. Jumlah dentin sklerotik meningkat
seiring bertambahnya usia dan paling umum terjadi pada sepertiga apikal akar dan dan
pada mahkota yaitu di pertengahan antara DEJ dan permukaan pulpa.
Penutupan tubulus dentin oleh mineral terjadi di root dentin premolar usia 18
tahun tanpa adanya pengaruh eksternal yang dapat diidentifikasi → diasumsikan bahwa
sclerotic dentin merupakan respon fisiologis dan penutupan tubulus dentin oleh mineral
terjadi akibat deposisi peritubular dentin yang berkelanjutan
Penutupan dentinal tubules juga dapat terjadi pada bentuk lain → deposisi
mineral di tubulus tanpa ada pembentukan dentin, diffuse mineralization yang terjadi
dengan viable odontoblast process masih ada, dan mineralisasi process itu sendiri
beserta komponen tubulusnya, termasuk intratubular collagen fibrils.
Secondary dentin
Berkembang setelah pembentukan akar telah selesai serta mewakili
deposisi dentin oleh odontoblas yang terus berlanjut namun
berlangsung lebih lambat. Memiliki struktur tubular yang sebagian
besar berlanjut dari primary dentin. Secondary dentin tidak terdeposisi
merata di sekitar pulpa → resesi pulpa. Secondary dentin memiliki
tubulus yang lebih banyak terisi oleh material terkalsifikasi (sclerose) →
mereduksi permeabilitas dentin → melindungi pulpa
Nanci A. Ten Cate's Oral Histology: Development, Structure, and
Function. 8th ed. St. Louis, MO: Elsevier; 2012.
Jenis dentin
Tertiary dentin
Also referred to as reactive or reparative dentin. Diproduksi
sebagai suatu reaksi dari berbagai stimulus, seperti atrisi, karies,
atau prosedur restorasi gigi. Tertiary dentin diproduksi hanya oleh
sel yang terpengaruh oleh stimulus secara langsung. Kualitas dan
kuantitas produksi tertiary dentin terkait dengan cellular response
→ bergantung pada durasi dan intensitas stimulus.
Struktur tertiary dentin dapat berupa tubulus yang berlanjut
dari secondary dentin, tersusun ireguler dan jarang jumlahnya, atau
tidak ada tubulus sama sekali
Garg A, Garg N. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers; 2015.
● Ketika karies enamel telah mencapai
DEJ (dentinoenamel junction) karies
menyebar secara cepat secara lateral
karena kurangnya sifat resisten
terhadap karies
● Tumpang tindih pada proses destruksi
dentin adalah kematian odontoblas,
reaksi inflamasi ringan di pulpa, dan
invasi bakteri ke dentin.
● Bakteri yang terlibat dalam destruksi
dentin awalnya terbatas pada tubulus
tetapi kemudian lepas dari batas ini dan
kemudian menghancurkan matriks
dentin
Ketika karies menyerang dentin, terdapat
perubahan yang terjadi di dentin, yaitu :
● Early Dentinal Changes
Perubahan dentin akibat penetrasi awal
oleh karies dikenal dentinal sclerosis. a.
b.
Mikrobiologi Karies Dentin
Garg A, Garg N. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers; 2015.
Zona Pada Karies Dentin
● Terdapat 5 zona pada karies dentin
● Zona ini terlihat jelas pada karies kronis
dibandingkan karies akut.
● Zona-zona ini terdiri atas :
Zona 1 : Dentin normal (normal dentin)
Zona 2 : Zona sklerosis dentin (zone of
dentinal sclerosis)
Zona 3 : Zona dentin yang terdekalsifikasi
(zone of decalcification of dentin)
Zona 4 : Zona invasi bakteri (zone of bacterial
invasion)
Zona 5 : Zona dentin yang membusuk akibat
asam dan enzim (zone of decomposed dentin
due to acids and enzymes)
gambaran klinis
& HISTOPATOLOGIS
Caries of The Enamel
Smooth Surface Caries
● Biasanya di bawah titik kontak.
● Penampilan - permukaan biasanya keras dan mengkilap. Lesi buram putih, terkadang bintik coklat.
● Secara makroskopik, lesi berbentuk kerucut dengan puncak menuju persimpangan amelo-dentinal
junction (ADJ), pelebaran ke arah lateral pada ADJ, dan lesi dentin yang lebih besar.
Perubahan ini diduga disebabkan oleh kombinasi hilangnya bahan interprismatik, pengerasan enamel rod dan
peningkatan striae of retzius.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management Seond Edition. Singapore : Blackwell Munksgaard
Pit and Fissure Caries
● Pada lubang dan celah.
● Penampilan - biasanya lesi coklat / kuning, mungkin lesi
putih berkapur.
● Secara makroskopik, lesi timbul dari dinding fissure. Lesi
berbentuk kerucut dengan alas menuju DEJ - kebalikan
dari smooth surface, dengan karies mengikuti enamel rod.
Penyebaran lateral pada DEJ - lebih banyak tubulus yang
terlibat karena basis lebih luas, dan lesi dentin yang lebih
besar.
Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management Seond Edition. Singapore : Blackwell Munksgaard
Zona Karies Email
Zona 2 (Dark Zone)
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Zona Karies Email
Zona 4 (Surface Zone)
Zona 3 (Body of The Lesion)
● Zona ini tidak atau paling tidak
● Bagian terbesar dari karies yang dipengaruhi oleh karies.
baru jadi ● Resistensi yang lebih besar mungkin
● Ditemukan di antara permukaan karena kandungan mineralisasi dan
dan zona gelap konsentrasi fluorida yang lebih besar.
● Merupakan area dengan ● Kurang dari 5 persen porus.
demineralisasi terbesar yang ● Radiopasitasnya sebanding dengan
membuatnya lebih porus/keropos. email yang berdekatan.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
5 Zona Karies Dentin
1. Normal Dentin
● Zona dentin yang masih normal
● Jika di stimulasi, normalnya akan terasa rasa sakit yang tajam
2. Zone of Dentinal Sclerosis
● Area dimana terjadi demineralisasi intertubular dentin
● Terjadi kerusakan pada prosesus odontoblastic zone
● Di area ini tidak ada penetrasi bakteri, sehingga mampu untuk
remineralisasi
● Jaringan di zona ini tidak diangkat, jika mengikuti konsep MID
3. Zone of Dentin Decalcification
● Terjadi demineralisasi lebih jauh dari intertubular dentin, sehingga
dentin lebih empuk (tidak sekeras normal)
● Jaringan di zona ini tidak diangkat, jika mengikuti konsep MID
arg A, Garg N. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers; 2015.
Gambaran Klinis dan Histopatologi
Garg A, Garg N. Textbook of Operative Dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers; 2015.
gambaran
radiografi
Whaites. Essentials of Dental Radiography and Radiology.
Perawatan Invasif
You could enter a subtitle
here if you need it
definisi
definisi
Bentuk perawatan kuratif dan rehabilitatif, dilakukan ketika lesi karies sudah meluas dan
menyebabkan kerusakan / kavitas pada bagian gigi.
Tujuan
- Mengeliminasi atau mengontrol faktor etiologi
- Mengembalikan kerusakan gigi yang ada
- Menciptakan lingkungan oral yang seimbang sehingga dapat mengembalikan fungsi
Bentuk
- Restorasi
- Ektraksi
- Gingivektomi (bedah periodontal)
- Implan
Sturdevant — Operative dentistry adalah ilmu dan seni dalam kedokteran gigi yang
mencakup diagnosis, perawatan, dan prognosis dari kelainan gigi yang tidak memerlukan
restorasi penuh. Perawatan harus mengembalikan gigi ke bentuk, fungsi, dan estetika
semula sekaligus mempertahankan integritas fisiologis dari gigi dan hubungannya
dengan jaringan keras dan lunak disekitarnya.
Garg Nisha and Garg Amit. Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2015
Gilmore — Operative Dentistry merupakan subjek yang yang mencakup diagnosis,
pencegahan, dan perawatan dari kelainan pada gigi natural, baik vital maupun non vital,
dengan tujuan untuk mempertahankan kondisi gigi dan mengembalikannya ke kondisi
kesehatan,fungsi, dan estetika terbaik
Garg Nisha and Garg Amit. Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd. 2015
indikasi
- Caries process sudah mencapai Pulpo-dentinal complex
- Gigi sensitif terhadap panas, dingin, atau manis
- Pulpa terancam
- Upaya non-operative gagal untuk menghentikan progresi dari lesi
- Fungsi oklusi terganggu
- Kemungkinan terjadi drifting akibat hilangnya contact point
- Estetik
Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management.3rd ed. Blackwell Munksgaard. 2015.
prinsip
perawatan invasif
- Diagnosis dari kondisi pulpa, preoperative
- Menghindari kerusakan dari struktur gigi sehat
- Kebersihan dari restorasi
- Restorasi menggunakan material adhesive (dari sudut pandang cariology), dengan sifat :
a. Menutup kavitas (sehingga pulpa terlindung dan organisme cariogenic mati)
b. Mendukung dan menguatkan dari weakened tissue
c. Membantu retensi
Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management.3rd ed. Blackwell Munksgaard. 2015.
- Pertimbangan dalam pemilihan bahan restorasi :
a. Penampilan
b. Toxicity
c. Strength
d. Wear
e. Radiopacity
Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical management.3rd ed. Blackwell Munksgaard. 2015.
Prinsip
preparasi
Terminologi
Perubahan mekanis dari gigi yang cacat, cedera atau sakit (mechanical alteration
of a defective, injured or diseased tooth) untuk mendapatkan material restoratif
terbaik yang akan mengembalikan kesehatan gigi, termasuk koreksi estetika bila
diindikasikan bersama dengan bentuk dan fungsi normal.
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Simple, compound, complex tooth preparation
● Simple tooth preparation → hanya melibatkan satu permukaan gigi, contoh preparasi
oklusal
● Compound tooth preparation → melibatkan 2 permukaan gigi, contoh preparasi
mesio-occlusal, disto-occlusal
● Complex tooth preparation → melibatkan lebih dari 2 permukaan gigi, contoh
preparasi MOD
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Prinsip extension for prevention
● Dikemukakan oleh G. V. Black
● Perluasan yang dilakukan ketika melakukan preparasi kavitas untuk penambalan.
● Perluasan dilakukan ke arah jaringan yang masih sehat yang dianggap akan menjadi karies misalnya
pit & fissure.
● Salah satu prinsip preparasi Black yang terkenal yang kini, sehubungan dengan kemajuan dalam
instrumen, konsep terapi, dan material tambalan, mengalami modifikasi.
● Keuntungan → mencegah lubang berulang pada permukaan gigi, menghasilkan self-cleaning
embrasure
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Prinsip resisten
Bentuk resistensi primer adalah bentuk dan penempatan dinding preparasi yang
memungkinkan gigi dan restorasi bertahan dengan baik, tanpa mematahkan tekanan
gaya pengunyahan yang diberikan terutama di sepanjang sumbu panjang gigi.
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Prinsip retensi
● Bentuk dan konfigurasi preparasi gigi yang menahan perpindahan atau pelepasan
restorasi dari preparasi di bawah gaya pengangkatan dan pengencangan.
● Preparasi perlu dilakukan dengan mengingat bahan restorasi tidak mudah lepas, jadi
perlu dilakukan pembuatan retensi, misalnya berupa undercut atau pembuatan
dinding aksial yang tegak atau konvergen ke arah oklusal/divergen ke arah servikal.
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Convenience form
● Bentuk yang memfasilitasi dan memberikan visibilitas yang memadai,
aksesibilitas dan kemudahan operasi selama persiapan dan restorasi gigi.
● Memudahkan operator dalam menggunakan peralatan dan menempatkan
bahan tumpatan ke dalam kavitas gigi.
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Removal of any remaining enamel pit and fissure, infected dentin
● Menghilangkan seluruh struktur gigi karies yang tersisa atau bahan restorasi yang rusak
tertinggal di gigi
● Infected dentin harus dihilangkan, meskipun menyebabkan exposure ke pulpa yang dirawat
● Small isolated carious lesion harus dieliminasi dengan preparasi konservasi
● Pada extensive preparation karies lunak, pengangkatan dentin dilakukan pada awal
preparasi gigi
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Finishing the external walls of tooth preparation
● Menghaluskan seluruh bidang preparasi
● Degree of smoothness of walls : tergantung pada tipe restorasi
● Location of margins : Saat finishing of the preparation walls and margins, harus
mengikuti prinsip paralel arah dinding email
● Featured of finished preparation : Desain sudut cavosurface tergantung pada
jenis material restoratif yang digunakan.
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Cleaning, inspecting, and sealing
● Pembersihan preparasi → pembuangan debris, pengeringan preparat, dan
inspeksi akhir sebelum menempatkan bahan restorasi.
● Tujuan debridement :
○ Pembersihan dinding preparasi, floors dan margin dari enamel dan chip
dentin yang dihasilkan selama preparasi gigi
○ Pengeringan preparasi gigi sebelum memasukkan bahan restorasi
○ Sterilisasi dinding preparasi menggunakan disinfektan bebas alkohol yang
sangat ringan
Garg Nisha and Garg Amit. (2013). Textbook of operative dentistry (with MCQs). New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd.
Konsep
MID
Definisi MID
Sebelum ada konsep MID, konsep dari Black menyatakan bahwa “extension for prevention”
yang berarti preparasi dilakukan secara meluas untuk mencegah terjadinya karies lagi di
tempat yang sama.
● MID didefinisikan sebagai filosofi perawatan profesional yang berhubungan dengan kejadian
pertama, deteksi paling awal dan penyembuhan paling awal dari penyakit pada tingkat mikro,
diikuti oleh perawatan invasif minimal untuk memperbaiki kerusakan permanen yang disebabkan
oleh penyakit tersebut.
● Pada bulan Desember 1999, World Congress of Minimally Invasive Dentistry (MID) dibentuk.
Awalnya MID berfokus pada pengangkatan minimal struktur gigi yang sakit tetapi kemudian
berkembang menjadi tindakan pencegahan untuk mengendalikan penyakit.
● Filosofi intervensi minimal saat ini mengikuti tiga konsep pengobatan penyakit:
1. Identify — identifikasi dan nilai faktor-faktor risiko sejak dini.
2. Prevent — cegah penyakit dengan menghilangkan faktor risiko.
3. Restore — pulihkan kesehatan mulut.
https://wmsmile.com/what-is-air-abrasion/
KOnsep MID
7. Preparasi gigi menggunakan laser.
● Laser yang biasa digunakan untuk preparasi gigi adalah
laser erbium: laser yttrium-aluminium-garnet dan erbium,
kromium: laser yttrium-scandium-gallium-garnet.
