Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KELAINAN JARINGAN KERAS GIGI


(KARIES)

OLEH :
MELIA DESANTI
195110478
DOSEN PEMBIMBING : drg.Anses Warman,M.M.Kes

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG


JURUSAN DIII KEPERAWATAN GIGI
TA.2019-2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
            Karies (lubang gigi) adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat
difermentasikan. Karies ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan
kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri yang dapat bertambah sakit akibat makanan atau minuman yang manis,
bersuhu panas ataupun dingin.
            Seseorang sering tidak menyadari bahwa ia menderita karies sampai penyakit tersebut
berkembang dan menimbulkan rasa sakit. Tanda awal karies adalah adanya white spot di
permukaan gigi yang menandakan adanya demineralisasi. Daerah ini dapat menjadi berwarna
coklat dan membentuk lubang. Bila lubang sudah terbentuk maka struktur yang rusak tidak
dapat diregenerasi. Walaupun demikian, penyakit ini dapat dihentikan pada stadium yang
sangat dini karena adanya kemampuan remineralisasi.

1.2 Rumusan masalah


a) apa pengertian dari karies gigi?
b) bagaimana etiologi dari karies gigi?
c) bagaimana mekanisme kerusakan jaringan keras gigi?
d) bagaimana pencegahan karies gigi?
e) apa itu fissure sealant?

1.3 Tujuan masalah

a) untuk mengetahui pengertian dari karies gigi


b) untuk mengetahui etiologi dari karies gigi
c) untuk mengetahui mekanisme kerusakan jaringan keras gigi
d) untuk mengetahui pencegahan karies gigi
e) untuk mengetahui fissure sealant
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian karies gigi

            Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi dengan adanya demineralisasi
bahan anorganik yang kemudian diikuti bahan organiknya yang mengenai email, dentin dan
sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat difermentasikan, menyebabkan terjadinya invasi bakteri serta kematian pulpa bakteri
dapat berkembang ke jaringan periapeks sehingga dapat menimbulkan rasa nyeri pada gigi.

            Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke
dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple factors) di dalam rongga
mulut yang berinteraksi satu dengan yang lain. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor gigi,
mikroorganisme, substrat dan waktu.

B. Etiologi karies gigi

Faktor etiologi terjadinya karies

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan
oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah
5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses kariespun dimulai.
Paduan keempat faktor penyebab tersebut kadang-kadang digambarkan sebagai empat
lingkaran yang bersitumpang pada gambar di atas. Karies baru bisa terjadi hanya kalau
keempat faktor tersebut di atas ada.

1. Plak

Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang
terbentuk pada semua permukaan gigi. Akumulasi bakteri ini tidak terjadi secara kebetulan
melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan.

Jika email yang bersih terpapar di rongga mulut maka akan ditutupi oleh lapisan
organik yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri atas glikoprotein yang diendapkan
dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu
membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi.
Bakteri yang mula-mula menghuni pelikel terutama yang berbentuk kokus. Yang
paling banyak adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan
mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang
lain. Dalam beberapa hari plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam
mikroorganisme. Akhirnya, flora plak yang tadinya didominasi oleh bentuk kokus berubah
menjadi flora campuran yang terdiri atas kokus, batang dan filamen.

2. Peran bakteri

Sreptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu
segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut daot
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat
makanan. Polisakharida ini, yang terutama terdiri dari polimer glukosa, menyebabkan matriks
plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya, bakteri – bakteri terbantu untuk
melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal
ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut.

Ternyata dalam mulut pasien yang caries active, jumlah steptococcus mutans dan
laktobasilus lebih banyak ketimbang dalam mulut orang yang bebas karies. Penyelidikan
akhir-akhir ini juga memperlihatkan bahwa s. Mutans dapat dipindahkan dari ibu ke bayinya.
Mungkin dengan kontak oral. Oleh karena itu karies harus dianggap sebagai suatu penyakit
yang dapat ditularkan dan dipindahkan.

3. Peran karbohidrat makanan

Dibutuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi
untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demuneralisasi email. Karbohidrat ini
menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri dan sintesa polisakharida ekstra
sel. Walaupun demikian, tidak semua karbohidrat sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat
yang kompleks misalnya pati relatif tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di
dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti gula akan
menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan
demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali
ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang
sering  dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan
demineralisasi email.

Grafik perubahan pH plak beberapa saat setelah kumur-kumur dengan larutan glukosa
ditunjukkan pada gambar 1.2. gafik tersebut disebut lengkung stephan, mengikuti nama orang
yang pertama kali menunjukkan hal ini pada tahun 1994. Di sini stephan memperlihatkan
memperlihatkan bahwa penurunan pH plak lebih besar pada individu yang caries-active
ketimbang individu yang bebas karies.
Sintesa polisakharida ekstra sel dari sukrosa lebih cepat ketimbang glukosa, fruktosa, dan
laktosa. Oleh karena itu, sukrosa merupakan gula yang paling kariogenik, walaupun gula
lainnya tetap berbahaya. Dan karena sukrosa merupakan gula yang paling banyak dikonsumsi
maka sukrosa merupakan penyebab karies yang utama.

4. Kerentanan permukaan gigi

 Morfologi gigi: daerah yang rentan

Plak yang mengandung bakteri merupakan awal bagi terbentuknya karies. Kawasan-
kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah:

a) pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar : pit bukal molar dan pit
palatal insisif.
b) permukaan halus di daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak
c) email pada tepian di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingiva 
d) permukaan akar yang terbuka, yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada
pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium
e) tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper.
f) permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jempatan.

Lingkungan gigi: saliva, cairan celah gusi dan flour

Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali
mengandung ion kalsium dan fosfat. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di
dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau
menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali.

5. waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya


proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut  terdiri atas periode perusakan dan
perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka
karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan
atau tahun. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan
penyakit ini.

C. Penggolongan karies

Karies dapat diklasifikasikan berdasarkan daerah anatomis tempat karies itu timbul.
Dengan demikian lesi bisa dimulai pada pit dan fisur atau pada permukaan halus. Lesi
permukaan halus dimulai pada email atau sementum dan dentin akar yang terbuka (karies
akar). Kemungkinan lain karies bisa timbul pada tepian restoras. Ini disebut karies rekuren
atau karies sekunder. Karies bisa juga digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan
berkembangnya. Karies rampan adalah nama yang diberikan kepada kerusakan yang meliputi
beberapa gigi yang cepat sekali terjadinya, seringkali meliputi permukaan gigi yang biasanya
bebas karies. Keadaan ini terutama dapat dijumpai pada gigi sulung bayi yang selalu
menghisap dot yang berisi gula atau dicelupkan dahulu pada larutan gula. karies rampan juga
dijumpai pada gigi permanen remaja dan hal ini biasanya disebabkan oleh seringnya makan
kudapan kariogenik dan minuman manis diantara waktu makannya. juga dapat dijumpai pada
mulut yang salivanya berkurang secara drastis (xerostomia). penyebab xerostomia akut
biasanya karena radiasi pada daerah kalenjer liur, dan pada penderita tumor ganas.

Berbeda sekali dengan karies rampan adalah karies terhenti. Terminologi ini
menggambarkan suatu lesi karies yang tidak berkembang. Yang dapat dijumpai jika
lingkungan oral telah berubah dari yang tadinya memudahkan timbulnya karies ke keadaan
yang cenderung untuk menghentikan karies.

D. Mekanisme kerusakan jaringan keras gigi


1. Mekanisme karies gigi

Menurut Miller (2000) karbohidrat, mikroorganism, asam dan plak gigi berperan dalam
proses pembentukan karies. Dalam keadaan normal rongga mulut terdapat bakteri dari
sejumlah kecil sisa makanan, terutama gula dan karbohidrat yang tertinggal pada tempat-
tempat tertentu pada gigi, oleh bakteri sisa makanan tersebut akn dirubah menjadi asam
melalui proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya merusak struktur
gigi sesikit demi sedikit, asam yang terbentuk dapat mengikis email. Bakteri asam, sisa
makanan serta Protein  saliva bergabung membentuk bahan lengket dan melekat pada gigi
yang disebut plak. Kemudian bakteri dan muli bekerja 20 menit setelah makan.

Asam yang terbentuk bersifat tajam dan dapat mengikis email asam yang diproduksi
dalam plak terus menerus merusak kapisan email gigi. Kemudian bakteri akan mengikuti
jalan yang sudah dibuat oleh asam dan menginfeksi lapisan berikutnya, yaitu dentin jika tidak
dirawat, proses ini terus berjalan sehingga lubang akan semakin dalam, karies gigi biasanya
belum menimbulkan rasa sakit, kecuali telah mencapai bagian pulpa gigi, karena pulpa penuh
dengan syaraf dan pembuluh darah akibat terinfeksi, maka akan timbul rasa sakit secara terus
menerus. Komplikasi kemudian terjadi dengan kematian sel syaraf sehingga rasa sakit juga
berhenti.

E. Pencegahan karies gigi

            Karies gigi adalah penyakit yang dapat dicegah. Pencegahan ini meliputi seluruh
aspek kedokteran gigi yang dilakukan oleh dokter gigi, individu dan masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan rongga mulut. Sehubungan dengan hal ini, pelayanan pencegahan
difokuskan pada tahap awal, sebelum timbulnya penyakit (pre-patogenesis) dan sesudah
timbulnya penyakit (patogenesis). Tujuan utama program pencegahan adalah untuk
mengurangi jumlah bakteria karogenik. Klasifikasi pelayanan pencegahan dibagi menjadi 3
yaitu

a. Pencegahan Primer

Menurut Alpers (2006) mencegah pembusukan dengan tindakan pencegahan sebagai berikut :

1. Memilih makanan dengan cermat

Makanan yang mengandung karbohidrat juga berfenmentasi termasuk gula dan tepung
kemudian akan diolah menjadi roti dan keripik kentang. Karena karbohidrat merupakan
sumber makanan penting sehingga jangan mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi.
Mengatur kebiasaan makan anak dengan sebagai berikut :

a) Menghindari makanan yang lengket dan kenyal seperti snack. Makanan seperti gula,
kacang bersalut gula, sereal kering, roti dan kismis juga buah yang dikeringkan akan
menempel pada gigi. Usahakan untuk membersihkan gigi dalam waktu 20 menit
setelah makan. Apabila tidak menyikat gigi maka berkumurlah dengan air putih.
b) Memilih snack dengan cermat. Efek makanan seperti snack dapat menyebabkan gigi
berlubang. Makan snack setiap hari memungkinkan bakteri terus membentuk asam
yang merusak gigi. Jangan makan makanan manis terus, mengunyah permen karet
atau permen penyegar nafas. Jika ingin menguyah permen dengan memilih produk
yang tidak mengandung gula karena mengandung xylitol atau aspartam sehingga
mengurangi bakteri pembuat lubang pada gigi.
2. Pemeliharaan gigi

Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah bakteri dengan membersihkan
mulut dengan teratur. Ajarkan anak untuk menyikat gigi > 2 kali sehari. Menganjurkan untuk
melakukan pemeriksaan gigi tiap 6 bulam sekali.

3. Pemberian flour

Membubuhkan flour dalam air minum yang kekurangan flour untuk mencegah karies
gigi. Tambahan tersebut dapat berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam
mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang. Anak rentan terhadap gigi berlubang sehingga
pemberian flour secara topikal termasuk pasta gigi yang mengandung flour sangat
bermanfaat.

b. Pencegahan Sekunder
1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian gigi
yang rusak dan diganti dengan tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan
tergantung dari lokasi dan fungsi gigi. Geraham dengan tugas mengunyah
memerlukan bahan yang lebih kuat dibandingkan gigi depan. Perak amalgam
digunakan pada gigi belakang. Tambalan pada gigi depan dibuat tidak terlihat, silikat
sejenis semen porselen yang mirip dengan email. Resin komposit adalah bahan yang
sering digunakan pada gigi depan dan belakang bila lubangnya kecil dan merupakan
bahan yang warnanya sama dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah rusak dan tidak
dapat diperbaiki maka gigi perlu dicabut.
2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi
permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada permukaan
kunyah gigi premolar dan molar. Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi
pelapis pada gigi.

c. Pencegahan Tersier

Pelayanan ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dikenal sebagai
pencegahan tersier bertujuan untuk mencegah kehilangan fungsi dari gigi. Kegiatannya
meliputi pemberian pelayanan untuk membatasi ketidakmampuan (cacat) dan rehabilitasi.
Gigi tiruan dan implan termasuk dalam kategori ini.

F. Fissure sealant

Ceruk dan fisur merupakan tempat tumbuhnya plak yang tersembunyi. Derah ini
umumnya daerah yang rentan terhadap karies dan paling sedikit dipengaruhi oleh fluor.
Penutup fisur adalah bahan yang memang dirancang sebagai pencegahan karies difisur dan
ceruk . bahan ini dipakai diderah oklusal gigi untuk menambal fisur oklusal sehingga daerah
yang dapat memicu timbulnya karies dapat dihilangkan.

a. indikasi klinik

Penutupan fisur harus secepat mungkin dilakukan setelah gigi erupsi, molar pertama dan
kedua biasanya merupakan calon utama. Jika risiko karies dinilai tinggi maka penutupan
karies dipandang perlu sebagai bagian dari suatu program preventif yang menyeluruh.

b. Gigi susu

Penutupan fisur pada molar susu tidak sesering molar tetap. Indikasinya terutama karies
ditemukan dimana-mana, yaitu pada pasien dengan risiko karies tinggi. Cara penambalan
dengan bahan sealent dapat dilakukan dengan tambalan biasa maupun dengan tambalan sinar.

c.  teknik klinik

Meliputi pengisolasian, pembersihan gigi, pengetsaan, pencucian, pengeringan email


yang teretsa, pencampuran, aplikasi bahan sealent dan pengecekan oklusi.

d. Pengisolasian

Dalam kaitannya dengan kebersihan atau kegagalan upaya penutupan fisur, isolasi,
merupakan tahap yang paling kritis, jika pori yang dibuat oleh etsa tertutupi saliva maka
ikatan yang terbentuk menjadi lemah.
e.  membersihkan gigi

Permukaaan oklusal gigi dipoles dengan pumis, kemudian dicuci bersih dengan
semprotan udara dan air, lalu sonde yang tajam diseretkan sepanjang fisur.

f. Pengetsaan

Bahan etsa diulaskan diseluruh permukaan oklusal dan lingual atau bukal yang groove
nya perlu ditutup. Pengetsaat seluruh permukaan oklusal menghindari bahaya bahan penutup
fisur menutupi daerah yang tidak teretsasehingga menyebabkan kebocoran.

g. Pencucian       

Sesudah penyemprotan air selama 5 detik, tombol udara juga ditekan sehingga akan
memberikan semprotan air dan udara yang kuat selama 15-20 detik.

h. Pengeringan email yang teretsa

Dikeringkan dengan udara dari syring udara. Fae ini sangat penting karena setiap
kelembapan pada yang sudah etsa akan menghalangi penetrasi resin ke email. Lama
pengeringan adalah 15 detik.

i. Pencampuran

Bahan resin sinar tidak perlu dicampur. Resin kimia terdiri atas 2 komponen yang harus
dicapurkan dengan perlahan agar tidak timbul gelembung udara.

j. Aplikasi

Aplikator atau kuas kecil sekali pakai digunakan untuk meletakkan bahan penutup fisur
ke ceruk dalam fisur kelereng panjang mahkota yang dietsa. Jika pakai resin sinar, alat
penyinar harus diletakkan langsung diatas bahan penutup, tetapi tidak boleh
menyentuhnya.    
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

            Dapat disimpulkan bahwa pencegahan terhadap karies perlu dilakukan. Salah satu
usaha untuk mencegah karies adalah dengan melakukan pengukuran risiko karies. Walaupun
demikian, penyakit ini dapat dihentikan pada stadium yang sangat dini karena adanya
kemampuan remineralisasi. Dalam pengukuran risiko karies, seseorang akan diukur tingkat
risiko kariesnya, kemudian diidentifikasi, dievaluasi,dan dianalisis faktor penyebab dan
faktor risikonya. Pengukuran risiko karies harus mengevaluasi seluruh faktor yang terlibat
dalam proses terjadinya karies.

B. Saran

            Diharapkan kepada seluruh mahasiswa mampu memahami dan mengetahui penyakit


jaringan keras gigi (karies gigi) agar dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA

Kidd. Edwina A.M dan Sally Joyston Bechal. 1991. Dasar-dasar karies, Jakarta: EGC

Putri, Megananda Hiranya, dkk. 2010. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan
Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai