Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

REQUIREMENT : DHE TOPIK 4

Dosen Pembimbing:
drg. Ali Taqwim, Sp. KGA

Nama Mahasiswa/ NIM:


REYGALIAN NOVALITA PURBANINGTYAS/G4B020025

Angkatan Koas : 16

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2021
BORANG PENILAIAN PEMBELAJARAN DARING

Ali Taqwim, Sp. KGA


I. ANALISIS KASUS

1. Pemeriksaan Subyektif
 Chief of complain: Seorang pasien laki-laki usia 8 tahun datang bersama ibunya
dengan keluhan terdapat sisa akar di gigi belakang kiri bawah dan banyak gigi
berlubang terutama di gigi belakang atas. Ibu ingin merawat gigi anaknya
 Present Illness: kondisi ini sudah berlangsung kurang lebih satu tahun yang lalu. Gigi
tersebut terasa goyang apabila digerakkan dengan lidah.
 Past Medical History: tidak ada keterangan dalam skenario
 Past Dental History: Gigi geraham bawah pasien juga sudah lama dicabut karena
berlubang besar
 Family History: tidak ada keterangan dalam skenario
 Social History: tidak ada keterangan dalam skenario
2. Pemeriksaan umum : compos mentis
3. Pemeriksaan Obyektif
 Pemeriksaan ekstraoral : tidak ada keterangan dalam skenario
 Pemeriksaan keadaan jaringan lunak, oklusi, kelenjar, dan temuan lainnya tidak
terdapat keterangan pada skenario.
 Pemeriksaan intraoral
4. Pemeriksaan Penunjang

Intepretasi radiografi:

 Gigi 11 erupsi sempurna namun akar belum menutup sempurna.


 gigi 12 belum erupsi dan terdapat gambaran radiolusen pada apikal 12 yang
menggambarkan akar belum terbentuk sempurna.
 Terdapat benih gigi 13 yang belum erupsi dan gigi 53 belum tanggal dan telah terjadi
resorbsi akar.
 Gambaran radiopak menggambarkan gigi 54 belum tanggal, terdapat benih gigi 14 belum
erupsi, terdapat area radiolusen pada distal, dan resorbsi akar gigi 54 yang ditunjukkan
dengan area radiolusen pada bagian apikal.
 Terlihat gigi 55 belum tanggal yang telah mengalami resorbsi akar dan gambaran
radiolusen pada bagian oklusal,
 Terlihat benih gigi 15
 Gigi 16 telah erupsi sempurna namun akar belum menutup sempurna.
 Terdapat gambaran radiopak yang menunjukkan benih gigi 17 belum erupsi
 Gigi 21 telah erupsi sempurna namun akar belum menutup sempurna.
 Gambaran radiolusen pada mesial gigi 62; terlihat gambaran radiopak yang
menggambarkan benih gigi 12.
 Terdapat gambaran radiolusen pada distal gigi 63; tampak gambaran radiopak yang
menggambarkan benih gigi 23.
 Terdapat gambaran radiolusen pada gigi 64 yang luas dan telah terjadi resorbsi akar yang
ditunjukkan gambaran radiolusen pada daerah apikal gigi 64
 Terdapat gambaran radiopak di bagian bawah gigi 64 yang menunjukkan benih gigi 24.
 Terdapat gambaran radiolusen pada gigi 65 yang luas
 Terdapat gambaran radiopak pada bagian bawah gigi 65 yang menggambarkan benih gigi
25.
 Terdapat gambaran radiopak gigi 26 dan terdapat gambaran radiolusen pada mesial gigi
26.
 Terdapat gambaran radiopak gigi 27.
 Terdapat terdapat gambaran radiolusen pada apical gigi 31 yang menunjukkan akar gigi
belum menutup sempurna.
 Terdapat gambaran radiolusen pada daerah apikal gigi 32 yang menunjukkan akar belum
menutup sempurna.
 Gambaran area radiopak yang menunjukkan gigi 73 dengan area radiolusen pada bagian
apikal yang menunjukkan telah terjadi resorbsi akar dan area radiopak dibawah gigi 73
menggambarkan adanya benih 33.
 Gambaran area radiopak pada gigi 74 yang telah mengalami resorbsi akar dan gambaran
radiopak dibawah gigi yang menunjukkan benih gigi 34.
 Area radiopak yang menunjukkan sisa akar gigi 75 dan area radiopak dibawah gigi 75
menunjukkan benih gigi 35.
 Gambaran gigi 36 yang telah erupsi dengan area radiolusen pada oklusal dan bagian
apikal telah menutup sempurna.
 Gambaran radiopak yang menunjukkan benih gigi 37.
 Gambaran bagian apikal gigi 41 yang telah menutup sempurna, dan gigi 42 yang daerah
apikalnya belum menutup sempurna.
 Gambaran radiopak pada gigi 83 telah erupsi dan mengalami resorbsi akar yang
ditunjukkan dari area radiolusen pada bagian akar; di bawahnya terdapat gambaran
radiopak yang menggambarkan benih gigi 43.
 Terdapat celah diantara gigi 83 dan gigi 46, pada celah tersebut terdapat benih gigi 43,
44 dan 45 yang belum erupsi dan akarnya belum terbentuk sempurna yang ditunjukkan
dengan area radiolusen pada bagian bawah mahkota.
 Gambaran radiopak pada gigi 46 yang apikalnya telah tertutup sempurna dan terdapat
area radiolusen pada oklusal gigi 46.
 Gambaran radiopak pada benih gigi 47 dengan akar yang belum terbentuk sempurna
5. Diagnosis