● Laser ini dapat menghilangkan karies lunak serta jaringan
keras.
● Laser telah terbukti menghilangkan karies secara selektif
sambil meninggalkan sound enamel dan dentin.
● Mereka dapat digunakan tanpa aplikasi anestesi lokal.
Keuntungan lain termasuk tidak ada getaran, sedikit
kebisingan, tidak ada bau dan preparasi gigi hampir mirip
dengan yang dipreparasi dengan menggunakan teknik
abrasi udara.
Amalgam terdiri dari campuran dua atau lebih logam, salah satunya adalah merkuri.
Amalgam diproduksi dengan mencampurkan merkuri cair dengan partikel padat dari
paduan yang sebagian besar mengandung perak, timah, dan tembaga. Seng dan
paladium juga mungkin ada dalam jumlah kecil. Reaksi antara merkuri dan paduan
yang mengikuti pencampuran disebut reaksi amalgamasi.
McCabe J, Walls A. Applied Dental Materials. 9th ed. Chichester: John Wiley & Sons; 2009
Sakaguchi R, Powers J. Craig’s restorative dental materials. 13th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2012.
Komposisi
Sakaguchi R, Powers J. Craig’s restorative dental materials. 13th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2012.
Anusavice K, Shen C, Rawls H. Phillips' science of dental materials. 12th ed.
Klasifikasi berdasarkan bentuk partikel
Gallium-Based Alloys
● Galium dipertimbangkan untuk menggantikan merkuri
● Berbentuk cairan bila dicampur dengan indium dan timah pada suhu kamar
● Dapat ditriturasi dengan paduan untuk high-copper amalgam
STRENGTH
● Amalgam yang dirancang dengan benar memiliki kekuatan yang memadai untuk menahan gaya kunyah dalam
rongga mulut
● Amalgam lebih lemah dalam menahan stress tensile dibandingkan dengan stress kompresi. Oleh karena itu desain
restorasi yang dibuat harus semaksimal mungkin dapat menghindarkan amalgam dari tekanan tensi.
CREEP
● Creep terjadi ketika material padat perlahan berubah bentuk secara plastis di bawah pengaruh tekanan
● Tingkat creep telah ditemukan berkorelasi dengan kerusakan marginal dari conventional low-copper amalgam.
Korosi
● Menyebabkan porositas, berkurangnya integritas margin, penurunan kekuatan, dan pengeluaran produk
metal ke lingkungan mulut
● Produk korosi berupa oksida dan klorida timah dapat mempengaruhi sifat amalgam
Alergi
● Respon alergi : gatal, ruam, bersin, kesulitan bernapas, bengkak
● < 1% populasi mengalami dermatitis kontak
● Persentase kecil mengalami alergi pada logam atau merkuri
Toksik
● Toxicity → kemampuan material menyebabkan injury pada jaringan biologis, seperti kehilangan fungsi,
kerusakan organ, dan destruksi sel
● Reaksi toksik pada pasien dari amalgam sangat jarang.
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science,2013
Sifat amalgam
Faktor yang mempengaruhi strength
● Triturasi, efek triturasi tergantung pada jenis paduan amalgam, waktu triturasi, dan kecepatan triturator.
● Kandungan merkuri, jika merkuri yang dicampurkan kurang maka menyebabkan amalgam kekeringan dan
mengalami granular mix (permukaan kasar dan banyak lubang sehingga rentan korosi). Namun jika merkuri
berlebih maka akan menghasilkan fase Y2 (weakest phase) lebih banyak sehingga mengurangi strength-nya.
● Kondensasi, semakin besar tekanan kondensasi yang diberikan maka semakin besar pula strength kompresi
yang didapat (hanya berlaku pada lathe-cut alloys), alasannya adalah dengan kondensasi yang besar akan
mengurangi porositas dan mengeliminasi kelebihan merkuri.
● Porositas dan void(rongga) dapat mengurangi compressive strength amalgam yang disebabkan oleh
kurangnya merkuri, over/undertrituration, delayed condensation, dan bentuk partikel yang tidak teratur.
Powers J, Wataha J. Dental Materials : Properties and Manipulation. 10th ed. Elsevier;
2013.
manipulasi
Powers J, Wataha J. Dental Materials : Properties and Manipulation. 10th ed. Elsevier;
2013.
manipulasi
Powers J, Wataha J. Dental Materials : Properties and Manipulation. 10th ed. Elsevier;
2013.
Indikasi dan kontraindikasi
Indikasi Kontraindikasi
● Preparasi Kelas I (moderate to large) ● Estetika: Penggunaan amalgam dihindari di area
● Preparasi Kelas II, bila terdapat : estetika rongga mulut.
○ Heavy occlusion ● Preparasi Kelas I dan II (small to moderate)
○ Perpanjangan pada permukaan akar ● Alergi merkuri
● Preparasi Kelas III dalam beberapa kasus
● Preparasi Kelas V, bila estetika bukan masalah
● Preparasi Kelas VI
● Digunakan sebagai fondasi dalam kasus
kerusakan gigi yang parah saat merencanakan
cast restoration
● Digunakan sebagai restorasi post-endodontik
● Gigi tidak memiliki prognosis pulpa yang pasti —
digunakan sebagai jenis restorasi sementara
sebelum penilaian status pulpa gigi
Kelebihan
Kekurangan
● Murah
● Kurang estetika
● Manipulasi mudah dilakukan
● Brittle → tensile strength buruk
● Aplikasi yang lebih luas
● Tambalan amalgam dapat menimbulkan korosi
● Self-sealing
● Tidak terikat pada gigi
● Biokompatibel
● Tidak menambah kekuatan struktur gigi yang
● Ketahanan aus yang baik
sudah lemah
● Dapat diselesaikan dalam satu kunjungan
● Tahan lama
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Komposisi
● Terdiri dari 4 komponen utama
○ Matriks (Organic Polymer Matrix)
○ Filler (Inorganic Filler Particle)
○ Coupling agent
○ Initiator-Accelerator system
● Selain komponen mayor terdapat beberapa komponen lain yang juga berperan
seperti:
○ Pigmen warna → membantu menyesuaikan warna dengan struktur gigi asli
○ UV absorbers dan bahan aditif lainnya → meningkatkan stabilitas warna
○ inhibitor polimerisasi → memperpanjang umur penyimpanan dan
meningkatkan waktu kerja untuk resin yang diaktifkan secara kimiawi
○ Komponen lain mungkin disertakan → untuk meningkatkan kinerja,
penampilan, dan daya tahan.
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Matriks (Organic Polymer Matrix/Methacrylate
monomers)
● Biasanya terdiri dari campuran aromatik dan/atau alifatik monomer dimethacrylate seperti bis-GMA
dan urethane dimethacrylate (UDMA) → oligomer → memiliki ikatan karbon rangkap pada setiap
ujungnya yang dapat mengalami polimerisasi adisi bila diinisiasi oleh free radical
● bis-GMA dan UDMA memiliki volume molekuler yang besar sehingga dapat meminimalisir terjadinya
shrinkage, UDMA dan bis-GMA sangat kental dan sangat sulit dimanipulasi makanya digunakan
cairan monomer/viscous liquid → untuk mengatur konsistensi pasta komposit
● Monomer pengencer:
○ MMA / methyl-methacrylate
○ bis DMA / dimethacrylate
○ UDMA / urethane dimethacrylate → Memiliki ikatan rantai ganda aromatik yang masing –
masing mengalami polimerisasi akibat dari free – radical initiator.
○ TEGDMA / triethylene glycol dimethacrylate → Berperan sebagai cross – linked agent
● Sayangnya, monomer ini menyebabkan shrinkage sehingga mengurangi keuntungan penggunaan
monomer besar seperti bis-GMA.
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Matriks
Low-Shrink Methacrylate Monomers Low-Shrink Silorane Monomers
● Mulai ada sejak 2008 ● Untuk mengatasi shrinkage dan
● Untuk mengatasi shrinkage dan polymerization stress
polymerization stress ● Nama silorane → Siloxane &
● Memiliki densitas cross-link yang Oxirane/Epoxy
rendah. ● Siloxane → Menghasilkan komposit
● Meningkatkan kekakuan (stiffness) yang hydrophobic
dari monomer ● Oxirane → Ring-opening
● Bahannya : dimer acids, gabungan cross-linking via polimerisasi
cycloaliphatic units, dan kationik
photocleavable units ● Butuh initiator khusus, kehati-hatian
dalam pemilihan filler, bisa tidak
stabil bila ada filler tersisa, dan
butuh sistem adhesive spesifik
ketika melakukan penumpatan
Fillers
● Filler mengisi sebagian besar berdasarkan volume atau berat komposit
● Fungsi filler adalah untuk memperkuat matriks resin, memberikan tingkat
translusensi yang sesuai, dan mengontrol penyusutan volume komposit selama
polimerisasi.
● Bahan filler:
○ Filler tidak radiopak: “soft glass” dan borosilicate “hard glass”, fused quartz,
aluminum silicate, lithium aluminum silicate
○ Filler radiopak: barium, strontium (Sr), seng ytterbium fluoride, zirconium (Zr),
and zinc glasses→ memberikan radiopasitas karena atom logam beratnya →
untuk visualisasi saat terkena sinar-X
● Menguntungkan untuk memiliki distribusi diameter filler sehingga partikel yang lebih
kecil dapat mengisi ke dalam ruang antara partikel yang lebih besar dan memberikan
pengemasan yang lebih efisien → nanofiller dan nanocomposite
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Fungsi Filler
● Reinforcement → Penambahan filler dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik
yang berpengaruh pada performa klinis dan durability, misalnya compressive
strength, tensile strength, modulus elasticity, toughness.
● Mengurangi polymerization shrinkage/contraction
● Mengurangi thermal expansion and contraction → penambahan filler
menurunkan koefisien keseluruhan ekspansi termal komposit karena glass dan
ceramic filler mengembang secara termal (thermally expand) dan berkontraksi
lebih sedikit daripada polimer
● Mengontrol workability/viscosity → Fluid liquid monomer + filler → a paste.
Semakin banyak filler, semakin kental pasta.
● Mengurangi water sorption
● Imparting radiopacity
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Pigmen
● Oksida anorganik biasanya ditambahkan dalam jumlah kecil untuk memberikan warna
yang sesuai dengan sebagian besar warna gigi. Sejumlah warna tersedia mulai dari
warna putih hingga kuning ke abu-abu
● Yang paling sering digunakan adalah oksida besi
● UV absorber dapat ditambahkan untuk meminimalkan perubahan warna yang
disebabkan oleh oksidasi
● Agen-agen fluorescent kadang ditambahkan untuk meningkatkan vitalitas optik dari
komposit dan meniru warna gigi-gigi alami (pewarna atau pigmen yang menyerap
cahaya di wilayah ultraviolet dan violet (biasanya 340-370 nm) dari spektrum
elektromagnetik, dan memancarkan kembali cahaya pada blue region (biasanya
420-470 nm))
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Coupling Agent
● Ikatan kimiawi antara dua fase komposit dibentuk oleh coupling agent
● Coupling agent adalah difunctional surface-active compound yang melekat pada permukaan
partikel filler dan juga bekerja dengan monomer yang membentuk matriks resin.
● Yang paling umum digunakan adalah senyawa silikon organik yang disebut coupling agent silane
(3-methacryloxypropyltrimethoxysilane (MPTS)) → Dengan adanya air, gugus metoksi (–OCH3)
dihidrolisis menjadi gugus silanol (–Si – OH), yang dapat terikat dengan silanol lain pada permukaan
filler dengan membentuk ikatan siloksan (–Si – O – Si–). Gugus organosilane metakrilat membentuk
ikatan kovalen dengan resin saat di polimerisasi, sehingga menyelesaikan coupling process.
● Terdapat 2 ujung:
○ Methoxy (berhidrolisis dengan filler)
○ Methacrylate double-bond (berkopolimerisasi dengan monomer / matriks)
● Coupling agent memainkan peran penting dalam komposit. Fungsinya antara lain:
○ Membentuk ikatan kuat antara filler ke matriks resin
○ Meningkatkan sifat mekanik komposit dan meminimalkan plucking filler dari matriks selama
clinical wear
○ Fase interfacial yang dihasilkan menyediakan media untuk distribusi tegangan antara
partikel yang berdekatan dan matriks polimer
○ Menyediakan lingkungan hidrofobik yang meminimalkan water sorption komposit
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Inhibitor
● Inhibitor ditambahkan untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi monomer spontan atau
tidak disengaja.
● Inhibitor memiliki potensi reaktivitas yang kuat dengan radikal bebas.
● Jika radikal bebas terbentuk, misalnya, dengan paparan singkat ke pencahayaan ruangan saat
bahan dikeluarkan, inhibitor bereaksi dengan radikal bebas lebih cepat daripada radikal bebas
bereaksi dengan monomer. Hal ini mencegah perambatan rantai dengan menghentikan reaksi
sebelum radikal bebas dapat memulai polimerisasi.
● Setelah semua inhibitori, propagation chain dapat dimulai.
● Inhibitor yang sering digunakan adalah butylated hydroxytoluene (BHT), yang digunakan dalam
konsentrasi pada urutan 0,01% berat → mencegah oksidasi
● Inhibitor memiliki dua fungsi: memperpanjang masa penyimpanan resin dan memastikan waktu
kerja yang cukup.
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Optical Modifiers
● Untuk tampilan alami, komposit gigi harus memiliki bayangan visual dan tembus cahaya yang
serupa dengan sifat struktur gigi yang sesuai.
● Shading dicapai dengan menambahkan berbagai pigmen, biasanya terdiri dari sejumlah kecil
partikel oksida logam.
● Translucency dan opacity disesuaikan seperlunya untuk mensimulasikan enamel dan dentin.
● Misalnya, jika area insisal kelas IV direkonstruksi, tembus cahaya komposit yang tidak dimodifikasi
dapat menyebabkan terlalu banyak cahaya melewati restorasi. Akibatnya, lebih sedikit cahaya yang
dipantulkan atau dihamburkan kembali ke pengamat, yang menganggap tepi insisal terlalu gelap.
Kekurangan ini dapat diperbaiki dengan menambahkan opacifier.
● Namun, jika jumlah opacifier yang berlebihan ditambahkan, terlalu banyak cahaya yang
dipantulkan dan pengamat kemudian melihat bahwa restorasi "terlalu putih".
● Untuk meningkatkan opasitas, pabrikan menambahkan titanium dioksida dan aluminium oksida ke
komposit dalam jumlah menit (0,001% hingga 0,007% berat).
