Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN KASUS

ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK


REQUIREMENT :DENTAL HEALTH EDUCATION TOPIK 2

Dosen Pembimbing:
drg. Riski Amalia Hidayah, MPH

Nama Mahasiswa/ NIM:


Putri Silvia Nurcahyani/ G4B020055

Angkatan Koas :17

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO

2021
BORANG PENILAIAN DISKUSI KASUS
ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
Requirement: DENTAL HEALTH EDUCATION TOPIK 1
Penentuan Skala Perilaku, Pemeriksaan Rongga Mulut, dan Deposit pada Permukaan Gigi

Nama Mahasiswa : Putri Silvia Nurcahyani


NIM : G4B020055
Angkatan Koas : 17
Tanggal Aspek Penilaian Capaian* Feedback Pedoman Penilaian
1. Penilaian Skala 1 / 2 / 3 / 4 / 5 * Lingkari yang sesuai
Perilaku 1= sangat kurang 5= sangat baik
a. Penilaian skala <66: Belum kompeten
perilaku sesuai 66: Kompeten dalam diskusi/
Frankl keterampilan > 4x perbaikan, hasil
b. Menentukan cukup
skala perilaku 70: Kompeten dalam diskusi/
sesuai Frankl simulasi kasus setelah>2x
2. Assessment Awal 1 / 2 / 3 / 4 / 5 perbaikan, hasil cukup
Pasien 73: Kompeten dalam diskusi/
Menjelaskan hasil simulasi kasus setelah>2x
pemeriksaan perbaikan, hasil baik
subjektif, Anamnesis 78: Kompeten dalam proses
lengkap (CC, PI, diskusi/ simulasi kasus setelah 1-
PDH, PMH, FH, 2x perbaikan
SH) ≥80: Langsung kompeten dalam
proses diskusi/ simulasi kasus
3. Menjelaskan Hasil 1 / 2 / 3 / 4 / 5 NILAI NILAI
Pemeriksaan DISKUSI RESUME
Objektif
a. Intraoral:
Membuat
odontogram
dengan baik
sesuai skenario
b. Pemeriksaan
penunjang
lainnya(jika ada)
4. Diagnosis 1/2/3/4/5 DPJP
Menjelaskan drg. Riski Amalia Hidayah,
diagnosis setiap MPH
kondisi gigi
5. Rencana 1/2/3/4/5 TTD
Perawatan
Menentukan rencana
perawatan sesuai
dengan urutan
DENTAL HEALTH EDUCATION TOPIK 2

I. Analisa Kasus

Seorang pasien laki-laki usia 6,5 tahun datang bersama ibunya ke RSGM dengan
keluhan ingin menambal gigi belakang yang berlubang. Ibu pasien menceritakan anaknya
seringkali mengeluhkan nyeri pada gigi tersebut. Pasien belum pernah ke dokter gigi dan
saat datang pasien terlihat pendiam dan tegang. Menurut cerita orang tua pasien, anaknya
sulit sekali jika disuruh menyikat gigi dan anaknya senang mengonsumsi makanan manis
setiap hari lebih dari 3 kali. Riwayat kelainan sistemik baik pada anaknya maupun
keluarganya. Ibu pasien adalah seorang guru dan Ayah pasien adalah pegawai kelurahan.

A. Identitas pasien
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 6,5 tahun
B. Pemeriksaan Subjektif
1. Chief Complain (Keluhan utama) :
Pasien datang bersama ibunya ke RSGM dengan keluhan ingin menambal gigi
belakang yang berlubang
2. Present Illness (Riwayat Penyakit sekarang) :
Ibu pasien menceritakan anaknya seringkali mengeluhkan nyeri pada gigi tersebut.
3. Past Medical History (Riwayat penyakit medis dahulu) :
Pasien tidak memiliki riwayat kelainan sistemik
4. Past Dental History (Riwayat penyakit dental dahulu) :
Pasien belum pernah ke dokter gigi dan saat datang ke dokter gigi, pasien terlihat
pendiam dan tegang
5. Family History (Riwayat Penyakit Keluarga) :
Tidak memiliki riwayat kelainan sistemik pada keluarganya
6. Social History (Riwayat Kebiasaan)
Ibu pasien menceritakan anaknya sulit sekali jika disuruh menyikat gigi dan
anaknya senang mengonsumsi makanan manis setiap hari lebih dari 3 kali. Ibu
pasien adalah seorang guru dan Ayah pasien adalah pegawai kelurahan.
C. Pemeriksaan Objektif
1. Keadaan umum : Tidak ada keterangan
2. Pemeriksaan Ekstraoral : Tidak ada keterangan
3. Pemeriksaan Intraoral:

Gambar 1. Foto Intraoral pasien

Berdasarkan pemeriksaan intraoral, didapatkan hasil sebagai berikut:

Elemen Kedalaman Karang


Vitalitas Palpasi Perkusi Mobilitas Plak Debris
Gigi Karies Gigi
16 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
55 karies media (+) (-) (-) (-) 1 2 0
54 karies media (+) (-) (-) (-) 1 2 0
53 karies superfisial (+) (-) (-) (-) 1 1 0
11 partial erupsi (+) (-) (-) (-) 0 0 0
63 karies superfisial (+) (-) (-) (-) 1 1 0
64 karies profunda (-) (-) (-) (-) 1 2 0
65 karies media (+) (-) (-) (-) 1 2 0
26 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
36 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
75 karies media (+) (-) (-) (-) 1 2 0
74 karies media (+) (-) (-) (-) 1 2 0
73 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
72 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
31 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
41 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
82 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
83 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
84 karies media (+) (-) (-) (-) 1 2 0
85 karies profunda (-) (-) (-) (-) 1 2 0
46 sound (+) (-) (-) (-) 1 1 0
C. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada keterangan
D. Diagnosa (ICD 10)
Berdasarkan pemeriksaan subjektif dan objektif diagnosis pasien adalah sebagai
berikut:
Elemen Kode Rencana perawatan
Kedalaman karies Diagnosis
gigi ICD-10 setiap gigi
55 Karies media Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
54 Karies media Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
53 Karies superfisial Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
63 Karies superfisial Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
64 Karies profunda Nekrosis K04.1 Pulpektomi dan
restorasi indirect
65 Karies media Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
75 Karies media Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
74 Karies media Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
84 Karies media Pulpitis reversible K04.01 Restorasi direct
85 Karies profunda Nekrosis K04.1 Pulpektomi dan
restorasi indirect

E. Rencana perawatan

1. Penilaian risiko karies pada anak


2. Dental Health Education dilakukan dengan memberikan infomasi kepada pasien
dan orangtua pasien mengenai pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut,
penyebab terjadinya karies serta pilihan perawatan yang dapat dilakukan.
Penyampaian pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada anak-anak harus dibuat
semenarik mungkin sehingga nantinya dapat mengajarkan dan mendidik anak
melakukan kebiasaan pemeliharaan kesehatan gigi yang dapat mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut
3. Informed consent
4. Perawatan restorasi direct pada gigi 55, 54, 53, 63, 65, 75, 74, dan 84.
Restorasi direct dilakukan dengan menggunakan glass ionomer cement tipe IX
(Pediatric GIC) karena bahan ini memiliki kekuatan yang tinggi, tahan aus,
bersifat fluor release sehingga dapat mencegah karies sekunder.
5. Perawatan pulpektomi dan restorasi indirect SSC pada gigi 64 dan 85.
Pulpektomi membantu untuk mempertahankan gigi desidui yang nekrosis
sehingga gigi desidui dapat berfungsi hingga waktu normalnya tanggal tanpa
mempengaruhi benih gigi permanen atau mempengaruhi kesehatan pasien. SSC
menjadi bahan restorasi pilihan dalam perawatan gigi sulung dengan kerusakan
gigi yang luas karena dapat menutupi seluruh mahkota gigi dan membentuk
kembali bentuk anatomi gigi serta lebih tahan lama dibandingkan restorasi
lainnya.
6. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai cara menjaga kebersihan
mulut dengan menyikat gigi minimal dua kali sehari (setelah sarapan pagi dan
sebelum tidur malam) dengan menggunakan sikat gigi bulu halus dan pasta gigi
yang mengandung fluor, pola diet makanan, serta diinstruksikan kepada pasien
dan orang tua pasien untuk melakukan kontrol 1 minggu pasca tindakan.

Dental health education (DHE) dilakukan dengan langkah sebagai berikut:


1. Anamnesis
2. Komunikasi kepada wali pasien mengenai diagnosa, prosedur perawatan yang
akan dilakukan.
3. Persiapan alat dan bahan
a. Alat
Model gigi, sikat gigi dan gelas kumur.
b. Bahan
Pasta gigi.
4. Mengajak pasien untuk duduk dengan nyaman.
5. Edukasi pasien untuk menggosok gigi minimal 2 kali sehari, pagi setelah sarapan
dan malam hari sebelum tidur.
6. Menggunakan model gigi, simulasikan cara menggosok gigi yang baik dan benar
dengan bahasa yang mudah dipahami
a. Basahi sikat gigi
b. Meletakkan pasta gigi anak sebesar biji jagung pada ujung sikat gigi
c. Membersihkan permukaan gigi depan dari atas kebawah mengikuti warna gusi
dan gigi yaitu merah putih.
d. Membersihkan samping kanan kiri gigi dengan gerakan memutar atau bulat-
bulat
b. Membersihkan seluruh permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi sebelah
kanan dan kiri dengan gerakan maju mundur. Lakukan pada rahang atas
terlebih dahulu di lanjutkan dengan rahang bawah.
c. Membersihkan permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit –
langit dengan menggunakan tehnik modifikasi Bass untuk lengkung gigi
sebelah kanan dan kiri dan lengkung gigi depan dengan cara vertikal dengan
gerakan menarik dari gusi kearah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang atas
terlebih dahulu dan di lanjutkan dengan rahang bawah.
d. Bersihkan lidah dengan sikat gigi, dari arah belakang ke depan untuk
membersihkan bakteri yang ada di permukaan lidah, permukaan lidah yang
kasar dan berpapil membuat bakteri mudah menempel.
e. Kumur 2x dengan air mengalir
7. Instruksikan pasien untuk mengulang kembali cara yang sudah diperagakan pada
model gigi.
8. Ajak pasien untuk melakukan secara langsung teknik menyikat gigi yang baik
dan benar menggunakan sikat gigi dan pasta gigi.
9. Edukasi kembali pada pasien untuk menjaga kebersihan mulut, makanan, dan
kunjungan ke dokter gigi 6 bulan sekali
10. Komunikasikan kepada orang tua untuk melakukan kontrol dan rencana
perawatan ke depan.

II. Pembahasan
Terdapat berbagai macam indeks yang digunakan untuk menilai kebersihan mulut,
diantaranya sebagai berikut:
A. OHI (Oral Hygiene Index)
Oral Hygiene Index adalah indeks untuk mengukur daerah permukaan gigi yang
tertutup oleh debris dan kalkulus, dengan demikian OHI merupakan hasil penjumlahan
dari Debris Indeks (DI) dan Calculus Index (CI). Setiap indeks menggunakan skala
nilai dari 0-3. Pada penilaian ini semua gigi diperiksa baik gigi-gigi pada rahang atas
maupun bawah. Setiap rahang dibagi menjadi tiga segmen yaitu segmen 1 yang dimulai
dari distal kaninus sampai molar ketiga kanan rahang atas, segmen 2 yaitu di antara
gigi kanins kanan dan kiri, serta segmen 3 dimulai dari mesial kaninus sampai molar
ketiga kiri (Darby dan Walsh, 2015).

Gambar 2. Segmen Pemeriksaan OHI


Aturan yang dapat dilakukan penilaian skor OHI, yaitu :
1. Hanya gigi permanen yang erupsi penuh yang dinilai
2. Sebuah permukaan didefinisikan sebagai meliputi setengah lingkar gigi. Ini
mencakup seluruh area antara insisal atau oklusal, yaitu setengah dari mesial yang
berdekatan, permukaan distal dan puncak gingiva.
3. Debris rongga mulut dideteksi dengan menjalankan sickle/sonde di sepanjang
permukaan yang akan diperiksa.
4. Kalkulus yang berada di dalam sulkus gingiva dikatakan sebagai kalkulus
subgingiva
5. Tidak ada skor yang dituliskan jika tidak ada setidaknya 2 dari 6 permukaan dapat
diperiksa
6. Pemeriksaan dilakukan dari pemeriksaan debris terlebih dahulu kemudian
pemeriksaan kalkulus untuk menghindari penghilangan debris dari permukaan gigi
Syarat gigi yang tidak dapat dilakukan perhitungan jika (Narayan, 2015)
1. Gigi permanen belum erupsi sempurna
2. Memiliki restorasi crown penuh
3. Tinggi gigi berkurang karena karies, trauma ataupun atrisi

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris


0 Tidak ada debris atau stain
Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat
1
stain ekstrinsik di permukaan yang diperiksa.
Debris menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang di
2
periksa.
3 Debris menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa.

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus


0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan
servikal yang diperiksa.
2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus
subgingiva disekeliling servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan atau ada
kalkulus subgingiva yang kontinyu disekeliling servikal gigi.

Skor DI+ CI=

Hasil Skor OHI didapatkan berdasarkan rumus berikut :

OHI = DI + CI

Kriteria skor OHI:


0 - 2,4 = Baik
2,4 – 6,0 = Cukup
6,1 – 12 = Buruk
Analisis Kasus :
Berdasarkan kasus, pasien belum mencapai erupsi sempurna gigi permanen sehingga
tidak dapat dilakukan penilaian indeks kebersihan rongga mulut OHI.

B. Oral Hygiene Index (OHI-S)


Pengukuran OHI-S merupakan kombinasi antara Debris Index Simplified (DI-
S) dan Calculus Index Simplified (CI-S). Skor OHIS per individu didapat dari jumlah
total skor DI-S dan CI-S. OHI-S dilakukan dengan meletakkan sonde pada 1/3 insisal
atau oklusal gigi kemudian digerakkan kearah 1/3 gingiva dan dilakukan pada bagian
bukal gigi 16, 11, 26, 31 dan bagian lingual pada gigi 36 dan 46 dengan penilaian
sebagai berikut (Darby dan Walsh, 2015).
Kriteria Eksklusi :
1. Gigi belum erupsi sempurna
2. Memiliki restorasi mahkota penuh
3. Jika permukaannya berkurang ketinggiannya karena karies atau trauma atau atrisi

Gambar 3. Penentuan skor penilaian deposit permukaan gigi


Kriteria Penilaian Pemeriksaan Debris
0 Tidak ada debris atau stain
Debris menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal, atau terdapat
1
stain ekstrinsik di permukaan yang diperiksa.
Debris menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3 permukaan yang di
2
periksa.
3 Debris menutup lebih dari 2/3 permukaan yang diperiksa.

Kriteria Penilaian Pemeriksaan Kalkulus


0 Tidak ada kalkulus
1 Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan
servikal yang diperiksa.
2 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3
permukaan yang diperiksa, atau ada bercak-bercak kalkulus
subgingiva disekeliling servikal gigi
3 Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan atau ada
kalkulus subgingiva yang kontinyu disekeliling servikal gigi.

Hasil Skor OHI-S didapatkan berdasarkan rumus berikut :

OHI-S = DI-S + CI-S


Setelah dijumlahkan, hasil skor OHI-S dapat di golongkan kedalam kelompok
penilaian berikut (Darby dan Walsh, 2015).

0-1,2 Baik (Good)


1,3-3,0 Sedang (Fair)
3,1-6,0 Buruk (Poor)
Analisis Kasus :
Berdasarkan kasus, pasien belum mencapai erupsi sempurna gigi permanen sehingga
tidak dapat dilakukan penilaian indeks kebersihan rongga mulut OHI-S.
C. Personal Hygiene Performance-Modified (PHPM)
Indeks kebersihan gigi dan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified)
merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Indeks PHP (Patient Hygiene
Performance Index). Metode dari indeks PHP-M ini sering digunakan untuk
pemeriksaan kebersihan gigi dan mulut pada masa geligi campuran. Indeks PHP ini
untuk menilai debris, sedangkan indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif
(Sherlita dkk., 2017).
Pemeriksaan PHP-M menggunakan disclosing agent pada gigi yang sudah ditentukan.
(Sriyono and Sudibyo 2011). Indikator gigi yang diperiksa dengan indeks PHP-M :
1. Posterior kanan atas : Gigi paling posterior (55/16)
2. Anterior atas : Gigi kaninus atas kanan sulung atau permanen dapat menggunakan
gigi anterior lainnya jika gigi caninus tidak ada (53/13/gigi anterior)
3. Posterior kiri atas : Gigi molar satu atas kiri sulung atau premolar satu atas kiri
(64/24)
4. Posterior kiri bawah : Gigi paling posterior yang tumbuh (75/36)
5. Anterior bawah : Gigi kaninus kiri bawah sulung atau permanen, gunakan gigi
anterior lainnya jika gigi ini tidak ada (73/33)
6. Posterior kanan bawah : Gigi molar satu kanan bawah sulung atas premolar satu
kanan bawah (84/44).

Keterangan Gambar :
A : area 1/3 gingival dari area tengah
B : area 1/3 tengah dari area tengah
C : area 1/3 insisal/oklusal dari area tengah
D: area distal
E : area mesial
Gambar 4. Permukaan gigi bagian bukal dan lingual

Cara pengukuran indeks PHP-M, yaitu (Sandy dkk., 2016) :


1. Penilaian indeks PHP-M dengan membuat garis imaginer pada permukaan bukal
dan lingual
2. Pemeriksaan PHP-M menggunakan disclosing agent sebagai indicator plak gigi
3. Pada area yang ditemukan plak diberikan skor 1, jika tidak ada plak diberikan skor
0
4. Skor tertinggi pada setiap gigi adalah 10, dan terendah adalah 0. Skor rerendah 0
dan tertinggi 60
Kategori pengukuran skor PHP-M adalah sebagai berikut:
Baik: 0-20
Sedang: 21-40
Buruk: 41-60 (Wilhelm, K. 2020).
Analisa kasus:
Gigi 16 + 53 + 64 + 36+ 73+ 84 = 1+1+1+1+1+1= 6
Berdasarkan penilaian, didapatkan nilai 6 termasuk kategori baik.
D. The Plaque Control Record (O’Leary)
Indeks ini diciptakan untuk memudahkan praktisi untuk merekam adanya plak pada
permukaan seluruh gigi pasien menggunakan disclosing agent. Permukaan yang
diperiksa adalah mesial, distal, bukal, dan lingual/palatal. Langkah-langkah melakukan
skoring plak sebagai berikut (Darby dan Walsh, 2015).
a) Larutan disclosing diaplikasikan di seluruh permukaan gigi.
b) Pasien di instruksikan untuk berkumur.
c) Memeriksa seluruh permukaan gigi yang terwarnai menggunakan ujung probe atau
sonde dan gigi yang memiliki deposit lunak pada dentogingival junction.
d) Jika terlihat adanya plak di salah satu permukaan, maka diberi skor 1, sedangkan
apabila tidak ada plak, maka diberi skor 0.
e) Hasil penilaian plak diperoleh dengan menjumlahkan skor plak pada setiap
permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi berkisar 0-4.
f) Bagian yang terwarnai dicatat dalam lembar Plaque Control Record dengan cara
diwarnai dengan menggunakan warna merah pada area yang sesuai
(mesial/distal/bukal/lingual).
g) Indeks plak diukur dengan rumus:
Hasil penilaiannya dikategorikan sebagai berikut:
Excellent hygiene: 0-20%
Good hygiene: 21-40%
Fair hygiene: 41-60%
Poor hygiene: 61-100% (Marya, 2012)
Analisis Kasus :
Berdasarkan kasus, pasien belum mencapai erupsi sempurna gigi permanen sehingga
tidak dapat dilakukan penilaian indeks kebersihan rongga mulut O’Leary
Daftar Pustaka

Darby, M.L. dan Walsh, M., 2015. Dental Hygiene: Theory and Practice. 4thed. St. Louis:
Elseiver. pp. 260-261.

Marya, C M., 2012, A Practical Manual of Public Health Dentistry, New Delhi, Jaypee
Brothers Medical Publishers.

Narayan, D. P., 2015. Clinical Manual for Public Health Dentistry And Practical Record
Book. Philadelphia: Jaypee Brothers Medical Publishers.

Sandy, L. P. A., Priyono, dan Widyanti, 2016, "Pengaruh Pelatihan Menggosok Gigi dengan
Pendekatan Program Pembelajaran Individual (PPI) Terhadap Peningkatan Status
Kebersihan Gigi dan Mulut pada Anak Disabilitas Intelektual Sedang." Majalah
Kedokteran Gigi Indonesia 2 (2): 80-85 .

Sherlyta, M., Wardani, R., Susilawati, S., 2017. Tingkat kebersihan gigi dan mulut siswa
Sekolah Dasar Negeri di desa tertinggal Kabupaten Bandung. J. Kedokteran Gigi
UNPAD, 29(1): 72.

Wilhelm, K. 2020. Dental Hygiene Theory and Practice. Canada: Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai