Anda di halaman 1dari 10

Pembatasan Gula untuk Pencegahan Karies : Jumlah dan Frekuensi. Mana yang Lebih Penting ?

Peran Sarapan dan Gula dengan Angka Kejadian Karies


Alifah Nur Aida1, Alyssa Syarafina1, Muhammad Aditya Ramadhan Hasran1, Putri Silvia Nurcahyani1, Riski Amalia Hidayah2
1Mahasiswa Profesi Dokter Gigi, Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman
2Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Jurusan Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jenderal Soedirman

Abstract
Pertumbuhan anak akan optimal apabila nutrisi yang diberikan memiliki kualitas yang baik dan kuantitas yang memadai. Asupan gizi
pertama di pagi hari atau biasa disebut dengan sarapan dapat memberikan energi dan nutrisi yang baik untuk aktivitas harian dan ikut
berkontribusi terhadap angka kecukupan gizi harian dan kebutuhan nutrisi. Karies gigi pada anak-anak biasanya disebabkan faktor-faktor seperti
mikrobiologi, diet sehari-hari, dan oral hygiene. Karies gigi ialah penyakit jaringan keras gigi akibat aktivitas bakteri sehingga terjadilah pelunakan
jaringan keras gigi yang diikuti terbentuknya kavitas pada gigi. Pola kebiasaan makan yang baik meningkatkan kesehatan mulut, oleh karena itu
konsumsi sarapan setiap hari dapat menjadi bagian penting sebagai fluoridasi untuk lebih mengurangi pengalaman karies pada anak-anak.
Selain sebagai makanan pokok, gula dapat ditemukan pada makanan ringan atau camilan seperti yang terdapat dalam permen, wafer, kue,
biskuit, dan dalam minuman ringan. Gula sangat berpengaruh kesehatan gigi dan mulut terutama terhadap proses terjadinya karies gigi, karena
mengkonsumsi gula yang berlebih marupakan awal dari kerusakan gigi dan gula juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan karies
gigi. Solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi jumlah konsumsi sukrosa yang dapat menyebabkan terjadinya karies yaitu dengan cara
menggantikannya dengan gula sintetik dan gula alcohol. Semua kelompok usia disarankan untuk melakukan sarapan pagi dengan makanan
sehat setiap hari agar kebutuhan kalori dan nutrisi terpenuhi sehingga mengurangi konsumsi jajanan/cemilan dengan gula tinggi dan menurunkan
risiko karies.

Keywords: Sarapan, gula, karies, fluor,

PENDAHULUAN resiko karies tinggi seperti makanan yang mengandung


Anak-anak dengan kebiasaan makan dan minum gula yang tinggi. Makanan yang mengandung banyak gula
yang salah, seperti halnya kebiasaan mengkonsumsi umumnya disukai oleh anak-anak karena rasanya yang
makanan dan minuman secara berlebihan, sering manis1,5. Peningkatan frekuensi makanan kariogenik ini
dijumpai di masyarakat. Padahal, asupan zat gizi pada dapat menyebabkan penurunan kadar pH di rongga mulut
anak salah satunya sangat dipengaruhi oleh kebiasaan sehingga mendukung terjadinya peningkatan proses
makan. Pertumbuhan anak akan optimal apabila nutrisi demineralisasi dan penurunan remineralisasi.
yang diberikan memiliki kualitas yang baik dan kuantitas Ketidakseimbangan antara proses demineralisasi dan
yang memadai1. Asupan gizi pertama di pagi hari atau remineralisasi ini menyebabkan terjadinya karies5.
biasa disebut dengan sarapan dapat memberikan energi Gula sudah dikenal lama sebagai faktor resiko
dan nutrisi yang baik untuk aktivitas harian dan ikut utama yang menyebabkan perkembangan karies. Gula
berkontribusi terhadap angka kecukupan gizi harian dan pada karies berperan sebagai nutrisi untuk bakteri
kebutuhan nutrisi. Sarapan dengan makanan seperti penyebab karies yang melekat pada gigi dan
sereal atau sereal dengan serat tinggi dapat memberikan menghasilkan produk asam sehingga mendukung proses
beberapa manfaat diantaranya mengurangi resiko terjadinya demineralisasi gigi6. Jenis-jenis gula yang
kolesterol, meningkatkan fungsi pencernaan dan umum diketahui diantaranya monosakarida seperti
mengurangi resiko obesitas2,3. Sarapan yang paling baik glukosa dan fruktosa dan disakarida seperti sukrosa,
untuk kesehatan gigi adalah sarapan yang mengandung laktosa dan maltosa. Gula yang terkandung pada
gula yang rendah. Hal ini disebabkan karena faktor resiko makanan dan minuman umumnya dapat berasal dari gula
utama dari karies adalah konsumsi gula yang berlebih3. alami pada minuman itu sendiri seperti laktosa pada susu,
Karies merupakan penyakit dengan penyebab gula dari proses pembuatannya itu sendiri seperti fruktosa
multifaktorial di rongga mulut yang ditandai dengan pada jus buah dan gula yang ditambahkan pada saat
terjadinya demineralisasi bahan anorganik dan hancurnya proses pembuatan. Adapun saat ini sudah banyak
bahan organik pada gigi dan memiliki hubungan yang erat dikembangkan berbagai jenis gula yang termodifikasi7.
dengan konsumsi makanan kariogenik2,4 Anak-anak Frekuensi asupan gula yang sering atau berlebih diketahui
sering mengkonsumsi makanan yang bersifat kariogenik5. lebih berpengaruh terhadap angka kejadian karies
Makanan kariogenik merupakan makanan yang memiliki dibandingkan dengan jumlah asupan gula yang
terkandung dalam suatu produk. Hal ini disebabkan oleh karbohidrat sehingga menghasilkan asam yang dapat
faktor waktu paparan yang lebih sering terhadap gigi menurunkan pH saliva dalam rongga mulut. Penurunan
sehingga lebih mempercepat proses terjadinya pH saliva yang terjadi secara berulang-ulang dalam waktu
demineralisasi4. tertentu akan menyebabkan terjadinya demineralisasi
Sarapan diketahui memiliki hubungan dengan angka permukaan gigi secara perlahan-lahan, sehingga apabila
kejadian karies. Penelitian oleh Dusseldorp, et al. (2015), dibiarkan dapat mengakibatkan kavitas gigi terus
pada anak usia 9 dan 15 tahun yang tidak sarapan lebih membesar. Tingginya angka karies gigi pada anak-anak
beresiko untuk mengalami karies dibandingkan dengan dapat berhubungan dengan pola kebiasaan makan yang
anak-anak yang sarapan8. Hal ini disebabkan sarapan itu salah dan beberapa perilaku anak-anak yang lebih
sendiri menjadi indikasi sebagai individu yang teratur, menyukai makanan dan minuman manis, serta makanan
termasuk indikasi momen menyikat gigi. Selain itu, kurang berserat serta mudah lengket yang dapat
sarapan dapat mengurangi konsumsi snack atau camilan menyebabkan karies gigi13.
sehingga mempertahankan frekuensi waktu makan agar Karies gigi pada anak hanya akan terbentuk
tetap rendah9. Pengetahuan terkait sarapan di kedokteran apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut14,15:
gigi perlu untuk dikembangkan. Selain itu, pentingnya a. Host (gigi dan saliva)
pengetahuan terkait gula juga dapat membantu Komposisi gigi geligi yang meliputi morfologi gigi
pembatasan gula dalam konsumsi sehari-hari sehingga dan posisi gigi mempengaruhi resistensi gigi terhadap
dapat membantu dalam upaya menurunkan angka
karies. Pit dan fisura pada gigi merupakan daerah gigi
prevalensi karies.
yang sangat rentan terkena karies. Pit dan fisura yang
dalam akan sulit dibersihkan dari sisa-sisa makanan yang
Tinjauan Pustaka
melekat sehingga plak akan mudah berkembang dan
A. Karies Gigi
dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Saliva
Karies gigi adalah penyakit multifaktorial jaringan
merupakan sistem pertahanan utama terhadap karies.
gigi yang ditandai dengan adanya demineralisasi jaringan
Saliva berperan dalam membersihkan rongga mulut dari
keras gigi yang dimulai dari enamel, dentin dan meluas ke
debris-debris makanan sehingga bakteri tidak dapat
arah sementum, serta diikuti oleh kerusakan bahan
turnbuh dan berkembang biak.
organiknya yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad
b. Agen (mikroorganisme)
renik dalam suatu karbohidrat yang dapat
Mikroorganisme sangat berperan penting dalam
difermentasikan10. Karies dapat terjadi karena adanya
proses terjadinya karies gigi. Bakteri Streptococcus
interaksi antara host, agen, substrat, dan waktu11. Karies
mutans, Streptococcus sanguis, Lactobacillus sp dan
dapat terjadi pada gigi desidui dan gigi permanen, tetapi
Actinomyces viscosus merupakan bakteri yang terdapat
proses kerusakan gigi desidui lebih cepat menyebar,
pada plak gigi dan merupakan bakteri utama penyebab
meluas, dan lebih parah dibandingkan gigi permanen.
karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
Faktor penyebab adanya perbedaan ini ialah karena
kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas
struktur email gigi desidui lebih tipis, kurang padat,
suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
morfologinya lebih tidak beraturan, dan kontak antar gigi
permukaan gigi, serta tahan terhadap pelepasan dengan
merupakan kontak bidang12.
berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak. Bakteri
Karies gigi pada anak-anak biasanya disebabkan
yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa
faktor-faktor seperti mikrobiologi, diet sehari-hari, dan oral
menjadi asam laktat yang sangat kuat sehingga mampu
hygiene. Karies gigi ialah penyakit jaringan keras gigi
menyebabkan demineralisasi pada.
akibat aktivitas bakteri sehingga terjadilah pelunakan
c. Substrat (makanan)
jaringan keras gigi yang diikuti terbentuknya kavitas pada
Substrat dapat mempengaruhi metabolisme
gigi. Bakteri tersebut mampu meragikan gula dalam
bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan
yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan setiap komponen pemeriksaan yaitu: Decayed (D atau d),
aktif lain yang menyebabkan timbulnya karies gigi. Hasil yaitu gigi karies dan tambalan gigi dengan karies
penelitian menunjukkan bahwa orang yang banyak sekunder; Missing (M atau m), yaitu gigi yang telah
dicabut karena karies; Filling (F atau f), yaitu gigi yang
mengkonsumsi karbohidrat berupa glukosa dan terutama
telah ditambal dan tidak terdapat karies sekunder16.
sukrosa cenderung mengalami kerusakan pada gigi. Hal Pencegahan karies gigi pada anak-anak dapat
ini dikarenakan glukosa dan sukrosa sangat efektif dilakukan dengan tiga cara, antara lain: Mengurangi dan
menurunkan pH saliva secara drastis sehingga membatasi frekuensi mengonsumsi gula, serta
memudahkan terjadinya demineralisasi. Bakteri dapat menggantikannya dengan mengonsumsi gula alkohol
memfermentasikan karbohidrat hingga membentuk asam (sorbitol, manitol, xylitol, dulcitol, dan inositol);
dan sintesa polisakarida ekstra sel yang dapat Meningkatkan ketahanan gigi dengan pengaplikasian
fluor secara tepat apabila terdapat email dan dentin yang
mengakibatkan bakteri melekat pada permukaan gigi.
terbuka, serta dapat dilakukan perawatan fissure sealant
d. Waktu
apabila terdapat pit dan fisura yang dalam untuk
Faktor waktu merupakan kecepatan terbentuknya mengurangi kerentanan terhadap karies; Mengurangi
karies serta lama dan frekuensi substrat menempel di kuman yang kariogenik dengan cara menyikat gigi
permukaan gigi. Saliva dapat mendepositkan kembali dengan benar dan teratur menggunakan pasta gigi
mineral selama proses berlangsungnya karies. Karies berfluoride15.
merupakan penyakit yang berkembangnya lambat dan Fluor merupakan bahan di kedokteran gigi yang
keaktifannya berjalan bertahap serta merupakan proses berupa senyawa dan dapat berikatan dengan
dinamis yang ditandai oleh periode demineralisasi dan hidroksiapatit akan berubah menjadi fluor apatit dengan
remineralisasi. Proses demineralisasi dapat terjadi sifat tahan asam. Senyawa fluor memiliki fungsi dalam
setelah 2 jam, sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam proses remineralisasi gigi agar jaringan keras gigi lebih
perkembangan karies menjadi kavitasi cukup bervariasi tahan terhadap lingkungan asam dan bersifat kariogenik,
diperkirakan 6-48 bulan. serta bersifat bakterisida dan memiliki efek anti plak
tambahan15. Penggunaan flour didapat secara sistemik
dan lokal. Sediaan fluor secara sistemik berupa diperoleh
dari air minum, konsumsi tablet flour/suplemen, garam,
susu formula berfluor, dan obat tetes. Penggunaan flour
secara lokal dapat berupa pasta gigi, obat kumur dan
aplikasi flour secara topikal17.

B. Sarapan Pagi
Sarapan pagi merupakan suatu kegiatan yang
penting sebelum melakukan aktivitas fisik dengan
memperoleh asupan makanan pertama yang masuk ke
dalam tubuh setelah organ beristirahat saat tidur pada
malam hari18. Menu sarapan yang baik harus memenuhi
Gambar 1. Faktor penyebab karies15
seperempat dari kebutuhan nutrisi sehari, meliputi
Penilaian status karies gigi dilakukan dengan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, dan air
menggunakan indeks DMFT pada gigi permanen dan yang cukup untuk membantu proses pencernaan,
indeks dmf-t pada gigi desidui. Indeks karies gigi ini mencegah kelelahan, serta meningkatkan energi,
merupakan angka yang menunjukkan jumlah karies gigi konsentrasi, dan daya ingat. Sarapan pagi mempunyai
seseorang atau sekelompok orang. Indeks yang
peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi
digunakan dapat mengukur derajat keparahan karies dari
ringan sampai berat. Hal-hal yang perlu diperhatikan seseorang, namun banyak anak yang tidak melakukan
sarapan pagi, mereka lebih memilih mengkonsumsi unsurunsur karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O).
makanan jajanan di luar rumah atau di sekolah yang Secara umum, gula dibedakan menjadi dua, yaitu: (a).
kualitas gizinya tidak terjamin. Oleh karena itu, kebiasaan Monosakarida, merupakan gula yang memiliki molekul
makan yang buruk akibat melewatkan sarapan pagi terkecil dari karbohidrat dan terbentuk dari satu molekul
memiliki hubungan dengan angka kejadian karies gigi19,20. gula. Monosakarida dapat langsung diserap oleh dinding
Perubahan psikososial atau keinginan untuk usus halus dan masuk ke dalam darah pada tubuh. Ada 3
mandiri anak-anak ini dapat menyebabkan perubahan macam monosakarida yaitu glukosa, fruktosa, galaktosa.
kebiasaan makan yang dapat membahayakan kesehatan, (b). Disakarida terbentuk dari dua molekul gula yang
baik kesehatan umum ataupun kesehatan gigi dan mulut. merupakan gabungan 2 macam monosakarida. Ada 3
Selain itu, karies gigi yang terjadi akibat melewatkan macam disakarida yang berperan dalam tubuh, yaitu:
sarapan juga dapat disebabkan oleh status sosialekonomi sukrosa (gabungan glukosa dan fruktosa), laktosa
(SES) keluarga dan pendidikan gizi ibu. Orang tua (gabungan dari glukosa dan galaktosa) dan maltosa
terutama ibu sangat berperan besar dalam membentuk (gabungan dari dua glukosa)8,23.
kebiasaan makan anak. Seseorang yang tidak makan
dapat berdampak langsung pada konsumsi karbohidrat
olahan, dan melewatkan makan seperti sarapan dapat
menyebabkan peningkatan konsumsi gula, karena apabila
seseorang melalukan sarapan pagi secara teratur, akan
mengkonsumsi lebih sedikit cemilan, sehingga terpapar
lebih sedikit karbohidrat. Karies dikaitkan dengan
kebiasaan makan yang tidak sehat (yaitu, tidak makan
sarapan atau lima buah dan sayuran per hari). Pola Gambar 3. Jenis – Jenis Gula24
kebiasaan makan yang baik meningkatkan kesehatan
mulut, oleh karena itu konsumsi sarapan setiap hari dapat Selain sebagai makanan pokok, gula dapat
menjadi bagian penting sebagai fluoridasi untuk lebih ditemukan pada makanan ringan atau camilan seperti
mengurangi pengalaman karies pada anak-anak20,21. yang terdapat dalam permen, wafer, kue, biskuit, dan
dalam minuman ringan. Gula sangat berpengaruh
Dietary pratices kesehatan gigi dan mulut terutama terhadap proses
 Breakfast eating
terjadinya karies gigi, karena mengkonsumsi gula yang
 Eating out frequency
berlebih marupakan awal dari kerusakan gigi dan gula
juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan
Socioeconomic status karies gigi. Kerusakan gigi terjadi karena gula dari hasil
 Household income Food Dental Caries penguraian karbohidrat dalam tubuh akan menghasilkan
 Mother’s education insecurity
asam secara perlahan dapat memicu timbulnya karies8,23.
Jenis gula yang paling banyak digunakan masyarakat
Gambar 2. Hubungan sarapan dan status sosial adalah sukrosa karena dalam kehidupan sehari-hari gula
ekonomi dengan karies gigi21 yang sering dikonsumsi dalam bentuk gula putih dan
sukrosa memiliki rasa manis yang enak, bahan dasarnya
C. Gula mudah didapatkan, dan biaya produksinya cukup murah.
Gula merupakan senyawa organik yang penting Selain itu, penyebab sukrosa mampu menaikkan indikasi
sebagai karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam karies paling besar yaitu karena sintesa ekstra sel sukrosa
air dan langsung diserap tubuh untuk diubah menjadi lebih cepat daripada gula lainnya seperti glukosa, fruktosa,
energi dan mempunyai rasa manis22. Gula mengandung dan laktosa sehingga cepat diubah oleh mikroorganisme
dalam rongga mulut menjadi asam, sehingga sukrosa Gula sintetik seperti saccharine dan aspartame
merupakan gula yang paling kariogenik dan disebut serta gula alkohol seperti xylitol, sorbitol, dan maltitol.
sebagai gula penyebab utama karies8,23,25. Sorbitol adalah bahan pengganti gula dari golongan gula
Konsumsi sukrosa yang berlebih dapat alkohol yang banyak digunakan di Indonesia. Gula ini
menyebabkan penurunan kapasitas buffer saliva merupakan bentuk alkohol dari sukrosa yang dibuat
sehingga mampu meningkatkan terjadinya karies gigi dengan menambahkan hidrogen pada glukosa. Sorbitol
pada seseorang. Hal ini menyebabkan terjadinya secara alami terdapat pada buahbuahan dan sayur-
pembentukan glukan yang dapat mempermudah adhesi sayuran. Xylitol merupakan gula alkohol dengan rumus
bakteri pada gigi dan membatasi difusi asam dan kimia C5H12O5 yang paling baik karena bakteri plak tidak
kapasitas buffer saliva di dalam plak. Kondisi asam seperti bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi
ini sangat disukai oleh mikroorganisme penyebab utama Streptococcus mutans pada mulut. Maltitol merupakan
terjadinya karies gigi seperti Sterptococcus mutans dan bentuk alkohol dari mannose yang secara alami terdapat
Lactobacillus sp.23,25,26. Bakteri plak akan pada nanas, asparagus, kentang, dan wortel14,29,30.
memfermentasikan sukrosa dan menghasilkan asam,
sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu Pembahasan
1–3 menit sampai pH 4,5-5,0. Kemudian pH akan kembali Sarapan merupakan kontribusi penting terhadap
normal pada pH sekitar 7 dalam 30–60 menit, dan jika total asupan gizi harian. Sarapan memberikan 25% dari
penurunan pH plak ini terjadi secara terus menerus dan total asupan gizi per hari. Seseorang yang tidak sarapan
pH saliva mencapai <5,5 maka aksi dari kapasitas buffer akan cenderung sulit fokus, konsentrasi, serta daya ingat
saliva akan terjadi proses subsaturasi ion Ca2+ dan PO43- terbatas32. Berdasarkan riset yang dilakukan Arif Satria,
yang menyebabkan enamel menjadi larut atau siswa sekolah di Indonesia sekitar 40%-60% tidak
demineralisasi sehingga mengakibatkan karies gigi. sarapan sebelum belajar yang artinya separuh siswa tidak
Bakteri Streptococcus mutans berperan dalam permulaan terpenuhi kecukupan gizinya untuk melakukan aktivitas
(initiation) terjadinya karies gigi, sedangkan Lactobacillus selama pembelajaran. Sarapan yang terlewat dapat
sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya bangun
karies23,27,28. kesiangan, tidak berselera pada menu sarapan, orang tua
Solusi yang dapat digunakan untuk mengurangi tidak menjadikan sarapan sebagai kebiasaan33.
jumlah konsumsi sukrosa yang dapat menyebabkan Hubungan antara karies dengan melewatkan sarapan
terjadinya karies yaitu dengan cara menggantikannya utamanya disebabkan oleh status sosialekonomi dan
dengan gula sintetik dan gula alkohol. Bahan pengganti edukasi nutrisi maternal. Status sosialekonomi juga dapat
gula harus memenuhi persyaratan yaitu harus mempunyai dihubungkan pada kejadian karies dimana digambarkan
rasa manis, tidak toksik, tidak mahal, tidak bisa diragikan melalui tingkat pendidikan orangtua dan pendapatan
oleh bakteri plak gigi, berkalori, di samping itu juga harus rumah tangga. Hal tersebut dijadikan patokan pada status
dapat dikerjakan secara industrial. Gula sintetik dan gula sosialekonomi karena orangtua memiliki peran yang
alkohol ini bersifat nonkariogenik. Gula sintetik merupakan penting dalam kesehatan anak khususnya kesehatan
bahan tambahan yang dapat memberikan rasa manis rongga mulut. Berdasarkan penelitian, orangtua dengan
dalam makanan dan dibuat dengan bahan-bahan kimia di tingkat pendidikan dan pendapatan tinggi, tingkat karies
laboratorium maupun industri dengan tujuan memenuhi gigi lebih rendah daripada orangtua dengan tingkat
produksi gula yang belum cukup. Gula alkohol merupakan pendidikan dan pendatan rendah. Status sosialekonomi
hasil reduksi dari glukosa di mana semua atom oksigen juga berpengaruh pada kemampuan seseorang untuk
dalam molekul gula alkohol yang sederhana yang mengakses dan mendapatkan perawatan gigi34.
komposisi kimianya terdiri dari tiga atau lebih kelompok Orangtua memiliki peran penting selama masa
hidroksil14,29. tumbuh kembang anak terutama pada fase transisi anak
dari mengonsumsi ASI ke makanan padat dimana langsung pada konsumsi produk karbohidrat olahan.
merupakan faktor terkuat yang dapat memengaruhi Seseorang yang tidak melewatkan makanan berat
kualitas makanan dan status berat badan anak. Orangtua teruatama sarapan dapat mengurangi rasa lapar
harus membiasakan anak untuk mengonsumsi makanan seseorang dengan mengonsumsi biji-bijian dan produk
sehat dan tinggi nutrisi sehingga tumbuh kembangnya susu36.
baik dan dapat meningkatkan kesehatan umum serta Frekuensi makan seseorang yang melewatkan
kesehatan rongga mulutnya, seperti menjadi panutan sarapan cenderung lebih tinggi dan tidak teratur.
untuk mengonsumsi buah dan sayursecara teratur dan Frekuensi makan biasanya lebih mengutamakan
makan tepat waktu sehingga dapat mengurangi kepentingan etiologis daripada jumlah gula yang
kemungkinan anak jajan atau meminta cemilan35. Namun dikonsumsi37. Menurut Akarslan, dkk., (2008) pola makan,
apabila orangtua telah membiasakan anaknya komposisi nutrisi, kesehatan rongga mulut yang tidak
memberikan jajanan, cemilan, maupun makanan dengan benar berkaitan dengan kebiasan dan akumulasi plak
kandungan gula tinggi yang mampu meningkatkan risiko dapat menjadi faktor-faktor penting dalam perkembangan
insidensi karies, makan berlebihan, dan peningkatan berat karies38. Pola makan dan frekuensi konsumsi merupakan
badan36. Sejak tahun 1977, pemerintah Amerika Serikat faktor yang paling signifikan mengontribusi makanan
(US) telah mengembangkan pedoman diet pendukung gizi kariogenik39. Frekuensi konsumsi gula di antara waktu
dan kesehatan serta kebutuhan fisiologis untuk menjaga makan dapat meningkatkan insidensi karies pada setiap
status nutrisi adekuat. Kemudian diperbarui pada tahun individu. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai
2005 mengenai perlatan dan alat penilaian indeks DMFT dibarengi oleh peningkatan akumulasi plak, ngemil,
makanan sehat yang dapat diakses di web pemerintah dan sikat gigi tidak teratur. Akumulasi plak cenderung
untuk semua tenaga kesehatan dan ahli di bidang rendah pada kelompok yang tidak memiliki kebiasaan
perencanaan diet. Pada tahun 2008, terdapat penelitian ngemil. Bruno dan Ambrosisus melaporkan bahwa
yang menjelaskan bahwa program tersebut memiliki hubungan antara menghilangkan makan berat dan risiko
kemungkinan penggunaan sodium dan lemak jenuh yang peningkatan karies. Seseorang yang melewatkan atau
tinggi pada kelompok keluarga dengan status menghilangkan makan berat akan ada kecenderungan
sosialekonomi menengah ke bawah36. untuk konsumsi makanan ringan meningkat dan jajanan
Penelitian menyebutkan bahwa melewatkan yang kaya akan gula selama seharian untuk
sarapan dapat meningkatkan karies gigi21. Hal tersebut menggantikan kalori yang dibutuhkan dalam beraktivitas.
didukung oleh penelitian dari Dye, dkk. (2004) yang Hal tersebut dapat menyebabkan peningkatan insidensi
menyatakan bahwa anak yang melewatkan sarapan dan karies34. Rutinitas ngemil (snacking) produk karbohidrat
kurang mengonsumsi buah dan sayur memiliki olahan seperti permen, cookies, kue, minuman buah,
kemungkinan menglami karies yang lebih besar35. soda, madu, dan makanan olahan seperti keripik kentang,
Melewatkan sarapan, makan siang, maupun makan pasta, dan cracker, sereal manis, kentang goreng
malam (makan berat) dapat meningkatkan keinginan merupakan faktor risiko yang tinggi untuk karies
seseorang untuk mengoncumsi jajanan manis karena berkembang. Ngemil beberapa kali dalam sehari dan sisa
kebutuhan kalori yang harus terpenuhi. Konsumsi jajanan cemilan tersebut tertinggal di gigi tidak dapat dihindari lagi
yang tinggi akan kandungan gula dapat mengakibatkan sebagai penyebab utama karies gigi34,40.
seseorang merasa lapar terus-menerus dan mencari lebih Karies gigi muncul karena adanya sisa makanan
banyak makanan. Apabila konsumsi makanan manis dan yang menempel pada permukaan gigi. Insidensi karies
sering melewatkan sarapan dapat meningkatkan gigi pada anak usia sekolah mencapai 90% di seluruh
kemungkinan terjadinya karies. Selain itu, menurut dunia. Rahardjo menyebutkan dalam survei kesehatan
Journal of American Dental Association (2004), terlalu rumah tangga tahun 2001 terdapat 7,2% anak Indonesia
sering melewatkan makan berat dapat memengaruhi pada kelompok usia 12 tahun mengalami karies gigi.
Karies juga dapat disebabkan oleh kurangnya memetabolisme semua monosakarida dan disakarida
mengonsumsi buah dan sayur, sering mengonsumsi untuk menghasilkan asam kecuali laktosa. Laktosa
makanan manis dan lengket. Konsumsi gula yang berlebih mampu mengurangi jumlah asam yang diproduksi oleh
merupakan awal dari kerusakan gigi karena gula bakteri42. Selain laktosa, terdapat fruktosa yang juga
merupakan hasil uraian karbohidrat dalam tubuh yang mampu mengurangi risiko karies. Penelitian menunjukkan
menghasilkan asam secara perlahan dapat memicu bahwa orang dengan hereditary fructose intolerance
timbulnya karies. Faktor lain yang berkaitan dengan dimana tidak dapat mengonsumsi fruktosa dan sukrosa
makanan yaitu jumlah fermentasi, konsentrasi, bentuk lalu menggantikannya dengan pati memiliki insidensi
fisik, frekuensi makan dan jajanan, serta interval waktu karies yang rendah11.
makan41. Rekomendasi makanan (diet) untuk meningkatkan
Makanan manis yang dimaksud yaitu permen, kesehatan umum dan rongga mulut anak-anak dapat
cokelar, eskrim, dan biskuit. Makanan tersebut memperhatikan hal-hal berikut39.
mengandung karbohidrat yang dapat diolah atau diragikan 1. konsulen diet, seorang tenaga kesehatan dan ahli gizi
oleh bakteri seperti glukosa dan sukrosa sehingga yang memberikan panduan untuk orangtua, pengasuh,
mengakibatkan penurunan pH plak. Penurunan pH dan anak-anak dalam mencukupi konsumsi gula,
mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi sehingga garam, dan lemak untuk mencapai tumbuh kembang
terjadi karies. Mengembalikan pH membutuhkan waktu anak dan meningkatkan kualitas makanan menurut
20-30 menit, setelah 30 menit apabila masih terdapat sisa pedoman diet sesuai panduan dari USDA. Dukasi
makanan maka akan bersifat asam dan gigi mengalami yang diberikan termasuk peran dari frekuensi
kerusakan leih cepat. Pada anak usia 6-12 tahun konsumsi makanan dan minuman manis dan
diperlukan perawatan yang lebih intensif karena di usia mengapa frekuensi dapat meningkatkan risiko karies.
tersebut terjadi pergantian gigi (mix dentition). Banyak 2. Advokat, tenaga kesehatan dan yang lain harus dapat
anak sekolah yang mengonsumsi jajanan manis di mengatur, memimpin, dan bekerja dengan komunitas
sekolah pada jam istirahat maupun pulang sekolah lokal dan organisasi nasional untuk meningkatkan
sehingga risiko insidensi karies tinggi39,40. akses yang diperlukan untuk makanan sehat,
Penelitian yang dilakukan oleh Mikx, dkk. (1975) termasuk contohnya promosi peraturan perundang-
menjelaskan bahwa terdapat korelasi antara konsentrasi undangan untuk memberikan insentif dalam
gula pada makanan dengan insidensi karies. Penelitian pembentukan supermarket dan toko kelontong yang
tersebut dilakukan menggunakan hewan coba dan lengkap pada lingkungan menengah ke bawah.
didapatkan hasil keparahan karies meningkat seiring 3. Pelatihan tenaga kesehatan, pelatihan dan
dengan peningkatan konsentrasi gula mencapai 40% meneruskan pendidikan untuk mengembangkan skill
sukrosa. Jamel dkk. (1996) juga menyatakan bahwa dalam promosi diet dan komseling dalam mendukung
keterkaitan jumlah gula yang ditambahkan pada teh dan kesehatan umum dan rongga mulut.
frekuensi konsumsi teh manis berdampak pada nilai 4. Nasihat ibu hamil, perlu adanya protokol pendidikan
DMFT42. untuk memberikan konseling kepada ibu hamil
Terdapat beberapa jenis gula yang dapat mengenai diet sehat dan memberikan panduan
dikonsumsi, yaitu sukrosa, glukosa, fruktosa, laktosa, tentang pemberian makan bayi, menekankan nilai
sirup glukosa, sirup jagung tinggi fruktosa, dan menyusui dan perlu pembatasan dalam pemberian
oligosakarida sintetis42. Sukrosa memiliki peran unik susu botol pada malam hari untuk mengurangi risiko
sebagai satu-satunya substrat untuk enzim karies.
glucosyltransferases (enzim dari bakteri) yang melibatkan 5. Pedoman pola makan di rumah, orangtua merupakan
sintesis extracelular glucan. Zat tersebut merupakan panutan untuk anak-anak di rumah terutama
faktor penting dari virulensi bakteri11. Bakteri mampu kebiasaan makan. Oleh karena itu perlu diberikan
saran dalam membentuk kebiasaan makan dengan mengonsumsi gula tanpa meningkatkan risiko karies.
menyediakan makanan dengan kualitas baik dan Program pemberian fluor sebanyak 0,7-1 ppm atau 90%
konsumsi buah dan sayur serta makanan sehat pada pasta gigi mampu meningaktkan angka aman
lainnya yang tersedia dalam bentuk cemilan. konsumsi gula sebesar 10-15 kg/orang/tahun42.
6. Budaya, demografi keluarga dan makanan yang Diet modern merupakan hal yang kompleks
berhubungan dengan lingkungan yang harus terutama mengenai gula baik gula alami, gula halus, dan
dikonsumsi rutin dapat dilakukan penyesuaian melalui pengganti gula. Selain itu, perlu dilakukan pengurangan
edukasi dan konseling. jumlah frekuensi konsumsi gula, baik gula tersembunyi di
7. Pelayanan kesehatan, dokter gigi, dokter anak, dalam makanan olahan untuk kelompok masyarakat yang
perawat, ahli gizi, dokter keluarga, harus dilatih untuk memiliki risiko tinggi mengalami karies. Orangtua dan
menyaring, mengedukasi, dan memberikan konseling pengasuh anak dapat mengurangi risiko karies dengan
baik anak maupun keluarga untuk mengakses membatasi konsumsi minuman ringan mengandung gula
perawatan dan mencari pelayanan kesehatan yang dan meningkatkan konsumsi susu dan produk olahan
aktif memberikan promosi kesehatan meliputi diet, susu lainnya. Produk olahan susu memiliki khasiat bahwa
nutrisi, dan edukasi perawatan rongga mulut. dapat melindungi gigi melawan karies dan konsumsi keju
Pencegahan karies dapat dilakukan melalui setelah terpapar gula dapat dengan cepat menetralkan
efektivitas pengukuran makanan untuk mengontrol keasaman plak42.
makanan kariogenik dan penggunaan fluoride. Fluor Berbagai macam pengganti gula berpotensi
merupakan bahan yang paling sering ditambahkan pada rendah atau bahkan tidak kariogenik, contohnya sukralose.
produk perawatan mulut seperti pada pasta gigi, karena Sukralose merupakan pemanis non kariogenik intensitas
fluor dapat mencegah terjadinya karies. Fluor memiliki tinggi dan xylitol. Permen karet memiliki dua peran
tiga mekanisme sebagai kontrol karies yaitu tergantung pada kandungan gulanya. Pada permen karet
meningkatkan proses remineralisasi, menghambat yang mengandung gula dapat meningkatkan risiko karies,
proses demineralisasi dan penghambatan glikolisis dan sedangkan permen karet tanpa gula dapat mengurangi
mengurangi produksi asam pada bakteri karies. Fluor risiko karies yang dikonsumsi setelah makan. Selain itu,
akan terus menerus mengadakan proses remineralisasi terdapat makanan tambahan seperti cranberries yang
email didalam rongga mulut, sehingga lesi karies tidak mampu mengurangi kepatuhan bakteri dan aktivitas
akan terbentuk karena proses karies akan dihambat. enzim glucosyltransferase dari Strepcoccus mutans serta
Fluorhidroksiapatit akan mencegah larutnya mineral dari ekstrak teh mampu menghambat aktivitas amilase saliva
struktur email saat metabolisme asam bakteri dan 43.

mencegah terjadinya proses demineralisasi email. Fluor Pencegahan karies melalui pengendalian
memiliki efek penghambatan langsung pada aktivitas konsumsi gula juga dapat menggunakan metode “bebas
glikolisis bakteri kariogenik dimana terjadi pemecahan gula”. Metode tersebut dilakukan dengan mengurangi
metabolik glukosa dan gula lainnya melepaskan energi atau menghindari konsumsi gula tambahan yang ada
dalam bentuk Adenosine triphosphate (ATP). Fluor pada masakan, makanan dan minuman olahan, jus buah,
secara sistemik tidak memiliki efek anti bakteri. Fluor madu, dan sirup. Konsumsi gula masih diperbolehkan
secara sistemik lebih bermanfaat dalam masa dengan syarat memilih gula alami yang ada pada sayur,
pembentukan email16,18. buah, gandum, dan susu. Meskipun konsumsi makanan
Berdasarkan jurnal Moynihan dkk. (2004), fluor dan minuman bebas gula diperbolehkan namun tetap
tidak sepenuhnya dapat mengurangi karies karena amsih memiliki batasan yaitu 15-20 kg/orang/tahun, setara
terdapat faktor lain yang memengaruhi seperti kebiasaan dengan 40-55 gram atau setara dengan 6-10% asupan
sikat gigi, penggunaan obat kumur, dll. Namun fluor dapat energi. Selain itu, ada juga metode gula substitusi dengan
meningkatkan angka aman untuk seseorang dapat menggantikan konsumsi sukrosa menjadi 50% fruktosa
dan 50% laktosa sehingga mampu menurunkan insidensi Cikawari Kabupaten Bandung. Padjajaran J Dent Res
karies karena konsumsi sukrosa43. Student. 1(2):127-134.
6. Gupta P, Gupta N, Pawar AP, Birajdar SS, Natt AS,
Singh HP. 2013. Role of sugar and sugar substitutes
Kesimpulan in dental caries: A review. ISRN Dent 519421
Sarapan merupakan kegiatan penting yang 7. Jaggi, A., Marya, C.M., Oberoi, S.S., Nagpal, R.,
dilakukan sebelum melakukan aktivitas karena mampu Kataria, S., Taneja, P. 2019. Sugar substitute : key fact
mencukupi 25% kebutuhan kalori harian. Berdasarkan for their use – a review. Journal of Global Oral Health.
data 40%-0% dari siswa sekolah di Indonesia tidak 3(1):63-71.
8. Dusseldorp, E., Kamphuis, M., Schuller, A. 2015.
sarapan sebelum melakukan kegiatan pembelajaran.
Impact of lifestyle factors on caries experience in three
Siswa memilih untuk mengonsumsi jajanan di sekolah. different age groups: 9, 15, and 21-year-olds.
Tidak hanya siswa, tetapi kelompok usia dewasa juga Community Dent Oral Epidemiol. 43: 9–16.
sering melewatkan sarapan yang berdampak pada 9. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Laporan
konsumsi jajanan yang mengandung gula tinggi. Makanan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Badan Penelitian
dengan gula tinggi dapat dikategorikan sebagai makanan dan Pengembangan Kesehatan; 2018.Hal. 2014.
10. Bakar, A. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Ed 2.
kariogenik yang merupakan salah satu penyebab gigi
Yogyakarta: Quantum Sinergis Media.
karies. Makanan kariogenik seperti produk karbohidrat 11. Tarigan, R. 2014. Karies Gigi. Buku Kedokteran EGC.
olahan seperti permen, biskuit, kue, minuman buah, soda, Jakarta.15-23.
madu, dan makanan olahan seperti keripik kentang, pasta, 12. Purbaningrum, D.A. 2021. Penatalaksanaan Karies
dan cracker, sereal manis, kentang goreng merupakan Rampan dengan Evaluasi Menggunakan Kariogram:
faktor risiko yang tinggi untuk karies berkembang. Oleh Laporan Kasus pada Anak dengan Self-Mutilation.
Jurnal e-GiGi. 9 (1): 51-57.
karena itu, disarankan untuk semua kelompok usia 13. Ozdemir D. 2014. Dental Caries and Preventive
melakukan sarapan pagi dengan makanan sehat setiap Strategies. Journal of Educational and Instructional
hari agar kebutuhan kalori dan nutrisi terpenuhi sehingga Studies in The World. 4(4).
mengurangi konsumsi jajanan atau cemilan dengan gula 14. Ramayanti, S., Purnakarya, P. 2013. Peran Makanan
tinggi dan menurunkan risiko karies. terhadap Kejadian Karies Gigi. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 7 (2).
15. Kidd, E.A.M, Bechal, S.J. 2013., Dasar – Dasar
Daftar Pustaka Karies. Jakarta: EGC.
1. Kartikasari, H.Y. 2014. Hubungan konsumsi makanan 16. World Health Organization (WHO). 2013. RiskTo Oral
kariogenik dengan kejadian karies gigi dan status gizi Health And Intervention. World Health Organization:
pada anak kelas III dan IV SDN Kadipaten I dan II Geneva.
Kabupaten Bojonegoro. J Nutrition College. 3(3):414- 17. Duggal, M., Cameron, A. dan Toumba, J. 2014. At a
421. Glance Kedokteran Gigi Anak. Jakarta : Penerbit
2. Ndanu, T.A., Aryeetey, R., Sackeyfio, J., Otoo, G., Erlangga.
Lartey, A. 2016. Skipping breakfast can influence 18. Putri, M. H., dkk., 2012. Ilmu Pencegahan Penyakit
snacking and may affect caries prevalence in school Keras dan Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta : EGC.
children. Ghana Dental Journal. 13:13-17. 19. Annisa., Ahmad, I. 2013. Mekanisme fluor sebagai
3. Loveren, V.C. 2019. Ugar restriction for caries kontrol karies pada gigi anak, Jumal Kesehatan
prevention: amount and frequency. Which is more Masyarakat. 7 (2).
important ?. Caries Res. 53:168-175. 20. Hardiansyah, Aries, M.2012. Jenis Pangan Sarapan
4. Nbaia, S.M.M., Yunastuti, A., Indriyanti, D.R. 2018. dan Perannya dalam Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-
Relationship between oral hygiene and dietary 12 Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi Pangan. 7(2):89-96.
behaviour and dental caries status in primary school 21. Bae, J.H., Obounou, B.W.O. 2018. Presence of Dental
children. Kemas. 13(3):411-416. Caries Is Associated with Food Insecurity and
5. Armilda, D., Aripin, D., Sasmita, I.S. 2017. Pola makan Frequency of Breakfast Consumption in Korean
makanan kariogenik dan non kariogenik serta
pengalaman karies anak usia 11-12 tahun di SDN
Children and Adolescents. Prev. Nutr. Food Sci. 34. Ambrosius, K., B., Swanholm, G., Twetman, S. 2005.
23(2):94-101 Eating Habits, Smoking, and Toothbrushing in Relation
22. Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. To Dental Caries: A 3-Year Study in Swedish Female
Sinar Ilmu, Yogyakarta. Teenagers. International Journal Paediatric Dentistry.
23. Verbrugghe, A., Hesta, M. 2017. Cats and 15(3):190-196.
Carbohydrates: the Carnivore Fantasy?. Veterinary 35. Dye, B., A., Shenkin, J., D., Ogden, C., L., Marshall, T.,
Sciences. 4(55): 1-22 A., Levy, S., M., Kanellis, M., J. 2004. The Relationship
24. Reca. 2018. Hubungan Jenis Makanan Jajanan Between Healthful Eating Practices and Dental Caries
Dengan Status Karies Pada Murid SDN Lampeuneurut in Children Aged 2-5 Years in The United States, 1988-
Aceh Besar. Jurnal Averrous. 4 (2). 1994. Journal Am Dental Association. 135(1): 55-66.
25. Agung, I.G.A.A., Nurlitasari, D.F., 2017. Asupan Gizi, 36. Iftikhar, A., Zafar, M., Kalar, M., U. 2012. The
Pola Makan dan Kesehatan Gigi. Thesis. Fakultas Relationship between Snacking Habits and Dental
Kedokteran Gigi. Universitas Mahasaraswati. Caries in School Children. International Journal of
Denpasar Bali. Collaborative Research on Internal Medicine and
26. Budisuari, MA., Oktarina, Mikrajas, MA. 2010. Public Health. 4(12):1943-1951.
Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan Menyikat Gigi 37. Burt, B., A., Eklund, S., A., Morgan, K., J., Larkin, F.,
dengan Kesehatan Gigi dan Mulut. Buletin Penelitian E., Guire, K., E., Brown, L., O., Weintraub, J., A. 1988.
Sistem Kesehatan 2010. 13(1) The Effect of Sugar Intake and Freuency of Ingestion
27. Beck, ME. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Penerbit on Dental Caries Increment in A Three-year
Andi; 2011. Longitudinal Study. Journal Dental Research. 67(11):
28. Febrian., Rasyid, R., Noviantika, D. 2013. Analisis 1422-1429.
Hubungan Jenis Dan Frekuensi Mengkonsumsi 38. Akarslan, Z., Z., Sadik, B., Sadik, E., Erten, H. 2008.
Jajanan Kariogenik dengan Kejadian Rampan Karies Dietary Habits and Oral Health Related Behaviors in
pada Anak Usia 5-6 Tahun di Kota Padang. Andalas Relation to DMFT Indexes of A Group of Young Adult
Dental Journal. 1-13 Patients Attending A Dental School. Medical Oral
29. Muttaqien, I.A., Kintawati, S., Rizali, E. 2017. Patology Oral Cir Bucal. 13(12): 800-807.
Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Laju Aliran 39. Mobley, C., Marshall, T., A., Milgrom, P., Susan,
Saliva pada Mahasiswa Preklinik Angkatan 2014-2016 Coldwell. 2009. The Contribution of Dietary Factors to
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran. Dental Caries and Disparities in Caries. Academy
Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran. 29(2): Pediatrics: 9(6): 410-414.
91-98. 40. Reca. 2018. Relationship types of Food With Study of
30. Norlita, W., Isnaniar., Hidayat, M. 2020. Peran Orang Studies Karies in Children SDN Lampeuneurut
Tua dalam Pencegahan Karies Gigi pada Anak Pra Greataceh. Jurnal Averrous. 4(2):1-9.
Sekolah (3-5 Tahun) di TK Aisyiyah 2 Pekanbaru. 41. Macigo, F., G., James, R., M., Ogunbodede, E.,
Jurnal Photon. 11 (1). Gathece, L., W. 201. Sugar Consumption and Dental,
31. Hidayati, N.A., Kaidah, S. & Sukmana, B.I., 2014. Efek Caries, Experience in Kenya. International Dental
Pengunyahan Permen Karet Yang Mengandung Journal. 66(1): 158-162.
Xylitol Terhadap Peningkatan pH Saliva. Dentino, 2(1): 42. Moynihan, P., Petersen, P., E. 2004. Diet, Nutrition,
51–55. and The Prevention of Dental Diseases. Public Helath
32. Muchtar, M., Julia, M., Gamayanti, I., L. 2011. Sarapan Nutrition. 7(1A): 201-226.
dan Jajan Berhubungan dengan Kemampuan 43. Zero, D., T., Fontana, Martinez, Angeles, Zandona, A.,
Konsentrasi Pada Remaja. Jurnal Gizi Klinik F., Ando, M., Cabezas, C., G., Bayne, S. 2009. The
Indonesia. 8(1): 28-35. Biology, Prevention, Diagnosis, and Treatment of
33. Suraya, Apriyani, S., S., Larasaty, D., Indraswari, D., Dental Caries. Journal Academic Dental Association.
Lusiana, E., Anna, G., T. 201. Sarapan Yuks, 140(1):26-34.
Pentingnya Sarapan Pagi Bagi Anak-Anak. Jurnal
Bakti Masyarakat Indonesia. 2(1): 201-207.

Anda mungkin juga menyukai