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Klasifikasi
● Resin komposit diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
○ Berdasarkan ukuran partikel filler
○ Berdasarkan karakteristik manipulasi
○ Berdasarkan activation/initiation system (reaksi polimerisasi)
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Berdasarkan Ukuran Partikel Filler
Macrofillers Small Fine Fillers
● Komposit awal ● Diameter 0,1 - 10 μm
● Berbentuk spherical besar atau ● Lebih mudah di poles
irregular (Polishability)
● Berdiameter 20 - 30 μm ● Volume filler setinggi atau lebih
● Komposit dengan filler ini tampak tinggi (77-88%) dibanding
lebih opaque dan ketahanan yang macrofilled composites
rendah untuk dipakai ● Kekerasan (Hardness) dan
strength tinggi tetapi brittle
● Cocok untuk penggunaan/
restorasi di gigi anterior
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Microfilled Composites
● Partikel aglomerat (menggumpal) → karena ukurannya yang sangat kecil tetapi luas
permukaannya besar
● Kumpulan dari 0,01 hingga 0,1 μm partikel silika koloid anorganik yang tertanam dalam
partikel pengisi resin (filler) berukuran 5 hingga 50 μm
● Permukaan kasar
● Low Translucency (Cenderung Opaque)
● Luas permukaan sangat besar (50-400m2 per gram)
● Ikatan antara partikel komposit dan matriks lemah, sehingga tidak cocok untuk permukaan
posterior.
● 40-80% nya terbuat dari resin, sehingga:
○ Menghasilkan water sorption yang lebih besar
○ Koefisien ekspansi termal lebih besar
○ Modulus elastis menurun
○ Tensile strength rendah
● Indikasi: lesi karies di smooth surface (kelas III dan V)
● Kontraindikasi: pada gigi posterior (tidak kuat menahan tekanan), daerah yang rentan aus,
karies pada stress-bearing situations (kelas II dan IV)
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
HYBRID COMPOSITE
● Tersusun dari mixed filler systems, yang terdiri dari microfine (0.01-0.1 mikrometer)
dan fine (0.1-10 mikrometer)
● Tujuan di mix: memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada partikel
yang lebih kecil, sementara mempertahankan sifat partikel kecil tersebut
● Ukuran partikel kacanya kira-kira 0,6 - 1,0 mm, berat filler antara 75- 80% berat
● Sebagian besar hybrid yang paling baru, mengandung silica koloidal dan partikel kaca
yang mengandung logam berat. Silica koloidal jumlahnya 10-20% dari seluruh
kandungan pastanya
● Sifat fisik dan mekanis dari sistem ini terletak diantara komposit konvensional dan
komposit partikel kecil, bahan ini lebih baik dibandingkan bahan pengisi mikro
● Karena permukaannya halus dan kekuatannya baik, komposit ini banyak digunakan
untuk:
○ tambalan gigi depan, termasuk kelas IV
○ sering digunakan untuk tambalan gigi belakang pada sisi non-contact occlusal,
walaupun sifat mekanis umumnya lebih rendah dari komposit partikel kecil juga
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Berdasarkan Ukuran Partikel Filler
Nanofilled Composite Nanohybrid composite
● Berdiameter 1 hingga 100 nm ● Partikel yang berukuran nano yang
● Mencegah aglomerasi (penggumpalan) partikel
diletakan di dalam microhybrid
● Viskositas tinggi
● Dapat digunakan untuk restorasi gigi posterior komposit.
● Memiliki ikatan bebas ● mengandung partikel besar (0.4-5
● Visible light mudah terserap → translucent microns) dengan ditambahkannya
● Keunikan dari nanofilled komposit : partikel nano (maka dari itu disebut
○ Memiliki kekuatan mekanil dari komposit
mikrohibrid tapi juga hybrid)
○ memiliki kehalusan seperti mikrofill. ● Permukaan menjadi kusam setelah
○ Nanofilled memungkinkan permukaan beberapa tahun diperiksa
restorasi yang halus untuk ● Memiliki compressive strenght yang
○ polish retention (keawetan polish) jangka
panjang. Nanofiller
bagus sehingga bisa digunakan sebagai
○ memiliki visual opacity yang rendah di dalam bahan restorasi gigi posterior.
unpigmented dental composite sehingga bisa
dibuat shades beragam shg menghasilkan
restorasi yang sangat estetik
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Berdasarkan Karakteristik Manipulasi
Flowable Composite Condensable (Packable) Composite
● memiliki viskositas yang lebih rendah
melalui pengurangan filler → ● Komposit yang dapat dikondensasi (juga
memungkinkan resin mengalir dengan dikenal sebagai komposit yang dapat
mudah, menyebar secara seragam, dapat dikemas) dikembangkan dengan
mengikuti bentuk rongga, dan menyesuaikan distribusi fillernya untuk
menghasilkan anatomi gigi yang meningkatkan kekuatan dan stiffness pada
diinginkan. uncured materials dan memberikan
● Dapat digunakan untuk preparasi lesi konsistensi serta karakteristik
karies gigi posterior kelas II, restorasi penanganan yang mirip dengan lathe-cut
kelas I di area gingiva, dapat diterapkan amalgam.
dengan cara yang mirip dengan ● Tidak dapat digunakan untuk restorasi lesi
penggunaan fissure sealant sebagai karies proksimal karena material tidak
restorasi kelas I minimal untuk mencegah dapat mengalir secara lateral maupun
karies, dan situasi lain di mana aksesnya vertikal untuk memastikan kontak yang
sulit. erat dengan dinding rongga
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Berdasarkan Activation-Initiation System (Reaksi Polimerisasi)
Dual-Cured Resins
● untuk mengatasi batasan kedalaman curing dan beberapa masalah curing lain adalah
dengan menggabungkan komponen chemical curing dan visible-light curing pada satu
resin yang sama
● terdiri dari dua light-curable paste, satu mengandung benzoil peroksida dan yang
lainnya mengandung akselerator aromatic tertiary amine
● Dual cured resin diatur supaya bereaksi sangat lambat ketika dicampur menggunakan
self-cured mechanism dan akan dipercepat ketika diberikan blue light (The cure is then
accelerated on “command” via light-curing promoted by the amine/ CQ combination)
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Sifat
★ Ketahanan aus tinggi
★ Penyusutan polimerisasi rendah
★ Penyerapan air rendah
★ Resistensi fraktur tinggi
★ Radiopacity tinggi
★ Koefisien ekspansi termal mirip dengan struktur gigi
★ Mudahan manipulasi
★ Warna yg cocok dengan struktur gigi / warna nya estetik
★ Kemudahan finishing dan pemolesan
★ Kekuatan ikatan yg tinggi terhadap email dan dentin
Bonding Mechanism
● Bonding mechanism pada resin komposit adalah micromechanical
interlocking dan hybrid layer
● RK berikatan dengan jaringan keras gigi melalui 2 sistem bonding,
yaitu ikatan enamel dan dentin.
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Ikatan Enamel - rk (EnameL Bonding)
● Etsa 37% asam fosfat selama 15 detik → pembentukan mikroporositas pada enamel
● Mikroporositas memungkinkan bonding enamel dengan resin berviskositas rendah
● Teknik pengetsaan membentuk macro tag dan micro tag.
○ Macro tag → porus yang terbentuk di antara prisma email.
○ Micro tag → porus yang terbentuk antara kristal hidroksiapatit di dalam prisma
enamel.
