Anda di halaman 1dari 180

Gigi

Berlubang
DK 2 Skenario 1 PBL 3
Learning Issues
1. Definisi dari plak, karies, dan debris
2. Karies gigi f. Tatalaksana
a. Etiologi - Diagnosis
b. Faktor Risiko - Rencana perawatan
i. Hubungan pH dan laju alir saliva dengan karies g. Prognosis
c. Patogenesis
d. Klasifikasi OB
i. ICDAS 1. Kurva Stephan dan pH Critical
ii. ICCMS 2. Proses demineralisasi dan remineralisasi pada gigi
iii. Mount 3. Hubungan saliva dengan faktor risiko karies
iv. Black 4. Gambaran histopatologis karies
e. Pemeriksaan
i. Subjektif : Anamnesis
ii. Objektif :
1. Pemeriksaan Klinis
2. Penilaian OHIS
3. Indeks plak dan debris
4. CAMRA
5. Traffic Light Matrix
6. Diet Record
iii. Penunjang : Gambaran Radiograf
Outline

01 DEFINISI 02 KARIES GIGI


Etiologi, faktor risiko, patogenesis,
Plak, Karies, Debris klasifikasi, pemeriksaan, tatalaksana,
prognosis

03 Oral Biologi 04 KASUS


Kurva Stephan dan pH Critical, Proses demineralisasi
dan remineralisasi pada gigi, Hubungan saliva dengan
Kasus Nana (17 tahun) dan Kasus Tika
faktor risiko karies, Gambaran histopatologis karies (7 tahun)
01.
Definisi
Definisi
PLAK
Textbook of Operative Dentistry 2nd ed.
Plak gigi adalah endapan bakteri yang melekat dan produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi
Carranza’s 11th ed
Plak gigi adalah deposit lunak berupa lapisan tipis yang melekat di permukaan gigi atau permukaan struktur jaringan keras lain
di dalam rongga mulut, termasuk pada alat restorasi lepasan atau cekat.
Preservation and Restoration of Tooth Structure 3rd ed
Plak adalah lapisan semi-transparan polisakarida yang melekat kuat pada permukaan gigi dan mengandung organisme
patogen. Plak terbentuk pada setiap gigi setiap hari, terlepas dari food intake.
DEBRIS
Oral debris didefinisikan sebagai benda asing lunak yang melekat secara longgar pada gigi. Warnanya bervariasi dari putih
keabu-abuan hingga hijau atau oranye
KARIES
Textbook of Operative Dentistry 2nd ed.
Karies gigi adalah penyakit mikrobiologis yang menular pada gigi yang mengakibatkan disolusi lokal dan kerusakan jaringan
kalsifikasi, yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme dan karbohidrat yang dapat difermentasi.
Preservation and Restoration of Tooth Structure 3rd ed
Karies adalah penyakit kronik yang prosesnya berlangsung lama berupa hilangnya ion-ion mineral (HA) secara terus menerus
dari permukaan enamel pada mahkota atau permukaan akar yang sebagian besar disitmulasi oleh adanya beberapa flora bakteri
dan produk-produk yang dihasilkannya.
- Karies bisa menular -> bayi yg kontak terus sm ortunya, karies bs nular dr ibu ke anak
- Karies bisa menular lewat kontak antar org dewasa ; cth berciuman
- Pellicle → lapisan brisi protein saliva yg menempel di permukaan gigii
- Biofilm
- Makan ga makan bakal ada plak, krn bakteri udh ada dr mulut
- Debris sisa2 makanan yang melekat di rongga mulut
- Debris = semua benda asing, tp kan biasanya yg masuk kan cm makanan
- Plak biofilm
02.
Karies
Etiologi
Etiologi Karies
● Faktor Primer
○ Gigi (host)
■ Variasi morfologi: Gigi yang berisiko → fisur yang dalam dan sempit, pit bukal dan
lingual yang dalam, permukaan akar yang terbuka, tepi restorasi.
■ Komposisi: kurangnya maturasi enamel atau kehadiran dari cacat developmental →
meningkatkan retensi plak, kolonisasi bakteri, dan membuat gigi lebih suspek untuk
demineralisasi.
■ Posisi: keluar dari posisi, rotasi atau posisi abnormal → sulit dibersihkan → makanan
mudah menyangkut dan terjadi penumpukan debri.
○ Substrat
■ Saliva
● Yang membantu remineralisasi → kalsium, fosfat, dan fluorida.
● Ketika laju alir saliva berkurang → meningkatkan retensi makanan, buffer saliva
tidak ada, sehingga lingkungan asam → meningkatkan pertumbuhan bakteri.

- Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
- Rathee M. Dental Caries [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library of Medicine; 2021 [cited 2021Apr25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699/
● Substrat
○ Makanan
■ Kebiasaan makan
● Makanan yang makin halus dan kurang serat → menempel di gigi
makin kuat.
● S. mutans → menggunakan sukrosa untuk memproduksi glukan EPS
(polisakarida ekstraseluler) → membentuk S. Mutan melekat lebih
kuat.

● Bakteri
● Periode waktu

- Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
- Rathee M. Dental Caries [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library of Medicine; 2021 [cited 2021Apr25]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699/
● Faktor Sekunder (Modifikasi)
○ Umur
■ Lebih rentan pada anak-anak dan orang lansia
○ Jenis kelamin
■ Perempuan > laki-laki.
○ Ras
■ Berbeda” karena perbedaan kultur dan jenis makanan
○ Keturunan
○ Kesehatan sistemik
■ Penyakit apapun yang menyebabkan poor OH dan menyebabkan karies, seperti pasien
dengan penyakit jiwa atau terganggu kemampuan motoriknya. Dan pengunaan
obat-obatan seperti antidepresan, diuretik, antihistamin.
○ Pekerjaan
■ Sopir truk, pekerja toko kue lebih rentan karena frekuensi makan dan jadwal makan
yang irregular.
- Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
- Rathee M. Dental Caries [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library of Medicine; 2021 [cited 2021Apr25]. Available from:
Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical
management. Blackwell Munksgaard. 2003.
Etiologi karies

Acidogenic Theory
Ditemukan oleh WD Miller pada tahun 1882, teori ini yang paling diterima. Menurut miller kerusakan
dental merupakan proses parasite kimiawi yang terdiri dari 2 tahap yaitu decalcification enamel yang
menghasilkan kerusakan total dan tahap peleburan residu lunak dari enamel dan dentin. Pada tahap
pertama terdapat kerusakan yang dilakukan oleh asam dimana peleburan residu (tahap kedua)
dilakukan oleh aksi bakteri proteolitik. Proses ini di bantu oleh kehadiran karbohidrat,
mikroorganisme dan dental plak

➔ Role of dental plaque


Dental plak merupakan awal dari karies karena mempunyai lingkungan untuk bakteri
memproduksi asam yang nantinya akan menyebabkan demineralisasi dari jaringan keras gigi.

- Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
- Rathee M. Dental Caries [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library of Medicine; 2021 [cited
2021Apr25]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699/
Etiologi karies

➔ Role of carbohydrates
Karbohidrat menggunakan efek cariogenic yang bergantung pada faktor berikut; frekuensi
asupan,komposisi kimiawi contohnya monosakarida dan disakarida lebih carious daripada
polisakarida, bentuk physical seperti solid, sticky jelly atau liquid, Waktu karbohidrat kontak
dengan gigi, Kehadiran komponen makanan lain seperti high fat atau protein yang membuat
karbohidrat kurang kariogenik

➔ Role of Microorganism
Mikroorganisme yang paling sering adalah streptococci mutans. Pada permukaan coronal karies
di inisiasi oleh streptococcus mutans dan pada root surface akan biasanya oleh actinomyces
viscosus. Kehadiran tinggi dari lactobacillus acidophilus dalam saliva menunjukkan terjadinya lesi
karies aktif

➔ Role of Acids
Untuk menginisiasi dental karies, kehadiran asam (asam laktak, asam butyric) pada
permukaan gigi diperlukan.
- Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
- Rathee M. Dental Caries [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library of Medicine; 2021 [cited
2021Apr25]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699/
Etiologi karies

Proteolytic Theory
Ditemukan oleh heider, bodecker (1878) dan abott (1879). Menurut teori ini
porsi organic pada gigi berperan penting dalam perkembangan dental
caries. Struktur email yang terbentuk dari bahan organic seperti enamel
lamella dan enamel rod merupakan jalan untuk mikroorganisme
menyebabkan karies. Microorganism menyerbu enamel lamella dan
memproduski asam oleh bakteri yang menyebabkan kerusakan pada ‘organic
pathways’. Proteolyis-Chelation Theory ini di cetuskan oleh schatz dan
teman kerjanya.

- Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
- Rathee M. Dental Caries [Internet]. StatPearls [Internet]. U.S. National Library of Medicine; 2021 [cited
2021Apr25]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551699/
Faktor Risiko
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf

Faktor risiko karies terdiri atas flour, oral hygiene, bakteri, saliva, dan pola
makan.

Perkembangan karies juga dipengaruhi adanya faktor modifikasi. Faktor - faktor


ini memang tidak langsung menyebabkan karies, namun pengaruhnya berkaitan
dengan perkembangan karies seperti umur, jenis kelamin, perilaku, faktor sosial,
genetik, pekerjaan dan kesehatan umum
Essentials of Dental Caries by Edwina Kidd Ole Fejerskov
Medical History

● Obat-obatan yang mengandung gula


● Obat-obatan yang membuat mulut kering
● Radioterapi untuk malignancy di area kepala dan leher
● Sindrom Sjögren
Oral Hygiene

● pasien jarang menyikat gigi, menggunakan pasta gigi yang mengandung


fluoride
● pasien menggunakan appliance tertentu (GTSL, AOL, dll)
Diet

● Sering mengonsumsi makanan atau minuman manis.


● Pertanyaan tentang diet wajib ketika seorang pasien hadir dengan aktif lesi
karies atau riwayat beberapa restorasi yang sering terjadi diganti.
Social and Demographic Factor

● Kemiskinan
● Tingkat pendidikan rendah
● Lingkungan yang jauh dari pelayanan kesehatan
● Usia
● Perilaku
Saliva

Tingkat sekresi yang rendah menyebabkan


- Berkurangnya eliminasi mikroorganisme dan sisa makanan
- Gangguan netralisasi asam
- Penurunan kemampuan untuk memperbaiki demineralisasi kecil

Peningkatan aktivitas karies sering terlihat pada orang dengan penurunan


kecepatan sekresi saliva.

Kelajuan saliva diukur ketika ada tanda-tanda xerostomia atau ketika insidensi
karies yang tinggi tidak dapat dijelaskan.

