Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

REQUIREMENT : DHE TOPIK 3

Dosen Pembimbing:
drg. Ali Taqwim, Sp. KGA

Nama Mahasiswa/ NIM:


REYGALIAN NOVALITA PURBANINGTYAS/G4B020025

Angkatan Koas : 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2021
BORANG PENILAIAN PEMBELAJARAN DARING

NAMA MAHASISWA : Reygalian Novalita Purbaningtyas


NIM : G4B020025

25-10-2021

25-10-2021

Ali Taqwim, Sp. KGA


25-10-2021
I. ANALISIS KASUS

1. Pemeriksaan Subyektif
 Chief of complain: Seorang pasien laki-laki usia 8 tahun datang bersama ibunya
dengan keluhan terdapat sisa akar di gigi belakang kiri bawah dan banyak gigi
berlubang terutama di gigi belakang atas. Ibu ingin merawat gigi anaknya
 Present Illness: kondisi ini sudah berlangsung kurang lebih satu tahun yang lalu. Gigi
tersebut terasa goyang apabila digerakkan dengan lidah.
 Past Medical History: tidak ada keterangan dalam skenario
 Past Dental History: Gigi geraham bawah pasien juga sudah lama dicabut karena
berlubang besar
 Family History: tidak ada keterangan dalam skenario
 Social History: tidak ada keterangan dalam skenario
2. Pemeriksaan umum : compos mentis
3. Pemeriksaan Obyektif
 Pemeriksaan ekstraoral : tidak ada keterangan dalam skenario
 Pemeriksaan keadaan jaringan lunak, oklusi, kelenjar, dan temuan lainnya tidak
terdapat keterangan pada skenario.
 Pemeriksaan intraoral
NON UNE UNE UNE UNE UNE UNE UNE UNE NON
non non
une
NON une
NON

ONON
car ONON
car
une
NON une
NON (rrx)

(sou) une une


NON

()uneune
(sou) (sou)NONune
sou
()une sou
NON

()une
sou sou
()une ()une
()une ()une
4. Pemeriksaan Penunjang

Intepretasi radiografi:

 Gigi 11 erupsi sempurna namun akar belum menutup sempurna.


 Gigi 12 erupsi dan terdapat gambaran radiolusen pada apikal 12 yang menggambarkan
akar belum terbentuk sempurna.
 Terdapat benih gigi 13 yang belum erupsi dan gigi 53 belum tanggal dan telah terjadi
resorbsi akar.
 Gambaran radiopak menggambarkan gigi 54 belum tanggal, terdapat benih gigi 14 belum
erupsi, terdapat area radiolusen pada distal, dan resorbsi akar gigi 54 yang ditunjukkan
dengan area radiolusen pada bagian apikal.
 Terlihat gigi 55 belum tanggal yang telah mengalami resorbsi akar dan gambaran
radiolusen pada bagian oklusal,
 Terlihat benih gigi 15
 Gigi 16 telah erupsi sempurna namun akar belum menutup sempurna.
 Terdapat gambaran radiopak yang menunjukkan benih gigi 17 belum erupsi
 Gigi 21 telah erupsi sempurna namun akar belum menutup sempurna.
 Gambaran radiolusen pada mesial gigi 62; terlihat gambaran radiopak yang
menggambarkan benih gigi 22.
 Terdapat gambaran radiolusen pada distal gigi 63; tampak gambaran radiopak yang
menggambarkan benih gigi 23.
 Terdapat gambaran radiolusen pada gigi 64 yang luas dan telah terjadi resorbsi akar yang
ditunjukkan gambaran radiolusen pada daerah apikal gigi 64
 Terdapat gambaran radiopak di bagian bawah gigi 64 yang menunjukkan benih gigi 24.
 Terdapat gambaran radiolusen pada gigi 65 yang luas
 Terdapat gambaran radiopak pada bagian bawah gigi 65 yang menggambarkan benih gigi
25.
 Terdapat gambaran radiopak gigi 26 dan terdapat gambaran radiolusen pada mesial gigi
26.
 Terdapat gambaran radiopak gigi 27.
 Terdapat terdapat gambaran radiolusen pada apical gigi 31 yang menunjukkan akar gigi
belum menutup sempurna.
 Terdapat gambaran radiolusen pada daerah apikal gigi 32 yang menunjukkan akar belum
menutup sempurna.
 Gambaran area radiopak yang menunjukkan gigi 73 dengan area radiolusen pada bagian
apikal yang menunjukkan telah terjadi resorbsi akar dan area radiopak dibawah gigi 73
menggambarkan adanya benih 33.
 Gambaran area radiopak pada gigi 74 yang telah mengalami resorbsi akar dan gambaran
radiopak dibawah gigi yang menunjukkan benih gigi 34.
 Area radiopak yang menunjukkan sisa akar gigi 75 dan area radiopak dibawah gigi 75
menunjukkan benih gigi 35.
 Gambaran gigi 36 yang telah erupsi dengan area radiolusen pada oklusal dan bagian
apikal telah menutup sempurna.
 Gambaran radiopak yang menunjukkan benih gigi 37.
 Gambaran bagian apikal gigi 41 yang telah menutup sempurna, dan gigi 42 yang daerah
apikalnya belum menutup sempurna.
 Gambaran radiopak pada gigi 83 telah erupsi dan mengalami resorbsi akar yang
ditunjukkan dari area radiolusen pada bagian akar; di bawahnya terdapat gambaran
radiopak yang menggambarkan benih gigi 43.
 Terdapat celah diantara gigi 83 dan gigi 46, pada celah tersebut terdapat benih gigi 43,
44 dan 45 yang belum erupsi dan akarnya belum terbentuk sempurna yang ditunjukkan
dengan area radiolusen pada bagian bawah mahkota.
 Gambaran radiopak pada gigi 46 yang apikalnya telah tertutup sempurna dan terdapat
area radiolusen pada oklusal gigi 46.
 Gambaran radiopak pada benih gigi 47 dengan akar yang belum terbentuk sempurna
5. Diagnosis

Pemeriksaan gigi atau dental examination (Z01.2)

6. Rencana Perawatan
 Dental Health Education (DHE) berupa edukasi frekuensi dan cara sikat gigi yang
benar kepada anak dan peran orangtua untuk menjaga kesehatan gigi anak, serta
menjelaskan makanan yang dapat memicu karies.
 Preventif berupa: aplikasi topical fluor 3 bulan sekali, diberikan xylitol, melakukan
sealant, dan pengawasan terhadap lesi karies serta melakukan restorasi pada lesi
karies
 Restorasi gigi 53, 62, 63, 65, 46,64
 Pulpektomi gigi 55, 54
 Ekstraksi radix gigi 75
 Space maintainer antara gigi 36 dan74

II. PEMBAHASAN
1. Karies
Karies merupakan penyakit yang sering ditemukan pada rongga mulut. Penyakit ini

menyerang jaringan keras gigi, yaitu dentin, enamel dan sementum yang disebabkan

oleh aktivitas dari mikroba dalam karbohidrat yang terfermentasi. Aktivitas mikroba

tersebut dapat memicu terjadinya proses demineralisasi jaringan keras (Marwah, 2014).

Gambar 1. Karies

Karies dapat terjadi oleh sebab interaksi mikroorganisme, substrat, host, dan waktu.

Mikroorganisme yang sering ditemui pada penyakit karies adalah Streptococcus

mutans, Lactobacillus sp, dan Actinomycetes. Berikut adalah klasifikasi karies

(Marwah, 2014):

a. Berdasarkan kejadian

- Incipient: karies awal yang biasanya reversibel

- Rekuren : karies sekunder

- Residual : karies karena kesalahan dokter gigi

b. Berdasarkan kecepatan

- Akut : menyebar cepat

- Kronis : menyebar lambat

c. Berdasarkan lokasi

- Pit dan fisur

- Permukaan halus
- Permukaan akar

d. Berdasarkan arah

- Forward karies : ketika karies di enamel berbentuk V mengarah ke DEJ

- Backward karies: jika destruksi karies meluas hingga DEJ dan sedikit

melibatkan akar

e. Berdasarkan usia

- Early childhood caries

- Adolescent caries

- Senile caries

f. Berdasarkan jumlah keterlibatan permukaan

- Simple: satu permukaan

- Compound: 2 permukaan

- Complex: lebih dari 2 permukaan

g. Berdasarkan tipe permukaan

- Oklusal

- Proksimal

Karies dapat terjadi akibat interaksi bakteri dengan substrat yang kariogenik

sehingga menyebabkan penurunan pH. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan

tentang terjadinya karies (Marwah, 2014):

a. Legenda cacing pada gigi

Teks ini ditemukan dari kota kuno di Lembah Efrat di era Mesopotamia sekitar

5000 SM. Obat sakit gigi pada periode ini sebagai berikut: “Campur bir, tanaman

sa-kil-bir dan minyak bersama-sama, ulangi di atasnya mantra tiga kali dan taruh di

gigi.". Masyarakat di Cina dan Mesir menggunakan metode pengasapan, yang

terdiri dari daun bawang yang dibakar dan hyoscyamus.


b. Teori humoral

Teori ini mengungkapkan ketidakseimbangan dari empat unsur tubuh yaitu

darah, dahak, empedu hitam dan empedu kuning, sehingga mengakibatkan

penyakit. Menurut Galen, bahasa Yunani kuno dokter dan filsuf, 'karies gigi

diproduksi' oleh aksi internal asam dan korosi unsur tersebut. Obat yang digunakan

harus terdiri dari obat-obatan lokal atau umum sesuai dengan keadaan dan juga

memberikan penguatan gigi dengan penggunaan astringen dan obat tonik.

c. Teori vital

Sebuah teori vital dari Hippocrates, Celsius, Galen dan dokter pada abad

pertengahan, merumuskan teori bahwa kerusakan gigi berasal dari gangren tulang

di dalam gigi itu sendiri.

d. Teori kimia

Teori yang diusualkan oleh Robertson pada tahun 1835 bahwa kerusakan gigi

disebabkan oleh asam yang dibentuk oleh fermentasi partikel makanan di sekitar

gigi. Fermentasi dianggap sebagai proses yang ketat nonvital dan keterlibatan

bakteri belum diakui.

e. Miller’s Chemoparasitic Theory

Teori yang mengemukakan mikroorganisme di mulut melakukan sekresi enzim

atau dengan metabolisme sendiri dapat membentuk asam. Bahan makanan berupa

karbohidrat yang berada di permukaan gigi adalah sumber asam yang dapat

demineralisasi garam kapur pada gigi. Enamel dihancurkan oleh asam fermentasi

dan email yang hancur hilang karena pengunyahan. Selanjutkan destruksi pada

dentin hingga menembus sepanjang tubulus dentin, sehingga membentuk rongga.

Menurut Miller kerusakan gigi adalah proses kemoparasit yang terdiri dari dua
tahap yaitu: dekalsifikasi atau pelunakan jaringan dan pembubaran residu yang

melunak.

f. Teori proteolitik

Teori proteolitik dirumuskan oleh Gottlieb (1947), Frisbie, Nuckolls (1947) dan

Pincus (1950). Para peneliti menggambarkan karies seperti lesi yang dipicu oleh

aktivitas proteolitik pada pH yang sedikit basa, dan dianggap bahwa proses tersebut

melibatkan depolimerisasi dan pencairan dari matriks organik email. Gottlieb

mengusulkan mikroorganisme menyerang jalur organik email dan membentuk

karies dengan proteolitik.

g. Teori proteolysis-chelation

Teori ini dikemukakan oleh Schatz et al. pada tahun 1955 yang menyatakan

degradasi mikroba simultan dari bahan organic karena proteolysis dan

demineralisasi gigi dengan proses chelation. Menurut dengan teori proteolysis-

chelation, karies gigi terjadi karena aksi bakteri dan enzimatik, proteolitik awal

pada bahan organik email tanpa diawali demineralisasi. Aktivitas ini menghasilkan

lesi karies awal dan pelepasan asam amino, polifosfat, dan asam organic yang

selanjutnya melarutkan kristal apatit.

h. Complexing and Phosphorylation Theory

Teori ini menyatakan bahwa pemanfaatan fosfat bakteri yang tinggi dalam plak

menyebabkan gangguan lokal pada keseimbangan di plak dan email gigi, sehingga

menghilangkan fosfat anorganik dari email. Senyawa kalsium larut yang

menyebabkan disintegrasi gigi.

Kurva Stephen
Kurva Stephen menjelaskan mengenai pH. Grafik tersebut memiliki empat

landmark yaitu: pH istirahat, penurunan pH yang cepat, pH kritis, dan fase pemulihan

(Marwah, 2014).

a. pH istirahat

Fase ini menggambarkan plak yang belum terjadi fermentasi karbohidrat kira-

kira 2 jam dan memiliki pH antara 6 dan 7. Pada fase ini nilai pH plak untuk individu

cenderung stabil namun akan berbeda pada individu yang mengkonsumsi

antibiotik.

b. Penurunan pH yang cepat

Setelah plak gigi terpapar fermentasi karbohidrat, maka pH menurun dengan

cepat. Penurunan pH disebabkan oleh mikroba plak gigi. Jika mikroba lebih

asidogenik, maka bakteri aciduric hadir dalam plak dan pH akan turun lebih cepat.

Laju penurunan pH juga tergantung pada kecepatan bakteri plak untuk

memetabolisme karbohidrat makanan. Selain itu sukrosa akan dimetabolisme

secara cepat, sehingga terjadi penurunan yang lebih cepat. Faktor lain yang

mempengaruhi tingkat penurunan pH adalah kapasitas buffer dari saliva yang tidak

distimulasi. Tingkat penurunan pH plak juga dipengaruhi oleh kepadatan plak.

c. pH kritis

Fase pH kritis memungkinkan hidroksiapatit dalam email gigi larut. Level pH

pada fase ini berkisar5,5.

d. Fase pemulihan

Fase ini membutuhkan waktu 30 hingga 60 menit untuk kembali ke pH

normalnya ( pH 6.3–7.0).
Gambar 2. Kurva Stephen pada kondisi gigi yang sehat, karies aktif, dan

karies inaktif.

2. Pengukuran resiko karies

Penilaian risiko karies adalah penentuan kemungkinan kejadian karies (seperti,

jumlah lesi kavitas atau baru jadi) selama jangka waktu tertentu atau kemungkinan

bahwa akan ada perubahan ukuran atau aktivitas lesi yang sudah ada. Oleh sebab

kemampuan untuk mendeteksi karies pada tahap awal (seperti white spot) penyedia

layanan kesehatan dapat membantu mencegah kavitas. Tujuan melakukan penilaian

resiko karies untuk mennentukan kebutuhan tindakan pencegahan, memotivasi pasien,

memonitor program, sebagai kriteria kesuksesan program, identifikasi grup beresiko

tinggi, dan membantu untuk studi kasus (AAPD, 2014; Marwah, 2014)

Pengukuran resiko karies menurut AAPD dibagi menjadi 3 formulir, yaitu (AAPD,

2014):
Gambar 3. Formulir untuk usia 0-3 tahun untuk dokter atau penyedia layanan non gigi

lainnya.
Gambar 4. Formulir untuk usia 0-5 tahun untuk dokter gigi
Gambar 5. Formulir usia >6 tahun untuk dokter gigi.

Pada formulir AAPD terdapat klasifikasi usia untuk menggunakannya.

Penilaian pada formulir ini menggunakan hasil pemeriksaan klinis, karakteristik

lingkungan, dan kondisi kesehatan umum. Pengisian form ini dilakukan dengan

melingkari atau centang pada kolom, dan menimbang hasil, sehingga dapat diberikan

rekomendasi perawatan lanjutan.

Penerapan pada kasus

Pada kasus, anak berusia 8 tahun sehingga menggunakan form khusus usia >6

tahun. Berdasarkan kasus dilakukan centang atau melingkari pada bagian temuan klinis

yaitu lebih dari 1 karies, dan terdapat defek pada enamel, sehingga kasus ini merupakan

kasus resiko tinggi terhadap karies. Rekomendasi untuk kasus ini adalah melakukan

kontrol 3 bulan sekali, radiografi 6 bulan sekali, sikat gigi dengan fluoride 0.5%,

pemberian suplemen fluoride, melakukan topical aplikasi fluor 3 bulan sekali, diberikan

xylitol, melakukan sealant, dan pengawasan terhadap lesi karies serta melakukan

restorasi pada lesi karies (AAPD, 2014).


Selain penilaian resiko menurut AAPD, dapat juga dilakukan penilaian

menggunakan kariogram. Kariogram merupakan program komputer yang

menampilkan gambar grafis kemungkinan skenario risiko karies secara keseluruhan.

Program berisi algoritme yang menampilkan analisis data masukan, terutama faktor

biologis. Kariogram mengidentifikasi faktor risiko karies untuk individu dan

memberikan contoh pencegahan, serta strategi pengobatan untuk dokter. Kelebihan dari

kariogram adalah harga terjangkau, mudah digunakan, mudah dimengerti, dapat

memotivasi pasien, dapat berfungsi sebagai pendukung keputusan klinis untuk memilih

strategi pencegahan.

Tahapan untuk menilai resiko karies menggunakan kariogram diawali dengan

pemeriksaan pasien dan mengumpulkan data faktor karies termasuk bakteri, diet dan

faktor yang berhubungan dengan kerentanan. Berbagai faktor / variabel diberi skor

sesuai skala yang telah ditentukan dan dimasukkan ke dalam program komputer.

Menurut rumus bawaannya, program menyajikan diagram lingkaran dengan berbagai

warna, yaitu: warna merah untuk bakteri dilihat dari plaknya, warna biru tua untuk diet

dilihat dari frekuensi makan dan kandungan makanan, biru muda untuk kerentanan

dilihat dari kapasitas buffer saliva, sekresi saliva, dan kadar floride, warna kuning untuk

keadaan dilihat dari pengalaman kejadian karies dan penyakit yang berhubungan, serta

warna hijau untuk kesempatan menghindari karies. Semakin besar warna hijau,

semakin baik dari gigi menghindari terjadi karies, sedangkan untuk warna lainnya,

semakin kecil, maka semakin baik (Marwah, 2014).


Gambar 6. Kariogram

Intepretasi pada kariogram jika sector merah meningkat maka terdapat banyak

plak, terdapat proporsi bakteri yang tinggi serta sebalinya jika menurun. Sector biru

gelap meningkat maka terdapat asupan gula tinggi dan frekuensi sering, serta

sebaliknya. Pada sector biru muda yang meningkat maka kerentanan tinggi terhadap

karies, kurang kadar fluor, sekresi saliva rendah, dan kapasitas buffer rendah serta

sebaliknya. Sector hijau menunjukkan kesempatan untuk menghindari atau mecegah

terjadinya karies.

Variable Nilai Pada kasus


Pengalaman karies (dibandingkan 0: DMFT 0 atau bebas karies 3: karena terdapat lesi karies
dengan populasi didaerah tersebut) 1: status lebih baik dari normal setaun terakhir
2: sama dengan normal
3: lebih buruk dari normal,
terdapat lesi karies setaun
terakhir
Penyakit / kelainan yang diderita 0: tidak ada kelainan atau 0: karena tidak ada kelaina di
penyakit kasus
1: ada kelainan yang moderate
berhubungan dengan karies
2: ada penyakit,obat yang
dikonsumsi berdampak pada
hiposalivasi
Konten makanan 0: sangat rendah gula Tidak ada keterangan
1: rendah gula
2: gula sedang
3: tinggi gula
Frekuensi makan 0: maksimal 3 kali sehari Tidak ada keterangan
1: maksimal 5 kali sehari
2: maksimal 7 kali sehari
3: lebih dari 7 kali sehari
Indeks plak menurut Sillness and 0: sangat baik PI<0.4 PI: 1 maka nilainya 1
Loe 1: baik PI 0.4-1
2: sedang PI: 1.1-2
3: buruk PI >2
Jumlah S.mutans dari kurlur bakteri 0: S.mutans kelas 0, kandungan Tidak ada keterangan
dalam plak 5%
1: S.mutans kelas 1, kandungan
dalam plak 20%
2: S.mutans kelas 2, kandungan
dalam plak 60%
3: S.mutans kelas 3, kandungan
dalam plak >80%
Program fluoridasi 0: pasta gigi berfluoride Tidak ada keterangan
ditambah mouthwas atau FV
rutin
1: pasta gigi berfluoride
ditambah mouthwas atau FV
tidak rutin
2: pasta gigi berfluoride
3: tidak menggunakan
Sekresi saliva 0: normal >1.1ml/menit Tidak ada keterangan
1: rendah 0.9-1.1 ml/menit
2: rendah 0.5-0.9 ml/menit
3: sangat rendah <0.5 ml/menit
Kapasitas buffer 0: adekuat, dentobuf biru, pH Tidak ada keterangan
>6.0
1: kurang, dentobuf hijau, pH
4.5-5.5
2: rendah, dentobuf kuning, pH
<4

Penerapan pada kasus

Pada kasus untuk dimasukkan dalam kariogram, hanya memiliki informasi atau

keterangan mengenai pengalaman karies, penyakit, dan plak, sehingga tidak dapat

melakukan perhitungan dengan aplikasi ini (Singh dkk, 2018).


CAMBRA merupakan metode untuk menilai resiko karies. Formulir ini untuk

mengidentifikasi factor resiko karies dan meningkatkan factor protektif melalui

interview dengan orangtua dan pemeriksaan klinis. Penilaian dengan form yang

memiliki 3 kolom, yaitu indikasi penyakit pada kolom I, factor resiko lingkungan pada

kolom II, dan factor proteksi pada kolom III. Tahapan untuk melakukan penilaian

resiko karies diawali dengan melakukan pemeriksaan subjektif untuk mengetahui

riwayat dental dan medis, selanjutnya pemeriksaan klinis, deteksi lesi karies dini,

kemudian memasukkan data kedalam form dan menilai resiko karies. Tahapan

selanjutnya adalah menentukan rekomendasi perawatan bagi pasien sesuai dengan hasil

resiko (Featherstone dkk, 2019).

Formulir CAMBRA memiliki 2 jenis yaitu untuk usia 0-5 tahun dan >6 tahun.

Pada formulir usia 0-5 tahun berisi tentang factor biologi atau lingkungan yang meliputi

frekuensi mengkonsumsi snack, penggunaan botol untuk minum susu, keluarga yang

memiliki riwayat karies, keluarga berpenghasilan rendah, dan medikasi yang

menginduksi terjadinya hiposalivasi. Selanjutnya pada factor protektif meliputi tinggal


di area yang airnya terfluoridasi, mengkonsumsi air berfluoride, menggunakan pasta

gigi dengan fluoride minimal 2 kali sehari, dan dilakukan fluride varnish tiap 6 bulan.

Pada kolom selanjutnya mengenai factor resiko biologi melalui pemeriksaan klinis

yang meliputi kuantitas bakteri kariogenik (tidak pasti tersedia), dan dilihat dari plak.

Pada indicator penyakit meliputi kerusakan gigi atau white spot dan pasien pernah

melakukan restorasi 2 tahun lalu (untuk pasien baru) atau 1 tahun lalu (untuk pasien

lama) (Featherstone dkk, 2019).

Pada formulir usia >6 tahun berisi tentang indicator penyakit yaitu kavitas baru

hingga mencapai dentin dilihat dari gambar radiografi, lesi white spot pada permukaan

halus, lesi non kavitas pada enamel secara radiografi, dan pernah melakukan restorasi

dalam kurun waktu 3 tahun (pasien baru) atau 1 tahun (pasien lama). Kolom selanjutnya

mengenai factor biologi dan lingkungan yang meliputi kuantitas bakteri, plak yang

banyak pada gigi, frekuensi mengkonsumsi snack >3 kali sehari, hiposalivasi karena

obat, fungsi glandula saliva menurun, memiliki pit dan fisur dalam, akar gigi terekspos,

dan memakai alat ortodontik. Kolom factor protektif meliputi air yang terfluoridasi,

penggunaan pasta gigi berfluoride 1 kali sehari, penggunaan pasta gigi berfluoride 2

kali sehari atau lebih, menggunaan pasta gigi berfluoride tinggi, melakukan fluoride

varnish 6 bulan lalu, berkumur dengan chlorhexidine 0.12% untuk seminggu, dan

fungsi saliva normal (Featherstone dkk, 2019)

Indeks ini memiliki kategori resiko, yaitu extreme high ketika terdapat centang

pada kolom indicator penyakit ditambah pasien mengalami hiposalivasi. Rekomendasi

untuk kategori ini adalah aplikasi varnish dan reaplikasi 4-6 bulan, diberikan pasta

berfluoride 2x1, mengurangi konsumsi snack, berkumur dengan chlorhexidine 0.2% 1

kali sehari selama seminggu 1 jam setelah sikat gigi, serta follow up 3-4 bulan. High

risk ketika terdapat 1 atau lebih indikator penyakit dan jika factor resiko lebih besar
factor proteksi. Rekomendasi untuk kasus ini adalah aplikasi varnish dan reaplikasi 4-

6 bulan, memberikan pasta gigi berfluoride tinggi 2x1, mengurangi konsumsi snack,

berkumur dengan chlorhexidine 0.2% 1 kali sehari selama 1 minggu 1 jam setelah sikat

gigi, serta melakukan follow up 4-6 bulan. Moderate risk ketika ragu antara resiko

tinggi atau rendah maka dimasukkan dalam kategori ini sebagai contoh adalah pasien

yang pernah terkena karies 4 tahun yang lalu dan tidak muncul lesi baru. Rekomendasi

pasien ini adalah pemberian pasta berfluoride 2x1, berkumur dengan 0.05% NaF setiap

malam, dan mengurangi snack sebagai alternative 1, sedangkan untuk altenatif kedua

yaitu menggunakan pasta berfluoride tinggi 2x1 dan mengurangi snack atau diganti

dengan xylitol, serta follow up 6 bulan kemudian. Low risk ketika tidak ada indicator

penyakit, sangat sedikit factor resiko dan factor proteksi tinggi. Rekomendasi untuk

kategori ini adalah sikat gigi dengan pasta berfluoride 2x1 dan follow up setiap 12 bulan

(Featherstone dkk, 2019).

Penerapan pada kasus

Pada kasus termasuk dalam resiko tinggi karena terdapat lebih dari 1 lesi karies

yang terlihat pada radiografi, plak pada gigi, dan pit fisur yang dalam. Rekomendasi

pada kasus ini adalah aplikasi varnish dan reaplikasi 4-6 bulan, memberikan pasta gigi

berfluoride tinggi 2x1, mengurangi konsumsi snack, berkumur dengan chlorhexidine

0.2% 1 kali sehari selama 1 minggu 1 jam setelah sikat gigi, serta melakukan follow up

4-6 bulan.

2 0
1
√ √

Penilaian lain mengenai resiko karies dapat menggunakan formulir dari

American Dental Association (ADA). Penilaian resiko karies menurut ADA bertujuan

untuk membantu memberikan rekomendasi secara spesifik mengenai perawatan

preventif hingga restorative kepada pasien. Pentingnya formulir ini untuk mengevaluasi

factor resiko karies agar dapat diturunkan atau diminimalisir. Pada form ini

mengandung kolom kondisi yang berkontribusi, kondisi sistemik, dan kondisi klinis

rongga mulut. Operator akan melakukan interview dan pemeriksaan klinis yang

selanjutnya akan dimasukkan kedalam formulir dan diambil kesimpulannya.

Kesimpulan hasil dari penilaian akan dimasukkan dalam 3 kategori yaitu: low risk

dengan centang hanya di kolom low risk, moderate risk dengan centang berada di
kolom low risk dan moderate risk, serta high risk dengan centang muncul pada kolom

high risk (ADA, 2011).

Penerapan pada kasus

An.X
XX
8 tahun

Berdasarkan kasus dapat diambil kesimpulan mengenai penilaian resiko karies

dengan formulir ADA yaitu high risk karena muncul centang pada kolom high risk,

sehingga pasien dimasukkan dalam kategori high risk. Rekomendasi untuk kasus ini

adalah melakukan fluoride varnish setiap 3- 6 bulan.

3. Indeks DMFT
Indeks DMFT merupakan indeks hasil penjumlahan decay, missing, dan filling

pada gigi perseorangan yang akan dibagi dalam jumlah populasi. Indeks ini digunakan

untuk menentukan dan memantau status kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Pada

formulir DMFT oleh WHO terdapat pilihan untuk gigi desidui atau gigi permanen.

Komponen D mencakup semua gigi dengan kode 1 atau 2. Komponen M terdiri dari

gigi berkode 4 pada subjek di bawah usia 30 tahun, dan gigi berkode 4 atau 5 pada

subjek berusia 30 tahun ke atas, yaitu hilang karena karies atau karena alasan lain.

Komponen F hanya menyertakan gigi dengan kode 3. Dasarnya untuk perhitungan

DMFT adalah 32 gigi, yaitu semua gigi permanen termasuk gigi bungsu. Gigi kode 6

(fissure sealant) atau 7 (protesa gigi tetap / abutment, mahkota khusus atau

veneer/implan) tidak termasuk dalam perhitungan indeks DMFT. Dalam kasus gigi

sulung, perhitungan indeks dmft serupa, yaitu dengan menurunkan informasi dari kode

data A, B, C dan D dan E dalam formulir penilaian kesehatan gigi dan mulut (WHO,

2013, Moradi dkk, 2019).

Tingkat DMFT Anak-anak Usia 12 tahun Dewasa usia 35-44 tahun

Sangat rendah < 1.2 <5.0

Rendah 1.2-2.6 5.0-8.9

Sedang 2.7-4.4 9.0-13.9

Tinggi 4.5-6.5 >13.9

Sangat tinggi >6.5

Penerapan pada kasus

Pada kasus ini memiliki indeks dmft 13 yang terdiri dari D: 11, dan M:

2. Menurut kategori termasuk buruk.


DAFTAR PUSTAKA

1. The American Academy of Pediatric Dentistry, Guidlines on Caries-risk Assessment and


Management for Infants, Children, and Adolescents, Clinical Practice Guidlines, 2014,
p.148-149.
2. Marwah N. 2014. Textbook of Pediatric Dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical
Publishers
3. WHO. Oral health surveys basic methods. 5 th Ed. 2013.
4. American Dental Association, ADA Caries Risk Assessment Form, 2011
5. Featherstone J, Crystal Y, Gomez F. (2019). CAMBRA® Caries Management by Risk
Assessment A Comprehensive Caries Management Guide for Dental Professionals. Journal
of the California Dental Association.
6. Moradi G, Mohamadi Bolbanabad A, Moinafshar A, Adabi H, Sharafi M, Zareie B.
Evaluation of Oral Health Status Based on the Decayed, Missing and Filled Teeth (DMFT)
Index. Iran J Public Health. 2019;48(11):2050-2057.

Anda mungkin juga menyukai