● Pengetsaan dilakukan pada enamel harus didukung oleh dentin untuk menahan
tegangan selama resin tersebut dalam proses setting
● Meskipun ikatan resin dengan enamel kuat, ada beberapa faktor yang dapat
mengurangi efisiensinya:
○ Teknik klinis yang buruk;
○ Kontaminasi dengan saliva atau cairan crevicular setelah etsa;
○ Microcracks dalam email;
○ Enamel yang retak
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s
Restorative Dental Materials,13th ed.
Mosby Elsevier, 2012
Ikatan Dentin-RK (Dentin Bonding)
● Dentin terdiri atas 45% material anorganik dan material organik yaitu kolagen.
● Ikatan micromechanical dengan tubular dentin diperlukan bonding agent →
menyatukan resin (hidrofobik) dengan dentin (hidrofilik) yang akan membentuk
hybrid layer
● Dentin bonding agent bergantung pada etsa asam fosfat untuk menghilangkan smear
layer pada enamel dan dentin
● Oleh karena itu, digunakan primer (mengandung komponen hidrofilik seperti HEMA)
untuk membasahi dan penetrasi ke struktur dentin
● Primer mengandung pelarut untuk menggantikan cairan dan membawa monomer ke
dalam mikroporositas di jaringan kolagen.
● Pengaplikasiannya dilakukan beberapa lapis karena primer mudah menguap.
● Infiltrasi resin ke dalam kolagen disebut hibridisasi. Sedangkan, hasil dari proses difusi
ini disebut resin-interpenetration zone, resin interdiffusion zone, atau hybrid zone.
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental
Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Indikasi
● Class I, II, III, IV,V, and VI restorations
● Erosion or abrasion defects
● Hypoplastic or other defects
● Sealants and preventive resin restorations
(conservative composite restorations)
● Esthetic enhancement procedures
○ Partial veneers
○ Full veneers
○ Tooth contour modifications
○ Diastema closures
● Cements (for indirect restorations)
● Temporary restorations
● Periodontal splinting
● Restorations of esthetically important areas
● Restorations in patients allergic or sensitive to metals
● For repair of fractured ceramic crowns
● For bonding orthodontic appliances
Sakaguchi RL and Powers JM. Craig’s Restorative Dental Materials,13th ed. Mosby Elsevier, 2012
Indikasi
\
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Kontraindikasi
● Sulit mengontrol kelembaban
● Tekanan oklusal yang besar
● Lesi Kelas V
● Kurangnya skill teknik
● Karies pada gigi kaninus
● Kerentanan karies tinggi dan OH buruk
● Karies subgingiva dan karies akar
● Polymerization shrinkage
● Membutuhkan waktu yang lama
● Mahal
● Technique sensitive
● Ketahanan aus yang rendah
● Radiopak
Biokompatibilitas
Pada awal mixing powder+liquid, suasana sangat asam (pH 0.9-1,6), namun dentin dapat berfungsi
sebagai buffer dan cukup mencegah penurunan pH dalam jaringan pulpa meski hanya tersisa
selapis tipis dentin → respon inflamasi ringan dari pulpa → pH akan kembali naik dalam 1 jam dan
jaringan pulpa kembali pulih dalam 10-20 hari
Mudah terpengaruh cairan
● Water in → dapat terjadi segera setelah penumpatan sampai 24 jam
○ Cegah kontaminasi air dengan varnish / cocoa butter
○ Bila terkontaminasi air → buram dan mudah lepas
● Water out → mengalami dehidrasi 24 jam - 6 bulan pasca penumpatan
○ Dehidrasi akibat kehilangan molekul air, sehingga secara klinis tampak retak dan
permukaan lunak
● Sifat fisik dan mekanik GI lebih rendah daripada resin komposit dan karenanya bahan ini
diindikasikan untuk restorasi konservatif.
● Difusivitas termal dan koefisien muai panas (CTE) dari beberapa ionomer kaca konvensional
dan resin termodifikasi telah terbukti lebih dekat dengan struktur gigi (dentin) daripada
komposit resin → GIC berfungsi sebagaibahan insulasi yang baik terhadap thermal shock,
terutama bila digunakan sebagai lining dan base
● Bahan ionomer kaca memiliki perlekatan klinis yang baik dengan struktur gigi.
● Karenanya bahan-bahan ini kadang-kadang disebut sebagai self - adhesive
● Mekanisme adhesi pada struktur gigi sebagian besar bersifat kimiawi dan berlangsung
melalui pertukaran ion yang timbul dari gigi dan restorasi.
Tipe I: Ionomer diindikasikan untuk sementasi inlay, mahkota, gigi palsu sebagian
cekat, peralatan ortodontik, dan pengisian endodontik.
Tipe II: Ionomer diindikasikan untuk restorasi, menampilkan partikel yang lebih
ringan daripada Tipe I
http://revodonto.bvsalud.org/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1984-56852015000100010
Kontraindikasi
http://revodonto.bvsalud.org/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1984-56852015000100010
Clinical manipulation
Untuk indikasi restoratif, permukaan GIC harus dilindungi untuk mencegah dehidrasi atau
premature exposure saliva . Finishing permukaan restorasi GIC harus dilakukan tanpa
pengeringan berlebihan
KEKURANGAN
● Ketahanan terhadap fraktur dan jangka pemakaian lebih rendah dibanding
komposit / amalgam
● Cenderung lebih opaque dibanding RMGIC
● Lebih rapuh dan rentan terhadap elastic deformation
● Initial setting lambat sehingga bisa menyebabkan iritasi pulpa → perlu
varnish
● Mudah larut / solubility (poor abrasion resistance)
http://repository.ub.ac.id/3086/1/Dita%20Ajeng%20Widiastuti.pdf
RM-GIC
KOMPOSISI
● Resin Modified GIC bisa disebut dengan hybrid
ionomer cement
● Water-soluble methacrylate-based monomers
digunakan sebagai pengganti liquid GIC
Conventional
● Dapat dipolimerasasikan dengan menggunakan
kimia, cahaya, atau keduanya.
Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips Science of Dental Material. 12th ed. Philadelphia:
Saunders; 2013
Craig - Dental Materials 13th edition,2018
Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips Science of Dental Material. 12th ed. Philadelphia:
KOMPOSISI
Saunders; 2013
POWDER LIQUID
● a water solution of
● fluoroaluminosilicate glass polyacrylic acid,
particles of a conventional ● HEMA (2-hidroksietil
GIC plus initiators, Seperti ● metakrilat),
camphorquinone untuk light ● asam poliakrilat yang
curing atau chemical curing. dimodifikasi dengan
● The powder of RMGI is metakrilat.
similar to that used in the ● Cairan tersebut
conventional glass ionomers. mengandung monomer,
polyacid, dan air.
Reaksi asam-basa dimulai setelah pencampuran dan berlanjut setelah polimerisasi pada
kecepatan yang jauh lebih lambat daripada GIC konvensional karena lebih sedikit air yang
ada dan reaksi dalam fase padat jauh lebih lambat daripada di fase cair.
Craig - Dental Materials 13th edition,2018
Properties
BONDING MECHANISM
McCabe 2008
MEKANISME BONDING
McCabe 2008
Craig - Dental Materials 13th edition,2018
INDIKASI
● Digunakan untuk restorasi di daerah yang memiliki tekanan rendah / low stress–bearing areas dan
direkomendasikan untuk pasien dengan risiko karies tinggi
● Restorasi ini lebih estetik daripada GIC konvensional karena kandungan resinnya.