Kidd EAM, Fejerskov O. Essentials of Dental Caries. 4th ed. Kidd EAM, Fejerskov O, editors. Vol. 4, Oxford University Press. Oxford: Oxford University Press; 2016. 836 p.
Caries Management by Risk Assesment

● Jumlah lactobacillus dan Streptococcus mutans yang meningkat;


● Penurunan laju aliran saliva;
● Kelainan anatomi gigi;
● Heavy plaque;
● Seringnya konsumsi snack mengandung gula
TLM SYSTEM (traffic light matrix)
Saliva Diet Modifying factors
1. Ability of minor salivary 6. Number of daily sugar 12. Past and current caries
glands to produce saliva exposures experience
2. Consistency of 7. Number of daily acid 13. Past and current medical
unstimulated saliva exposures status; factors that modify
3. pH of unstimulated saliva Fluoride salivary flow
4. Stimulated salivary flow 8. Past and current exposure 14. Lifestyle
rate Oral Biofilm 15. Dental appliances (e.g.
5. Buffering capacity of 9. Thickness partial denture, orthodontic
stimulated saliva 10. Differential staining appliance)
11. Microbial composition
Saliva

● Flow rate stimulated dan unstimulated saliva rendah akan mengakibatkan


berkurangnya proses pembuangan mikroorganisme dan sisa makanan,
menurunnya kemampuan menetralkan asam (fungsi buffer saliva), dan
kemampuan untuk memperbaiki demineralisasi minor.
Kidd EAM, Fejerskov O. Essentials of Dental Caries. 4th ed. Kidd EAM, Fejerskov O, editors. Vol. 4, Oxford University Press. Oxford: Oxford University Press.
Tingkat Sekresi Saliva Terstimulasi
- Pasien diminta untuk menelan apa saja
air liur hadir di mulut
- Kemudian mengunyah sepotong lilin
parafin
- Air liur yang terbentuk selama 5 menit
berikutnya dikeluarkan
- Tingkat kelajuan saliva normal
terstimulasi pada dewasa : 1-2
ml/menit
- Laju sekresi terstimulasi rendah pada
orang dewasa : <0,7 ml / menit

Kidd EAM, Fejerskov O. Essentials of Dental Caries. 4th ed. Kidd EAM, Fejerskov O, editors. Vol. 4, Oxford University Press. Oxford: Oxford University Press; 2016. 836 p.
Tingkat Sekresi Saliva Tidak Terstimulasi
- Pasien duduk dengan tenang di dental chair selama 10 menit, tanpa mengunyah
atau menelan tetapi meludah ke dalam cangkir sekali pakai
- Tingkat kelajuan saliva normal pada dewasa yang Tidak Terstimulasi : 0.3–0.5
ml/menit

Kidd EAM, Fejerskov O. Essentials of Dental Caries. 4th ed. Kidd EAM, Fejerskov O, editors. Vol. 4, Oxford University Press. Oxford: Oxford University Press; 2016. 836 p.
Bagaimana Saliva Mempengaruhi Karies

- Aliran air liur dapat mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi dan
juga meningkatkan laju pembersihan karbohidrat dari rongga mulut.
- Difusi menjadi plak komponen saliva seperti kalsium, ion fosfat, hidroksil,
dan fluorida dapat menurunkan kelarutan email serta meningkatkan potensi
remineralisasi lesi karies dini.
- Sistem penyangga asam karbonat-bikarbonat, serta amonia dan urea
penyusun dari saliva, dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH
yang terjadi ketika bakteri plak memetabolisme gula.

Kidd EAM, Fejerskov O. Essentials of Dental Caries. 4th ed. Kidd EAM, Fejerskov O, editors. Vol. 4, Oxford University Press. Oxford: Oxford University Press.
- Beberapa komponen non-imunologi saliva seperti lisozim, laktoperoksidase, dan
laktoferin memiliki aksi antibakteri langsung pada plak mikroflora atau dapat
mempengaruhi metabolisme mereka sehingga menjadi kurang asidogenik.
- IgA disekresikan oleh sel plasma di dalam kelenjar ludah, sedangkan komponen
protein lain diproduksi di sel epitel yang melapisi saluran.
- Protein saliva dapat meningkatkan ketebalan pelikel yang didapat dan sebagainya
membantu memperlambat pergerakan ion kalsium dan fosfat dari email.

Kidd EAM, Fejerskov O. Essentials of Dental Caries. 4th ed. Kidd EAM, Fejerskov O, editors. Vol. 4, Oxford University Press. Oxford: Oxford University Press.
pH Critical
dan Kurva
Stephan
pH Critical

pH kritis adalah pH saat larutan jenuh terhadap


mineral tertentu

pH larutan > kritikal pH pH larutan < kritikal pH


larutan sangat jenuh terhadap larutan tidak jenuh, mineral akan
mineral, mineral yang berlebih akan terlarut sampai larutan menjadi
mengendap jenuh

Bowen W. The Stephan Curve revisited. Odontology [Internet]. 2012 [cited 24 April 2021];101(1):2-8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23224410/
Dawes C. What Is the Critical pH and Why Does a Tooth Dissolve in Acid?. Journal of the Canadian Dental Association. 2003;69(11):722-4.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
pH Critical
● Kritikal pH berawal dari konsep bahwa email tidak mulai terlarut
hingga mencapai pH tertentu pada plak
● Kritikal pH email gigi = 5,5 (ranged between 5,2 - 5,5)
⇒ saliva dan cairan plak sangat jenuh terhadap email gigi/HA (pH
larutan > kritikal pH) sehingga email tidak terlarut dalam saliva
● kritikal pH tidak selalu konstan karena level mineral (kalsium dan
fosfat) dalam cairan plak bervariasi tiap individu dan dapat
bervariasi tiap gigi
● kritikal pH dentin (6.5) dan sementum mungkin lebih tinggi dari
kritikal pH email karena kurangnya mineral pada komposisinya

Bowen W. The Stephan Curve revisited. Odontology [Internet]. 2012 [cited 24 April 2021];101(1):2-8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23224410/
Dawes C. What Is the Critical pH and Why Does a Tooth Dissolve in Acid?. Journal of the Canadian Dental Association. 2003;69(11):722-4.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

pH critical enamel
Kurva Stephan
● Kurva Stephan menggambarkan perubahan pH yang
terjadi pada lingkungan intraoral
● Ketika mengkonsumsi fermentable carbohydrate, pH
akan turun drastis sekitar 5-20 menit
● pH akan kembali ke nilai awal secara berkala antara
30-60 menit
● Hal ini menunjukkan bahwa ketika kita mengkonsumsi
makanan manis, lingkungan intraoral akan menjadi
asam.
● Lingkungan asam ini akan mengakibatkan
demineralisasi, sehingga enamel menjadi lunak
● Tetapi, pH mulut akan kembali normal karena adanya
saliva yang memiliki sifat buffer yang berfungsi untuk
Area merah → cariogenic activity
mengembalikan pH mulut menjadi normal kembali
Essentials of Dental Caries 4th ed by Edwina Kidd, Ole Fejerskov
Stephan Curves
Stephan menunjukkan hubungan antara perubahan pH plak selama periode
waktu setelah mengalami glucose rinse

Extreme Caries Moderate caries


remineralisasi Penurunan pH
Sustained period
demineralization dalam 5-20
menit pertama
gradual recovery setelah 30-60
demineralisasi menit

Ritter A, Boushell L, Walter R. Sturdevant's art and science of operative dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
Frekuensi Eksposure Gula
Frekuensi exposure sucrose mempengaruhi progres demineralisasi gigi

3x makan per hari Between-meal snacks


Penurunan pH masing-masing Lebih banyak acid attacks,
bertahan 1 jam nearly continuous
Ritter A, Boushell L, Walter R. Sturdevant's art and science of operative dentistry. 7th ed. St. Louis: Elsevier; 2019.
Patogenesis
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Demineralisasi pada Tingkat Ionik


● Biofilm dalam kondisi asam yang parah → buffer ion fosfat dan bikarbonat berdifusi
ke dalam dari air liur, bisa menjadi kewalahan, meninggalkan ion H + tanpa buffer yang
meresap ke dalam pori-pori laminar email. Kondisi tak jenuh/unsaturated ini di dalam
hidrasi sel, berdekatan dengan kristal gigi, akan menyebabkan HA larut → ada
kehilangan mineral pada permukaan sub enamel
● Terdapat berbagai biofilm dalam rongga mulut dengan perbedaan signifikan antar
biofilm pada area interproksimal, smooth surfaces, fisur dan partially emerged teeth
● Bersamaan dengan perbedaan laju alir saliva dan perbedaan kapasitas buffer di
berbagai bagian mulut → ada area yang memiliki resiko lebih tinggi terhadap
demineralisasi
● Biofilm ada yang lebih tebal di beberapa lokasi (pit dan fisur, tepat di bawah area
kontak gigi geligi, dan tooth-gingiva junction) → area paling sering terdapat inisiasi
karies
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Demineralisasi Permukaan Sub Enamel

● Selama proses demineralisasi, ion hidrogen dari biofilm berdifusi ke enamel lebih
cepat dan lebih dalam daripada buffer saliva serta ion kalsium & fosfat → permukaan
enamel lebih intact/utuh dibanding permukaan bawahnya
● Lesi permukaan sub enamel bersifat lebih porous dan mengandung lebih banyak air
sehingga merubah indeks bias → area yang terinfeksi berwarna putih opak → white
spot
Essentials of Dental Caries, 4th ed. 2016. Pg 29-32

Remineralisasi Enamel

● Remineralisasi permukaan sub enamel membutuhkan ion kalsium dan fosfat →


berdifusi ke porus pada enamel subsurface, biasanya melalui zona permukaan yang
intact
● Semua pori pada enamel berisi air dan protein
● Remineralisasi lesi gigi membutuhkan kristal apatit yang terdemineralisasi sebagian
yang dapat membesar sebagai akibat dari paparan solusi jenuh sehubungan dengan
apatit
● secara klinis jika berbicara tentang remineralisasi adalah perubahan permukaan yang
dominan, yang merupakan kombinasi dari abrasi email berpori, dan pengendapan
ulang yang lambat dari mineral ke partly dissolved crystal
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf

Patofisiologi Karies

● Karies gigi dapat terjadi apabila faktor-faktor utama terpenuhi, yaitu:


○ Gigi yang rentan/ mudah terpengaruh
○ Substrat kariogenik (banyak yang mengandung karbohidrat
seperti gula sukrosa)
○ Mikroorganisme (agent yang acidogenic → S. Mutans)
○ Interaksi dalam waktu yang cukup
● Keempat faktor ini semua harus ada untuk menyebabkan karies
karena tanpa satu dari keempat faktor ini maka tidak akan terjadi
karies (non karies).
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf

Patofisiologi Karies

● Karies gigi terbentuk karena adanya mikroorganisme yang


berkembang biak secara pesat di lingkungan yang kaya sukrosa
seperti sisa makanan manis di sela gigi (menimbulkan plak gigi dan
menghasilkan asam yang dapat mendemineralisasi gigi dan akhirnya
menyebabkan lubang pada gigi)
● Beberapa jenis karbohidrat makanan dapat difermentasikan oleh
bakteri asidogenik yang kemudian membentuk asam sehingga pH
plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5 menit.
● Penurunan pH yang berulang pada waktu tertentu akan
menyebabkan demineralisasi permukaan gigi
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf

Patofisiologi Karies
● Awalnya asam (H+) terbentuk karena adanya gula (sukrosa) dan bakteri dalam plak (kokus). Gula
(sukrosa) akan mengalami fermentasi oleh bakteri dalam plak sehingga akan terbentuk pada
permukaan email gigi.
● Asam (H+) dengan pH kurang lebih ini dapat masuk ke dalam email melalui port d'entre.
Permukaan email lebih banyak mengandung Kristal fluoroapatit yang lebih tahan terhadap
serangan asam sehingga asam hanya dapat melewati permukaan email.
● Sedangkan asam yang masuk ke bagian bawah permukaan email akan melarutkan kristal
hidroksiapatit yang ada. Reaksi kimianya:
Ca10(PO4)6(OH)2 + 8 H+ → 10 Ca2+ + 6 HPO4- + 2 H2O
Hidroksiapatit ion + Hidrogen → Kalsium + Hidrogen phospat + air
● Apabila asam yang masuk ke bawah permukaan email sudah banyak, maka reaksi akan terjadi
berulang kali. Jumlah Ca yang lepas bertambah banyak dan lama kelamaan Ca akan keluar dari
email.
● Proses ini disebut dekalsifikasi, karena proses ini terjadi di bagian bawah email yang disebut
dekalsifikasi bagian bawah permukaan
http://repository.unimus.ac.id/1502/3/bab2.pdf

Patofisiologi Karies

Sukrosa + Plak → Asam


Asam + Email → Karies
● Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi. Plak terbentuk dari
campuran antara bahan - bahan air ludah seperti musin, sisa - sisa sel jaringan mulut, leukosit,
limfosit, dan sisa makanan serta bakteri.
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Patogenesis Karies
Fermentasi
Terbentuk Plak Karbohidrat oleh
Bakteri

pH turun Menghasilkan asam

Demineralisasi Remineralisasi

Karies terjadi jika


Demineralisasi > Remineralisasi
Tahapan Patogenesis Karies

1. Bakteri menempel pada email


2. Berkembang biak menjadi plaque
3. Fermentasi karbohidrat oleh bakteri
4. Menghasilkan lactic acid (bersifat asam)
5. pH mengalami penurunan
6. Terjadi demineralisasi
7. Kemudian remineralisasi
8. Jika demineralisasi lebih besar dari remineralisasi maka akan terjadi karies
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Early Carious Lesion

● Ecological plaque hypothesis mengusulkan bahwa jika biofilm yang sebelumnya normal
dan non-patogen sering terkena gula yang dapat difermentasi, pengasaman biofilm
menjadi lebih sering dari asam yang dihasilkan oleh bakteri non-mutans fakultatif.
● Pengasaman biofilm yang awalnya ringan dalam intensitas waktu sering ini mendorong
bakteri yang lebih aciduric (toleran asam) dan asidogenik (penghasil asam) menjadi lebih
banyak, menyebabkan biofilm secara keseluruhan secara bertahap menjadi lebih asam
dari waktu ke waktu.
● Perubahan ini menyebabkan terdapat banyak bakteri Streptococci dan spesies tahan asam
lainnya seperti lactobacilli dan bifidobacterium, yang semakin memperparah efeknya.
Pada saat yang sama ada seleksi terhadap spesies-spesies yang menghasilkan alkali dan
lebih memilih lingkungan alkali, menyebabkan pengurangan keseluruhan dalam
keanekaragaman hayati biofilm.
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Early Carious Lesion


● Dalam keadaan ini di mana pH istirahat dari biofilm menjadi lebih rendah, karbohidrat
sederhana yang relatif sedikit dalam makanan diperlukan untuk menghasilkan penurunan
pH lebih lanjut ke tingkat di mana terjadi demineralisasi → pH kritis.
● Dalam periode antara konsumsi makanan atau minuman, pH dalam biofilm akan
meningkat karena buffer saliva dan aktivitas metabolisme yang berkurang oleh bakteri
biofilm tetapi lebih lambat dan pada tingkat yang lebih rendah daripada yang seharusnya
terjadi. Keseimbangan dalam apa yang disebut siklus demineralisasi-remineralisasi
karenanya akan mengarah pada demineralisasi
● Pada individu dengan aktivitas karies yang sangat tinggi, pH istirahat biofilm dapat di
bawah pH kritis.
● Gigi akan terus larut karena efek buffering dari pelarutan apatit dan efek buffer yang
berasal dari air liur tidak cukup untuk menghentikan proses.
● Interaksi metabolik yang unik antara sukrosa dan Streptococci mutans dapat menambah
patogenisitas asam dari biofilm tersebut.
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Early Carious Lesion

● Hubungan metabolik dan biokimiawi antara prevalensi karies yang tinggi dan
keberadaan sukrosa dalam makanan mungkin merupakan produksi sukrosa
dan penambahan pada lingkungan biofilm, dari jumlah besar gel poliglucan
ekstraseluler oleh Streptococci mutans dan spesies yang berkaitan erat.
● Sukrosa adalah satu-satunya substrat dari mana bakteri Streptococci mutans
dapat menghasilkan glikokaliks polyglucan sekitarnya. Glikokaliks memberikan
keuntungan selektif yang pasti bagi bakteri penghasil dalam hal kelangsungan
hidup dan reproduksi mereka. Ini juga mungkin mengubah ketebalan dan
biokimia difusi ion biofilm, meningkatkan patogenisitas kariesnya.
G.J Mount, et al. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Wiley Blackwell: 2016

Advanced Carious Lesion

● Saat demineralisasi-remineralisasi yang tidak seimbang berlanjut, maka permukaan


lesi akan terus bertambah porus dan akhirnya melemahkan mineral-mineral antara
kristal. Hal inilah yang menyebabkan kavitas. Biofilm pada kavitas akan merubah
komposisi mikrobialnya. Kavitas juga menyebabkan lebih sedikit akses untuk buffer
saliva. Perkembangan lesi masih bisa dihentikan tapi kemungkinan memperbaiki lesi
hilang.
● Saat demineralisasi sudah menuju dentin, bakteri menjadi permanen inhabitant.
Bakteri menghasilkan asam untuk melarutkan hydroxyapatite pada dentin yang
lebih dalam memicu adanya respon dentin/pulpa kompleks.
Root Surface Caries
Pada level biochemical, proses demineralisasi pada permukaan akar dengan demineralisasi pada
enamel identik, terdapat beberapa perbedaan

- Root surface lesion dimulai dari dentin, bukan dari enamel

- Pada karies enamel, lesi awal diidentifikasi sebagai white spot, pada karies permukaan akar

sulit untuk dideteksi karena tidak ada perubahan warna tetapi hanya modifikasi tekstur dan
kekerasan

- Mineral content pada dentin root surface lebih rendah dibandingkan enamel sehingga ketika

demineralisasi, matriks kolagen akan terekspos yang rentan terhadap kerusakan fisik. Namun
masih bisa remineralisasi oleh kalsium dan fosfat pada saliva dan fluoride apabila
keseimbangan demin-remin terjaga. Permukaan lesi pada root caries dapat mengeras dengan
aplikasi fluoride topikal atau remineralizing solutions.
(Rodrigues, 2000)
(Kidd, 2016)
Patogenesis Karies
Klasifikasi
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS)

- Klasifikasi karies berdasarkan penampakan visual lesi


- Sistem ini mengklasifikasikan karies dengan sistem numerik → digit ke-1 untuk kondisi
permukaan/restorasi dan digit ke-2 untuk tingkat karies, kecuali pada keterangan gigi hilang

Kode Kondisi Permukaan/Restorasi Kode Tingkat Karies Kode Gigi Hilang


0. Tidak direstorasi 0. Tidak ada kerusakan 97. Karena
1. Restorasi sebagian 1. First visual change in enamel 98. Karena faktor
2. Restorasi penuh 2. Distinct change in enamel 99. Belum Erupsi
3. Restorasi sewarna gigi 3. Enamel breakdown, no dentine visible
4. Restorasi amalgam 4. Underlying dentinal shadow (dentine
5. Crown stainless steel uncavitated)
6. Crown atau veneer 5. Distinct cavity within dentine
7. Restorasi rusak 6. Extensive distinct cavity within dentine
8. Restorasi sementara

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
ICDAS Scoring System
❖ Coronal Primary Caries Detection Criteria
➢ Pit & fissures
➢ Smooth surface
➢ Caries associated with restorations & sealant (CARS)

Graham J. Mount et al .Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2016


Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICDAS Scoring System
➢ Pit & fissures
● Code 0 (sound tooth surface): tidak adanya karies (dengan atau tanpa perubahan
translusesi enamel setelah air drying 5 sec). Permukaan yang disertai developmental
defects (enamel hypoplasia, fluorosis, tooth wears, dan extrinsic/intrinsic stain)
dikategorikan sound.
● Code 1 (fist visual change in enamel): ketika permukaan gigi diamati dalam kondisi basah
maka tidak terlihat adanya perubahan warna, namun setelah dilakukan air drying terjadi
diskolorasi/carious opacity (white/brown lesions).
● Code 2 (distinct visual change in enamel): Jika terlihat carious opacity (white spot
lesion) atau brown carious discoloration pada permukaan gigi dalam kondisi basah.
● Code 3 (localized enamel breakdown): permukaan gigi dalam kondisi basah terlihat
adanya lesi (putih atau coklat) yang melebihi luar dari pit atau fissure. Setelah
dikeringkan terlihat adanya kehilangan struktur enamel pada entrance pit atau fissure
(diskontinuitas enamel)

Graham J. Mount et al .Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2016


Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICDAS Scoring System
➢ Pit & fissures
● Code 4 (underlying dark shadow form dentin with or without localized enamel
breakdown): bayangan hitam tersebut dapat dengan mudah dilihat dalam kondisi
permukaan yang basah. Bayangan tersebut juga mungkin berwarna keabuan, biru atau
coklat. Bayangan tersebut dapat dikatakan karies jika ditemukan karies pada permukaan
gigi yang diperiksa, namun jika tidak maka diberi code 0.
● Code 5 (distinct cavity with visible dentin): adanya kavitasi yang cukup dalam sehingga
dentin dapat terlihat. Jika dilihat dalam kondisi basah maka akan nampak penggelapan
dentin melalui enamel, sedangkan jika dilihat dalam kondisi kering maka akan nampak
adanya kehilangan struktur pada entrance pit atau fissure.
● Code 6 (extensive distinct cavity with visible dentin): terlihat adanya kehilangan struktur
yang luas dengan dentin yang tampak jelas, perluasan dapat terjadi hingga ke dalam
pulpa.

Graham J. Mount et al .Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2016


Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
Pit & Fissure

https://images.app.goo.gl/UVR1WpUqAJ9LXNd87
ICDAS Scoring System

➢ Smooth surface
● Code 0 (sound tooth surface): tidak adanya karies (dengan atau tanpa perubahan
translusesi enamel setelah air drying 5 sec). Permukaan yang disertai developmental
defects (enamel hypoplasia, fluorosis, tooth wears, dan extrinsic/intrinsic stain)
dikategorikan sound.
● Code 1 (fist visual change in enamel): ketika permukaan gigi diamati dalam kondisi basah
maka tidak terlihat adanya perubahan warna, namun setelah dilakukan air drying terjadi
diskolorasi/carious opacity (white/brown lesions), dapat dilihat dari arah bukal atau
lingual.
● Code 2 (distinct visual change in enamel): Jika terlihat carious opacity (white spot
lesion) atau brown carious discoloration pada permukaan gigi dalam kondisi basah.
● Code 3 (localized enamel breakdown): ketika dikeringkan selama 5 sec terlihat adanya
kehilangan integritas enamel (konfirmasi dengan CPI probe).

