Anda di halaman 1dari 42

KELAINAN JARINGAN

KERAS GIGI DAN


DIAGNOSIS
Dr. Risya Cilmiaty, drg., M.Si, Sp. KG

Ariva Syiva'a G992202099


Atifa Nadira Ediningtyas G992202100
Ahmad Isnaini S.N. G992208003
Ajeng Rahmawati C. G992208004
Amelia Anita Sari G992208005
Nabila Tsabita Najma G992302085

KEPANITERAAN KLINIK GIGI DAN MULUT FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS SEBELAS MARET/RUMAH SAKIT UNS
SURAKARTA
2023
Penyakit Jaringan Keras Gigi
Berdasarkan ICD-10

K02.Dental Caries K03 Penyakit Jaringan Keras gigi lainnya

K02.1 Karies terbatas pada enamel K03.0 Atrisi gigi berlebihan


K02.1 Karies dentin K03.1 Abrasi gigi
K02.2 Karies sementum K03.2 Erosi gigi
K02.3 Karies terhenti K03.3 Resorpsi patologis gigi
K02.4 Odontoclasia K03.4 Hipersementosis
K02.5 Karies gigi lainnya K03.5 Ankilosis gigi
K02.9 Karies gigi, unspecified K03.6 Endrapan (akresi) pada gigi
K03.7 Perubahan warna pada jaringan
keras gigi pasca erupsi
K03.8 Penyakit jaringan keras gigi,
lainnya ydt
01
Karies Gigi
Definisi

Penyakit jaringan keras gigi yang umum disebabkan oleh bakteri


spesifik yang melekat pada gigi (S. Mutans) yang mampu
menghasilkan asam untuk proses demineralisasi struktur gigi.
Terbentuk akibat interaksi antara struktur gigi, biofilm mikroba dan
gula dan menghasilkan demineralisasi dan remineralisasi fase jaringan
keras gigi.

Karies ditandai dengan adanya demineralisasi mineral-mineral email


dan dentin, diikuti kerusakan bahan-bahan organiknya.
Proses Proses
demineralisasi remineralisasi
Proses hilangnya sebagian Proses pengembalian

atau keseluruhan dari kristal ion-ion kalsium dan fosfat

enamel. yang terurai ke luar enamel.

■ Proses remineralisasi dan demineralisasi terjadi secara bergantian didalam


rongga mulut selama mengkonsumsi makanan dan minuman.
■ Lesi awal karies dapat mengalami remineralisasi tergantung pada beberapa
faktor diantaranya diet, penggunaan fluor dan keseimbangan pH saliva.
EPIDEMIOLOGI

GLOBAL
49 %-89% anak,
usia terbanyak 12-18 tahun

INDONESIA
Riskesdas (2018) 93% anak pada usia
rentang 5-6 tahun,
meningkat dari 53,2% di tahun 2017
Klasifikasi
● Karies insipien/karies primer
Pembusukan pada lokasi yang belum pernah terjadi pembusukan

● Karies rekuren/ karies sekunder


Muncul pada lokasi dengan riwayat karies

● Karies terhenti
Lesi pada gigi yang sebelum demineralisasi namun telah teremineralisasi
sebelum menyebabkan kavitasi
Klasifikasi

KELAS I KELAS II KELAS III


Pit dan fissure pada gigi Gigi posterior proksimal. Proksimal gigi anterior
posterior atau (belum mencapai incisal
lingual/palatal gigi anterior. edge).

KELAS IV KELAS V KELAS VI


Proksimal gigi anterior (telah Kavitas pada 1/3 servikal Kavitas pada ujung incisal
mencapai incisal edge). permukaan fasial dan lingual edge/ujung cusp.
gigi anterior dan posterior.
Klasifikasi

Klasifikasi yang dibuat oleh Greene Vardiman Black (1836-1915) pada tahun 1896. Klasifikasi ini hanya
berdasarkan lokasi, tidak menggambarkan progresivitas dan besarnya kerusakan pulpa; tidak dapat
ditentukan sampai kavitas yang terjadi cukup besar.
Etiologi
Karies dentis adalah penyakit
multifaktorial yang dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk keberadaan gula
untuk fermentasi, faktor host, adanya flora
mikrobial, dan faktor lingkungan lainnya.

Yadhav dan Prakhash (2016); Rathee & Sapra (2021)


Faktor Risiko
MIKROORGANISME HOST
Morfologi gigi (ukuran dan bentuk
Kokus gram positif paling banyak gigi), struktur enamel, faktor kimia,
dijumpai, seperti Streptococcus mutans, dan kristalografis 🡪 pit dan fisur gigi
Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis posterior sangat rentan karies
dan Streptococcus salivarius serta karena sisa makanan mudah
beberapa strain lainnya. menumpuk terutama pada pit dan
fisur yang dalam.

Permukaan gigi yang kasar 🡪 plak


SALIVA mudah melekat dan membantu
Viskositas saliva yang tinggi dan tidak perkembangan karies gigi.
jernih akan menghambat pembersihan
sel (agglutination). Jika kemampuan buffer
saliva turun/berkurang, mulut akan asam
sehingga kemampuan remineralisasi
hilang dan demineralisasi meningkat.
Faktor Risiko

SUBSTRAT
Faktor substrat atau diet dapat ORAL HYGIENE
mempengaruhi pembentukan plak 🡪
membantu perkembangbiakan dan Pemeriksaan gigi secara teratur
kolonisasi mikroorganisme yang ada pada untuk membantu mendeteksi dan
permukaan enamel. memonitor masalah gigi yang
berpotensi menjadi karies.
Diet kaya karbohidrat 🡪 meningkatkan
risiko karies dibanding diet kaya protein
dan lemak.
Patofisiologi

01 02 03 04
Streptococcus Pembentukan Pembentukan Penguraian
mutans dan asam laktat karies gigi jaringan kalsifikasi
Lactobacilli gigi secara
memetabolisme mikroskopis
substrat
Patofisiologi

Karies terbentuk melalui berbagai proses. Karbohidrat seperti monosakarida (glukosa dan
fruktosa), disakarida (surosa dan maltose), dan oligosakarida (pada madu) apabila dikonsumsi,
akan dimetabolisme oleh bakteri plak -> menimbulkan akumulasi produk akhir asam organik
dan menyebabkan terjadinya reduksi pH plak.
Apabila pH plak rendah, mineral dalam jaringan keras gigi dapat larut (cariogenic
challenge). Terjadinya cariogenic challenge yang berulang -> gigi dapat kehilangan mineral secara
progresif akibat asam plak yang disebut proses demineralisasi.
pH plak dapat menjadi netral (resting level) di antara cariogenic challenges, sehingga ion
mineral pada plak dapat berkontribusi untuk redeposisi mineral dalam lesi karies yang disebut
dengan proses remineralisasi.
Patofisiologi
Apabila terjadi peningkatan intake glukosa, proses demineralisasi - remineralisasi akan
menjadi tidak seimbang sehingga proses demineralisasi terjadi lebih sering dan proses
remineralisasi tidak dapat mengembalikan mineral yang hilang. Hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan progresivitas lesi karies dan dapat merusak jaringan keras
dan membentuk kavitas akibat kerusakan mekanis (enamel) atau akibat bakteri
(dentin) yang ireversibel.
Diagnosis Karies
Gigi
Diagnosis

ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN


FISIK PENUNJANG
Anamnesis
1. Nyeri tajam akar gigi
2. Gigi sensitif
a. Nyeri memberat makan atau minum dingin/panas/ manis
3. Gigi berlubang
4. Perubahan warna gigi
a. Putih, coklat, atau hitam
5. Bau mulut
a. Mulut terasa bau busuk
6. Sistemik & lokal
a. Demam, nyeri kepala, pembengkakan pada sekitar mata unilateral, nyeri
atau nyeri tekan pada dasar mulut, dan sulit menelan
7. Perlu ditanyakan riwayat dan faktor risiko (sering konsumsi karbohidrat dan
jarang sikat gigi)
Manifestasi Klinis

● Plak
● White spot
● Kavitas
● Lubang pada gigi
Manifestasi Klinis

Lesi Awal
● Perubahan warna gigi
● Bercak putih pada gigi
● Gigi berlubang
● Bau mulut
● Terbentuk kavitas gigi
● Makanan tersangkut
Manifestasi Klinis

Lesi Lanjut (Pulpa)


● Nyeri pada gigi
● Paparan riwayat dan faktor
risiko
● Pemakaian botol bayi ketika
tidur (baby bottle tooth decay
/ BBTD)

Risk assessment 🡪 cariogram


Pemeriksaan Fisik

● Dilakukan dalam kondisi gigi bersih, kering dan dengan


bantuan penyinaran.
● Menilai ada tidaknya perubahan struktur: disolusi lapisan
enamel, white spot lesions, perubahan warna, kekasaran
permukaan dan kavitasi.
● Enamel tampak lebih putih dan opaque pada penyinaran.
● Demineralisasi jar. dentin → bayangan di bawah enamel.
Pemeriksaan Fisik

• Inspeksi: plak, bercak putih,


diskolorasi pada gigi-gigi
tertentu, kavitas
• Palpasi: sentuh/goyang
sedikit pada gigi
• Perkusi: kalau diketuk sakit,
ada infeksi jaringan
Pemeriksaan Penunjang
- Pewarnaan: Pewarnaan pada lokasi karies
dikarenakan demineralisasi

- Pemeriksaan Radiologis: Tampak area yang terlihat


radiolusen

- Pemeriksaan Metode Baru


a. Digital imaging
b. Fiber optic transillumination
c. Digital fiber optic transillumination imaging
Radiologi
● Pemeriksaan X-ray dental pada pasien karies gigi hanya diperlukan saat karies gigi
sulit terlihat secara langsung terutama pada gigi bagian belakang.
● X-ray dental dengan proyeksi bitewing merupakan pilihan x-ray dental yang paling
sering digunakan.
● X-ray bitewing memiliki kelebihan dapat memperlihatkan karies pada gigi bagian
belakang atas dan bawah.
Tatalaksana
Tujuan: menjaga struktur dan mencegah kerusakan lebih lanjut.

● Pada karies email tanpa kavitas dapat dilakukan pembersihan gigi,


flour, serta edukasi tentang kesehatan gigi.
● Pada karies yang sudah lanjut dapat dilakukan penambalan.
● Pada karies dengan pulpitis yang irreversible, terapi berupa
menghilangkan rasa nyeri pada pasien dan perawatan akar gigi.
Edukasi
MENJAGA KEBERSIHAN MULUT

● Karies gigi tidak dapat berkembang tanpa ada mikroorganisme dalam


plak gigi.
● Menyikat gigi minimal 2 kali sehari (pagi sesudah makan dan malam
sebelum tidur).
● Membersihkan gigi dengan benang gigi.
● Membersihkan mulut dengan cairan aseptik.
● Menyikat gigi dengan sikat gigi yang lembut.
Edukasi
APLIKASI FLUORIDA TOPIKAL

● Menghambat karies gigi dengan menghambat demineralisasi dan


meningkatkan remineralisasi struktur gigi dengan pembentukan Kristal
fluorapatit yang tahan asam.
● Dengan penggunaan pasta gigi berfluoride.
● Menggunakan obat kumur berfluoride.
● Aplikasi gel dan pernis fluoride.
Edukasi
DIET

● Mengurangi konsumsi gula sukrosa untuk mencegah pembentukan


karies gigi
● Mengurangi makanan yang bersifat asam
● Tingkatkan konsumsi makanan tinggi kalsium

PEMERIKSAAN MULUT RUTIN

● Dental check up enam bulan sekali


02
HILANGNYA
JARINGAN KERAS GIGI
Kontak antar gigi tanpa adanya Hilangnya dentin dan sementum Terkikisnya permukaan gigi oleh
intervensi dari benda asing. secara progresif karena asam yang melarutkan enamel
Penyebab: mekanisme aksi osteoklas. dan dentin (tanpa keterlibatan
kebiasaan, bruxism atau clenching, bakteri).
Penyebab: Nekrosis pulpa, Penyebab:
dan gangguan perkembangan trauma, terapi periodontal, dan Faktor intrinsik (regurgitasi;
sebagainya GERD, anoreksia, bulimia
nervosa)
Faktor ekstrinsik
(soft drink, citrus, acar, vitamin C)
03
Trauma
Jaringan Keras Gigi
Fraktur Gigi
● Fraktur gigi terjadi terutama pada anak-anak dan remaja, terhitung 5% dari
semua cedera gigi traumatis.

● Fraktur gigi sebagian besar melibatkan gigi depan di rahang atas. Penyebab
paling umum adalah aktivitas olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan kekerasan
fisik.

● Tergantung pada intensitas kejadiannya, gigi dapat terkelupas, sebagian atau


seluruhnya terkilir, atau bahkan tercabut dari rongga mulut. Fraktur gigi
memerlukan perawatan segera untuk memulihkan fungsi dan kosmetiknya.
Ellis and Davis Fracture Classification (1970)
Kelas 1 merupakan fraktur sederhana pada mahkota gigi dengan
melibatkan sedikit atau tidak ada dentin.
Kelas 2 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan
cukup banyak dentin, tanpa melibatkan pulpa.
Kelas 3 merupakan fraktur mahkota yang luas dengan melibatkan
cukup banyak dentin dan melibatkan pulpa.
Kelas 4 merupakan gigi yang mengalami trauma menjadi non vital
dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5 merupakan kehilangan gigi.
Kelas 6 merupakan fraktur akar gigi dengan atau tidak melibatkan
struktur mahkota.
Kelas 7 merupakan perpindahan gigi tanpa fraktur mahkota atau akar.
Kelas 8 merupakan fraktur kompleks mahkota gigi.
Kelas 9 merupakan trauma pada gigi primer.
04
Inflamasi Pulpa
Gigi
Inflamasi Pulpa Gigi
Pulpitis Reversibel
● Nyeri hilang timbul, bisa simptomatik
● Keluhan dapat hilang apabila faktor pencetus
dihilangkan
● Apabila terpapar oleh perubahan suhu nyeri tidak
bertahan lama
● Disertai oleh karies gigi atau dentin yang terbuka

Pulpitis Irreversibel
● Perkembangan dari pulpitis reversibel
● Keluhan tidak menghilang apabila stimulus
dihilangkan.
● Apabila terpapar perubahan suhu, nyeri dapat
bertahan lama
● Keluhan bisa muncul meskipun tanpa rangsangan
Pulpitis Kronik Hiperplasia
● Perkembangan jaringan granulasi akibat
inflamasi pulpa produktif yang disebabkan
oleh pembukaan karies luas pada pulpa
muda.
● Tidak menimbulkan gejala kecuali selama
mastikasi apabila tekanan bolus makanan
menyebabkan rasa yang tidak
menyenangkan.
● Perawatan dilakukan dengan tujuan
membuang jaringan polipoid diikuti
ekstirpasi pulpa.
Nekrosis Pulpa
Kematian jaringan dalam pulpa dengan atau
tanpa invasi bakteri diawali trauma gigi, karies,
pulpitis ireversibel → perubahan warna
mahkota gigi dan periapikal radiolusen akibat
gangguan aliran darah pada neurovaskular
apikal.
Daftar Pustaka
Litonjua, et al. (2003). Toothwear: Attrition, erosion, and abrasion. Quintessence International. 34(6). pp.
435-446

Pagadala, S. & Tadikonda, D.C. (2015). An overview of dental traumpa. IAIM. 2(9). pp. 157-164

Rathee M dan Sapra A. (2021). Dental Caries. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan

Widayanti, N. (2014). Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Usia 4-6 Tahun. Jurnal Berkala
Epidemiologi, 2(2): 196–205.

Yadav K dan Prakash S. (2016). Dental Caries: A Review. Asian Journal of Biomedical and Pharmaceutical
Sciences, 2016.

Young, D. A., Nový, B. B., Zeller, G. G., Hale, R., Hart, T. C., Truelove, E. L., ... & Beltran-Aguilar, E. (2015). The
American Dental Association caries classification system for clinical practice: a report of the American
Dental Association Council on Scientific Affairs. The Journal of the American Dental Association, 146(2),
79-86.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai