Anda di halaman 1dari 24

PERBEDAAN KARIES GIGI DAN EROSI GIGI

I. SASARAN

Siswa dan siswi sekolah dasar

II. TUJUAN

A. Kognitif

Agar siswa-siswi SD dapat mengetahui perbedaan karies gigi dan erosi

gigi.

B. Afektif

Agar siswa-siswi SD dapat menyadari dan memahami perbedaan karies

dan erosi gigi, faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies dan

eorsi gigi, serta pencegahannya.

C. Psikomotorik

Agar siswa-siswi SD mampu secara mandiri menjaga kesehatan gigi

dan mulutnya.

III. POKOK BAHASAN

1. Definisi karies dan erosi gigi

2. Proses terjadinya karies dan erosi gigi

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies dan erosi gigi

4. Pencegahan karies dan erosi gigi.

IV. MATERI
A. KARIES GIGI

1) Definisi

Gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami

kerusakan. Hasil Rikesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 menunjukkan

prevalensi karies gigi di Indoneisa masih tinggi.1 Karies gigi atau gigi

berlubang adalah suatu penyakit pada jaringan keras gigi yang ditandai

oleh rusaknya email dan dentin disebabkan oleh aktivitas metabolisme

bakteri dalam plak yang menyebabkan terjadinya demineralisasi akibat

interaksi antar produk-produk mikroorganisme, ludah dan bagian-

bagian yang berasal dari makanan dan email.1

2) Proses Terjadinya Karies Gigi

Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan

konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat

peran dari bakteri penyebab karies yang terdapat pada golongan

Streptokokus mutans mulut yang secara kolektif disebut Streptokokus

mutans. Karies gigi merupakan proses multifaktor yang terjadi melalui

interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, bakteri di dalam rongga

mulut, serta makanan yang mudah difermentasikan. Diantara berbagai

faktor tersebut, saliva menjadi salah satu faktor yang mempunyai

pengaruh besar terhadap keparahan karies gigi. Saliva mempengaruhi

proses terjadinya karies karena saliva selalu membasahi gigi geligi


sehingga mempengaruhi lingkungan dalam rongga mulut. Derajat

Keasaman (pH) saliva merupakan salah satu faktor penting yang

berperan dalam karies gigi. Kadar derajat keasaman (pH) saliva yang

normal di dalam mulut berada di angka 7 dan bila nilai pH saliva jatuh

≤ 5,5 berarti keadaannya sudah sangat kritis. Nilai pH saliva

berbanding terbalik, di mana makin rendah nilai pH makin banyak

asam dalam larutan. Pada pH 7, tidak ada keasaman atau kebasaan

larutan, dan ini disebut netral. Pertumbuhan bakteri terjadi pada pH

saliva yang optimum berkisar 6,5-7,5 dan bila rongga mulut pH saliva

nya rendah (4,5-5,5) akan memudahkan pertumbuhan kuman

asidogenik seperti Streptococcus mutans dan Lactobacillus.1,2

beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa

yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam

sehingga pH plak akan menurun sampai dibawah 5 dalam tempo 3-5

menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu

mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi.1

2) Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi

Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa faktor yang

tidak berdiri sendiri, faktor penting yang saling berinteraksi dalam

pernbentukan karies gigi, yaitu1:


a. Mikroorganisme

Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies.

Streptococcus mutans dan Lactobacillus merupakan 2 dari 500

bakteri yang terdapat pada plak gigi dan merupakan bakteri utama

penyebab terjadinya karies. Plak adalah suatu massa padat yang

merupakan kumpulan bakteri yang tidak terkalsifikasi, melekat erat

pada permukaan gigi, tahan terhadap pelepasan dengan berkumur

atau gerakan fisiologis jaringan lunak. Plak akan terbentuk pada

semua permukaan gigi dan tambalan, perkembangannya paling

baik pada daerah yang sulit untuk dibersihkan, seperti daerah tepi

gingival, pada permukaan proksimal, dan di dalam fisur. Bakteri

yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa menjadi

asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu menyebabkan

demineralisasi.

b. Gigi (Host)

Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan

oklusal gigi memiliki lekuk dan fisur yang bermacam-macam

dengan kedalaman yang berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang

dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari sisa-sisa

makanan yang melekat sehingga plak akan mudah berkembang dan

dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Karies gigi sering

terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik pada gigi susu

maupun gigi permanen. Gigi susu akan mudah mengalami karies


pada permukaan yang halus sedangkan karies pada gigi permanen

ditemukan dipermukaan pit dan fisur.

c. Makanan

Peran makanan dalam menyebabkan karies bersifat lokal,

derajat kariogenik makanan tergantung dari komponennya. Sisa-

sisa makanan dalam mulut (karbohidrat) merupakan substrat yag

difermentasikan oleh bakteri untuk mendapatkan energi. Sukrosa

dan gluosa di metabolismekan sedemikian rupa sehingga terbentuk

polisakarida intrasel dan ekstrasel sehingga bakteri melekat pada

permukaan gigi. Selain itu sukrosa juga menyediakan cadangan

energi bagi metabolism kariogenik. Sukrosa oleh bakteri

kariogenik dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, lebih lanjut

glukosa ini di metabolismekan menjadi asam laktat, asam format,

asam sitrat dan dekstran.

Kebiasaan makan pada anak sekolah sangat berpengaruh

terhadap asupan zat gizinya. Kebiasaan makan yang salah pada

anak sering terjadi, seperti kebisaan mengkonsumsi makanan

jajanan secara berlebihan. Makanan jajanan yang sering

dikonsumsi anak banyak bersifat kariogenik, seperti makanan

manis, lengket, dan makanan yang berbentuk menarik. Efek buruk

dari seringnya mengkonsumsi makanan manis atau kariogenik

yaitu terhadap kesehatan gigi. Hal ini disebabkan karena makanan

kariogenik mempunyai kecenderungan melekat pada permukaan


gigi. Bila hal ini sering terjadi maka dapat menyebabkan karies

gigi. Konsumsi makanan kariogenik yang sering dan berulang-

ulang akan menyebabkan pH plak dibawah normal dan

menyebabkan demineralisasi enamel dan terjadilah pembentukan

karies gigi.1,3

d. Waktu

Karies merupakan penyakit yang berkembangnya lambat

dan keaktifannya berjalan bertahap serta merupakan proses

dinamis yang ditandai oleh periode demineralisasi dan

remineralisasi. Kecepatan karies anak-anak lebih tinggi

dibandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi orang dewasa.1

3) Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk

rnencegah terjadinya penyakit dan mempertahankan keseimbangan fisiologis.

Pencegahan sekunder bertujuan untuk mendeteksi karies secara dim dan

intervensi untuk rnencegah berlanjutnya penyakit. Pencegahan tersier ditujukan

untuk rnencegah meiuasnya penyakit yang akan menyebabkan hilangnya fungsi

pengunyahan dan gigi

● Pencegahan primer (Drummond)


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara,yaitu :

a. Modifikasi diet Untuk mencegah terjadinya karies gigi maka perlu

dilakukan modifikasi diet melalui berbagai cara,yaitu1 :

➔ memakan makanan kariostatik seperti lemak, protein dan fluor.

Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang

cukup jumlah protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa

dari saliva, memperbanyak makan sayuran dan buah-buahan yang

berserat dan berair yang akan bersifat membersihkan dan

merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis dan

lengket serta membatasi jumlah makan.

Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah mengkonsumsi

karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi sebelum memakan makanan

yang manis. Protein meningkat kanurea saliva yang dapat

menetralisir asam. Mengkonsumsi makanan tinggi protein setelah

makan karbohidrat dapat mengembalikan pH menjadi 7 dengan

cepat. Fiuor dapat rnencegah terjadinya karies. Fluor secara alami

terdapat dalam jumlah yang kecil pada teh dan makanan laut. Fluor

dari makanan, air atau minuman melindungi gigi dari serangan

asam. Fluor mempunyai efek anti bakteri dan anti plak.

➔ Mengganti gula

Gula sintetik seperti saccharine dan aspartame serta gula alkohol

banyak digunakan pada makanan untuk mengurangi karies. Gula

sintetik dan gula alkohol bersifat non cariogenic. Contoh dari gula
alkohol adalah xylitol, sorbitol dan maltitol. Xylitol merupakan

bentuk alkohol darixylose dan merupakan pengganti gula yang

paling baik karena bakteri plak tidak bias memetabolisme xylitol

dan dapat mengurangi Streptococcus mutans pada muiut. Peneliti

dari Universitas Michigan meneinukan bahwa anak sekolah yang

mengunyah permen karet xylitol selama 5 menit, 3-5 kali sehari

dapat mengurangi karies dan remineralisasi lesi awal karies.

Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering

digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang

sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol dan sorbitol dapat

dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman

ringan, farmasi dan lain- lain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek

menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S.

Mutans. Menurut penelitian, xylitol lebih efektif karena xylitol

tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam

dan mempunyai efek anti bakteri.

Sorbitol merupakan bentuk alkohol dari sukrosa yang dibuat

dengan menambahkan hydrogen pada glukosa. Penelitian

menyimpulkan bahwa mengunyah permen karet sorbitol setelah

makan dapat mengurangi terjadinya karies gigi secara signifikan.

Sorbitol secara alami terdapat pada buah-buahan dan sayur-

sayuran.2
Xylitol dan sorbitol merupakan bahan pengganti gula yang sering

digunakan, berasal dari bahan alami serta mempunyai kalori yang

sama dengan glukosa dan sukrosa. Xylitol dan sorbitol dapat

dijumpai dalam bentuk tablet, pastiles, permen karet, minuman

ringan, farmasi dan lain- lain. Xylitol dan sorbitol mempunyai efek

menstimulasi daya alir saliva dan menurunkan kolonisasi dari S.

Mutans. Menurut penelitian, xylitol lebih efektif karena xylitol

tidak dapat dimetabolisme oleh bakteri dalam pembentukan asam

dan mempunyai efek anti bakteri.2,4

➔ Maltitol merupakan bentuk alkohol dari mannose.

➔ Mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan asam.

➔ Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat

sebelurn tidur.

➔ Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan

manis setelah makan protein dan lemak atau setelah konsurnsi

keju setelah memakan makanan yang manis.

➔ Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat

menstimulasi saliva dengan makanan yang dimasak.

➔ Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi saliva.

➔ Membatasi meminum minuman yang manis.

b. Pemakaian fluor
Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh

bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu

remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan dalam

bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi,obat kumur,dan tablet

fluor.

c. Pit dan fissure sealant

Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang dalam

yang beresiko terhadap karies.

d. Pengendalian plak

Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara

mekanis yaitu dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat

bantu lain seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat interdental serta

tindakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan antibiotik dan

senyawa-senyawa antibakteri lain selain antibiotik.

● Tahap pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan

dan perawatan gigi dan mulut serta penambalan pada gigi

berlubang.

● Tahap pencegahan tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar

gigi) atau melakukan Pencabutan gigi 1,4,5


B. EROSI GIGI

3) Definisi

Erosi gigi didefinisikan sebagai hilangnya jaringan keras gigi

secara progresif oleh karena proses kimia tanpa melibatkan adanya

bakteri.6-8 Erosi dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, termasuk

konsumsi zat asam yang berasal dari ekstrinsik maupun intrinsik.6,7

Dalam beberapa tahun terakhir, erosi gigi semakin diakui sebagai

penyebab penting dari hilangnya struktur gigi tidak hanya pada orang

dewasa, tetapi juga pada anak-anak dan remaja.6

Erosi biasanya muncul ditandai dengan hilangnya cekungan

permukaan gigi yang dinamakan cupping. Cupping merupakan

cekungan pada enamel, biasanya berada pada ujung puncak gigi,


dengan atau tanpa dentin (Gambar 1). Cupping menjadi tanda umum

erosi gigi dan biasanya terletak pada molar pertama khususnya di

rahang bawah.9 aktivitas erosif akan berlanjut dan menyebabkan

cekungan yang dalam dengan dentin terbuka berwarna lebih kuning dan

hilangnya morfologi pada bagian oklusal. Lesi terlihat bulat, licin, dan

mengkilat.

GAMBAR 1
Lesi cupping pada gigi molar kedua rahang atas.7

Pada tahap yang lebih lanjut, cekungan yang lebih lebar dan fraktur

pada incisal edge lebih mudah terlihat dibanding cekungan yang dalam. Di

fase ini pasien biasanya mengeluhkan adanya rasa sakit dan estetika gigi yang

buruk.9,10
GAMBAR 2
Molar dan insisif rahang bawah pada fase erosi lanjut. Tampak lesi cupping dan terbukanya dentin
yang menyebabkan hilangnya morfologi oklusal.11

Erosi gigi dan karies gigi mempunyai persamaan yaitu terjadinya

proses demineralisasi jaringan keras gigi yang disebabkan oleh

asam, tetapi asam penyebab erosi gigi bukan berasal dari

fermentasi karbohidrat oleh bakteri, melainkan asam dari paparan

zat kimia yang meluas ke permukaan halus terluar dari gigi dan

mengenai lebih dari satu gigi tanpa disertai dengan adanya

pelunakan jaringan keras gigi (gambar 3).

Gambar 3
Perbedaan karies gigi dengan erosi gigi.12
4) Proses terjadinya Erosi Gigi

Email gigi merupakan lapisan terluar dari gigi yang paling keras

yang sebagian besar disusun oleh kristal hidroksiapatit, dengan

rumus kimia Ca10 (PO4)6 (OH)2. Proses erosi gigi dimulai dengan

hilangnya mineral pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh

paparan zat asam, ketika asam berkontak dengan email maka email

berada pada kondisi pH di bawah5,5 (pH kritis) dan ion hidrogen

yang berasal dari asam akan membuat kristal apatit menjadi mudah

dilarutkan sehingga menyebabkan rusaknya hidroksiapatit (HA)

pada email gigi.8,13 Proses ini disebut dengan demineralisasi

(gambar 3). Apabila proses ini terus belanjut maka akan

menyebabkan gigi kehilangan permukaan email dan mempengaruhi

dentin sehingga dentin akan terkespos dan pasien merasa sensitif

terhadap rasa nyeri 9

5) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi Gigi

Erosi gigi disebabkan oleh multifaktorial yang melibatkan

faktor ekstrinsik dan intrinsik. Selain itu, terdapat faktor risiko yang

memperparah keausan gigi seperti saliva.6 Saliva mempunyai peran

penting dalam melindungi gigi dengan mengalirkan dan

mengeliminasi agen erosif dari lingkungan mulut dan menetralisasi


asam.6,7,8 Saliva berperan membentuk membran protektif dan

mengurangi demineralisasi serta meningkatkan remineralisasi

dengan adanya kalsium, fosfat, dan fluor yang terkandung di

dalamnya.7,8

● Faktor Intrinsik

Penyebab umum terjadinya erosi gigi yang berasal dari zat

intrinsik adalah Gastroesophageal Reflux Disease.6 GERD

merupakan kondisi dimana asam yang berasal dari lambung

diregurgitasi ke rongga mulut14, yang menyebabkan paparan

konstan dan menjadi lingkungan rongga mulut yang asam. Asam

lambung adalah asam hidroklorida diproduksi oleh sel-sel

parietal dalam perut dan memiliki pH 1-1,5.7 Selain erosi gigi,

gejala pada GERD dapat berupa heartburn, yaitu rasa terbakar di

dada disertai nyeri dan regurgitasi (rasa asam pahit dari lambung

terasa di lidah). Salah satu dari keduanya cukup untuk

mendiagnosis GERD secara klinis. GERD juga dapat

menimbulkan keluhan nyeri atau rasa tidak enak di epigastrium

atau retrosternal bawah, disfagia (kesulitan menelan makanan),

odinofagia (rasa sakit waktu menelan), mual dan rasa pahit di

lidah. Keluhan ekstraesofageal yang juga dapat ditimbulkan oleh

GERD adalah nyeri dada, suara serak, laringitis, batuk kronis,

bronkiektasis, dan asma.14


Sumber intrinsik lain ialah muntah kronis yang bisa menjadi

tanda pertama dari anoreksia nervosa dan bulimia nervosa,

penyakit yang biasanya mulai pada periode remaja. Anoreksia

dan bulimia nervosa merupakan dua penyakit dengan gangguan

makan yang mempunyai beberapa kesamaan, keduanya

menimbulkan erosi namun sulit diidentifikasi.15 Dokter gigi

sering menjadi pekerja medis profesional pertama yang dapat

mengenali lesi erosif khas di oklusal gigi dan permukaan gigi

terutama pada insisif rahang atas.15

Secara klinis, erosi akan terlihat apabila gigi terpapar asam

secara teratur beberapa kali seminggu, selama 1-2 tahun.6,7

● Faktor Ekstrinsik

a. Makanan dan Minuman Asam

Komponen terbesar dari faktor ekstrinsik penyebab

terjadinya erosi gigi disebabkan oleh gaya hidup dan diet.

Beberapa populasi anak dalam studi kasus menunjukkan bahwa

terdapat adanya korelasi langsung antara minuman berkarbonat,

jus buah dengan erosi gigi pada anak. Minuman berkarbonasi

dan minuman ringan lainnya mengandung kadar tinggi fosfat,

sitrat atau asam lainnya, sehingga nilai-nilai pH di bawah 4.0.

Nilai pH yang sama sering ditemukan dalam minuman olahraga

dan minuman energi, karena tingginya tingkat asam sitrat.16


Semakin besar kapasitas buffer minuman, semakin lama waktu

yang diperlukan air liur untuk menetralkan asam.7

Buah pH Bahan makanan pH


lain
Apel 2.9-3.5 Saus Kranberi 2.3
Aprikot 3.2-3.6 Selai buah 3.0-4.0
Blueberry 3.2-3.5 Italian salad 3.3
dressing
Ceri 3.2-4.7 Saus 3.7
Anggur 3.3-4.5 Mayones 3.8-4.0
Jeruk bali merah 3.0-3.5 Mustard 3.6
Lemon 1.8-2.4 Pickles 2.5-3.0
Jeruk 2.8-4.0 Relish 3.0
Peach 3.1-4.2 Rhubarb puree 2.8
Pir 3.4-4.7 Fermentasi kol 3.1-3.7
Nanas 3.3-4.1 Sour cream 4.4
Plum 2.8-4.6 Tomat 3.7-4.7
Rasberi 2.9-3.7 Sayuran Fermentasi 3.9-5.1
Stroberi 3.0-4.2 Yogurt 3.8-4.2
TABEL 1
pH pada makanan dan minuman asam11

b. Obat – obatan

Pada pasien anak yang mengonsumsi tablet aspirin

dengan cara mengunyah berpotensi mengalami erosi gigi

dibandingkan dengan cara ditelan. Hal ini ditemukan pada

pasien anak yang menderita juvenile rheumatic arthritis. Tablet


vitamin C juga diketahui memiliki tingkat keasaman yang tinggi

dan menyebabkan erosi apabila dikonsumsi secara rutin dengan

cara dikunyah. 6,7

6) Pencegahan Erosi Gigi11

a. Mengurangi frekuensi asupan makanan dan minuman asam:

Frekuensi dan durasi kontak langsung antara gigi dan asam

merupakan faktor penting berkembangnya lesi erosif.

b. Mengubah kebiasaan minum dengan menggunakan sedotan

akan mengurangi waktu kontak antara gigi dan minuman asam.

Membilas dengan air atau minum susu segera setelah minum

minuman asam akan mempercepat pembersihan asam dan

membantu mengembalikan pH oral ke netral.

c. Hindari penyalahgunaan obat asam, termasuk vitamin C:

Mengunyah jenis obat ini atau menggunakan pil seperti tablet

hisap meningkatkan risiko erosi gigi.

Perawatan yang dapat dilakukan adalah menyikat gigi

menggunakan sikat gigi manual yang tekanannya dapat diatur serta

memakai pasta gigi fluoride dua kali sehari, hindari menyikat gigi

langsung setelah mengkonsumsi minuman asam dan tunggu 30 menit

terlebih dahulu, serta ke dokter gigi untuk pemberian fluoride atau

CPP-ACP (Ca danPhospat).


V. Metode

Metode yang digunakan adalah ceramah. Ceramah adalah suatu


cara menerangkan suatu pengertian atau pesan secara lisan disertai
dengan tanya jawab kepada sasaran pendidikan dan pendengar dengan
menggunakan alat bantu pendidikan. Langkah-langkah perencanaan
ceramah antara lain:

1. Persiapan
a. Tentukan maksud dan tujuan ceramah.
b. Tentukan siapa yang akan mendengar ceramah dengan
memperhatikan ciri-ciri pendengar agar dapat ditentukan isi, cara dan
alat bantu pendidikan yang akan dipakai.
c. Persiapan materi.
d. Pokok bahasan yang akan disampaikan jangan terlalu banyak
tetapi disampaikan secara mendalam.
e. Persiapan sarana dan prasarana yang diperlukan

2. Pelaksanaan
a. Dimulai dengan memperkenalkan diri dan memberi salam
kemudian menjelaskan maksud dan tujuan ceramah
b. Penjelasan isi ceramah secara umum
c. Suara harus cukup keras dengan irama yang tidak monoton supaya
tidak membosankan
d. Jaga kontak mata dan jarak fisik antara pendengar dan
penceramah, sehingga terjalin keakraban antara penceramah dan
pendengar
e. Selingi dengan humor yang segar
f. Bahasa yang digunakan harus jelas dan bisa dimengerti
g. Pelihara suasana yang menyenangkan dan pancing pendengar atau
peserta didik untuk bertanya atau mengemukakan pendapat
h. Jawab setiap pertanyaan dengan jujur dan meyakinkan sehingga
memuaskan penanya
i. Ketika mengakhiri ceramah buat ringkasan isi ceramah dan
sajikan serta berikan kesempatan sekali lagi untuk peserta didik
bertanya
j. Ucapan terimakasih atas kehadiran peserta didik.

a) Alat peraga
Video edukasi

b) Waktu
± 10 menit

c) Kegiatan Penyuluhan
1. Mahasiswa dan para pendengar masuk kedalam ruangan
2. Mahasiswa memberiksan salam dan memperkenalkan diri
3. Mahasiswa menerangkan kepada pendengar dengan
menggunakan alat peraga berupa video mengenai “Perbedaan
Karies Gigi dan Erosi Gigi”
4. Setelah penjelasan selesai diberikan dan pendengar sudah
mengerti, kemudian dilakukan tanya jawab untuk memperoleh
timbal balik dari hasil pengarahan, serta pemberian hadiah
kepada pendengar yang aktif.
5. Mahasiswa memohon diri atau berpamitan kepada pendengar
untuk keluar kelas serta mengucapkan terima kasih atas
perhatian dan partisipasinya

VI. Evaluasi
a. Evaluasi sasaran pendidikan
Untuk menilai keberhasilan dalam penyuluhan, evaluasi dilakukan
dengan mengadakan tanya jawab antara penyuluh dengan peserta
penyuluhan.
1. Apakah yang dimaksud dengan karies gigi dan erosi gigi?
2. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
karies dan erosi gigi?
3. Apa sajakah makanan dan minuman yang berpotensi karies
dan erosi gigi?
4. Bagaimana pencegahan karies gigi dan erosi gigi?

b. Evaluasi proses
Untuk menilai keadaan peserta selama kegiatan penyuluhan
berlangsung. Jika keadaan peserta dinilai kurang kondusif dan kurang
memperhatikan, maka kegiatan ini dihentikan sejenak dan
memberikan pertanyaan seputar penyuluhan disertai memberikan
hadiah untuk peserta yang berani dan benar dalam menjawab
pertanyaan yang diberikan.

VII. SUMBER PEMBELAJARAN

1. Ramayanti, S dan Purnakarya, I., 2013. Peran Makanan Terhadap


Kejadian Karies Gigi, Jurnal Kesehatan Masyarakat, 2 (7) : 89-93.
2. Hamrun, dkk. Gambaran status gingiva, kebersihan mulut, PH, dan
volume saliva pada pemakai kontrasepsi hormonal di Kecamatan
Mappakasunggu Kabupaten Takalar . Jurnal PDGI 65 (3) Hal. 78-82
2016
3. Surarti.2017. Pengaruh (pH) Saliva terhadap Terjadinya Karies Gigi
pada Anak Usia Prasekolah . Buletin Penelitian Kesehatan. 45 (4) ; 241
- 248
4. Angela, A., 2005, Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies
Tinggi, Dent. J., 38(3): 130-4.

5. Kartikasari H, Nuryanto. 2014. Hubungan Kejadian Karies Gigi denga


Konsumsi Makanan Kariogenik dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar
(Studi Pada Anak Kelas III dan IV SDN Kadipaten I dan II Bojonegoro).
Journal of Nutrition College. 3(3) : 414-421

6. Linnett V, Seow WK. Dental Erosion in children: A literature review.


Pediatric Dentistry. 2000;23(1):37-43
7. Taji S, Seow WK. A Literature Review of Dental Erosion in Children.
Australian Dental Journal. 2010;55:358-67
8. Silva JSAE, Baratieri LN, Araujo E, Widmer N. Dental Erosion:
Understanding Thos Pervasive Condition. J Esthet Restor Dent.
2011;23:205-18
9. Johansson AK, Omar r, Carlsson GE, Johansson A. Dental Erosion and Its
Growing importance in Clinical Practice: Past to Present. Int J Dent.
2012;632907:1-17
10. Comar LP, Salomao PMA, De Souza BM, Magalhaes AC. Dental erosion:
An Overview on Definition, Prevalence, Diagnosis and Therapy. Braz
Dent Sci. 2013;16(1):06-17
11. Ren YF. Dental Erosion: etiology, diagnosis and prevention. Peer-
Reviewed Publication 2011; 75-82.
12. Cor van Loveren. Oral and Dental Health Prevention of Dental Caries,
Erosion, Gingivitis and Periodontitis. ILSI Europe. Belgium. 2009.
13. Prasetyo E A. Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan
Permukaan. Dent. J.2005;38(2):60–63
14. Bartlett D, Coward P, Nikkah C, Wilson R: The prevalence of tooth wear
in a cluster sample of adolescent school children and its relationship with
potential explanatory factors. Brit Dent J. 1998;184:125-29
15. Touyz LZG, Anouf A, Borjian A, Ferrari C. Dental erosion and GORD –
Gastro Oesophageal Reflux Disorder. International Dentistry SA.
2010;12(4):18-26
16. Gambon DL. Dental Erosion in Children: Risk Factors in Daily Life in the
21st Century. Rotterdam: Vrije Universiteit. 2011

SAP DPH
PERBEDAAN KARIES GIGI DAN EROSI GIGI
DISUSUN OLEH :

SAFIRA ALIVIA 2017-16-010


NADILLA IZZATI 2017-16-011
ABDI ROCHMAN 2017-16-012

PEMBIMBING : Pindo Bilowo, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)
JAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai