Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

DENTAL ASSISTANT’S II
Chair Side Assistant in Extraction

Practice’s Supervisor :
drg.Ani Subekti SpKGA,MDSc

Disusun Oleh :

Nama : Suyatmi
NIM : P1337425218015
Prodi : D IV Keperawatan Gigi
Semester : 4

D IV KEPERAWATAN GIGI
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
A. JUDUL
Chair Side Assistant in Extraction
B. TUJUAN
untuk mengetahui SOP dan CSA pada tindakan ekstraksi gigi.
C. LANDASAN TEORI
Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang
alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.
Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan jaringan bergerak
dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan
selanjutnya dihubungkan disatukan oleh gerakan lidah dan rahang
a. Alasan ektraksi gigi
1. Gigi dengan karies yang dalam, yaitu gigi tidak dapat dipertahankan lagi
apabila gigi sudah tidak dapat direstorasi.
2. Penyakit periodontal yang parah, yaitu apabila terdapat abses periapikal,
poket periodontal yang meluas ke apek gigi, atau yang menyebabkan gigi
goyang.
3. Gigi yang terletak pada garis fraktur, gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan
fiksasi rahang yang mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat menghalangi
penyembuhan fraktur.
4. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth. Keadaan
tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu,
pencabutan gigi harus segera dilakukan.
5. Adanya kelainan pulpa.
6. Gigi yang mengalami infeksi periapeks.
7. Posisi gigi yang buruk (impaksi, ektostema, berdesakan)
Tindakan pencabutan gigi dapat juga dilakukan pada gigi sehat dengan
tujuan memperbaiki maloklusi, alasan estetik, dan juga kepentingan perawatan
orthodontik atau prostodonti
b. Hal-hal yang mempengaruhi tingkat kesulitan ektraksi gigi
1. Gigi mempunyai tambalan atau karies yang besar, miring atau rotasi, masih
kokoh atau goyang, dengan struktur penunjang yang terkena penyakit atau
hipertrofi.
2. Ukuran mahkota sering kali menunjukkan ukuran akarnya. Mahkota yang
besar biasanya menunjukkan akar yang besar pula. Sedangkan gigi dengan
mahkota klinis yang pendek dan lebar seringkali memiliki akar yang panjang.
3. Gigi dengan mahkota bertanda atrisi biasanya memiliki ruang pulpa yang
sudah mengalami kalsifikasi dan rapuh. Gigi seperti ini sering terletak di dalam
tulang yang padat, dan permukaan lempeng luar tulang berbentuk cembung.
4. Gigi tanpa pulpa biasanya memiliki akar yang telah teresorbsi dan sering
rapuh.
5. Struktur pendukung gigi dan struktur yang berdekatan dapat menjadi penyulit
dalam pencabutan gigi.
6. Gigi di dekatnya yang malposisi dan berjejal rentan terhadap fraktur atau
luksasi dan sering mepersulit adapatasi tang.
7. Gigi yang telah memanjang dan tidak mempunyai antagonis membutuhkan
tekanan pencabutan sedemikian rupa sehingga ada kemungkinan prosesus
alvcolaris menjadi fraktur.
c. Komplikasi ekstraksi gigi
1. Penurunan jumlah sel induk/sel puncak/stem cells,dan sel dewasapada
ligament periodontal/LP yang menurunkan kapasitas regenerasi tulang dan
pembentukan ekstra seluler matriks.
2. penurunan jumlah reseptor proprioseptif pada jaringan periodontal, yang
berperan mendeteksi beban sehingga beban yang besar pada rahang dapat
dikurangi.
3. penurunan faktor pertumbuhan tulang local.
4. penurunan fungsi tulang akibat kehilangan gigi yang menyebabkan disuse
atrophy karena kehilangan kontak dengan gigi antagonis.

D. ALAT DAN BAHAN


a. Pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
1. OD set ( kaca mulut , sonde , pinset , excavator )
2. Tang cabut sesuai dengan indikasi pencabutan
3. Bein
4. Jarum suntik
5. Lidocain
6. Iodin povidon
7. Kasa steril
8. Tampon
b. Pencabutan gigi sulung
1. OD set ( kaca mulut , sonde , pinset , excavator )
2. Tang cabut sesuai dengan indikasi pencabutan
3. Bahan anestesi topikal
4. Iodium povidon
5. Kapas
6. Tampon