Graham J. Mount et al .Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2016


Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICDAS Scoring System
➢ Smooth surface
● Code 4 (underlying dark shadow form dentin with or without localized enamel
breakdown): bayangan hitam tersebut dapat dengan mudah dilihat dalam kondisi
permukaan yang basah. Bayangan tersebut juga mungkin berwarna keabuan, biru atau
coklat.
● Code 5 (distinct cavity with visible dentin): adanya kavitasi yang cukup dalam sehingga
dentin dapat terlihat. Jika dilihat dalam kondisi basah maka akan nampak penggelapan
dentin melalui enamel, sedangkan jika dilihat dalam kondisi kering maka akan nampak
adanya kehilangan struktur. Konfirmasi dengan CPI porbe.
● Code 6 (extensive distinct cavity with visible dentin): terlihat adanya kehilangan struktur
yang luas dengan dentin yang tampak jelas, perluasan dapat terjadi hingga ke dalam
pulpa.

Graham J. Mount et al .Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2016


Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICDAS Scoring System

➢ Caries associated with restorations and sealants (CARS)


● Code 0 (Sound Tooth Surface with Restoration or Sealant): terlihat tidak adanya karies
pada struktur yang berdekatan dengan resotrasi/sealant. Jika terdapat defek marginal
kurang dari 0,5 mm (lebar), developmental defect, extrinsic and intrinsic stain.
● Code 1 (First Visual Change in Enamel): jika dilihat dalam kondisi basah tidak terlihat
adanya aktivitas karies namun setelah dilakukan air drying terlihat adanya diskolorasi.
● Code 2 (Distinct Visual Change in Enamel/Dentin Adjacent to a Restoration/Sealant
Margin):
● Code 3 (Carious Defects of < 0.5 mm with the Signs of code 2)
● Code 4 (Marginal Caries in Enamel/Dentin/Cementum Adjacent to Restoration/Sealant
with Underlying Dark Shadow from Dentin)
● Code 5 (Distinct Cavity Adjacent to Restoration/Sealant)
● Code 6 (Extensive Distinct Cavity with Visible Dentin)

Graham J. Mount et al .Preservation and Restoration of Tooth Structure. 2016


Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICDAS Two-Digits Coding Method

❖ Kode dengan menggunakan 2 digit angka (angka pertama untuk


restorasi/sealant dan angka kedua untuk status karies)

Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICDAS Scoring System

❖ Root Caries Detection Criteria


● Umumnya karies akar ditemukan pada CEJ, walaupun sebenarnya mungkin terjadi di mana saja pada
pemukaan akar.
● Lesi yang aktif akan terlihat kekuningan atau coklat terang, sedangkan lesi yang tidak memiliki
aktivitas karies (arrested) memiliki warna yang gelap.
● Kode karies akar gigi:
➔ E: jika permukaan akar gigi tidak dapat divisualisasikan secara langsung
➔ 0: jika permukaan akar gigi / CEJ tidak menunjukkan adanya diskolorasi dan defek lainnya
(permukaan akar normal)
➔ 1: jika terlihat adanya diskolorasi (area berbatas jelas) pada permukaan akar / CEJ tetapi tanpa
disertai kavitas (kehilangan kontur anatomis < 0,5 mm)
➔ 2: jika terlihat adanya diskolorasi (area berbatas jelas) pada permukaan akar gigi / CEJ disertai
adanya kavitas (kehilangan kontur anatomis > 0,5 mm)

Gugnani N, Pandit IK, Srivastava N, Gupta M, Sharma M. International Caries Detection and Assessment System (ICDAS): A New Concept. Int J Clin Pediatr Dent. 2011
ICCMS
Sound
Moderate
International Caries
Classification and
Initial
Management System Extensive
ICCMS
● Merupakan protokol klinis komprehensif yang menangani semua keputusan
diagnostik, preventif, dan restoratif yang diperlukan untuk mempertahankan
struktur gigi dan memperbaiki jika diindikasikan.
● Memiliki protokol yang dikembangkan dan didokumentasikan dengan baik untuk
implementasi model baru manajemen karies. Ini didasarkan pada International
Caries Detection and Assessment System (ICDAS) yang well-established dan
banyak digunakan.
● Misi → pemahaman tentang patogenesis, pencegahan dan pengendalian karies
gigi secara holistik melalui penilaian yang komprehensif dan rencana perawatan
karies yang dipersonalisasi

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions clinically

● no visible caries when viewed clean and dry (5


second)
Sound ● Permukaan dengan developmental defects dihitung
Surface sebagai sound surface → enamel
(ICDAS hypomineralisation (including fluorosis), tooth wear
code 0) (attrition, abrasion and erosion), and extrinsic or
intrinsic stains (non carious habit → drinking
tea/coffee/smoking))

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions clinically
● Terlihat opasitas karies atau perubahan warna yang
terlihat (lesi bercak putih dan / atau perubahan warna
Initial Stage karies coklat)
Caries (ICDAS ● Tidak terlihat kerusakan permukaan (tno sign cavitation)
codes 1 and 2) atau bayangan dentin yang mendasari.
● Lesi pada smooth surface terlihat setelah dikeringkan
selama 5 detik

Pits and fissures Mesial/distal Bukal/lingual

Diskolorisasi dari dasar Terlihat dari lingual / bukal Terletak dekat dengan margin
hingga dinding pits and sebagai bayangan terbatas gingiva / adjacent to orthodontic
fissures pada enamel / prosthetic attachments

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions clinically
● White or brown spot lesion dengan kerusakan enamel
yang terlokalisasi (tanpa dentinal exposure)
● Underlying dentine shadow (hidden dentinal caries)
Moderate Stage ● Pemeriksaan :
Caries (ICDAS 1. Menggunakan WHO/CPI/PSR ball- end probe
codes 3 and 4) 2. Bayangan grey, blue, or brown pada melalui permukaan
email yang tampak utuh atau dengan kerusakan lokal.
3. Bayangan dentin sering terlihat paling mudah dengan
permukaan gigi basah

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Pits and fissures
1. Localised enamel Moderate Stage Caries
● Melebarnya fissure
(ICDAS codes 3 and 4)
● Dentine tidak terlihat di dinding atau dasar
kavitas
2. Underlying dentine shadow
● warna abu-abu, biru atau coklat terlihat di Mesial/distal
bawah permukaan email ● Terlihat dari lingual / bukal
● Opaque ring di sekitar pit and fissure dari ● Diskolorisasi dentin terlihat melalui
email yang rusak. oklusal marginal ridge

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions clinically
● Kavitasi akibat karies yang mengekspos dentin di
bawahnya.
● pemeriksaan:
Extensive Stage 1. Keringkan gigi → gigi yang terlihat basah mungkin
Caries (ICDAS tampak hanya memiliki penggelapan dentin yang
codes 5 and 6) terlihat melalui email.
2. Probe WHO / CPI / PSR → untuk menilai kedalaman
rongga dan memastikan paparan dentin Catatan: dentin
pulpa dalam sebaiknya tidak diperiksa

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions
radiographically
Radiografi membantu
memperkirakan
kedalaman
demineralisasi karies
pada enamel dan
dentin.

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions radiographically

Tidak ada
0 Tidak ada radiolusensi
radiolusensi

Radiolusensi di 1⁄2 bagian luar


1
email

RA
Radiolusensi di bagian dalam 1⁄2
(initial 2 dari enamel ± EDJ
(enamel-dentine junction)
stage)

Radiolusensi terbatas pada 1/3


3
terluar dentin

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Staging coronal caries lesions
radiographically

RB
(moderate 4 Radiolusensi mencapai 1/3 tengah dentin
stage)

Radiolusensi mencapai 1/3 bagian dalam


5
RC dentin, secara klinis berlubang
(extensive
stage) Radiolusensi ke pulpa, berlubang secara
6
klinis

Pitts N, Douglas G. ICCMS Guide for Practitioners and Educators. 2014


Root Caries Staging
Staging karies ini berdasarkan asesmen adanya kavitas dan aktivitas lesi

Code 0 ● Tidak ada diskolorisasi


● Mungkin kehilangan struktur permukaan karena habit → abrasi, atrisi

Code 1 (initial) ● Terdapat area dengan batas yang jelas pada permukaan akar atau
pada pertemuan cemento-enamel junction (CEJ)
● Terdapat diskolorisasi → coklat muda / tua, hitam
● Tidak ada kavitasi (hilangnya kontur anatomis <0,5 mm).

Code 2 ● Sama dengan code 1, hanya berbeda di kavitas


(moderate / ● Moderate → hilangnya kontur anatomis 0,5 mm-2 mm
extensive) ● Extensive → hilangnya kontur anatomis > 2mm .

Ismail A, Pitts N. The International Caries Classification and Management


System (ICCMS) an example of a Caries Management Pathway. 2014
Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed)

Klasifikasi G.V. Black

1. Klasifikasi mengenai lokasi terjadinya karies dan desain restorasi


2. Kurang mendetail karena tidak dapat mengukur ukuran lesi,
perkembangan, dan aktivitasnya
3. G. V. Black (1908) membagi karies menjadi 5 lokasi, yaitu
a. Class I
b. Class II
c. Class III
d. Class IV
e. Class V
4. Untuk kavitas pada bagian ujung cusp atau incisal edge beberapa
sumber mengklasifikasikan menjadi Class VI
Class I Class II

● Karies yang terjadi pada pit dan fissure ● Karies yang terjadi pada/ dekat
mahkota gigi, termasuk lingual pit gigi permukaan proksimal gigi posterior
anterior dan facial pit molar (premolar atau molar)

Sons Limited. 2016; Textbook of


Operative Dentistry 2nd ed)
Class III Class IV

● Karies yang terjadi pada/ dekat ● Karies yang terjadi pada/ dekat
permukaan proksimal gigi anterior permukaan proksimal gigi anterior
(insisivus dan caninus) tanpa melibatkan (insisivus dan caninus) dengan
incisal angles melibatkan incisal angles

Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed)


Class V Class VI

● Karies terjadi pada ⅓ servikal mahkota Karies terjadi pada ujung cusp atau incisal
gigi pada permukaan fasial dan lingual edge

Sons Limited. 2016; Textbook of Operative Dentistry 2nd ed)


Klasifikasi Mount
- Dituliskan dalam 2 digit → digit ke-1 untuk lokasi (site) dan digit ke-2 untuk ukuran lesi (size)
- Metode ini didasarkan pada kebutuhan untuk menggambarkan lesi karies dan lainnya, seperti
abrasi, erosi, abfraksi dan trauma dan pada saat yang sama untuk mengidentifikasi meningkatnya
kompleksitas teknik restorasi saat lesi membesar

SITE
1. Defek pada pit, fissure, dan enamel pada permukaan oklusal gigi posterior;defek pada cingulum pit
pada permukaan gigi anterior atau permukaan halus lainnya
2. Defek pada permukaan proksimal, area kontak dengan gigi yang bersebelahan
3. Sepertiga servikal mahkota atau akar klinis

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
SIZE
0 → Lesi awal demineralisasi. Lesi harus didata - penyebab dihilangkan - remineralisasi - disembuhkan.
Untuk kepentingan riwayat dapat diberi kode P (progressing), N (non-progressing), dan R (reversed)

1 → Kavitas kecil yang sudah mulai mencapai dentin. Tidak dapat ditangani hanya melalui proses
remineralisasi, diperlukan restorasi untuk mengembalikan bentuk permukaan dan mencegah penumpukan
plak → terbatas hanya sampai pit & fissure

2 → Lesi sudah cukup mengenai dentin. Struktur gigi yang tersisa masih cukup kuat untuk mendukung
restorasi secara terbatas → sudah kena 1 cusp

3 → Lesi sudah banyak mengenai dentin. Kekuatan struktur gigi yang tersisa melemah hingga ada
kemungkinan cusp atau incisal edge terbelah atau lepas jika terkena tekanan oklusi. Kavitas harus
dipreparasi sedemikian rupa agar restorasi dapat mempertahankan struktur gigi yang tersisa → kena 2 cusp

4 → Karies parah atau kehilangan struktur gigi yang besar seperti cusp atau incisal edge → hampir habis
cuspnya

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Kelebihan

- Mampu membedakan lesi yang dapat ditangani tanpa preparasi kavitas dan yang memerlukan
material restorasi
- Lebih akurat dibanding klasifikasi Black dalam mencatat kondisi lesi terutama dalam hal ukuran
dan tahapannya
- Memberi gambaran mengenai manajemen/pengobatan lesi yang tepat dan relevan dengan kondisi
sekarang

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
Pemeriksaan
Devlin, H. (2006). Operative Dentistry. Berlin: Springer.

I. subjektif

1. Keluhan : ngilu, sakit, rasa tidak nyaman → pergi ke dokter gigi


2. Detail penyakit
- sudah berapa lama rasa itu terjadi?
- apakah pasien tahu gigi mana yang sakit?
- apakah pasien tahu apa penyebab rasa tsb muncul?
- apakah pasien bisa mendeskripsikan rasa sakitnya? (tajam, ngilu, perih,
dll)
3. Past dental history
4. Past medical history : riwayat alergi, penyakit sistemik, dll
II. Objektif

1. Pemeriksaan Klinis
2. Penilaian OHIS
3. CAMBRA
4. Traffic Light Matrix
5. Diet Record
Pemeriksaan Klinis

● Sistem ADA → pemeriksaan dilakukan dengan


sonde pada gigi yang belum dibersihkan.
● Karies ditentukan bila email yang lunak
"memegang" sonde pada waktu diangkat →
disebut sticky fissure
● Dengan cara ini waktu yang diperlukan lebih
singkat, yaitu hanya +- 3 menit untuk seluruh gigi
● Saat explorer menempel maka diindikasikan
adanya kerusakan (karies). Apabila tidak
menempel tidak diartikan bahwa tidak ada karies
karena demineralisasi tidak selalu melibatkan
pelunakan enamel
Pemeriksaan Visual

Visual Examination
Pemeriksaan visual untuk mendiagnosis
karies gigi didasarkan pada kriteria
seperti kavitasi, kekasaran permukaan,
kekeruhan dan perubahan warna gigi
bersih dan kering di bawah sumber
cahaya yang memadai.
Advances in visual method
a. Illumination
Ultraviolet illumination → sinar UV meningkatkan
kontras di antara area karies dan jaringan yang sehat.
Fluorensesi alami pada email berkurang pada area karies
karena kandungan mineralnya lebih sedikit. Lesi karies
tampak bercak gelap dengan belakang fluoresen
b. Dyes
Dyes penetration method → Pewarna yang berpenetrasi.
Pewarna tersebut akan membantu identifikasi pada objek
yang memiliki penampilan yang serupa
c. Endoscopic filtered fluorescence method (EFF) →
mengamati fluoresen yang tampak pada saat gigi
teriluminasi oleh sinar biru, lesi karies akan tampak lebih
gelap dibandingkan dengan enamel

https://images.app.goo.gl/oVShwWxnwU2FE9qw9 Textbook of Operative Dentistry 3rd edition


OHI-S → Indeks Plak dan Debris

Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Green dan Vermilion, dapat
menggunakan index yang dikenal dengan Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral
Hygiene Index Simplified (OHI-S)
● Debris index : nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap
endapan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa plak, material alba,
dan food debris
● Calculus index : nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi akibat
pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utamanya adalah
kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang bercampur dengan debris,
mikroorganisme, dan sel-sel epitel deskuamasi

https://capp.mau.se/methods-and-indices/#:~:text=Debris%20Index%20%3D%20(The%20buccal-,examined%20buccal%20and%20lingual%20surfaces).&text=Calculus%20Index%20%3D%20(The%20buccal-,exami
ned%20buccal%20and%20lingual%20surfaces)
Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S)
● Pemilihan permukaan gigi:
● Berbeda dengan Oral Hygiene Index
○ Anterior
(OHI) dalam:
■ Menggunakan gigi di
○ jumlah gigi yang diperiksa
permukaan labial atas kanan
■ Pada OHI-S → 6 gigi
(biasanya 11) dan kiri
■ OHI → 12 gigi
bawah (biasanya 31)
○ Metode pemilihan permukaan yang
■ Jika tidak ada →
diperiksa
menggunakan gigi 21 dan
● Memiliki kriteria penilaian yang sama
41
dengan OHI
■ Mengecek permukaan labial
● Memiliki 2 komponen
○ Posterior
○ Indeks debris
■ Gigi pertama yang erupsi
○ Indeks kalkulus
penuh di bagian distal dari
P2 (15, 25) → biasanya M1
(16, 26), namun kadang bisa
berarti M2 (17, 27) atau M3
(18,28);
■ Pada RA → sisi buccal
Methods and indices. (n.d.). Retrieved April 25, 2021, from ■ Pada RB → sisi lingual
https://capp.mau.se/methods-and-indices/
Permukaan Gigi
yang diperiksa
OHII-S

Menurut Green dan Vermillion (dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2012), mengukur kebersihan
gigi dan mulut seseorang memilih enam permukaan gigi index tertentu yang cukup dapat mewakili
segmen depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi
yang dipilih sebagai gigi index beserta permukaan gigi index yang dianggap mewakili tiap gigi segmen
adalah :
a. Gigi 16 pada permukaan bukal
b. Gigi 11 pada permukaan labial
c. Gigi 26 pada permukaan bukal
d. Gigi 36 pada permukaan lingual
e. Gigi 31 pada permukaan labial
f. Gigi 46 pada permukaan lingual

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/564/2/BAB%20II.pdf
\

https://capp.mau.se/methods-and-indices/#:~:text=Debris%20Index%20%3D%20(The%20buccal-,examined%20buccal%20and%20lingual%20surfaces).&text=Calculus%20Index%20%3D%20(The%20buccal-,exami
ned%20buccal%20and%20lingual%20surfaces)
Debris

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/564/2/BAB%20II.pdf
Kalkulus

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/564/2/BAB%20II.pdf
PENILAIAN OHI-S

Nilai Keterangan Nilai Keterangan

0 - 1,2 Baik
DI Debris Index
1,3 - 3,0 Sedang
CI Calculus Index
3,1 - 6,0 Buruk

Putri MH, Herijulianti E dan Nurjanah N. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi. Jakarta: EGC. 2010
Menurut Green dan Vermilion (dalam Putri, Herijulianti, dan Nurjanah, 2012),
kriteria penilaian debris dan calculus sama, yaitu mengikuti ketentuan sebagai
berikut :
a. Baik : jika nilainya antara 0-0,6
b. Sedang : jika nilainya antara 0,7-1,8
c. Buruk : jika nilainya antara 1,9-3,0

OHI-S mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut :


a. Baik : jika nilainya antara 0-1,2
b. Sedang : jika nilainya antara 1,3-3,0
c. Buruk : jika nilainya antara 3,1-6,0
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/564/2/BAB%20II.pdf
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Kelebihan dari OHI-S yaitu :
1. Mudah digunakan
2. Waktu pemeriksaan yang diperlukan sedikit
3. Dapat digunakan untuk penelitian lapangan
4. Dapat digunakan untuk penelitian epidemiologi penyakit periodontal
5. Menentukan status kebersihan gigi dan mulut suatu kelompok
6. Berguna dalam evaluasi edukasi kebersihan gigi dan mulut
Kekurangan OHI-S:
1. Derajat kesensitifan kurang dibanding versi sebelumnya
2. Penilaian skor debris dan kalkulus yang kurang tepat dapat terjadi
3. Tidak cocok untuk penilaian status kebersihan gigi dan mulut individu
CAMBRA

● CAMBRA dirancang untuk practitioner or dental team untuk digunakan


dengan melibatkan pasien atau pengasuh mereka dalam upaya bersama
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan mulut, dengan fokus
pada mengurangi dan menghilangkan karies.
● didasarkan pada mengidentifikasi faktor-faktor yang menunjukkan
aktivitas karies saat ini dan risiko karies di masa depan dan
kemudian menangani faktor-faktor ini dalam therapeutic
partnership dengan pasien atau pengasuh.
● Risiko dalam sistem CAMBRA dikategorikan sebagai salah satu dari
empat tingkatan: extremely high, high, moderate and low.
Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
CAMBRA

● CAMBRA mengenali bahwa apakah gigi mengalami demineralisasi atau


remineralisasi disebabkan oleh banyak faktor.
● Faktor risiko prediktif meliputi:
• peningkatan jumlah Streptokokus laktobasilus dan mutans;
• penurunan laju aliran saliva;
• kelainan bentuk anatomi gigi;
• plak tebal;
• Sering mengemil yang mengandung gula

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
CAMBRA Caries
Management by Risk
Assessment A
Comprehensive Carie
Management Guide fo
Dental Professionals.
CDA. 2019
cambra_handbook
Menentukan Tingkat Risiko Karies

● Singkatnya, tingkat risiko ditentukan dengan perbandingan jumlah


faktor risiko dan faktor proteksi yang dimiliki pasien. visualisasi
dapat dilakukan dengan menggambar keseimbangan karies
● Extremely High Risk : adanya minimal 1 disease indicators +
hiposalivasi
● High Risk : adanya minimal 1 disease indicators atau pathological
factors secara jelas lebih banyak dibanding protective factors
● Moderate Risk : pasien tidak secara jelas tergolong high risk,
tetapi diragukan pula untuk dimasukkan kategori low risk
● Low Risk : pathological factors tidak ada atau sedikit dan
protective factors lebih banyak, biasanya akan terlihat jelas
perbedaannya

CAMBRA Caries Management by Risk Assessment A Comprehensive Caries


Management Guide for Dental Professionals. CDA. 2019
CAMBRA

● Dokter gigi kemudian dapat membuat rekomendasi perawatan berdasarkan tingkat risiko yang
dinilai :
1. Pasien dengan risiko rendah : direkomendasi untuk melakukan pencegahan perawatan
mulut di rumah untuk menjaga tingkat risiko tetap rendah, dan diberi tahu bahwa,
meskipun risiko rendah tapi bisa menjadi tinggi
2. Pasien dengan risiko tinggi mungkin memerlukan intervensi terapeutik dalam bentuk
larutan kumur, gel, dan semprotan oral, serta pemulihan lesi karies yang ada. Pasien
risiko tinggi juga disarankan untuk menunda perawatan ortodontik sampai tingkat risiko
dapat dikendalikan.
3. Pasien yang dinilai berisiko tinggi atau sangat tinggi diberitahu bahwa mereka
lebih mungkin mengalami kegagalan perawatan gigi yang mahal karena karies berulang.

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Traffic Light Matrix

● metode Traffic Light Matrix (TLM) sebagai salah satu instrumen yang dapat digunakan
menentukan faktor risiko berdasarkan variabel-variabel yang mendasari terjadinya karies
gigi.
● Traffic Light Matrix digunakan sebagai suatu peringatan dini adanya faktor
risiko/kemungkinan seseorang mengalami kejadian karies.
● Faktor risiko yang berkaitan dengan karies gigi terdiri dari saliva, plak, diet, penggunaan
fluoride dan beberapa faktor modifikasi yang tidak terlepas dari peran aktif pasien
● Penilaian risiko karies menggunakan Traffic Light Matrix dilakukan dengan cara mengisi
model tabel pemeriksaan yang diberi tanda seperti lampu lalu lintas dengan warna merah,
kuning dan hijau pada kolomnya dan dicatat pada kolom sesuai kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
● Warna merah menunjukkan bahwa risiko karies tinggi (buruk), warna kuning berarti
pasien mudah terkena karies dan warna hijau menunjukkan risiko karies rendah (baik)
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Traffic Light Matrix

● Traffic Light Matrix memeriksa 19 kriteria penilaian pada 5 kategori yang berbeda. Lima
kategori tersebut meliputi saliva (6 kriteria), plak (3 kriteria), diet (2 kriteria), fluoride (3
kriteria) dan faktor modifikasi (5 kriteria).
● Metode ini bukan untuk memprediksi karies, namun lebih kepada tindakan peringatan dini
yang memperingatkan kepada operator medis (dokter gigi) tentang kehadiran faktor
risiko yang dapat mengubah keadaan lingkungan mulut.
● Metode TLM berpatokan pada ambang batas untuk setiap kategorinya dan memiliki dua
elemen
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Traffic Light Matrix


1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Fluoride
SALIVA 9. Pasta gigi mengandung fluoride
1. Kemampuan kelenjar saliva minor 10. Air minum mengandung fluoride 11.
dalam memproduksi saliva (hidration) Perawatan gigi dengan fluoride
2. Konsistensi saliva tanpa stimulasi
3. pH saliva tanpa stimulasi
4. Volume dan laju aliran saliva Oral Biofilm
terstimulasi 12. pH plak
5. pH saliva terstimulasi 13. Pewarnaan menggunakan disclosing gel
6. Kemampuan buffer saliva terstimulasi plaque
14. Jumlah bakteri Streptococcus mutans

Diet Faktor Modifikasi


7. Jumlah gula yang dikonsumsi 15. Riwayat kesehatan gigi
setiap harinya 16. Riwayat penyakit sistematik
8. Jumlah asam yang dikonsumsi 17. Keluhan lain (compliance)
setiap harinya 18. Gaya hidup
19. Status sosial ekonomi
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Status Sikap
A. Self-Motivated : Memiliki kesadaran
akan kesehatan gigi dan mulut serta
perawatannya menjadi prioritas utama.
B. Dentally Aware : Memiliki kesadaran
akan kesehatan gigi dan mulut, namun
masih bergantung pada dental team
untuk memotivasi dan membantu untuk
tetap sehat.
Status Penyakit C. Unmotivated : Mempunyai kesadaran
1. No Apparent Disease : Tidak memerlukan
perawatan, tetapi perlu edukasi
yang rendah dan sikap ketidakpedulian
2. Controlled Disease : Tidak ada tanda-tanda terhadap kesehatan gigi dan mulut.
penyakit aktif, tetapi mungkin perlu perawatan
3. Active Disease : Karies aktif terlihat
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Hidrasi Saliva tanpa stimulasi

● Kelenjar saliva minor pada test ini menggunakan


kelenjar saliva pada bagian labial bibir bawah
bagian dalam
● Cara pemeriksaan :
- Pasien didudukkan tegak lurus 90 derajat , tarik
bibir bawah dan keringkan dengan kasa
- Letakkan tisu kering pada bagian labial bibir
bawah bagian dalam
- Ukur seberapa lama droplet saliva muncul
kembali dari sisi labial yang kering
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Konsistensi saliva tanpa stimulasi

Cara pemeriksaan :
- Pasien duduk tegak lurus
- Pasien diminta untuk tidak menelan saliva selama 30 detik
- Miringkan kepala pasien sedikit ke depan
- Buka mulut dan catat konsistensi dari saliva
- Pasien diminta untuk menyentuh palatum dengan
menggunakan ujung lidah
- Cek konsistensi mukosa pada dasar mulut dan konsistensi
saliva.

Interpretasi :
Saliva kental memiliki kandungan air yang rendah sehingga
kurang protektif untuk melindungi jaringan keras dan lunak,
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

pH saliva tanpa stimulasi


pH saliva tanpa stimulasi setara dengan pH mulut berkisar antara 6
- 7,8.
Cara pemeriksaan :
- Taruh saliva di atas kertas lakmus pH menggunakan pipet tetes
- Setelah 10 detik, lihat berapa pHnya sesuai indikator pabrik.

Interpretasi :
pH kritis sebesar 5,5 membuat kerusakan mineral hidroksiapatit
pada enamel dan peningkatan pertumbuhan bakteri di rongga mulut.
pH saliva semakin asam meningkatkan proses demineralisasi.
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Laju aliran saliva terstimulasi

Cara pemeriksaan :
- Pasien duduk tegak lurus, minta pasien untuk mengunyah non-flavoured wax
- Atur waktu 5 menit pada stopwatch
- Pasien harus tetap mengunyah selama 5 menit dan mengeluarkan salivanya dalam gelas
ukur plastik yang disediakan secara berkala.
- Setelah 5 menit, ukur volume saliva yang telah dikumpulkan.

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Kemampuan buffer saliva terstimulasi

Cara pemeriksaan :
- Ambil saliva menggunakan pipet tetes dari wadah saliva
pada test sebelumnya
- Teteskan saliva pada kertas lakmus buffer/ strip uji
- Buang kelebihan saliva dengan menempatkannya pada
posisi 90o di atas tisu
- Diamkan strip selama 5 menit dan amati perubahan
warna pada kertas buffer, bandingkan dengan warna
indikator yang telah disediakan, kemudian beri skor.

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Penilaian Bakteri pada Traffic Light Matrix

STREPTOCOCCUS MUTANS dan LACTOBACILLI


1. uji dilakukan dengan meletakkan sampel saliva pada
medium kultur dan inkubasi selama 48 jam
2. penghitungan bakteri didapat dengan membandingkan
dengan kultur pada chart dari pabrik
3. tahapan klinis:
a. mengambil sampel saliva dari uji stimulated flore
rate
b. membasahi kedua sisi test strip
c. meletakkan tablet NaHCO3 ke dalam container
d. menutup container dengan rapat dan meletakkan
di inkubator selama 48 jam
e. membaca hasil dan membuang strip

Mounts GJ, Hume WR. Preservation and Restoration of Tooth Structure. Mosby, 2006.
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Penilaian Diet pada Traffic Light Matrix

frekuensi asupan karbohidrat meningkatkan risiko karies serta individu yang


memiliki diet gula tinggi secara konsisten mengakibatkan peningkatan level dari
Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp
Cara pemeriksaan :
- Pasien diminta untuk mencatat apa yang dikonsumsi dalam 5 hari,
- Dianjurkan untuk tidak dalam keadaan diet makanan tertentu
- Jumlah gula dan asam yang dikonsumsi dalam 5 hari akan digunakan untuk
mengklasifikasi profil risiko pasien.
1. SIHOMBING N. GAMBARAN PENILAIAN TRAFFIC LIGHT MATRIX KRITERIA SALIVA TERSTIMULASI DAN DIET PADA ANAK-ANAK DI SEKOLAH GALILEA HOSANA MEDAN [Internet]. Repositori.usu.ac.id. 2021 [cited 25 April
2021]. Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/27373/140600082.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Penilaian Fluoride pada Traffic Light Matrix

Fluoride memberikan proteksi terhadap karies dalam tiga tingkatan:


- Meningkatkan ketahanan enamel terhadap demineralisasi
- Meningkatkan reservoir ion untuk remineraslisasi
- Membantu metabolism sel bakteri di plak.
Diet Record
Beberapa kelompok mungkin memiliki masalah khusus dengan karies karena
faktor makanan.
Analisis diet dilakukan kepada pasien dengan aktivitas karies tinggi dan yang
memiliki pola karies tidak biasa. Terdapat 2 macam teknik untuk menentukan
konsumsi makanan yaitu:

● 24-hour recall : meminta pasien untuk mengingat apa saja yang ia


konsumsi selama 24 jam dan membutuhkan kejujuran serta ingatan
pasien.
● 3-4 day written diet record: meminta pasien untuk mencatat makanan
dan minuman yang dikonsumsi selama 3-4 hari.

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries 3rd


ed.
Diet Record

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries 3rd


ed.
Devlin, H. (2006). Operative Dentistry. Berlin: Springer.

iii. penunjang : Radiograf

- Penyebab karies adalah demineralisasi gigi yang dapat dilihat dlm


radiograf : RADIOLUSEN
- Fungsi radiologi : untuk identifikasi karies interproksimal (akurat)
- Kekurangan
(1) karies oklusal kurang dapat terlihat
(2) kedalaman karies yang asli lebih dalam dari yang terlihat di
radiografi
- Yang dapat digunakan : bitewing projection, beam aiming device
Devlin, H. (2006). Operative Dentistry. Berlin: Springer.

Metode radiologi
Tatalaksana
Diagnosis Karies

Diagnosis penting dalam menentukan rencana perawatan. Dalam melakukan diagnosis karies,
beberapa hal perlu diperhatikan :
- Apa yang membuat biofilm pada lesi
- Apakah lesi aktif atau arrested(terhenti)
- Apakah lesi utuh atau ada rongga

Ada dua strategi diagnosis klinis visual lesi


1. Pemeriksaan aktivitas lesi
2. Pemeriksaan kedalaman lesi

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


Deteksi dan diagnosis pada aktivitas lesi
Merupakan metode visual taktil, metode ini didasarkan pada karakteristik permukaan email dan
dentin yang berubah terhadap aktivitas biofilm. Lesi dievaluasi apakah ada perubahan tekstur
atau integritas, yang ditunjukkan dengan ada atau tidaknya rongga.

Semua lesi, termasuk tambalan, masuk ke dalam kategori diagnosis berikut :


1. Aktif, tidak berongga
2. Aktif, dengan rongga mikro
3. Aktif, dengan rongga
4. Inaktif, tanpa rongga
5. Inaktif, dengan rongga mikro
6. Inaktif, dengan rongga
7. Tambalan
8. Tambalan, karies aktif
9. Tambalan, karies tidak aktif

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition 136
Kategori diagnosis ( visual-taktil)

Lesi aktif, tanpa rongga Lesi aktif, dengan rongga mikro

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


137
Kategori diagnosis (visual-taktil)

Lesi aktif dengan cavitas

Lesi inaktif (white spot lesion), tanpa cavitas

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


138
Kategori diagnosis (visual-taktil)

Lesi inaktif dengan cavitas


Tambalan dengan karies aktif

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


139
Kategori diagnosis (visual-taktil)

Tambalan dengan karies inaktif

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


140
Deteksi dan diagnosis pada kedalaman lesi
Sistem ini dikenal dengan kriteria ICDAS (International Caries Detection and Assessment
System). Ini adalah sistem penilaian peringkat visual yang menilai kedalaman penetrasi lesi,
termasuk tahap karies non-kavitasi. Perubahan visual terkait dengan peningkatan kedalaman
histologis lesi. Lesi dapat dipantau dari waktu ke waktu

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


141
Karies permukaan akar
Diagnosis harus menunjukkan aktivitas lesi
dan kavitasi. Lesi dapat berupa:
- Active (non-cavitated or cavitated).
Lesi aktif dapat halus atau kasar,
biasanya ditemukan pada retensi plak
dekat margin gingiva atau sepanjang
cemento-enamel junction

- Inactive (non-cavitated or cavitated).


Biasanya jauh dari margin gingiva, keras
ketika di probing, warnanya mengkilap.
Lesi inaktif cnederung terlihat elbih
hitam

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


142
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition
143
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition
144
Karies recurrent
Karies rekuren adalah karies di tepi restorasi dan
lesi ini mungkin juga aktif atau tidak aktif). Lesi
paling sering berada di tepi gingiva restorasi
(permukaan halus) karena di sinilah biofilm paling
sulit untuk diganggu dan mungkin stagnan.
Tepi restorasi oklusal lebih mudah dibersihkan
sehingga karies rekuren tidak sering terjadi pada
permukaan ini.

Masalah khusus pada restorasi amalgam adalah


kerusakan atau fraktur marginal, yang sering
disebut parit (ditching)

Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition


145
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of
Dental Caries, 4th edition 146
Kidd EAM and Joyston-Bechal S. Essentials of Dental Caries, 4th edition
147
Rencana Perawatan Karies

Non-Operative Treatment

● Controlling disease progression → terkait mempengaruhi pembentukan dan perkembangan


biofilm atau memodifikasi pelarutan apatite, atau keduanya. Berikut hal-hal yang berperan:
○ mechanical/chemical removal of plaque → menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride dan
flossing
○ Chemical modification of plaque → antimicrobial → caries-prophylactic agents such as
mouthrinse, spray, dentifrices, gels, chewing gum, sustained-release vehicles (varnish)
○ Penggunaan fluoride
○ Komposisi diet (makanan)
○ Komposisi dan stimulasi saliva

Feyerskov O, Kidd EA. The Dental Caries. The Disease and its clinical
management. Blackwell Munksgaard. 2003.
Rencana Perawatan Karies

Operative Treatment

● Why?
○ Membantu mengontrol plak
○ Gigi sensitif terhadap panas, dingin, dan manis
○ Pulpa terancam
○ Previous attempts to arrest the lesion have failed and there is evidence the
lesion is progressing
○ Fungsi terganggu
○ Kemungkinan besar akan terjadi drifting akibat kehilangan titik kontak
○ Alasan estetika
Kidd E. Essentials of dental caries. 3rd ed. Oxford University Press; 2006.
Rencana Perawatan Karies

Operative Treatment
● When?
○ Ketika ada lesi enamel aktif pada fissure atau ketika ditemukan adanya
risiko tinggi karies dan fissure masih dalam kondisi baik → fissure
sealant → mencegah akumulasi plak pada permukaan oklusal
○ Kavitas pada oklusal → restorasi
○ Lesi karies pada permukaan proksimal → lihat gambaran radiografi dan
pisahkan gigi untuk diagnosis yang lebih akurat
○ Pada free smooth surface → lesi karies aktif pada enamel dan
permukaan akar dapat dihentikan dan diubah menjadi lesi keras dengan
menyikat gigi dengan pasta gigi berfluoride → apabila tidak berhasil,
direstorasi
Kidd E. Essentials of dental caries. 3rd ed. Oxford University Press; 2006.
Kidd E. Essentials of dental caries. 3rd ed. Oxford

Fissure
University Press; 2006.

Sealing
● Isolation → isolasi dari saliva menggunakan rubber dam dan clamp
● Cleaning the teeth → menggunakan bristle brush dan pumice, dibilas dengan air,
dikeringkan
● Etching → phosphoric acid etchant (gel/liquid) diaplikasikan pada seluruh
permukaan oklusal dan groove pada lingual atau bukal yang akan di-seal
● Washing
● Drying the etched enamel → area yang telah di-etsa berwarna putih matte
● Mixing the resin
● Sealant application → apply within the etched area to ensure marginal seal
● Checking the occlusion → dengan articulating paper
● Recall and reassessment
Caries Removal

Conventional Method:
● Mengeliminasi dentin berkaries dan jaringan yang terinfeksi menggunakan ekskavator atau
slowly rotating bur hingga mencapai dentin yang keras
● Eliminasi struktur gigi dalam jumlah tepat untuk mendapat kavitas yang cocok untuk material
filling yang dipilih
● Menjaga kompleks pulpa-dentin dari kerusakan lebih lanjut dengan menempatkan restorasi
yang menutup kavitas

Stepwise Excavation
● Mengeliminasi sebagian dari soft dentine caries menggunakan ekskavator pada kunjungan
pertama ketika dalam fase aktif perkembangan karies
● Kavitas direstorasi dan dibuka kembali setelah beberapa minggu untuk ekskavasi lebih lanjut
dan restorasi definitif
● Konsepnya adalah menghentikan perkembangan lesi karies dan memungkinkan pembentukan
dentin tersier agar kecil kemungkinannya terjadi pulp exposure
● Clinical success tinggi, pulp exposure dihindari, berkurangnya jumlah mikroorganisme pada
lesi setelah restorasi dibuka serta mikroorganisme tidak lagi merepresentasikan flora
kariogenik
Kidd E. Essentials of dental caries. 3rd ed. Oxford University Press; 2006.
Kidd E. Essentials of dental caries. 3rd ed. Oxford

Caries
University Press; 2006.

Removal
Suggestion for Caries Removal in the Clinic

● Ketika melakukan caries removal, buat enamel-dentine junction keras (stepwise excavation), tidak
perlu mengkhawatirkan stain kecuali apabila terkait masalah penampilan (e.g. pada gigi anterior)

● Ekskavasi dentin yang demineralisasi di atas permukaan pulpa hingga mencapai dentin keras
asalkan tidak ada kemungkinan pulp exposure

● Lesi dalam, pada gigi vital dan tidak bergejala, dilakukan ekskavasi dengan hati-hati. Dentin yang
lunak dan demineralisasi mungkin masih ada hingga titik dimana pulpa dapat terekspos. Diberikan
restorasi permanen (no re-enter)

● Apabila tidak bisa dilakukan ekskavasi (pasien cemas dan tidak kooperatif), dentin yang terinfeksi
di-seal. Pada gigi vital dan tak bergejala succes rate-nya tinggi.
Maragakis G, Hahn P, Hellwig E. Chemomechanical caries removal: a

Caries comprehensive review of the literature. International Dental Journal.


2001;51(4):291-299.

Removal
Chemomechanical Technique

● Mengaplikasikan larutan pada jaringan dentin yang membusuk/ada lesi karies, jaringan melunak,
kemudian dapat di-scrape dengan instrumen yang tumpul

● Teknik ini diduga memiliki keuntungan, yaitu hanya mengeliminasi jaringan yang terinfeksi karies,
tidak ada rasa sakit, dan tidak adanya potensi efek yang dapat merusak pulpa (karena panas dan
tekanan)

● Teknik chemomechanic menghasilkan permukaan dentin dengan tingkat kekasaran tinggi, hal ini
membuat beberapa penulis berasumsi bahwa permukaan tersebut akan sangat cocok dengan
material restorasi adhesif (GIC), kemungkinan tanpa perlu acid etching
Prognosis
Robertson, T., Heymann, H. and Swift, E. (2006). Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. Missouri: Mosby, Inc.

Prognosis

Istilah yang digunakan untuk menggambarkan prediksi kemungkinan


perjalanan dan hasil dari suatu penyakit atau kondisi serta hasil yang
diharapkan dari suatu intervensi, baik itu preventif atau operatif.

Prognosis digunakan untuk :


● Memperkirakan kemungkinan pemulihan dari suatu penyakit atau kondisi.
● Menggambarkan kemungkinan keberhasilan prosedur perawatan tertentu
dalam hal waktu pelayanan, nilai fungsional, kenyamanan, dan nilai estetika
bagi pasien.
Robertson, T., Heymann, H. and Swift, E. (2006). Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. Missouri: Mosby, Inc.

Prognosis terbagi menjadi :

Sangat Baik Baik


Excellent Prognosis Good Prognosis
memenuhi salah satu/beberapa kriteria
tidak ada kehilangan tulang, gingiva sbb: sokongan tulang yang tersisa cukup,
baik, kooperasi pasien baik, tidak kemungkinan mengontrol faktor etiologi
ada penyakit sistemik atau faktor dan merawat gigi cukup, tidak ada faktor
lingkungan tertentu sistemik/lingkungan dan kalaupun ada,
bisa mengontrol dengan baik.
Robertson, T., Heymann, H. and Swift, E. (2006). Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. Missouri: Mosby, Inc.

Prognosis terbagi menjadi :

Sedang Buruk
Fair Prognosis Poor Prognosis
memenuhi salah satu/beberapa kriteria memenuhi salah satu/beberapa kriteria
sbb: sokongan tulang yang tersisa tidak sbb: kehilangan tulang moderate-advance,
cukup, beberapa gigi goyang, keterlibatan mobilitas gigi, keterlibatan furkasi, area
furkasi, memungkinkan perawatan yang tersebut sulit dirawat dan/atau kooperasi
baik, pasien cukup kooperatif, terdapat pasien diragukan, ada faktor
beberapa faktor sistemik/lingkungan sistemik/lingkungan
Robertson, T., Heymann, H. and Swift, E. (2006). Sturdevant's Art and Science of Operative Dentistry. 5th ed. Missouri: Mosby, Inc.

Prognosis terbagi menjadi :

Dipertanyakan Tidak ada harapan


Questionable Prognosis Hopeless Prognosis
memenuhi salah satu/beberapa kriteria memenuhi satu/beberapa ketentuan
sbb: kehilangan tulang advanced, sbb: kehilangan tulang advanced, area
keterlibatan furkasi, mobilitas gigi, area tsb tidak dapat dirawat, indikasi
tersebut tidak dapat diakses, ada ekstraksi, ada faktor sistemik tidak
faktor sistemik/lingkungan terkontrol/lingkungan
04.
Pembahasan
Kasus
Kasus Nana (17 tahun)
Ibu Sinta datang ke klinik gigi dengan membawa kedua anaknya, Nana, 17 tahun, dan Tika, 7
tahun. Ibu tersebut ingin berkonsultasi mengenai keadaan gigi anak-anaknya karena memerhatikan
bahwa gigi anak tersebut tampak berlubang. Menurut ibunya, kedua anaknya sudah
menyikat gigi dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Ibu itu juga mengatakan bahwa
kedua anaknya sering mengonsumsi coklat, permen, cake, dan minuman ringan lebih
dari tiga kali per hari.
Berdasarkan pemeriksaan Intra Oral pada Nana:
Terlihat pada gigi depan atas adanya bercak putih, pada gigi posterior kavitas pada
email. Adanya debri dan plak pada semua regio. Hidrasi saliva kurang dari 30 detik, dengan
pH saliva 6.6, laju alir saliva > 5ml/5 menit, pH plak < 5, aktivitas plak biru.

Ibu Sinta ingin penjelasan mengapa gigi anaknya berlubang.


Kasus Nana (17 tahun)
● Faktor risiko : sering mengonsumsi coklat, permen, cake, dan minuman ringan lebih dari tiga kali per
hari
● Relieving factor: menyikat gigi dua kali sehari, pada pagi dan sore hari.
● Temuan klinis:
○ gigi depan atas (anterior maksila) terdapat bercak putih (white spots)
○ gigi posterior kavitas pada email.
○ Ada debris dan plak pada semua regio
● Klasifikasi:
○ ICDAS: code 2 (gigi anterior maksila)
○ G.V.Black: Class 1
○ Mount: Site 1
● Tatalaksana :
○ KIE untuk menjaga oral hygiene lebih baik (sikat gigi setelah makan dan bisa menggunakan
mouthwash)
○ Menggunakan fluoride gel untuk gigi depan atas (menghambat demineralisasi menjadi lebih
parah)
○ Penumpatan pada gigi posterior
● Prognosis : sangat baik (excellent)
Kasus Tika (7 tahun)
Ibu Sinta datang ke klinik gigi dengan membawa kedua anaknya, Nana, 17 tahun, dan Tika, 7 tahun.
Ibu tersebut ingin berkonsultasi mengenai keadaan gigi anak-anaknya karena memerhatikan bahwa gigi
anak tersebut tampak berlubang. Menurut ibunya, kedua anaknya sudah menyikat gigi dua kali
sehari, pada pagi dan sore hari. Ibu itu juga mengatakan bahwa kedua anaknya sering
mengonsumsi coklat, permen, cake, dan minuman ringan lebih dari tiga kali per hari.
Berdasarkan pemeriksaan Intra Oral pada Tika:
Terlihat adanya karies pada gigi anterior dan posterior. Adanya debri dan plak pada semua
regio. Seluruh gigi molar memiliki pit dan fissure dalam. Hidrasi saliva kurang dari 30 detik, dengan
pH saliva 6.0, laju alir saliva > 5ml/5 menit, pH plak < 5, aktivitas plak biru.
Tika belum pernah kontrol ke dokter gigi

Ibu Sinta ingin penjelasan mengapa gigi anaknya berlubang.


Kasus Tika (7 tahun)
● Faktor risiko : sering mengonsumsi coklat, permen, cake, dan minuman ringan lebih
dari tiga kali per hari, timing menyikat gigi yang salah, pit and fissure dalam
● Relieving factor: menyikat gigi dua kali sehari, saliva masih normal.
● Temuan Klinis:
○ karies pada gigi anterior dan posterior
○ Adanya debri dan plak pada semua regio
○ Seluruh gigi molar memiliki pit dan fissure dalam
● Tatalaksana :
○ KIE untuk menjaga oral hygiene lebih baik (sikat gigi setelah makan dan bisa
menggunakan mouthwash)
○ Penumpatan pada gigi posterior dan anterior
○ Melakukan pit and fissure sealant pada seluruh gigi molar
● Prognosis : sangat baik (excellent)
THANKS!

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution


REFERENCES

Devlin, H. (2006). Operative Dentistry. Berlin: Springer.


Pemeriksaan Visual

Penggunaan sonde hanya untuk mengangkat debris dan dalam fisura atau
dengan cara kombinasi visual dan taktil, dengan sonde tajam maupun
tumpul.
Cara pemeriksaan tambahan lain yang tidak merusak jaringan gigi dapat
dilakukan, misalnya dengan zat warna, Radiografi, resistensi listrik,
transiluminasi 116 serat optik (FOTI), luminisensi laser, pembiasan
cahaya, dan USG
Pada penggunaan zat warna → jaringan karies akan menyerap zat utama
lebih banyak dibandingkan jaringan sekitarnya
Histopatologis
Caries of The Enamel
Smooth Surface Caries
● Biasanya di bawah titik kontak.
● Penampilan - permukaan biasanya keras dan mengkilap. Lesi buram putih, terkadang bintik
coklat.
● Secara makroskopik, lesi berbentuk kerucut dengan puncak menuju persimpangan
amelo-dentinal junction (ADJ), pelebaran ke arah lateral pada ADJ, dan lesi dentin yang lebih
besar.
Perubahan ini diduga disebabkan oleh kombinasi hilangnya bahan interprismatik, pengerasan enamel
rod dan peningkatan striae of retzius.

Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management Seond Edition. Singapore : Blackwell Munksgaard
Pit and Fissure Caries

● Pada lubang dan celah.


● Penampilan - biasanya lesi coklat / kuning, mungkin
lesi putih berkapur.
● Secara makroskopik, lesi timbul dari dinding fissure.
Lesi berbentuk kerucut dengan alas menuju DEJ -
kebalikan dari smooth surface, dengan karies mengikuti
enamel rod. Penyebaran lateral pada DEJ - lebih
banyak tubulus yang terlibat karena basis lebih luas,
dan lesi dentin yang lebih besar.

Perubahan ini diduga disebabkan oleh kombinasi hilangnya


bahan interprismatik, pengerasan enamel rod dan
peningkatan striae of retzius.

Fejerskov, O., K. Edwina. 2008. Dental Caries the Disease and its Clinical Management Seond Edition. Singapore : Blackwell Munksgaard
Zona Karies Email
Zona 2 (Dark Zone)

● Letaknya berdekatan dan


Zona 1 (Translucent Zone) superficial dari zona translusen.
● Umumnya selalu ada dan
● Mewakili bagian depan lesi. karenanya disebut zona positif.
● Sepuluh kali lebih berporus ● Disebut dark zone karena tidak
dari email normal. mentransmisikan polarized light.
● Tidak selalu hadir. ● Terjadi akibat demineralisasi.
● Ketebalan variabel - zona gelap
yang lebih luas menunjukkan lesi
yangPublisher
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical lebih (P)
lambat berkembang.
Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Zona Karies Email
Zona 4 (Surface Zone)
Zona 3 (Body of The Lesion)
● Zona ini tidak atau paling tidak
● Bagian terbesar dari karies dipengaruhi oleh karies.
yang baru jadi ● Resistensi yang lebih besar
● Ditemukan di antara mungkin karena kandungan
permukaan dan zona gelap mineralisasi dan konsentrasi
● Merupakan area dengan fluorida yang lebih besar.
demineralisasi terbesar yang ● Kurang dari 5 persen porus.
membuatnya lebih ● Radiopasitasnya sebanding
porus/keropos. dengan email yang berdekatan.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Caries of The Dentin
Early Dentinal Changes
● Initial penetration karies pada dentin → dentinal sklerosis.
● Terjadi kalsifikasi tubulus dentinalis yang mencegah penetrasi mikroorganisme
lebih lanjut.

Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
● Ketika tubulus dentin sepenuhnya tersumbat oleh
endapan mineral, terdapat bagian gigi yang
memberikan tampilan transparan dalam cahaya
yang ditransmisikan, yang disebut transparant
dentin.
● Pada transparant dentin, intertubular dentin
terdemineralisasi dan lumen terisi oleh calcified
materials (menyebabkan softness dan
transparansi pada dentin dibanding dentin yang
normal).
● Dekalsifikasi awal ini melibatkan dinding yang
memungkinkan denitin membengkak karena
tubulus penuh dengan mikroorganisme.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Advanced Dentinal Changes

● Dekalsifikasi dinding tubulus →


menyebabkan konfluensi dentinal tubulus.
● Diameter dentinal tubulus meningkat akibat
menumpuknya mikroorganisme →
menyebabkan liquefaction foci (dibentuk
oleh penggabungan fokal dan kerusakan
dentinal tubulus) → area yang terdestruksi
berbentuk ovoid paralel dengan tubulus
dentin yang terisi oleh debris nekrotik.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
● Destruksi dentin akibat dekalsifikasi serta proteolisis terjadi di
berbagai area → massa nekrotik dentin dengan leathery consistency.
● Bentuk lesi triangular dengan apex mengarah ke arah pulpa dan basis
ke arah enamel.

Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Zona Karies Dentin
Zona 2 (Zone of Dentinal
Zona 1 (Normal Dentin) Sclerosis)

● Zona degenerasi lemak dari ● Dentin intertubular mengalami


Tome’s fibers. demineralisasi.
● Dibentuk oleh degenerasi ● Sklerosis dentin → pengendapan
pada proses odontoblastik. garam kalsium di tubulus dentin.
● Jika tidak, dentin normal ● Kerusakan pada proses zona
akan menghasilkan nyeri odontoblastik terlihat jelas.
tajam saat terkena stimulan. ● Tidak ada bakteri di zona ini.
Oleh karena itu, zona ini mampu
melakukan remineralisasi.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Zona Karies Dentin
Zona 3 (Zone of Zona 4 (Zone of Bacterial
Decalcification) Invasion)

● Demineralisasi lebih jauh ● Pelebaran dan distorsi dentinal


pada intertubular dentin yang tubulus yang terisi oleh bakteri.
mengacu pada dentin yang ● Tidak self-repairable karena
lebih halus. sedikitnya mineral dan
denaturasi kolagen yang
ireversibel.
● Zona ini harus dihilangkan ketika
melakukan preparasi.
Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/
Zona Karies Dentin
Zona 5 (Zone of Decomposed
Dentin due to Acids and
Enzymes)

● Zona terluar.
● Terdiri atas dentin yang
terdekomposisi berisi bakteri.
● harus dihilangkan ketika
melakukan preparasi.

Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd.; 2015.
https://www.dentalnotebook.com/histopathology-of-caries-enamel-dentine/

Anda mungkin juga menyukai