● Contoh RMGIs in cervical erosions, abfractions, and other restorations are shown in Fig. 8.6.
KONTRAINDIKASI
● RMGI mengikat struktur gigi tanpa menggunakan bonding agent → karena RMGI agak lebih kuat
(memiliki kekuatan ikatan yang lebih tinggi) dari ionomer kaca konvensional.
APLIKASI BAHAN DALAM KLINIK
● Digunakan sebagai basis suatu tambalan atau
liners yang melapisi bagian dalam kavitas
dibawah tambalan komposit resin, amalgam atau
restorasi keramik
● Digunakan untuk restorasi yang tidak berkontak
langsung dengan tekan kunyah atau restorasi
yang menahan tekanan kunyah tidak besar
seperti untuk kavitas klas III dan klas V.
● Dapat digunakan untuk penambalan pit and
fissure dan dilaporkan bisa digunakan untuk
tambalan gigi sulung klas II
Untitled
http://www.jdentistry.ui.ac.id › article › download
Sakaguchi R.L. and Powers J.M. Craig’s Restorative Dental
Materials 13th ed, Elsevier, 2012.
CARA MANIPULASI
- RMGIC yang dikemas secara besar sebagai serbuk dan cairan, manipulasi seperti
semen ionomer.
- Ratio serbuk dan cairan sangat penting untuk pemeliharaan sifat fisik dan
keberhasilan perawatan.
- RMGIC segera setting saat dilakukan penyinaran dan selesai 5-10 menit setelah
setting awal.
- Warna dan tekstur permukaan dapat diperbaiki dengan finishing the
restorations in a wet environment (water spray or water-soluble lubricant) dan
kemudian diberikan varnish untuk perlindungan.
Cara Manipulasi Dan Aplikasi
● Gunakan sarung tangan sebelum manipulasi (HEMA
bersifat allergen)
● Kocok botol bubuk sebelum digunakan dan tuangkan liquid
dengan arah
● botol tegak lurus dengan mixing pad
● Pencampuran dilakukan selama 30 detik
● Working time selama 2.5 menit
● Aplikasikan semen ke gigi yang sudah dibersihkan (tidak
membutuhkan coating/pelapis)
REAKSI PENGERASAN
● Reaksi pengerasan sama dengan gic → reaksi asam-basa saat pertama kali bubuk
dicampurkan
● Reaksi ini berlangsung lebih lambat sehingga memberikan waktu kerja yang lebih
lama
● Pengerasan bahan dipercepat dengan aktivasi sinar karena terjadi polimerisasi dari
HEMA dan Kopolimer yang ada dan akan membantu cross-linking diantara gugus
metakrilat
● Bahan dapat menjadi keras dalam waktu 30 detik penyinaran
● Jika sumber sinar tidak cukup maka bahan akan tetap menjadi keras dalam waktu
yang lebih lama yaitu 15-20 menit
● Aktivasi sinar akan membentuk jembatan garam alumunium dan akan dilanjutkan
dengan raksi asam basa setelah proses polimerisasi sampai proses pengerasan bahan
sempurna → sistem curing
Untitled
http://www.jdentistry.ui.ac.id › article › download
http://repository.unissula.ac.id/1009
9/6/BAB%20I.pdf
KEKURANGAN :
1. sifat hidrofilik dari polihidroksietil metakrilat, sehingga dapat menyerap air
(Beriat dan Nalbant, 2009) → Keadaan ini dapat menurunkan sifat fisik serta
mekanik
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials,
12th ed. Elsevier Science, 2013
KEKURANGAN
Walmsey A.D. dkk.: Restorative Dentistry, 2nd ed, Churchill Livingstone, Elsevier, 2007.
Mounts GJ, Hume WR.: Preservation and Restoration of Tooth Structure 3th ed. Mosby, 2016.
Sakaguchi R.L. and Powers J.M. Craig’s Restorative Dental Materials 13th ed, Elsevier, 2012.
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
Sifat
● Menggabungkan sifat dari resin composites + GIC (tetapi lebih
mirip dengan resin)
● Tensile strength , flexural strength wear resistance Compomers >
GIC & RM GIC
● Warna tidak stabil → Perubahan indeks bias di permukaan oleh
penyerapan air dan pewarnaan makanan kemungkinan menjadi
penyebabnya.
● Microhardness, fracture toughness, modulus of elasticity, flexural
and compressive strengths berada di antara GIC & RK
● Compomers membutuhkan light activation untuk setting dan
memerlukan bonding agent dikarenakan tidak adanya reaksi
asam basa setelah penumpatan (mount)
● Pertukaran ion terjadi saat pelepasan fluoride beberapa waktu
setelah penumpatan (mount)
● Mekanisme pengeluaran fluoride sama dengan GIC
● Jumlah fluoride yang dihasilkan < GIC Walmsey A.D. dkk.: Restorative Dentistry, 2nd ed, Churchill Livingstone, Elsevier, 2007.
Mounts GJ, Hume WR.: Preservation and Restoration of Tooth Structure 3th ed. Mosby, 2016.
● Retensi mikromekanikal Sakaguchi R.L. and Powers J.M. Craig’s Restorative Dental Materials 13th ed, Elsevier, 2012.
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
komposisi
● Partikel filler inorganik nonreaktif
● Partikel gelas silika reaktif → filler
● Sodium fluoride
● Polyacid-modified monomer (diester of 2-hydroxyl methacrylate with butane carboxylic
acid) → resin matrix
● Fotoaktivator
https://pocketdentistry.com/2-compomers-and-giomers/
Sakaguchi R.L. and Powers J.M. Craig’s Restorative Dental Materials 13th ed, Elsevier, 2012.
Teknik manipulasi
Walmsey A.D. dkk.: Restorative Dentistry, 2nd ed, Churchill Livingstone, Elsevier, 2007.
Mounts GJ, Hume WR.: Preservation and Restoration of Tooth Structure 3th ed. Mosby, 2016.
Sakaguchi R.L. and Powers J.M. Craig’s Restorative Dental Materials 13th ed, Elsevier, 2012.
Anusavice, Shen, Rawls. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th ed. Elsevier Science, 2013
https://pocketdentistry.com/2-compomers-and-giomers/
https://pocketdentistry.com/2-compomers-and-giomers/
Anestesi Lokal
Suniarti, D.F., Soekanto, S.A. and Arif, A.
(2012). Farmakologi Kedokteran Gigi.
Badan Penerbit FKUI.
DEFINISI dan sifat anestesi lokal
ANESTESI LOKAL (Suniarti, Soekanto and Arif, 2012)
→ obat yang digunakan untuk memblok konduksi saraf secara reversible,
menghilangkan rasa nyeri pada bagian tubuh tertentu tanpa disertai dengan
kehilangan kesadaran ( pasien tetap dalam kondisi sadar)
SIFAT ANESTESI LOKAL (Suniarti, Soekanto and Arif, 2012)
1. Harus bisa menekan konduksi saraf
2. Harus bersifat lipofilik : agar obat bisa berpenetrasi ke serat saraf
3. Harus bersifat hidrofilik : agar obat tidak mengendap
4. Tidak mengiritasi di lokasi tempat pemberian anestesi
klasifikasi
Terbagi jadi 2 golongan :
1. Amida
2. Ester
Suniarti, D.F., Soekanto, S.A. and Arif, A. (2012). Farmakologi Kedokteran Gigi. Badan Penerbit FKUI.
Indikasi & kontra indikasi
jenis tipe indikasi
Kontra indikasi :
1. Hipersensitivitas
2. Syok berat
3. Meningitis (untuk anestesi)
4. Miastenia gravis : melemahnya otot tubuh karena gangguan pada saraf
Suniarti, D.F., Soekanto, S.A. and Arif, A. (2012). Farmakologi Kedokteran Gigi. Badan Penerbit FKUI.
Efek samping
(adverse effect)
Yagiela, Dowd, Johnson, Mariotti, Neidle. Local anestetic. Pharmacology and therapeutic for dentistry. Six edition.p 246
Systemic toxycity
● Efek toksik paling serius berkaitan dengan konsentrasi darah berlebihan akibat injeksi
intravaskular obat dalam jumlah besar yang tidak disengaja
● Kejang, henti nafas, dan kolaps kardiovaskular
dicegah dengan:
○ Anesthesi efektif dengan dosis terkecil
○ Menggunakan teknik injeksi yang tepat, termasuk aspirasi
○ Gunakan larutan yang mengandung vasokonstriktor bila pasien tidak
kontraindikasi
● Jika terjadi toksik ringan, respons epinefrin, atau serangan syncopal, pasien diberikan
terapi dengan tidur terlentang dan diberikan oksigen.
● Kejang kuat yang berkepanjangan membutuhkan intervensi farmakologis. Berikan
benzodiazepin yang bekerja cepat secara intravena
○ Diazepam intravena 0,1 mg/kg-0,3 mg/kg atau midazolam 0,03-0,1 mg/kg dapat
menghilangkan kejang anesthesi lokal tanpa efek samping ke sirkulasi.
Yagiela, Dowd, Johnson, Mariotti, Neidle. Local anestetic. Pharmacology and therapeutic for dentistry. Six edition.p 246
Idiosyncratic reaction
● Beberapa pasien memiliki kerentanann abnormal terhadap anesthesi lokal
● Paling sering, reaksi toksik yang terjadi terkait kecemasan, vasokonstriktor, dan
injeksi intravaskular yang tidak disengaja
● Injeksi intravaskular lidokain 10 mg ke dalam arteri vertebralis dapat menyebabkan
kejang
Allergic phenomena
● Anesthesi lokal jarang menyebabkan alergi
● Bila terjadi alergi, turunan ester asam p aminobenzoat biasanya terlibat
● Secar historis, sebagian besar alergi terjadi pada dokter gigi dan professional
kesehatan lain yang terpapar ester teratur
● Erupsi urtikaria, ruam eritematosa, dan respons dermatologis lainnya merupakan
manifestasi khas dari alergi anestesi lokal pada pasien dan secara teratur diobati
dengan antihistamin
Yagiela, Dowd, Johnson, Mariotti, Neidle. Local anestetic. Pharmacology and therapeutic for dentistry. Six edition.p 246
Mekanisme kerja
● Anestesi lokal terutama mempengaruhi serabut saraf kecil dan tidak bermielin.
● Urutan modalitas rasa yang dipengaruhi: sakit; dingin atau panas; raba; tekanan
dalam.
● Anestesi lokal bekerja dengan mempengaruhi hantaran listrik dalam serabut saraf.
● Saat istirahat serabut saraf mengandung banyak kation di bagian luar dan anion di
bagian dalam.
● Potensial aksi saraf akan menyebabkan terbukanya kanal natrium dan masuknya
natrium akan menimbulkan perubahan potensial dari -90mV menjadi +40mV.
● Aliran ion kalium di bagian luar akan menyebabkan repolarisasi membran dengan
menurunkan permeabilitas membran sel saraf dan menutup kanal natrium.
● Anestesi lokal akan terikat dengan reseptor spesifik pada membran saraf.
● Setelah berikatan dengan reseptor, anestesi lokal akan memblok konduksi impuls saraf
dengan menurunkan permeabilitas membran sel terhadap ion natrium.
● Keadaan ini akan menurunkan depolarisasi membran sel saraf, meningkatkan ambang
eksitabilitas dan mencegah penjalaran potensial aksi.
● Anestesi lokal dapat menurunkan permeabilitas karena berkompetisi dengan kalsium
untuk berikatan dengan reseptor membran sel dan mencegah dimulainya konduksi
saraf.
Farmakodinamik
Shanbhag TV, Shenoy S, Nayak V. Pharmacology for Dentistry 2ed.
farmakodinamik
● Sistem saraf
○ Sistem saraf tepi → Urutan serat saraf yang terkena adalah serat otonom, nyeri, suhu,
sentuhan, tekanan, dan serat motorik
○ SSP → Sebagian besar LA melewati blood-brain barier (BBB)
Proses : stimulasi SSP → depresi dalam dosis yang lebih tinggi
Akibat :
- kegembiraan, tremor, kedutan, kegelisahan dan kejang
- depresi pernafasan, koma dan kematian → dosis besar
● Sistem kardiovaskular
○ Jantung
- LA memblokir kanal Na+ → menurunkan aktivitas pacemaker yang tidak normal,
kontraktilitas, konduktivitas, rangsangan, detak jantung, cardiac output, dan
meningkatkan periode refraktori yang efektif.
- Memicu aritmia jantung (konsentrasi tinggi, intravena)
- Menyebabkan kolaps kardiovaskular dan kematian (Bupivakain)
- Menurunkan otomatisitas dan berguna pada aritmia ventrikel. (Lignokain)
○ Pembuluh darah → hipotensi akibat vasodilatasi dan depresi miokardial
Farmakokinetik
Yagiela, Dowd & Neidle Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. St. Louis: Elsevier Mosby.
Farmakokinetik : Absorbsi
● Tingkat absorbsi bergantung pada → dosis, profil farmakologis obat, keberadaan agen
vasokonstriktor, sifat tempat pemberian.
● Semakin banyak obat yang disuntikkan, semakin tinggi konsentrasi darah yang
dihasilkan
● Obat dengan sifat vasodilatasi yang kuat, (prokain dan lidokain) dapat meningkatkan
penyerapannya sendiri secara signifikan, terutama bila disuntikkan ke dalam ruang
yang sangat vaskular.
● Obat yang bukan vasodilator kuat (mepivacaine dan prilocaine) tidak menonjolkan
absorpsinya sendiri secara nyata → tidak memerlukan vasokonstriktor yang banyak
untuk membatasi penyerapan.
● LA mudah diserap dari sebagian besar permukaan mukosa.
Yagiela, Dowd & Neidle Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. St. Louis: Elsevier Mosby.
Farmakokinetik : distribusi
● Saat memasuki sirkulasi, anestesi lokal sebagian (5% sampai 95%) terikat oleh
protein plasma (khususnya glikoprotein asam-α1 dan albumin pada tingkat yang
lebih rendah) dan sel darah merah.
● Pengikatan protein plasma berkorelasi langsung dengan hidrofobisitas anestesi
lokal.
● Perbedaan konsentrasi glikoprotein asam-α1 → pengikatan fraksional anestesi
lokal antar individu maupun individu yang sama pada waktu yang berbeda.
● Setelah didistribusikan ke seluruh ruang intravaskular, obat yang tidak terikat
bebas berdifusi ke dalam berbagai jaringan tubuh.
Yagiela, Dowd & Neidle Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. St. Louis: Elsevier Mosby.