Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Karies Gigi

2.1 Definisi
Karies berasal dari bahasa latin yang berarti pembusukan. Karies gigi
merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh suatu aktivitas jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya yaitu demineralisasi jaringan keras
gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organik. Akibatnya terjadi
invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan
periapeks yang menyebabkan nyeri.4
Banyak teori tentang proses terjadinya karies, salah satunya adalah teori
Acidogenic Chemisi Parasitic dari Miller pada tahun 1889 mengatakan bahwa
sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat di dalam mulut akan mengalami
fermentasi oleh kuman flora normal rongga mulut, memproduksi asam-asam
organik, termasuk asam laktik, asam formik, asam asetik dan asam propionik
melalui proses glikolisis. Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis
adalah Lactobacillus acidophilus dan Streptoccocus mutans. Asam yang dibentuk
dari hasil glikolisis akan berdifusi ke dalam enamel, dentin atau sementum, yang
secara parsial menghancurkan kristal mineral atau carbonated hydroxyapatite
mengakibatkan larutnya enamel gigi, sehingga terjadi proses dekalsifikasi enamel
atau karies gigi.5

Gambar 1. Karies gigi.

4
2.2 Etiologi
Etiologi atau penyebab karies dibedakan atas faktor penyebab primer yang
langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang
berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang mempengaruhi biofilm. Karies
terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi disebabkan serangkaian
proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Karies dinyatakan sebagai
penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor
host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet ditambah
faktor waktu. Untuk terjadinya karies, maka kondisi setiap faktor tersebut harus
saling mendukung yaitu tuan rumah yang rentan, mikroorganisme yang
kariogenik, substrat yang sesuai dan waktu yang lama.6

Gambar 2. Faktor penyebab karies

a. Host Atau Tuan Rumah


Host Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai host
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur
enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat
rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah
tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar
5
juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantuk perkembangan
karies gigi. Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia kompleks
yang mengandung 97% mineral, air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar
enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan mengandung banyak
fluor, fosfat, dan sedikit karbonat dan air. Kepadatan Kristal enamel sangat
menentukan daya larut enamel. Semakin banyak enamel yang mengandung
mineral menyebabkan kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin
resisten. Kemungkinan alasan ini menjadi salah satu penyebab tingginya
prevalensi karies pada anak-anak.6

b. Agen Atau Mikroorganisme


Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Bakteri yang terlibat dalam
perkembangan lesi karies, terutama Streptococcus mutans, Streptococcus
sobrinus, dan Lactobacillus sp. Pada penderita karies aktif, jumlah Lactobacillus
pada plak gigi berkisar 104-105 sel/mg plak.6

c. Substrat Atau Diet


Substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu
perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan
enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan
lain yang aktif menyebabkan timbulnya karies.6

d. Waktu
Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat
memengaruhi perkembangan karies. Setelah seseorang mengonsumsi makanan
mengandung gula, maka bakteri pada mulut dapat metabolisme gula menjadi asam
melalui proses fermentasi sehingga menurunkan kadar pH. Dengan kadar asam
yang tinggi maka dapat mengakibatkan demineralisasi yang terus menerus
6
sehingga terjadinya karies gigi. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk
berkembang menjadi suatu kavitas cukup, diperkirakan 6-48 bulan.6

2.3 Patofisiologi Karies Gigi


Proses terjadinya karies ditandai dengan adanya proses demineralisasi dan
juga hilangnya struktur gigi. Bakteri Streptococcus mutans pada plak gigi
memetabolisme karbohidrat (gula) sebagai sumber energi kemudian memproduksi
asam sehingga menyebabkan menurunnya pH plak (<5,5). Penurunan pH
menyebabkan terganggunya keseimbangan ion kalsium dan fosfat sehingga
mengakibatkan hilangnya mineral enamel gigi dan terjadinya proses
demineralisasi. Pada keadaan dimana pH sudah kembali ke enamel gigi, proses ini
di sebut sebagai proses remineralisasi. Karies merupakan proses dinamis
tergantung pada keseimbangan antara proses demineralisasi dan remineralisasi.
Proses demineralisasi yang terus berulang akan menyebabkan larut dan hancurnya
jaringan karies gigi yang dapat dilihat dengan adanya lesi karies atau kavitas. 6

2.4 Faktor Risiko Karies Gigi


Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies gigi adalah:
a. Oral Higiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insidens karies
dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari
permukaan gigi, namun banyak pasien tidak melakukannya secara efektif.6

b. Pola Makan
Pengaruh pola makan biasanya akan lebih bersifat lokal dari pada sistemik.
Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai
memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-
30 menit setelah makan. Diantara waktu makan, saliva akan bekerja menetralisir

7
asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan dan
minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, maka enamel
gigi tidak akan memiliki kesempatan untuk remineralisasi.6

c. Penggunaan fluor
Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Pemberian fluor
yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting
dalam mengurangi terjadinya karies karena dapat meningkatkan remineralisasi.
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja
dengan cara menghambat metabolisma bakteri plak yang dapat memfermentasi
karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit.
Reaksi kimia: Ca10(PO4)6(OH)2 + F Ca10(PO4)6(OHF) menghasilkan enamel
yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi yang merangsang perbaikan dan
penghentian lesi karies. Pada anak yang berisiko karies tinggi dilaporkan bahwa
penggunaan fluor ini hampir tidak ada.6

d. Umur
Terjadinya peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya umur.
Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini
meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi
tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak
mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi
sedangkan orang dewasa lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.6

e. Jenis Kelamin
Selama masa kanak-kanak dan remaja, perempuan menunjukkan nilai DMF
yang lebih tinggi dari pada laki-laki. Umumnya oral higiene perempuan lebih baik
sehingga komponen gigi yang hilang M (missing) yang lebih sedikit dari pada
laki- laki. Menurut Suwelo yang menyatakan bahwa prevalensi karies gigi anak
pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki, sehingga
gigi anak perempuan lebih lama di dalam rongga mulut dan lebih lama
8
berhubungan dengan faktor-faktor langsung terjadinya karies, yang antara lain
gigi dan saliva, mikroorganisme, makanan dan waktu.6
f. Sosial Ekonomi
Rendahnya status sosial ekonomi cenderung mempengaruhi pola hidup
masyarakat. Prevalensi karies lebih tinggi pada status ekonomi rendah faktor yang
mempengaruhi keadaan ini adalah pendidikan dan pekerjaan yang berhubungan
dengan kebiasaan merawat gigi dan lain-lain. Hal ini disebabkan makanan yang
bersifat kariogenik, rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi dapat dilihat dari
kesehatan mulut yang buruk, karies tinggi pada keluarga, dan jarang melakukan
kunjungan ke dokter gigi, sehingga banyak karies gigi yang tidak dirawat.6

2.5 Pencegahan Karies Gigi


Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi
seluruh aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan
masyarakat yang mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal
ini, pelayanan pencegahan difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya
penyakit (pre- patogenesis) dan sesudah timbulnya penyakit (patogenesis). Hugh
Roadman dkk membuat klasifikasi pelayanan pencegahan tersebut atas 3 yaitu
pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

a. Pencegahan Primer
Pelayanan yang diarahkan pada tahap pre-patogenesis merupakan pelayanan
pencegahan primer atau pelayanan untuk mencegah timbulnya penyakit. Hal ini
ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan
memberikan perlindungan khusus (spesific protection). Upaya promosi kesehatan
meliputi pemberian informasi mengenai cara menyingkirkan plak yang efektif
atau cara menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (flossing). Upaya
perlindungan khusus termasuk pelayanan yang diberikan untuk melindungi host
dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan
mikroorganisme.7
9
b. Pencegahan Sekunder
Pelayanan yang ditujukan pada tahap awal patogenesis merupakan
pelayanan pencegahan sekunder, untuk menghambat atau mencegah penyakit agar
tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini
dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh, melakukan penambalan pada lesi
karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.7

c. Pencegahan Tersier
Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal
sebagai pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi dari gigi.
Kegiatannya meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidak mampuan
(cacat) dan rehabilitasi. Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini.7

B. Penyakit Periodontal
Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami
keradangan. Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu
gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang
ringan, biasanya gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah.
Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung
gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan
menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan
mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi
tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku yang akan bertambah dalam
sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit
ini berlanjut terus dan tidak segera segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan
longgar dan harus dicabut. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit
gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi di Indonesia.
Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih kepada
penegakan diagnosis penyakit periodontal dari pada karies.8

10
C. Oral Higiene
Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan dengan
kondisi oral higiene yang buruk. Leo et al Melaporkan bahwa pada individu yang
mempunyai gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila tidak melakukan
pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila dilakukan
pemeliharaan kebersihan mulut maka keradangan akan hilang dalam waktu 1
minggu. Semua penelitian yang dilakukan menunjukkan pentingnya melakukan
kontrol plak bila tidak ingin terjadi kerusakan pada jaringan periodontal.8

D. Perilaku kesehatan gigi


Perilaku kesehatan gigi individu dan masyarakat merupakan salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan gigi individu atau masyarakat.
Perilaku kesehatan gigi positif, misalnya dengan menyikat gigi, sebaliknya
perilaku kesehatan gigi negatif, misalnya tidak menyikat gigi secara teratur maka
kondisi gigi dan mulut akan menurun dan dampaknya mudah mengalami karies
gigi.8

1. Cara Menyikat Gigi


Perilaku pemeliharaan kesehatan gigi yang sering kali ditemui pada
masyarakat Indonesia adalah cara menyikat gigi belum tepat. Pada prinsipnya
menyikat gigi yang benar harus dapat membersihkan semua sisa-sisa makanan
yang tertinggal setelah makan. Gerakan menyikat gigi tidak merusak jaringan
gusi dan mengabrasi lapisan gigi serta tidak melakukan penekanan secara
berlebihan. Dalam menyikat gigi seluruh permukaan baik permukaan luar dan
permukaan dalam gigi harus dapat terjangkau. Upaya untuk membersihkan plak
dapat dilakukan dengan cara menyikat gigi. Menyikat gigi dapat dilakukan
melalui beberapa metode, diantaranya adalah metode bass. Metode bass pertama
kali ditujukan untuk menyingkirkan plak dan debris dari dalam sulkus yang

11
dikombinasi dengan menggunakan sikat gigi lembut dan benang gigi. Oleh karena
itu, teknik ini dapat digunakan untuk mengontrol penyakit periodontal dan karies.
Sikat gigi diletakkan dengan sudut 45 derajat terhadap apeks gigi. Kemudian bulu
sikat didorong perlahan-lahan ke dalam sulkus. Gerakan vibrasi yaitu gerakan
maju mundur dan pendek-pendek akan menyebabkan bulu sikat bergetar
membersihkan sulkus. Untuk setiap bagian disarankan 10 kali gerakan.8

2. Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi


Umumnya, dokter gigi menganjurkan pasien untuk menyikat giginya segera
setelah makan. Menurut American Dental Association (ADA) memodifikasi
pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara
teratur, minimal 2 kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan malam sebelum
tidur malam. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bila plak
disingkirkan setiap hari secara sempurna, maka tidak akan menimbulkan efek
pada rongga mulut. Oleh karena hanya sedikit orang yang bisa menyingkirkan
plak secara sempurna, maka perlu tetap ditekankan pembersihan sulkus sebagai
kontrol terhadap penyakit periodontal dan lebih sering menggunakan pasta yang
mengandung fluor untuk mengontrol karies. Waktu menyikat gigi pada setiap
orang tidak sama, bergantung pada beberapa faktor seperti cenderungan seseorang
terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan salivanya
membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Hanya setelah pasien berulangkali
menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga profesional, maka baru dapat
ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut menyikat gigi. Biasanya, rerata
lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga
yang melaporkan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada
setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak,
yang penting diingat bahwa sebaiknya pasien diberitahu urutan menyikat gigi.
Biasanya dimulai dari bagian distal gigi paling belakang rahang atas dan
kemudian permukaan oklusal dan insisalnya sampai seluruh permukaan gigi
dirahang sebelah tercakup. Hal yang sama dilakukan pada rahang bawah.8

12
3. Periode Penggantian Sikat Gigi
Sikat gigi adalah alat yang digunakan untuk membersihkan gigi yang
berbentuk sikat kecil dengan pegangan. Sikat gigi banyak jenisnya, dari yang
bulunya halus sampai kasar, bentuknya kecil sampai besar, dan berbagai desain
pegangan. Apabila bulu sikat sudah mekar/rusak ataupun sikat gigi sudah
digunakan selama 3 bulan, maka sikat gigi tersebut akan kehilangan
kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan baik. Sebaiknya mengganti
sikat gigi apabila salah satu diantara dua hal tersebut terjadi. Apabila bulu sikat
sudah rusak sebelum 3 bulan, bisa jadi hal itu merupakan tanda kalau anda
menyikat gigi terlalu keras. Selain itu, pergantian sikat gigi juga diperlukan
setelah menderita sakit, karena sikat gigi dapat menjadi tempat menempelnya
kuman penyakit dan menyebabkan infeksi lagi.8

4. Frekuensi ke Dokter Gigi


Frekuensi ke dokter gigi sangat diperlukan untuk menciptakan kontak dan
ikatan kepercayaan pertama antara orang tua dengan dokter gigi, sehingga
diharapkan kesadaran, perilaku, dan sikap yang positif dan bertanggungjawab
mengenai perawatan kesehatan gigi. Kunjungan ke dokter gigi sebaiknya
dilakukan secara rutin setiap 6 bulan sekali. Hal tersebut dilakukan untuk
memeriksa keadaan gigi, sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin.8

E. Pengetahuan

Pengetahuan merupukan hasil dari “tahu” yang terjadi setelah orang


melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan ini dilakukan
oleh panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pengetahuan manusia sebagian besar didapatkan oleh indra mata
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal yang sangat penting dalam
membentuk tingkatan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2017).
Pengetahuan akan muncul ketika seseorang menggunakan indra atau akal budinya

13
untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau
dirasakan sebelumnya.9
Menurut Notoatmodjo, pengetahuan yang tercangkup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, meliputi : 9
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang paling rendah.Misalnya menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.Misalnya dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu komponen untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menciptakan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

14
yang baru.Sintesis juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.Misalnya,
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.Penilaian suatu
penelitian biasanya didasari pada suatu kriteria-kriteria yang sudah ada
sebelumnya.

Seseorang yang telah mendapatkan pengetahuan akan menghasilkan


perilaku baru, namun sebelum orang tersebut menghadapi perilaku baru akan
terjadi sebuah proses berurutan dalam diri nya. Prosesnya meliputi :9
1. Awareness (kesadaran) dimana orang (subjek) tersebut menyadari atau
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (tertarik) terhadap stimulus tersebut. Sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap efek (baik atau buruk) yang akan
ditimbulkan stimulus bagi dirinya. Sikap subjek akan lebih baik lagi.
4. Trial, tahap dimana seseorang akan mulai mencoba melakukan sesuatu seperti
yang dikehendaki oleh stimulus
5. Adaptation, dimana seseorang tersebut telah berprilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan akan dipengaruhi oleh 7 faktor,


diantaranya :9
1. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperoleh, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang

15
usia lanjut kemampun penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan
berkurang.
2. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal berfikir dan mengolah
berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang
akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahauan.
3. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang.Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang dimana
seseorang dapat mempelajari hal- hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk
tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan
memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang.
4. Sosial Budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan orang lain,
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
5. Pendidikan
Pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula
pengetahuannya.Tapi tidak semua orang yang memiliki pendidikan rendah
pengetahuannya rendah juga.
6. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi bila ia mendapatkan
informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar
maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahauan seseorang.

16
7. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahauan, atau pengetahuan itu suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman
pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahauan. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memeahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

17

Anda mungkin juga menyukai