E. PROSEDUR
a. Pencabutan gigi tetap akar tunggal dengan anestesi infiltrasi
SOP :
1. Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi
permanen akar tunggal dengan anastesi infiltrasi.
2. Memposisikan pasien dengan posisi mendatar diatas Dental Unit/ meja
datar.
3. Melakukan komunikasai terapeutik untuk pencabutan gigi permanen akar
tunggal dengan anastesi infiltrasi
4. Melakukan anastesi infiltrasi pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut.
5. Melakukan pencabutan gigi permanen akar tunggal.
6. Meletakkkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan.
7. Memberikan instruksi sesudah pencabutan gigi
CSA :
1. Asisten mempersiapkan alat dan bahan dan diri.
2. Asisten mempersilahkan pasien duduk di Dental chair.
3. Asisten mengatur posisi pasien.
4. Asisten memanggil operator.
5. Asisten menyerahkan kaca mulut dan sonde.
6. operator menerima kaca mulut dan sonde lalu memeriksa gigi dan operator
menjelaskan tindakan selanjutnya
7. perator menyerahkan kaca mulut dan sonde dan asisten menerima sonde dan
kaca mulut.
8. asisten membuka ampul lidokain dan menyiapkan jarum injeksi lalu
memberikan jarum injeksi yang berisi cairan lidokain kepada operator.
9. perator menerima jarum injeksi yang berisi lidokain dan operator
menganastesi mukosa sekitar gigi yang akan dicabut.
10. operator menyerahkan jarum injeksi kepada asisten dan asisten menerima
jarum injeksi tersebut. Lalu asisten menyerahkan tang pencabutan gigi permanen
tunggal.
11. operator menerima tang pencabutan gigi permanen akar tunggal dan operator
mulai melakukan pencabutan gigi permanen akar tunggal.
12. operator menyerahkan tang pencabutan gigi permanen akar tunggal dan
asisten menerimanya.lalu asisten memberikan tampon yang sudah ditetesi
antiseptik.
13. operator menerima tampon yang ditetesi antiseptik dan meletakkan tampon
pada luka bekas cabutan.
14. Asisten memberikan instruksi pada pasien.
15. Asisten menurunkan Dental chair dan mempersilakan pasien keluar.
b. Pencabutan gigi sulung
SOP :
1. Melakukan identifikasi kasus sesuai dengan indikasi pencabutan gigi sulung
goyang derajat dua atau lebih
2. Memposisikan pasien dengan posisi mendatar diatas Dental Unit/ meja
datar.
3. Melakukan komunikasi terapeutik untuk tindakan pencabutan gigi sulung
goyang derajat dua atau lebih.
4. Melakukan anastesi topikal pada mukosa sekitar gigi yang akan dicabut.
5. Melakukan pencabutan gigi.
6. Meletakkan tampon dengan antiseptik pada luka bekas cabutan.
7. Memberikan instruksi sesudah pencabutan
CSA :
1. Asisten mempersiapkan alat dan bahan dan diri.
2. Asisten mempersilahkan pasien duduk di Dental chair
3. Asisten mengatur posisi pasien
4. Asisten memanggil operator.
5. Asisten menyerahkan kaca mulut dan sonde.
6. Operator menerima kaca mulut dan sonde lalu memeriksa gigi dan operator
menjelaskan tindakan selanjutnya.
7. Operator menyerahkan kaca mulut dan sonde asisten menerima sonde dan
kaca mulut.
8. Asisten mengambil benzokain dengan menggunakan cotton roll yang dijepit
dengan menggunakan pinset lalu memberikan kepada operator.
9. Operator menerima cotton roll beserta pinset yang berisi benzokain dan
meletakkan cotton roll pada mukosa di sekitar gigi yang akan dicabut.
10. Operator menyerahkan pinset kepada asisten lalu asisten menerimanya. Dan
asisten menyerahkan tang pencabutan gigi sulung kepada operator.
11. Operator menerima tang pencabutan gigi sulung lalu melakukan pencabutan
gigi sulung.
12. Operator menyerahkan tang pencabutan gigi sulung dan asisten
menerimanya. Lalu asisten memberikan tampon yang sudah ditetesi antiseptik.
13. Operator menerima tampon yang ditetesi antiseptik dan meletakkan tampon
pada luka bekas cabutan.
14. Asisten memberikan instruksi pada pasien.
15. Asisten menurunkan Dental Chair dan mempersilakan pasien keluar.

F. KESIMPULAN
Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi
telah terinfeksi sangat parah, pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan
gigi bisa dilakukan dengan cara yang sederhana ataupun pencabutan yang rumit.
Hindari atau minimalkan komplikasi setelah pencabutan gigi dengan prinsip
dasar yaitu tentukan rencana pencabutan yang jelas, gunakan teknik yang baik dan
benar, dan pemberian informed consent tertulis tentang resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigiutuh, atau
akar gigi dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi,sehingga bekas
pencabutan gigi dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik
pasca penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai