Anda di halaman 1dari 17

RESUME TINDAKAN

DESENSITISASI

Disusun Oleh :
ADE IRAWAN
NIM : 04124707008

PROGRAM PROFESI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
PALEMBANG
2015
I. INFORMASI KASUS

Data Pribadi Pasien

Nama Pasien : Dwi Surista Verawati


Tempat Tanggal Lahir : Gumawang , 15 Februari 1991
Umur : 24 tahun
Suku : Melayu
Jenis Kelamin : Wanita
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Alamat Tetap : Perumahan Griya Demang Mas
Telepon : 082136285430
Pendidikan Terakhir : S1
Pekerjaan : Mahasiswa Profesi
Peserta Asuransi : -
Dokter Keluarga : -
Diagnosa : Hipersensitif dentin pada gigi 32, 31, 41, 42, 43
pada bagian labial dan lingual
Etiologi : Kesalahan penyikatan gigi Resesi Gigi
Tindakan : Desensitisasi
Prognosis : Baik

Anamnesa

Pasien datang dengan keluhan gigi depan bawahnya sering terasa ngilu

disaat makan/minum dingin (es) sejak 2 bulan yang lalu. Pasien ingin gigi-gigi

tersebut dirawat karena membuat rasa tidak nyaman.


Riwayat Kesehatan Umum

Kesehatan pasien secara umum baik.

Riwayat Kesehatan Gigi

Pasien pernah melakukan pencabutan gigi belakang kiri bawah 5 tahun

yang lalu

Pasien pernah membersihkan karang gigi 1 tahun yang lalu

Pasien pernah menampal gigi belakang kiri kanan bawah 1 tahun yang

lalu

Pemeriksaan Gigi

Interdental Hygiene Index (HYG) pasien sebelum menyikat gigi 74,31%

dan setelah menyikat gigi 92,59%. Probe Bleeding Index (PBI ) pasien baik yaitu

0,07. Data ini menunjukkan bahwa kebersihan mulut pasien baik.

Hasil pemeriksaan klinis kunjungan pertama pasien mengeluhkan rasa

ngilu di gigi 33, 32, 31, 41, 42, 43. Hipersensitif terutama pada permukaan labial

dan lingual gigi.


Gambaran klinis

Pada daerah servikal gigi terlihat gingivanya mengalami

penurunan (resesi)

Pemeriksaan Vital sign :

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 72 kali/menit

Pernafasan : 18 kali/menit

Pupil mata : Normal

Pemeriksaan Radiografik

Pemeriksaan radiografik dengan foto Panoramik pada tanggal 16 Juli 2014.

Gambar 1.Gambaran radiologi


Pemeriksaan Klinis

1. Pemeriksaan ekstra oral : Tidak ada kelainan

2. Pemeriksaan intra oral

Bau Mulut : Tidak ada


Bibir : Normal
Lidah : Normal
Dasar Mulut : Normal
Palatum : Normal
Oropharyngeal : Normal
Saliva : Normal
Kel.Limfe : Normal
Frenulum : Normal
Habit, parafungsi : Tidak Ada
Kontak prematur : Tidak ada

Etiologi

Etiologi dari kasus ini adalah kesalahan penyikatan gigi. Penyikatan gigi

yang dilakukan terlalu keras dan juga kesalahan teknik yang digunakan sehingga

menimbulkan trauma pada gingiva yang mengakibatkan turunnya gingiva pada

daerah servikal gigi.

Diagnosa

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, pemeriksaan radiografis dan

etiologi, maka diagnosa dari kasus ini adalah Hipersensitivitas Dentin pada gigi

33, 32, 31, 41, 42, dan 43 dengan resesi gingival kelas I menurut Miller yaitu
resesi pada tepi gingiva yang meluas ke batas muccogingival juntion tanpa adanya

kehilang jaringan tulang atau jaringan lunak pada daerah interdental.

Prognosa

Secara keseluruhan, pasien mempunyai sikap kooperatif yang sangat

tinggi, memiliki motivasi yang tinggi, pasien juga mau menerima edukasi,

instruksi kontrol plak, dan pasien mempunyai latar belakang sosial yang baik.

Pada prognosis individu, hipersensitif dentin pasien disebabkan oleh resesi

gingiva oleh penyikatan gigi yang kurang baik, dengan pemberian edukasi yang

baik tentang tata cara penyikatan gigi yang baik dan pemberian fluokal untuk

mengurangi ngilu pada gigi tersebut di harapkan hasil perawatan yang baik.

II. RENCANA PERAWATAN

Fase I (Etiotropik)
Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Instruksi)

Desensitisasi : Aplikasi fluocal dan penggunaan


pasta gigi yang megandung strontium sitrat

Evaluasi
Desensitisasi
(tidak berhasil) (berhasil)
Kontrol plak

Retreatment fase I Fase III


Kontrol Plak (Edukasi, Motivasi, Perawatan konservasi
Instruksi)
Desensitasi : Aplikasi fluocal dan
penggunaan pasta gigi yang
megandung strontium sitrat
Reevaluasi
Pem. subjektif dan objektif
Reevaluasi
Desensitisasi
Kontrol plak

Fase IV
Recall at time
Maintenance
Pemeriksaan klinis ulang (evaluasi indeks OHI-S,
PBI, HYG) dan DHE

III. PENATALAKSANAAN

Setelah diagnosa ditegakkan, pasien diberikan edukasi, motivasi, dan

instruksi mengenai pemeliharaan gigi dan kebersihan mulut, serta penyikatan gigi

yang baik. kemudian dilakukan pengaplikasian bahan desensitasi topical fluor

(fluocal) pada bagian servikal gigi yang mengalami resesi dan ngilu. Yang

selanjutnya akan dilakukan kontrol sebanyak 3 kali. Yang dilakukan saat kontrol

adalah kontrol desensitasi, aplikasi bahan desensitasi, pemeriksaan Papila

Bleeding Index (PBI), Foto intra oral, pemeriksaan poket, dan pemeriksaan HYG.

1. Alat dan Bahan yang digunakan:


- Alat :
a. Kaca mulut
b. Sonde
c. Ekskavator
d. Nierbeken, probe WHO
- Bahan :
a. Aquadest
b. Kapas / cotton pellet
c. Fluocal
d. Disclossing solution

2. Persiapan Pasien
a. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut
b. Pasien diinstruksikan untuk menyikat gigi dengan menggunakan teknik

penyikatan gigi metode modifikasi Stillman.


3. Persiapan operator
a. Memakai handscoen dan masker
b. Menghitung dan mengukur PBI, HYG, Pocket dan tes hipersensitivitas

dentin
4. Persiapan Asisten
a. Menyediakan peralatan yang diperlukan untuk melakukan perawatan

desentisasi
b. Melakukan dokumentasi dan pencatatan
5. Langkah kerja
a. Persiapan, Hitung PBI,HYG,Pocket deep, dan tes hipersensitivitas
b. Melakukan tindakan isolasi/ membersihkan, keringkan permukaan gigi

yang akan dirawat.


c. Perawatan dilakukan menggunakan cairan fluokal, untuk

hipersensitifitas yang disebabkan oleh resesi gingival :


- Menggunakan cotton pellet yang dijepitkan pada pinset untuk

mengambil bahan
- Oleskan pada permukaan gigi yang telah dikeringkan, biarkan 1-2

menit
- Pasien diinstruksikan untuk tidak berkumur selama 1 jam
d. Jika menggunakan semen ionomer kaca pada bagian gigi yang abrasi
- daerah permukaan gigi yang akan dirawat dibersihkan dan

dikeringkan
- aplikasikan semen ionomer kaca pada bagian yang diperlukan
6. Instruksi pasca desentisasi
a. Penggunaan pasta gigi yang mengandung bahan desentisasi seperti :

potassium nitrat, stronsium nitrat


b. Penggunaan sikat gigi yang lembut dan menyikat gigi dengan teknik

yang tepat dan kekuatan ringan


c. Menjaga kebersihan mulut
7. Kontrol
Kontrol pertama ( 10 September 2014 )
PBI = 0.07
HYG sebelum menyikat gigi = 81 %
HYG sesudah menyikat gigi = 92 %
Dilakukan aplikasi bahan desensitasi ( Fluocal )
Edukasi pasien
Kontrol kedua ( 24 September 2014 )
PBI = 0.03
HYG sebelum menyikat gigi = 85 %
HYG sesudah menyikat gigi = 92,5 %
Dilakukan aplikasi bahan desensitasi ( Fluocal )
Edukasi pasien

Kontrol ketiga ( 19 November 2014 )


PBI = 0.07
HYG sebelum menyikat gigi = 88,8 %
HYG sesudah menyikat gigi = 92,5 %
Edukasi pasien

Tabel Kontrol Desensitasi


Sebelum aplikasi bahan desensitasi (14 Juli 2014)

Tes Hipersensitif 33 32 31 41 42 43

CE + + + + + +

Air syringe + + + + + +

sondasi + + + + + +

Kontrol pertama (10 September 2014)

Tes Hipersensitif 33 32 31 41 42 43

CE - + + - + +

Air syringe - + - - + -

sondasi - - - - - -

Kontrol kedua (24 September 2014)


Tes Hipersensitif 33 32 31 41 42 43

CE - - + - + -

Air syringe - - - - - -

sondasi - - - - - -

Kontrol ketiga (19 November 2014)

Tes Hipersensitif 33 32 31 41 42 43

CE - - - - - -

Air syringe - - - - - -

sondasi - - - - - -

Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan adalah

fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan

adalah campuran sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Bahan lain

dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di klinik yang adalah

kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung preparat fluorida

telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat yang berbentuk varnish yang

mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal berupa cairan yang

mengandung 1 gr natrium fluorida.

IV. PEMBAHASAN
Hipersensitivitas dentin adalah rasa sakit (dentinalgia) terjadi pada dentin

akar gigi yang terbuka karena adanya rangsangan dan luar seperti taktil, panas,

dingin, kimiawi serta osmotik. Stimulus yang diterima merupakan perubahan

yang biasa terjadi pada keadaan normal dari rongga mulut namun dapat

menimbulkan ketidaknyamanan berupa rasa sakit yang singkat dan tajam.

Hipersensitivitas dentin dapat terjadi spontan bila akar gigi terbuka karena resesi

gingiva dan dapat lebih parah setelah tindakan bedah periodontal tertentu. Resesi

gingiva dapat terjadi secara fisiologis karena bertambahnya umur, tetapi sering

pula terjadi secara patologis karena terjadinya abrasi gingiva akibat kesalahan

penyikatan gigi atau karena terjadinya kelainan periodontal.

Hipersensitivitas dentin dapat terjadi apabila tubuli dentin terbuka karena

adanya karies, fraktur, penyakit periodontal, atau instrumentasi periodontal.

Trauma oklusi juga seringkali menjadi penyebab hipersensitivitas dentin.

Hipersensitivitas dentin disebabkan oleh dua faktor, yaitu transmisi rasa sakit

melalui dentin terbuka dan ambang rasa sakit yang rendah akibat vasodilatasi

kapiler yang kronis atau peradangan lokal.

Mekanisme terjadinya hipersensitivitas dentin dikaitkan dengan dua teori

berikut, yaitu teori hidrodinamika dan teori neural. Teori hidrodinamika menurut

Brannstrom dinyatakan bahwa stimulus atau perangsang dari permukaan luar

dentin dihantar oleh mekanisme hidrodinamik berupa pergerakan cairan yang

cepat didalam tubulus dentin sampai ke processus odontoblast yang menjorok ke

tubulus dentin, untuk kemudian diteruskan ke ujung saraf pada pulpa gigi. Arah

gerakan cairan tubulus dentin tergantung perangsangnya. Perangsang dingin


menyebabkan cairan menyusut sehingga cairan bergerak ke arah pulpa, sebaliknya

perangsang panas menyebabkan cairan ekspansi ke arah permukaan luar. Cairan

dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi daripada tekanan osmotik cairan

tubulus dentin (misalnya gula) akan menarik cairan tubulus dentin ke arah cairan

dengan tekanan osmotik yang lebih tinggi. Sedangkan menurut teori neural,

hipersensitivitas dentin dikarenakan meningkatnya eksitabilitas saraf-saraf

interdentin.

Desensitisasi hipersensitivitas dentin merupakan suatu usaha untuk

menghilangkan atau mengurangi terjadinya rasa sakit akibat adanya rangsangan.

Desensitisasi didasarkan atas teori yang menyatakan bahwa rangsangan melalui

dentin yang terbuka, yang melebihi daya tahan fisiologis akan menimbulkan rasa

sakit. Salah satu pertahanan fisiologis terhadap iritasi pulpa adalah terbentuknya

dentin sekunder. Selain pembentukan dentin sekunder, kalsifikasi dentin

peritubuler juga meningkat sehingga terjadi penyumbatan dentin peritubuler

Penyumbatan dentin peritubuler secara alamiah oleh kristal-kristal kalsium

merupakan pertahanan fisiologis gigi untuk mengurangi hipersensitivitas dentin.

Hal ini karena penyumbatan akan menghambat pergerakan cairan dalam tubulus

dentin; dan sesuai dengan teori hidrodinamika, berkurangnya pergerakan cairan

dalam tubulus dentin akan mengurangi rasa sakit yang akibat adanya rangsangan.

Jadi, tujuan dari desensitisasi adalah untuk menghambat pergerakan cairan dalam

tubulus dentin Salah satu cara untuk menghambat pergerakan cairan dalam

tubulus dentin adalah dengan cara merangsang mineralisasi dentin peritubuler

sehingga saluran dalam tubulus dentin mengecil dan aliran cairan dalam tubulus
dentin menjadi berkurang. Cara lain untuk menghambat pergerakan cairan dentin

yaitu dengan menutup orifice pembuluh dentin.

Berdasarkan siapa yang menggunakan, bahan desensitisasi dibedakan atas

bahan yang digunakan oleh dokter gigi di klinik dan bahan yang digunakan oleh

pasien di rumah. Sedangkan berdasarkan mekanisme kerjanya, bahan desensitisasi

dibedakan atas bahan yang kerjanya menyumbat atau memperkecil diameter

tubulus dentin dan bahan yang menurunkan eksitabilitas saraf-saraf interdentin.

Untuk desensitisasi di klinik, bahan yang paling banyak digunakan adalah

fluorida yang aksi kerjanya menyumbat tubulus dentin. Pasta yang bisa digunakan

adalah campuran sama banyak natrium fluorida, kaolin dan gliserin. Untuk

pemakaiannya, permukaan gigi terlebih dulu diisolasi dan dikeringkan. Pasta

kemudian digosok-gosokkan dengan bantuan alat dental, misalnya burnisher,

selama 1 - 2 menit ke permukaan akar gigi yang sensitif. Setelah itu, permukaan

gigi dibilas dengan air hangat.

Bahan lain dengan mekanisme kerja yang sama yang bisa digunakan di

klinik adalah kalium oksalat. Bahan desensitisasi siap pakai yang mengandung

preparat fluorida telah pula diproduksi. Sebagai contoh Duraphat yang

berbentuk pernis yang mengandung 50 mg natrium fluorida, dan Fluocal berupa

cairan yang mengandung 1 gr natrium fluorida.

Bahan yang digunakan pada kasus hipersensitivitas ini adalah fluokal.

Fluokal ini berguna sebagai profilaksis karies dan hipersensitifitas dentin.

Kandungannya berupa cairan yang mengandung 1gr Natrium fluorida.

Pengaplikasian bahan ini dengan cara mengisolasi gigi yang akan diaplikasikan
fluokal, kemudian dengan menggunakan cotton pellet fluokal dioleskan ke bagian

gigi tersebut selama 1-3 menit.

Desensitisasi di klinik bisa juga dilakukan dengan kalsium hidroksida

yang dapat mengurangi eksitabilitas saraf. Kalsium hidroksida diaplikasikan ke

permukaan akar gigi yang hipersensitif, kemudian ditutup dengan pembalut

periodontal selama satu minggu.

Pada kasus hipersensitivitas dentin karena permukaan gigi yang abrasi,

semen ionomer kaca diaplikasikan untuk menutup dentin yang terbuka pada

bagian servikal gigi yang mengalami abrasi akibat kesalahan dalam menyikat gigi.

Semen ionomer kaca yang digunakan adalah semen ionomer kaca tipe VI yang

biasanya digunakan untuk pit dan fisur sealent karena lebih banyak mengandung

fluor yang dapat membantu pembentukan dentin sekunder.

Bahan desensitisasi untuk dipakai oleh pasien sehari-hari di rumah adalah

berupa pasta gigi khusus, yaitu:

1. Pasta gigi dengan aksi kerja menyumbat tubulus dentin.


Beberapa pasta gigi khusus telah dipasarkan untuk desensitisasi oleh

pasien sendiri. Bahan desensitisasi yang terkandung dalam pasta tersebut

ada yang berupa stronsium klorida (Sensodyne), natrium

monofluoroposfat (Colgate) dan formaldehid (Thermodent)


2. Pasta gigi dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf.
Pasta gigi khusus dengan aksi kerja mengurangi eksitabilitas saraf

mengandung kalium nitrat (Denguel)


3. Pasta gigi dengan aksi ganda.
Karena seringnya desensitisasi dengan bahan yang mempunyai aksi

tunggal (menyumbat tubulus dentin saja atau mengurangi eksitabilitas

saraf saja) tidak berhasil mengurangi hipersensitivitas, belakangan ini


dipasarkan pula pasta desensitisasi dengan aksi ganda. Salah satu pasta

dengan aksi ganda mengandung kalium nitrat dan natrium

monofluoroposfat (Sensodyne-F). Pasta desensitisasi yang ada

dipasarkan di kota-kota besar di Indonesia saat ini adalah Sensodyne dan

Sensodyne-F.

Kesalahan pemilihan sikat gigi yang kasar dan teknik yang salah juga

merupakan penyebab yang sering menyebabkan resesi yang selanjtnya

menyebabkan hipersensitifitas gigi. Syarat desain sikat gigi ideal adalah :

a. Tangkai, nyaman dipegang dan stabil, pegangan sikat cukup lebar dan cukup

tebal

b. kepala sikat, jangan terlalu besar, untuk dewasa maksimal (25-29mm x 10mm)

anak-anak (15-24mmx8mm), dan balita (18mmx7mm)

c. Tekstur bulu sikat gigi. Tidak merusak jaringan lunak dan jaringan keras rongga

mulut. Kekakuan bergantunng diameter dan panjang filament elastisitasnya

(hard,medium,soft)

Cara menyikat gigi ada banyak, namun teknik roll atau modifikasi stillman

yang sangat dianjurkan karena sederhana,efisien, dan dapat menjangkau semua

bagian termasuk interproksimal. Bulu sikat ditempatkan pada permukaan gusi,

jauh dari permukaan oklusal atau bidang kunyah, ujung bulu sikat mengarah ke

apeks atau ujung akar, ujung bulu sikat ini masuk kedalam sulkus gusi, hal ini

bertujuan untuk pembersihan di dalam sulkus dan daerah interproksimal serta

pemijatan gusi.
V. KESIMPULAN

Hipersensitif dentin dapat digambarkan sebagai rasa sakit yang


berlangsung pendek dan tajam yang terjadi secara tiba-tiba akibat adanya
rangsangan terhadap dentin yang terpapar. Rangsangan tersebut antara lain taktil
atau sentuhan, kimiawi, uap dan rangsangan panas atau dingin. Walaupun rasa
sakit yang timbul hanya dalam jangka waktu pendek, namun dapat membuat
makan menjadi sulit dan akhirnya mempengaruhi kesehatan rongga mulut jika
tidak dirawat.
Etiologi dari hipersensitif dentin kasus ini adalah kesalah penyikatan gigi
yang menyebabkan resesi gingiva pada daerah servical gigi dan menyebabkan
akar pada gigi tersebut tidak terlindungi oleh gingival dan mengakibatkan dentin
tersebut terpapar dengan udara luar yang menyebabkan hipersensitifitas dentin.
Pada kasus ini penatalaksanaan hipersensitif dentin dilakukan berdasarkan
tingkat keparahannya, resesi gingival kelas III menurut Miller yaitu Resesi tepi
jaringan meluas sampai atau keluar garis mukogingiva. Terdapat kerusakan tulang
dan jaringan lunak di daerah interdental, atau keadaan gigi malposisi. Perawatan
yang dilakukan pada pasien berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana
perawatan dan pasien melakukan kontrol rutin perawatan. Selain itu instruksi dan
edukasi dijalankan oleh pasien dengan kooperatif.

Palembang, Maret 2015


Disetujui oleh
Dosen Pembimbing,

drg. Mellani Cindera Negara

Anda mungkin juga menyukai