Pemeriksaan gigi atau dental examination (Z01.2)

6. Rencana Perawatan
 Dental Health Education (DHE) berupa edukasi frekuensi dan cara sikat gigi yang
benar kepada anak dan peran orangtua untuk menjaga kesehatan gigi anak, serta
menjelaskan makanan yang dapat memicu karies.
 Preventif berupa: aplikasi topical fluor 3 bulan sekali, diberikan xylitol, melakukan
sealant, dan pengawasan terhadap lesi karies serta melakukan restorasi pada lesi
karies
 Pemberian konseling diet
 Restorasi gigi 53, 62, 63, 65, 46,64
 Pulpektomi gigi 55, 54
 Ekstraksi radix gigi 75
 Space maintainer antara gigi 36 dan74
II. PEMBAHASAN

1. Karies
Karies merupakan penyakit yang sering ditemukan pada rongga mulut. Penyakit ini

menyerang jaringan keras gigi, yaitu dentin, enamel dan sementum yang disebabkan

oleh aktivitas dari mikroba dalam karbohidrat yang terfermentasi. Aktivitas mikroba

tersebut dapat memicu terjadinya proses demineralisasi jaringan keras (Marwah, 2014).

Gambar 1. Karies

Karies dapat terjadi oleh sebab interaksi mikroorganisme, substrat, host, dan waktu.

Mikroorganisme yang sering ditemui pada penyakit karies adalah Streptococcus

mutans, Lactobacillus sp, dan Actinomycetes. Berikut adalah klasifikasi karies

(Marwah, 2014):

a. Berdasarkan kejadian

- Incipient: karies awal yang biasanya reversibel

- Rekuren : karies sekunder

- Residual : karies karena kesalahan dokter gigi

b. Berdasarkan kecepatan

- Akut : menyebar cepat

- Kronis : menyebar lambat

c. Berdasarkan lokasi

- Pit dan fisur


- Permukaan halus

- Permukaan akar

d. Berdasarkan arah

- Forward karies : ketika karies di enamel berbentuk V mengarah ke DEJ

- Backward karies: jika destruksi karies meluas hingga DEJ dan sedikit

melibatkan akar

e. Berdasarkan usia

- Early childhood caries

- Adolescent caries

- Senile caries

f. Berdasarkan jumlah keterlibatan permukaan

- Simple: satu permukaan

- Compound: 2 permukaan

- Complex: lebih dari 2 permukaan

g. Berdasarkan tipe permukaan

- Oklusal

- Proksimal

Karies dapat terjadi akibat interaksi bakteri dengan substrat yang kariogenik

sehingga menyebabkan penurunan pH. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan

tentang terjadinya karies (Marwah, 2014):

a. Legenda cacing pada gigi

Teks ini ditemukan dari kota kuno di Lembah Efrat di era Mesopotamia sekitar

5000 SM. Obat sakit gigi pada periode ini sebagai berikut: “Campur bir, tanaman

sa-kil-bir dan minyak bersama-sama, ulangi di atasnya mantra tiga kali dan taruh di
gigi.". Masyarakat di Cina dan Mesir menggunakan metode pengasapan, yang

terdiri dari daun bawang yang dibakar dan hyoscyamus.

b. Teori humoral

Teori ini mengungkapkan ketidakseimbangan dari empat unsur tubuh yaitu

darah, dahak, empedu hitam dan empedu kuning, sehingga mengakibatkan

penyakit. Menurut Galen, bahasa Yunani kuno dokter dan filsuf, 'karies gigi

diproduksi' oleh aksi internal asam dan korosi unsur tersebut. Obat yang digunakan

harus terdiri dari obat-obatan lokal atau umum sesuai dengan keadaan dan juga

memberikan penguatan gigi dengan penggunaan astringen dan obat tonik.

c. Teori vital

Sebuah teori vital dari Hippocrates, Celsius, Galen dan dokter pada abad

pertengahan, merumuskan teori bahwa kerusakan gigi berasal dari gangren tulang

di dalam gigi itu sendiri.

d. Teori kimia

Teori yang diusualkan oleh Robertson pada tahun 1835 bahwa kerusakan gigi

disebabkan oleh asam yang dibentuk oleh fermentasi partikel makanan di sekitar

gigi. Fermentasi dianggap sebagai proses yang ketat nonvital dan keterlibatan

bakteri belum diakui.

e. Miller’s Chemoparasitic Theory

Teori yang mengemukakan mikroorganisme di mulut melakukan sekresi enzim

atau dengan metabolisme sendiri dapat membentuk asam. Bahan makanan berupa

karbohidrat yang berada di permukaan gigi adalah sumber asam yang dapat

demineralisasi garam kapur pada gigi. Enamel dihancurkan oleh asam fermentasi

dan email yang hancur hilang karena pengunyahan. Selanjutkan destruksi pada

dentin hingga menembus sepanjang tubulus dentin, sehingga membentuk rongga.


Menurut Miller kerusakan gigi adalah proses kemoparasit yang terdiri dari dua

tahap yaitu: dekalsifikasi atau pelunakan jaringan dan pembubaran residu yang

melunak.

f. Teori proteolitik

Teori proteolitik dirumuskan oleh Gottlieb (1947), Frisbie, Nuckolls (1947) dan

Pincus (1950). Para peneliti menggambarkan karies seperti lesi yang dipicu oleh

aktivitas proteolitik pada pH yang sedikit basa, dan dianggap bahwa proses tersebut

melibatkan depolimerisasi dan pencairan dari matriks organik email. Gottlieb

mengusulkan mikroorganisme menyerang jalur organik email dan membentuk

karies dengan proteolitik.

g. Teori proteolysis-chelation

Teori ini dikemukakan oleh Schatz et al. pada tahun 1955 yang menyatakan

degradasi mikroba simultan dari bahan organic karena proteolysis dan

demineralisasi gigi dengan proses chelation. Menurut dengan teori proteolysis-

chelation, karies gigi terjadi karena aksi bakteri dan enzimatik, proteolitik awal

pada bahan organik email tanpa diawali demineralisasi. Aktivitas ini menghasilkan

lesi karies awal dan pelepasan asam amino, polifosfat, dan asam organic yang

selanjutnya melarutkan kristal apatit.

h. Complexing and Phosphorylation Theory

Teori ini menyatakan bahwa pemanfaatan fosfat bakteri yang tinggi dalam plak

menyebabkan gangguan lokal pada keseimbangan di plak dan email gigi, sehingga

menghilangkan fosfat anorganik dari email. Senyawa kalsium larut yang

menyebabkan disintegrasi gigi.

Kurva Stephen
Kurva Stephen menjelaskan mengenai pH. Grafik tersebut memiliki empat

landmark yaitu: pH istirahat, penurunan pH yang cepat, pH kritis, dan fase pemulihan

(Marwah, 2014).

a. pH istirahat

Fase ini menggambarkan plak yang belum terjadi fermentasi karbohidrat kira-

kira 2 jam dan memiliki pH antara 6 dan 7. Pada fase ini nilai pH plak untuk individu

cenderung stabil namun akan berbeda pada individu yang mengkonsumsi

antibiotik.

b. Penurunan pH yang cepat

Setelah plak gigi terpapar fermentasi karbohidrat, maka pH menurun dengan

cepat. Penurunan pH disebabkan oleh mikroba plak gigi. Jika mikroba lebih

asidogenik, maka bakteri aciduric hadir dalam plak dan pH akan turun lebih cepat.

Laju penurunan pH juga tergantung pada kecepatan bakteri plak untuk

memetabolisme karbohidrat makanan. Selain itu sukrosa akan dimetabolisme

secara cepat, sehingga terjadi penurunan yang lebih cepat. Faktor lain yang

mempengaruhi tingkat penurunan pH adalah kapasitas buffer dari saliva yang tidak

distimulasi. Tingkat penurunan pH plak juga dipengaruhi oleh kepadatan plak.

c. pH kritis

Fase pH kritis memungkinkan hidroksiapatit dalam email gigi larut. Level pH

pada fase ini berkisar5,5.

d. Fase pemulihan

Fase ini membutuhkan waktu 30 hingga 60 menit untuk kembali ke pH

normalnya ( pH 6.3–7.0).
Gambar 2. Kurva Stephen pada kondisi gigi yang sehat, karies aktif, dan

karies inaktif.

2. Dental Health Diet Score


Dental Health Diet Score adalah alat skrining yang dapat mengungkapkan

potensi diet berdampak buruk terhadap kesehatan gigi pasien. Pada dasarnya, skor ini

memberikan poin yang diperoleh sebagai hasil dari asupan makanan yang cukup dari

masing-masing kelompok makanan ditambah poin makanan yang dikonsumsi

kemudian dikurangi skor makanan terlalu manis. Perbedaannya adalah Dental Health

Diet Score. Berikut langkah untuk melakukan skoring (Chour dan Chour, 2014;

MArwah 2014; Pillai dkk, 2020):

 Step 1: Membuat daftar menu yang dimakan untuk memastikan asupan harian rata-

rata dan mencatat waktu kapan makanan atau kudapan dimakan, jumlah yang

tertelan, bagaimana makanan disiapkan, dan jumlah gula yang ditambahkan.

 Step 2: Melingkari makanan yang telah dimaniskan dengan tambahan gula,

kemudian klasifikasikan makanan yang tidak dilingkari dan hitung intake dengan

diberikan tanda centang. Jumlah tanda “√” dikalikan dengan nilai yang telah tertera

di kolom “no. of servings”. Jumlah poin maksimal adalah 96.


 Step 3: Membagi daftar makanan tersebut ke dalam beberapa kelompok makanan

sesuai dengan zat yang terkandung di dalamnya. Data ini disebut nutrition score

(NS). Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa banyak gizi yang terkandung

dalam makanan yang dikonsumsi. Perfect score dari NS adalah 56.

 Step 4: Membuat daftar makanan manis dan bergula, dan frekuensi konsumsinya,

kemudian klasifikasi masing-masing menjadi cair, padat dan lengket atau larut

perlahan.

 Step 5: Menghitung skor Dental Health Diet Score dengan menjumlahkan Food

group score dan skor nutrisi dikurangi sweet score.


Rentang nilai :

3. Diet Untuk Mencegah Karies Gigi

Program pemberian nutrisi untuk pencegahan karies gigi didasarkan pada efek dari

berbagai nutrisi dan praktik produksi makanan, sehingga perlu memperhatikan 4 aturan

pembuatan menu diet (Marwah, 2014):

- Mempertahankan kecukupan nutrisi secara keseluruhan dengan berpegang pada

panduan makanan harian U.S Departement of Agriculture (USDA)

- Diet yang ditentukan harus berbeda dari diet normal dengan pola sesedikit mungkin.

- Diet harus memenuhi kebutuhan tubuh untuk nutrisi penting.

- Diet yang ditentukan harus mempertimbangkan dan mengakomodasi kesukaan dan

ketidaksukaan pasien, kebiasaan makan, dan faktor lingkungan lainnya selama

tidak mengganggu tujuan

Diet dan nutrisi memainkan peran penting dalam karies pada anak-anak. Cara

terbaik untuk mencegah penyakit adalah dengan mengambil tindakan pencegahan dini

seperti menggunakan fluoride, makan makanan bergizi, dan menyikat gigi dengan

benar. Fluorida mengurangi risiko karies tetapi tidak menghilangkannya. Agen ini

membantu remineralisasi email gigi. Fluorida dikonsumsi dalam jumlah kecil oleh

manusia dan dapat juga terjadi secara alami di lingkungan. Paparan fluorida yang

berlebihan dapat menyebabkan fluorosis gigi. Anak-anak sebaiknya dibatasi untuk


pemberian susu botol pada malam hari. Hal ini untuk mengurangi risiko terjadinya

karies karena botol susu (Tungare dan Paranjpe, 2020).

Frekuensi konsumsi gula harus dibatasi dan tidak boleh lebih dari 4 kali sehari. Soda

dan minuman berenergi yang mengandung asam sitrat dan fosfat dapat menyebabkan

demineralisasi email gigi. Selain itu, tindakan menyikat dan berkumur secara teratur,

menggunakan sedotan, dan permen karet bebas gula dapat membantu mencegah efek

berbahaya dari karbohidrat cair yang dapat difermentasi (Tungare dan Paranjpe, 2020).

Lemak dan protein dalam makanan membantu melindungi gigi dari gula yang

menempel pada gigi. Produk susu yang kaya akan kalsium dan fosfor membantu

remineralisasi dengan mencegah pH mulut turun di bawah 5,5 Nutrisi yang baik

membantu mencegah infeksi dan penyakit periodontal. Makanan yang renyah dan

berserat meningkatkan aliran air liur yang memiliki sifat antibakteri. Konsumsi

makanan yang berserat membutuhkan lebih banyak mengunyah sehingga menghasilkan

aliran saliva yang lebih banyak dan terjadi peningkatan kapasitas buffering. Hal ini

akan lebih efektif menetralisir asam plak dan membantu pembersihan sisa makanan

(Tungare dan Paranjpe, 2020).

Panduan makanan harian USDA membagi makanan yang biasa dimakan menjadi

lima kelompok sesuai dengan nutrisinya masing-masing, yaitu: (1) sayuran-buah, (2)

roti-sereal, (3) susu-keju, (4) daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan, dan (5)

lemak, permen, dan alcohol (Marwah. 2014).

a. Sayur dan buah

Sayuran dan buah-buahan penting karena menyumbangkan vitamin A dan C

dan serat serta jumlah nutrisi lainnya.

- Sayuran berwarna hijau tua dan kuning tua merupakan sumber vitamin A yang

baik
- Sebagian besar sayuran hijau tua, jika tidak terlalu matang, merupakan sumber

vitamin C serta riboflavin, folat asam, besi, dan magnesium.

- Satu porsi grup ini adalah setengah cangkir sayur atau buah, atau porsi seperti

yang biasa disajikan, seperti satu ukuran sedang apel, atau kentang; satu

mangkuk salad; atau setengah dari jeruk bali ukuran sedang.

Apel mengandung tanin yang memiliki sifat anti adhesi yang dapat menghambat

beberapa bakteri berikatan satu sama lain dan menghasilkan plak gigi. Sifat asam

apel merangsang aliran air liur, sehingga kecepatan aliran meningkat, pH saliva

meningkat dan buffer sangat meningkat. Selain buah apel dapat juga mengkonsumsi

cranberry. Cranberry atau buah berry adalah sumber flavonoid yang baik. Studi

pendahuluan telah menunjukkan bahwa cranberry dapat menurunkan jumlah S.

mutans dalam air liur (Bhola dan Palta, 2020).

b. Roti dan sereal

Kelompok roti dan sereal adalah sumber nutrisi yang mudah ditemukan.

Berbagai macam biji-bijian sereal tersedia, termasuk gandum, beras, jagung, rye,

oat, dan barley. Roti dan sereal gandum utuh atau mengandung sejumlah besar

vitamin B dan zat besi. Roti dan sereal juga menyediakan protein, dan merupakan

sumber nutrisi dalam diet vegetarian. Produk gandum utuh juga menyumbang

magnesium dan serat. Banyak sereal sarapan yang diperkaya dengan tingkat nutrisi

lebih tinggi daripada yang terjadi pada biji-bijian alami. Rekomendasi perhari

adalah empat porsi roti dan sereal, terutama dari produk gandum utuh. Satu porsi

hidangan yaitu 1 ons sereal siap saji, atau 1 cangkir sereal matang, tepung jagung,

bubur jagung, makaroni, mie, spageti, atau nasi, dan satu potong roti (Marwah,

2014).
Ekstrak kulit gandum mengandung faktor antibakteri, sebagian diidentifikasi

sebagai polifenol. Makanan gandum memiliki sifat protektif dan membutuhkan

lebih banyak pengunyahan sehingga merangsang peningkatan aliran air liur.

Kacang tanah adalah stimulan mekanis untuk aliran saliva yang baik (Bhola dan

Palta, 2020).

c. Susu dan keju

Produk susu merupakan bagian penting dari diet karena menyediakan sekitar

dua pertiga kalsium, setengah dari riboflavin, dan seperempat dari protein dalam

makanan yang dimakan. Susu rendah vitamin C dan zat besi, tetapi memasok lebih

banyak nutrisi penting lainnya. Porsi rata-rata adalah satu cangkir susu 8 ons atau

sekitar 1 inci kubus keju cheddar. Anak-anak dan remaja direkomendasikan untuk

mengkonsumsi 3 sampai 4 porsi setiap hari (Marwah, 2014).

Keju memberikan kalsium dan fosfat anorganik dalam jumlah tinggi yang

mengakibatkan berkurangnya demineralisasi enamel. Keju memberikan

menstimulasi aliran saliva yang dapat meningkatkan pembersihan makanan,

menghilangkan sumber yang dapat difermentasi karbohidrat, dan juga

menghasilkan aksi buffering yang menetralkan asam plak. Keju juga membantu

dalam penghambatan bakteri plak yang dapat mengurangi peran bakteri dan dengan

demikian mengurangi produksi asam (Bhola dan Palta, 2020).

Protein pada keju dapat mencegah karies dengan menyerap ke email permukaan

dan mengganggu difusi ionik pada email. Keju menghasilkan peningkatan pH plak,

sehingga mempercepat pengembalian pH plak ke netral. Kasein fosfopeptida-amorf

kalsium fosfat (CPP-ACP), yang ada dalam keju, juga dapat menyangga pH plak

dengan mengabsorbsi ke email gigi, yang dapat mengurangi kelarutan email dan

perlekatan bakteri (Bhola dan Palta, 2020).


d. Daging, unggas, ikan, dan biji-bijian

Kelompok makanan ini menyumbang protein, fosfor, niasin, vitamin B12 dan

zat besi, namun hanya makanan yang berasal dari hewan yang menyediakan vitamin

B12. Dalam kelompok ini, jeroan (hati, jantung, dan ginjal) memiliki nilai gizi yang

tinggi. Taimin lebih banyak ditemukan pada daging babi disbanding daging hewan

lainnya. Selain itu, ikan, unggas, dan telur adalah makanan berprotein lengkap dan

dapat digunakan sebagai setara daging. Daging merah dan tiram adalah sumber seng

yang baik. Hati dan kuning telur adalah sumber vitamin A. Kacang kering, kacang

polong kering, kedelai, dan kacang-kacangan adalah sumber magnesium. Ikan dan

unggas memiliki lemak jenuh yang rendah. Bunga matahari dan biji wijen

berkontribusi asam lemak tak jenuh. Kolesterol ditemukan dalam konsentrasi tinggi

dalam organ hewan dan kuning telur, sedangkan ikan dan kerang kecuali udang

memiliki kolesterol yang relatif rendah. Jumlah yang disarankan pada kategori ini

adalah 2 porsi dengan perhitungan: 3 hingga 4 ons daging tanpa lemak yang

dimasak, atau ikan filet, 2 sendok makan selai kacang, dan 1 cangkir kacang, biji

wijen, atau biji bunga matahari dihitung sebagai 1 ons daging, unggas, atau ikan

(Marwah, 2014).

e. Lemak, permen, dan alkohol

Kelompok makanan ini menyediakan sebagian besar kalori. Makanan yang

termasuk dalam kelompok adalah mentega, margarin, mayones, saus salad, lemak

dan minyak lainnya; permen, gula, selai, jeli, sirup, topping manis, minuman ringan

dan minuman bergula tinggi; anggur, bir, dan minuman keras. Produk tepung

olahan yang digunakan sebagai bahan dalam makanan siap saji juga termasuk dalam

kelompok ini. Makanan dalam kelompok minyak nabati ini memasok vitamin E dan

asam lemak esensial dan margarin dan mentega yang menyediakan beberapa
vitamin A. Kelompok ini tidak memiliki porsi yang direkomendasikan (Marwah,

2014).

4. Diet Yang Memicu/Memperparah Karies Gigi

Makanan yang dikonsumsi dapat juga memicu atau memperparah karies.

Berikut adalah makanan yang sebaiknya dikurangi (Bhola dan Palta, 2020):

a. Susu

Susu mengandung 4% -5% laktosa disakarida yang dapat difermentasi oleh bakteri

biofilm. Biasanya, sukrosa menurunkan pH plak menjadi <5,0 sementara laktosa

menurunkan pH menjadi 6.0.

b. Yogurt

Penurunan awal pH plak disebabkan oleh sifat asam yoghurt (pH 4,0-4,5). Kenaikan

pH terjadi setelah 20 dan 30 menit karena kapasitas buffering yang merangsang air

liur dan kandungan laktosa yang rendah pada yoghurt karena fermentasi.

Peningkatan pH juga disebabkan adanya kandungan CPP pada yogurt lebih tinggi

dari susu. Hal ini karena aktivitas proteolitik mikroorganisme yang terkandung

dalam yoghurt, serta peptida dan asam amino yang dihasilkan oleh hidrolisis kasein.

Keduanya berpotensi menghasilkan kenaikan pH dalam plak pada katabolisme dan

mencegah demineralisasi.

c. Pepsi

Minuman ringan tidak hanya mengandung gula tetapi juga asam organik sehingga

dapat menjadi penyebab ekstrinsik dalam perkembangan erosi gigi. Penggunaan

jangka panjang dan sering dari minuman asidogenik menyebabkan pH plak rendah

dan demineralisasi. Namun, berbagai faktor inang seperti laju aliran saliva,

kapasitas buffer, dan pH, serta konsentrasi kalsium dan fosfat dalam air liur dan
frekuensi asupan cairan dapat mempengaruhi kecepatan erosi. Residu minuman

akan hilang setelah 10-15 menit.

d. Minuman buah

Buah-buahan dan jus buah dapat mengandung berbagai asam yang berpotensi

merusak gigi. Minuman buah (minuman mangga) menyebabkan penurunan pH

maksimum terjadi pada 0 menit (6,08 ± 0,09) dan rata-rata laju aliran saliva

maksimum pada 0 menit (1,88 ± 0,49). Residu minuman buah akan tetap dirongga

mulut selama 15 menit.

e. Kopi

Kopi dapat menurunkan pH saliva dan kopi akan hilang dari rongga mulut pada

10-15 menit setelah mengkonsumsi.

5. Konseling

Konseling diet merupakan salah satu bentuk tindakan preventive yang

dilakukan oleh dokter gigi pada pasien. Setelah mengetahui skor DHDS pasien, riwayat

karies dan faktor-faktor predisposisi lainnya seperti kebiasaan pasien dan pola

konsumsi pasien, maka konseling diet dapat dilakukan. Konseling diet ini bergantung

pada usia anak, masalah yang dievaluasi, kondisi sosial ekonomi dan ketersediaan

waktu pasien dan keluarganya. Konseling diet yang diberikan termasuk edukasi

makanan, serta penerapan jam makan yang tepat untuk anak. Pada kasus dapat

diberikan edukasi makanan berupa kelompok makanan kariogenik dan non kariogenik

Konseling memperhatikan food guide pyramid (pada kasus adalah anak usia 8 tahun)

(Marwah, 2014; Soumalya et al,2018)


DAFTAR PUSTAKA

1. Marwah N. 2014. Textbook of Pediatric Dentistry. 3rd ed. Jaypee Brothers Medical
Publishers
2. Tungare S, Paranjpe AG. Diet and Nutrition To Prevent Dental Problems. [Updated 2020
Aug 11]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-
. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534248/
3. Bhola M, Palta S, Cariogenicity Of Various Food Products And Its Oral Clearance –A
Review Article, International Journal of Medical and Biomedical Studie, 2020; 4(6): 1-5
4. Pillai GR, Abraham RA, George S, dkk., Evaluating Relationship between Caries Status
and Body Mass in Children and Need for Diet Counseling – A Cross-Sectional Study. J
Oral Health Dent, 2020; 3(2): 201-207
5. Chour GV, Chour RG, Diet Counselling – A Primordial Level of Prevention of Dental
Caries., Journal of Dental and Medical Sciences, 2014; 13(1) Ver.II: 64-70
6. Soumalya, D., et al, 2018, Importance of Diet Counselling to Prevent Dental Caries- A
Review Paper, Sch. J. Dent. Sci., 5(3):124-132.

Anda mungkin juga menyukai