DESENTISASI
Disusun Oleh :
Tara Delphinia 04114707022
1
I. INFORMASI KASUS
Anamnesa
Pasien mengeluhkan gigi depan bawah dan gigi atssnya ngilu saat minum-
minuman dingin sejak beberapa bulan yang lalu. Semakin lama semakin tajam
ngilunya sehingga pasien ingin giginya dirawat agar tidak ngilu lagi.
2
Riwayat Kesehatan Umum
Pemeriksaan Gigi
setelah menyikat gigi 81 %. Probe Bleeding Index (PBI ) pasien baik yaitu 0,11.
ngilu di gigi 14, 34, 33, 44, 45. Hipersensitif terutama pada permukaan labial gigi.
3
Gambaran klinis
penurunan (resesi),
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Pemeriksaan Radiografik
tulang alveolar horizontal pada gigi dan kerusakan tulang alveolar vertical pada
gigi
Pemeriksaan Klinis
Bibir : Normal
4
Lidah : Normal
Palatum : Normal
Oropharyngeal : Normal
Saliva : Normal
Kel.Limfe : Normal
Frenulum : Normal
Etiologi
Etiologi dari kasus ini adalah kesalahan penyikatan gigi. Penyikatan gigi
yang dilakukan terlalu keras sehingga menimbulkan trauma pada gingiva yang
Diagnosa
etiologi, maka diagnosa dari kasus ini adalah Hipersensitivitas dentin pada gigi
14, 34, 33, 44, 45 dengan resesi gingival kelas III menurut Miller yaitu Resesi
tepi jaringan meluas sampai atau keluar garis mukogingiva. Terdapat kerusakan
tulang dan jaringan lunak di daerah interdental, atau keadaan gigi malposisi.
5
Prognosa
tinggi, memiliki motivasi yang tinggi, pasien juga mau menerima edukasi,
instruksi kontrol plak, dan pasien mempunyai latar belakang sosial yang baik.
gingiva oleh penyikatan gigi yang kurang baik, dengan pemberian edukasi yang
baik tentang tata cara penyikatan gigi yang baik dan pemberian fluokal untuk
mengurangi ngilu pada gigi tersebut di harapkan hasil perawatan yang baik.
6
II. RENCANA PERAWATAN
Fase I (Etiotropik)
Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi)
Scalling dan root planning
Desensitisasi
Evaluasi
Kontrol plak
(tidak berhasil) (berhasil)
Reevaluasi
Reevaluasi Pem. subjektif dan objektif
Kontrol plak
7
III. PENATALAKSANAAN
instruksi mengenai pemeliharaan gigi dan kebersihan mulut, serta penyikatan gigi
(fluokal) pada bagian servical gigi yang mengalami resesi dan ngilu. Yang
selanjutnya akan dilakukan kontrol sebanyak 3 kali. Yang dilakukan saat kontrol
Bleeding Indeks (PBI), Foto intra oral, pemeriksaan poket, dan pemeriksaan
HYG.
- Alat :
a. Kaca mulut
b. Sonde
c. Ekskavator
- Bahan :
a. Aquadest
c. Fluocal
d. Disklossing solution
8
2. Persiapan Pasien
3. Persiapan operator
dentin
4. Persiapan Asisten
desentisasi
5. Langkah kerja
mengambil bahan
menit
9
d. Jika menggunakan semen ionomer kaca pada bagian gigi yang abrasi
dikeringkan
b. Penggunaan sikat gigi yang lembut dan menyikat gigi dengan teknik
7. Kontrol
PBI = 0 (ringan)
Edukasi pasien
PBI = 0 (ringan )
Edukasi pasien
10
Kontrol ketiga ( 22 April 2014 )
PBI = 0 (ringan)
Edukasi pasien
Tes
14 33 34 44 45
Hipersensitif
Sondasi + + + + +
Air syringe + + + + +
CE + + + + +
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
2014 )
Tes
14 33 34 44 45
Hipersensitif
Sondasi - + - - +
Air syringe - + - - +
CE + + - + +
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
11
Kontrol kedua ( 25 Februari 2014 )
Tes
14 33 34 44 45
Hipersensitif
Sondasi - - - - -
Air syringe - - - - -
CE + + - + -
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
Tes
14 33 34 44 45
Hipersensitif
Sondasi - - - - -
Air syringe - - - - -
CE - - - - -
Stress bite _ _ _ _ _
Perkusi _ _ _ _ _
fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan
adalah campuran sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Bahan lain
dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di klinik yang adalah
kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung preparat fluorida
telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat® yang berbentuk varnish yang
12
mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal® berupa cairan yang
IV. PEMBAHASAN
13
dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada tekanan osmotik cairan
tubulus dentin (misalnya gula) akan menarik cairan tubulus dentin ke arah cairan
dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi. Sedangkan menurut teori neural,
hipersensitivitas dentin dikarenakan meningkatnya eksitabilitas saraf-saraf
interdentin.
Desensitisasi hipersensitivitas dentin merupakan suatu usaha untuk
menghilangkan atau mengurangi terjadinya rasa sakit akibat adanya rangsangan.
Desensitisasi didasarkan atas teori yang menyatakan bahwa rangsangan melalui
dentin yang terbuka, yang melebihi daya tahan fisiologis akan menimbulkan rasa
sakit. Salah satu pertahanan fisiologis terhadap iritasi pulpa adalah terbentuknya
dentin sekunder. Selain pembentukan dentin sekunder, kalsifikasi dentin
peritubuler juga meningkat sehingga terjadi penyumbatan dentin peritubuler
Penyumbatan dentin peritubuler secara alamiah oleh kristal-kristal kalsium
merupakan pertahanan fisiologis gigi untuk mengurangi hipersensitivitas dentin.
Hal ini karena penyumbatan akan menghambat pergerakan cairan dalam tubulus
dentin; dan sesuai dengan teori hidrodinamika, berkurangnya pergerakan cairan
dalam tubulus dentin akan mengurangi rasa sakit yang akibat adanya rangsangan.
Jadi, tujuan dari desensitisasi adalah untuk menghambat pergerakan cairan dalam
tubulus dentin Salah satu cara untuk menghambat pergerakan cairan dalam
tubulus dentin adalah dengan cara merangsang mineralisasi dentin peritubuler
sehingga saluran dalam tubulus dentin mengecil dan aliran cairan dalam tubulus
dentin menjadi berkurang. Cara lain untuk menghambat pergerakan cairan dentin
yaitu dengan menutup orifice pembuluh dentin.
Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desensitisasi dibedakan atas
bahan yang digunakan oleh dokter gigi di klinik dan bahan yang digunakan oleh
pasien di rumah. Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan desensitisasi
dibedakan atas bahan yang kerjanya menyumbat atau memperkecil diameter
tubulus dentin dan bahan yang menurunkan eksitabilitas saraf-saraf interdentin.
Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan adalah
fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan
adalah campuran sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Untuk
14
pemakaiannya, permukaan gigi terlebih dulu diisolasi dan dikeringkan. Pasta
kemudian digosok-gosokkan dengan bantuan alat dental, misalnya burnisher,
selama 1 - 2 menit ke permukaan akar gigi yang sensitif. Setelah itu, permukaan
gigi dibilas dengan air hangat.
Bahan lain dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di
klinik adalah kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung
preparat fluorida telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat® yang
berbentuk pernis yang mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal® berupa
cairan yang mengandung 1 gr natrium fluorida.
Bahan yang digunakan pada kasus hipersensitivitas ini adalah fluokal.
Fluokal ini berguna sebagai profilaksis karies dan hipersensitifitas dentin.
Kandungannya berupa cairan yang mengandung 1gr Natrium fluorida.
Pengaplikasian bahan ini dengan cara mengisolasi gigi yang akan diaplikasikan
fluokal, kemudian dengan menggunakan cotton pellet fluokal dioleskan ke bagian
gigi tersebut selama 1-3 menit.
Desensitisasi di klinik bisa juga dilakukan dengan kalsium hidroksida
yang dapat mengurangi eksitabilitas saraf. Kalsium hidroksida diaplikasikan ke
permukaan akar gigi yang hipersensitif, kemudian ditutup dengan pembalut
periodontal selama satu minggu.
Pada kasus hipersensitivitas dentin karena permukaan gigi yang abrasi,
semen ionomer kaca diaplikasikan untuk menutup dentin yang terbuka pada
bagian servikal gigi yang mengalami abrasi akibat kesalahan dalam menyikat gigi.
Semen ionomer kaca yang digunakan adalah semen ionomer kaca tipe VI yang
biasanya digunakan untuk pit dan fisur sealent karena lebih banyak mengandung
fluor yang dapat membantu pembentukan dentin sekunder.
Bahan desensitisasi untuk dipakai oleh pasien sehari-hari di rumah adalah
berupa pasta gigi khusus, yaitu:
1. Pasta gigi dengan aksi kerja menyumbat tubulus dentin.
Beberapa pasta gigi khusus telah dipasarkan untuk desensitisasi oleh
pasien sendiri. Bahan desensitisasi yang terkandung dalam pasta tersebut
15
ada yang berupa stronsium klorida (Sensodyne®), natrium
monofluoroposfat (Colgate®) dan formaldehid (Thermodent®)
2. Pasta gigi dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf.
Pasta gigi khusus dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf
mengandung kalium nitrat (Denguel®)
3. Pasta gigi dengan aksi ganda.
Karena seringnya desensitisasi dengan bahan yang mempunyai aksi
tunggal (menyumbat tubulus dentin saja atau mengurangi eksitabilitas
saraf saja) tidak berhasil mengurangi hipersensitivitas, belakangan ini
dipasarkan pula pasta desensitisasi dengan aksi ganda. Salah satu pasta
dengan aksi ganda mengandung kalium nitrat dan natrium
monofluoroposfat (Sensodyne-F®). Pasta desensitisasi yang ada
dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia saat ini adalah Sensodyne® dan
Sensodyne-F®.
Kesalahan pemilihan sikat gigi yang kasar dan teknik yang salah juga
a. Tangkai, nyaman dipegang dan stabil, pegangan sikat cukup lebar dan cukup
tebal
b. kepala sikat, jangan terlalu besar, untuk dewasa maksimal (25-29mm x 10mm)
c. Tekstur bulu sikat gigi. Tidak merusak jaringan lunak dan jaringan keras rongga
(hard,medium,soft)
Cara menyikat gigi ada banyak, namun teknik roll atau modifikasi stillman
16
jauh dari permukaan oklusal atau bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke
apeks atau ujung akar, ujung bulu sikat ini masuk kedalam sulkus gusi, hal ini
pemijatan gusi.
17
V. KESIMPULAN
berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya
rangsangan terhadap dentin yang terpapar. Rangsangan tersebut antara lain taktil
atau sentuhan, kimiawi, uap dan rangsangan panas atau dingin. Walaupun rasa
sakit yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat membuat
makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga mulut jika
tidak dirawat.
Etiologi dari hipersensitif dentin kasus ini adalah kesalah penyikatan gigi
yang menyebabkan resesi gingiva pada daerah servical gigi dan menyebabkan
akar pada gigi tersebut tidak terlindungi oleh gingival dan mengakibatkan dentin
tingkat keparahannya, resesi gingival kelas III menurut Miller yaitu Resesi tepi
jaringan meluas sampai atau keluar garis mukogingiva. Terdapat kerusakan tulang
dan jaringan lunak di daerah interdental, atau keadaan gigi malposisi. Perawatan
yang dilakukan pada pasien berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana
perawatan dan pasien melakukan kontrol rutin perawatan. Selain itu instruksi dan
Palembang,
Disetujui oleh Dosen Pembimbing,
18
drg. Melanie Cindera Negara
19