Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala


rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .
Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,


Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
PEMAHAMAN

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai


dan norma Islami yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah untuk
menjadi pola bagi tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani
kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman


untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga,
bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis,
mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan
lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah
hasanah (teladan yang baik).
harus dipahami secara tepat, dan pada tahap implementasinya .
memerlukan kecerdasan umatnya untuk menerjemahkan dalam konteks
yang berbeda-beda. Itulah kurang lebih yang meresahkan KHA.
Dahlan, setelah melalui pengembaraan intelektualnya dalam realitas
kehidupan umat Islam yang ternyata menurut pengamatannya masih
memahami dan mengamalkan Islam secara sinkretik. Ketika pengertian
tentang (agama) Islam sudah dipahaminya, lalu muncul pemikiran pada
dirinya bahwa untuk melaksanakan (agama) Islam sebagaimana yang
dipahaminya itu umat Islam di Indonesia, bahkan di seluruh dunia, harus
diberi pengertian yang tepat tentang (agama) Islam, lalu diarahkan untuk
dapat melaksanakannya secara proporsional. Itulah gagasan KHA. Dahlan
yang kemudian dikenal luas sebagai seorang Kyai yang sangat
cemerlang pada masanya, di ketika hampir semua orang di sekelilingnya
merasa puas dengan apa yang (sudah) ada, menikmati kejumudan dan
menjadi muqallid am (loyalis a priori).
KHA. Dahlan memahami bahwa al-Quran adalah sumber utama
yang menjadi rujukan baku untuk siapa pun, di mana pun dan kapan pun
dalam ber-(agama)-Islam. Konsep normatif Islam sudah tersedia secara
utuh di dalamnya (al-Quran) dan sebegitu rinci dijelaskan oleh Rasulullah
s.a.w. di dalam sunnahnya, baik yang bersifat qaul, fil dan taqrr. Hanya
saja apa yang dikerjakan oleh Rasulullah s.a.w. perlu diterjemahkan ke
dalam konteks yang berbeda-beda, dan oleh karenanya memerlukan
ijtihad.
Ijtihad dalam ber-(agama)-Islam bagi KHA. Dahlan adalah harga mati.
Yang perlu dicatat bahwa Dia menganjurkan umat Islam untuk kembali
kepada al-Quran dan as-Sunnah secara kritis. Ia menyayangkan sikap
taqlid umat Islam terhadap apa dan siapa pun yang pada akhirnya
menghilangkan sikap kritis. Ia sangat menganjurkan umat Islam agar
memiliki keberanian untuk berijtihad dengan segenap kemampuan dan
kesungguhannya, dan dengan semangat untuk kembali kepada al-Quran
dan as-Sunnah ia pun ingin merombak sikap taqlid menjadi minimal
menjadi sikap ittiba. Sehingga muncullah kolaborasi antara para Mujtahid
dan Muttabi yang secara sinergis membangun Islam Masa Depan, bukan
Islam Masa Sekarang yang stagnant (jumud, berhenti pada kepuasaan
terhadap apa yang sudah diperoleh), apalagi Islam Masa Lalu yang sudah
lapuk dimakan zaman. Semangatnya mirip dengan Muhammad Abduh: al-
Muhfadhah Al al-Qadm ash-Shlih wa al-Akhdzu bi al-Jadd al-Ashlah .

Prinsip-prinsip Utama Pemahaman Agama Islam


Muhammadiyah memperkenalkan dua prinsip utama pemahaman (agama)
Islam:
1. Ajaran agama Islam yang otentik (sesungguhnya) adalah apa yang
terkandung di dalam al-Quran dan as-Sunnah dan bersifat absolut. Oleh
karena itu, semua orang Islam harus memahaminya.
2. Hasil pemahaman terhadap al-Quran dan as-Sunnah yang kemudian
disusun dan dirumuskan menjadi kitab ajaran-ajaran agama (Islam) bersifat
relatif.
Dari kedua prinsip utama tersebut, pendapat-pendapat Muhammadiyah
tentang apa yang disebut doktrin agama yang dirujuk dari al-Quran dan as-
Sunnah selalu (dapat) berubah-ubah selaras dengan kebutuhan dan
tuntutan perubahan zaman. Hal ini bukan berarti Muhammadiyah tidak
bersikap istiqamah dalam beragama, tetapi justeru memahami arti
pentingnya ijtihad dalam menyusun dan merumuskan kembali pemahaman
agama (Islam) sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Quran dan as-
Sunnah. Dipahami oleh Muhammadiyah bahwa al-Quran dan as-Sunnah
bersifat tetap, sedang interpretasinya bisa berubah-ubah. Itulah
konsekuensi keberagamaan umat Islam yang memahami arti universalitas
kebenaran ajaran agama yang tidak akan pernah usang dimakan zaman
dan selalu selaras untuk diterapkan di mana pun, kapan pun dan oleh
siapa pun.
Mengamalkan al-Quran
Untuk memahami al-Quran menurut Muhammadiyah diperlukan
seperangkat instrumen yang menandai kesiapan orang untuk
menafsirkannya dan mengamalkannya dalam kehidupan nyata.
Semangatnya sama dengan ketika seseorang berkeinginan untuk
memahami Islam, yaitu: ijtihad.
Kandungan al-Quran hanya akan dapat dipahami oleh orang yang memiliki
kemauan dan kemampuan yang memadai untuk melakukan eksplorasi dan
penyimpulan yang tepat terhadap al-Quran. Keikhlasan dan kerja keras
seorang mufassir menjadi syarat utama bagi setiap orang yang ingin
secara tepat memahami al-Quran. Meskipun semua orang harus sadar,
bahwa sehebat apa pun seseorang, ia tidak akan dapat menemukan
kebenaran sejati, kecuali sekadar menemukan kemungkinan-
kemungkinan kebenaran absolut al-Quran yang pada akhirnya bernilai
relatif. Akhirnya, kita pun dapat memahami dengan jelas sebenar apa pun
hasil pemahaman orang terhadap al-Quran, tafsir atasnya (al-Quran) tidak
akan menyamai kebenaran al-Quran itu sendiri. Karena al-Quran adalah
kebenaran ilahiah, sedang tafsir atas al-Quran adalah kebenaran
insaniah. Akankah kita menyatakan bahwa Manusia akan sebenar
Tuhan? Jawaban tepatnya: mustahil. Oleh karena itu, yang dituntut oleh
Allah kepada setiap muslim hanyalah berusaha sekuat kemampuannya
untuk menemukan kebenaran absolut al-Quran, bukan harus
menghasilkan kebenaran absolut, karena kenisbian akal manusia tidak
akan pernah menggapai kemutlakan kebenaran sejati dari Allah:






Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala [dari kebajikan] yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa [dari kejahatan] yang
dikerjakannya (QS al-Baqarah, 2: 286)
Akhirnya, kita pun harus sadar bahwa tidak akan ada pendapat (hasil
pemahaman al-Quran) yang pasti benar. Tetapi sekadar mungkin benar.
Mengamalkan Ajaran Islam Berdasarkan al-Quran dan as-Sunnah
Ketika kita berkesimpulan bahwa hasil pemahaman siapa pun, kapan pun
dan di mana pun terhadap al-Quran adalah relatif, maka alangkah
bijaksananya bila kita rujuk as-Sunnah sebagai panduan dalam beragama.
Karena, bagaimanapun relatifnya hasil pemahaman al-Quran, hasil
interpretasi Rasulullah s.a.w. baik dalam bentuk perkataan, tindakan dan
taqrr merupakan interpretasi atas al-Quran yang terjamin kebenarannya.
Asumsi ini didasarkan pada paradigma ishmah ar-rasl. Ada jaminan dari
Allah bahwa Nabi Muhammad s.a.w. akan selalu benar dalam berijtihad,
karena setiap langkahnya akan selalu diawasi oleh-Nya. Teguran atas
kesalahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w. akan selalu
dilakukan oleh Allah, dan hal itu tidak dijamin akan terjadi pada selain
Rasulullah s.a.w.
Persoalannya sekarang, seberapa mungkin kita kita (umat Islam)
berkemampuan untuk menerjemahkan as-Sunnah dalam realitas
kehidupan kita? Dan pola apakah yang paling tepat untuk kita pilih?
Ternyata kita pun sering terjebak pada ketidaktepatan dalam
menerjemahkannya (as-Sunnah), karena keterbatasan-keterbatasan yang
kita miliki. Kita pun sering melakukan kesalahan dalam memilih pola yang
tepat untuk memahami as-Sunnah. Mungkin terjebak pada kutub ekstrem
tekstual, atau rasional yang mengarah pada kontekstualisasi yang
eksesif (berlebihan).
Untuk itu, menurut pendapat penulis, yang kita perlukan sekarang adalah:
membangun kearifan menuju pada pemahaman yang sinergis dan
seimbang. Seperti misalnya apa yang dilakukan dalam proyek besar
pemasaran gagasan Islam Kontekstual yang dilakukan misalnya oleh
Yusuf al-Qaradhawi, dengan berbagai modifikasi yang diperlukan.

Berislam Secara Dewasa


Muhammadiyah selama ini memperkenalkan Islam yang arif, yang dirujuk
dari apa yang dikandung dalam al-Quran dan as-Sunnah dengan
memperkenalkan pola istinbath yang proporsional.
Muhammadiyah menyatakan diri tidak bermazhab, dalam arti tidak
mengikatkan diri secara tegas dengan mazhab-mazhab tertentu baik
secara qaul maupun manhaj. Tetapi Muhammadiyah bukan berarti
antimazhab. Karena, ternyata dalam memahami Islam Muhammadiyah
banyak merujuk pada pendapat orang dan utamanya juga Imam-imam
mazhab dan para pengikutnya yang dianggap rjih dan meninggalkan
yang marjh.
Pola pikir yang diperkenalkan Muhammadiyah dalam memahami ajaran
Islam adalah berijtihad secara: bayn, qiys dan ishtishlh. Yang
ketiganya dipakai oleh Muhammadiyah secara simultan untuk
menghasilkan pemahaman Islam yang kontekstual dan bersifat (lebih)
operasional.
Ijtihd bayn dipahami sebagai bentuk pemikiran kritis terhadap nash
(teks) al-Quran maupun as-Sunnah; ijtihd qiys dipahami sebagai
penyeberangan hukum yang telah ada nashnya kepada masalah baru
yang belum ada hukumnya berdasarkan nash, karena adanya kesamaan
illt; dan ijtihd ishtishlh dipahami sebagai bentuk penemuan hukum dari
realitas-empirik berdasarkan pada prinsip mashlahah, karena tidak adanya
nash yang dapat dirujuk dan tidak adanya kemungkinan untuk melakukan
qiys.

Hasil pemahaman dari upaya optimal dalam berijtihad inilah yang


kemudian ditransformasikan ke dalam pengembangan pemikiran yang
mungkin saja linear atau berseberangan, berkaitan dengan tuntutan
zaman. Demikian juga dalam wilayah praksis, tindakan keberagamaan
yang ditunjukkan dalam sikap dan perilaku keagamaan umat Islam harus
juga mengacu pada kemauan dan kesediaan untuk melakukan
kontekstualisasi pemahaman keagamaan (Islam) yang bertanggung jawab.
Tidak harus terjebak pada pada pengulangan dan juga pembaruan, yang
secara ekstrem berpijak pada adagium purifikasi dan reinterpretasi baik
yang bersifat dekonstruktif maupun rekonstruktif.
Sekali lagi, yang perlu dibangun adalah: kearifan dalam berpikir, bersikap
dan bertindak. Di mana pun, kapan pun dan oleh dan kepada siapa pun.
Sebab, keislaman kita adalah keislaman: yang harus kita pertaruhkan
secara horisontal dan sekaligus vertikal.
LANDASAN DAN SUMBER

Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu, yang berfungsi


memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan sekaligus sebagai
landasan untuk berdirinya sesuatu.

Landasan dasar pendidikan Islam yang masyhur di beberapa referensi


terdiri atas empat macam.
a. Al-Quran
Al-Quran secara harfiah berasal dari fiil madhi ( , , , ,), yang
artinya membaca. Secara istilah Dr. Subhi ash-Sholih memberikan definisi
bahwa al-Quran adalah kalam yang mujizat, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw., yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang dinukilkan
secara mutawatir, dan membacanya adalah ibadah.[2] Lebih panjang
Syekh Muhammad Ali ash-Shobuni memberikan definisi bahwa al-Quran
adalah kalam Allah yang mujiz diturunkan kepada nabi dan rosul
penghabisan dengan perantaraan malaikat Jibril yang terpercaya, tertulis
dalam mushaf yang dinukilkan kepada kita secara mutawatir, membacanya
merupakan ibadah, yang dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat annas.[3] Umat sebagai suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu
kitab suci al-Quran yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi
segala aspek kehidupan yang bersifat universal , sudah barang tentu dasar
pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang
berdasarkan kepada al-Quran. Kedudukan al-Quran sebagai sumber
pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat al-Quran itu sendiri,
seperti sebuah ayat yang artinya ini adalah sebuah Kitab yang Kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperlihatkan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapatkan pelajaran orang-
orang yang mempunyai pikiran. Sehubungan dengan masalah ini,
muhammad Fadhil al-Jamali menyatakan bahwa, pada hakikatnya al-
Quran itu merupakan perbendaharaan yang besar untuk kebudayaan
manusia, terutama kebudayaan kerohaniahan. Ia pada umumnya adalah
kitab pendidikan kemasyarakatan, moril (akhlaq) dan spiritual
(kerohaniahan).[4] Dengan demikian jelas kita dapat mengetahui bahwa al-
Quran merupakan sumber ilmu-ilmu Islam dalam pengertian seluas-
luasnya, dan sejauh pemahaman terhadap al-Quran, terdapat pula
penafsiran yang bersifat manawi yang memungkinkan dalam pencarian
makna secara lebih mendalam yang berguna untuk pembangunan
paradigma ilmu.

b. Hadits
Dasar yang kedua setelah al-Quran adalah Hadits (assunnah). Secara
harfiyah assunnah mempunyai arti jalan, tabiat, perikehidupan.[6]. Abdul
Wahab Khalaf memberikan definisi secara istilah bahwa assunnah adalah
apa saja yang datang dari Rosulullah Saw, baik perkataan, perbuatan
maupun persetujuan. Dari definisi yang ada maka dapat kita ketahui
assunnah adalah semua sabda atau perbuatan Rosulullah Saw atau
persetujuan beliau terhadap perkataan atau perbuatan shahabatnya
karena dinilai baik.[7] assunnah dijadikan sebagai landasan dasar
pendidikan Islam yang kedua, dan Rosulullah Saw. telah meletakkan
dasar-dasar kependidikan Islam semenjak beliau diangkat menjadi utusan
Allah. Seperti beliau mendidik wudlu. Sholat, dzikir dan berdoa.

c. Ijtihad
Al-Quran dan hadits (assunnah) disebut sebagai dasar pokok, sedangkan
sikap dan perbuatan shahabat serta ijtihad disebut sebagai dasar
tambahan. Ijtihad sendiri adalah penggunaan akal pikiran oleh fuqaha-
fuqaha Islam untuk menetapkan suatu hukum yang belum ada
ketetapannya dalam al-Quran dan hadits dengan syarat-syarat tertentu.[8]
Ijtihad ini digunakan ketika dalam al-Quran dan hadits dijumpai arti umum
saja, maka para ahli hukum Islam menggunakan ijtihad dalam menentukan
hukumnya.

d. Perkataan, Perbuatan dan Sikap Para Sahabat


Dalam sebuah referensi menuliskan, pada masa khulafa al-Rasyidin
sumber pendidikan dalam Islam mengalami perkembangan. Selain al-
Quran dan assunnah juga perkataan , sikap dan perbuatan para sahabat.
Perkataan mereka dapat dipegangi karena Allah sendiri memberikan
pernyataan dalam firman-Nya yang artinya orang-orang yang terdahulu
lagi pertama-tama masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshor
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridlo kepada
mereka dan merekapun ridlo kepada Allah dan Allah menjadikan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka
kekal didalamnya. Itulah kemenangan besar. (Q.S. Attaubah : 100).
1. Al-Qurandanal-Hadits yang menjadi dasar pendidikan Islam

a. Ayat al-Quran yang menunjukkan al-Quran sebagai dasar


pendidikan Islam.



( : )
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) al-Kitab (al-Quran) untuk
menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira
bagi orang-orang yang berserah diri (Q.S. Annahl : 89).




( : )
Sesungguhnya al-Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (al-
Isro / 17 : 9).
Ayat-ayat di atas menegaskan bahwasanya al-Quran sebagai kitab
undang-undang, hujjah, dan petunjuk yang di dalamnya mengandung
banyak hal yang menyangkut segenap kehidupan manusia.

b. Hadits yang menunjukkan Hadits sebagai dasar pendidikan Islam




Sesungguhnya aku telah diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang
mulia
Hadits tersebut menunjukkan bahwasanya Rosulullah adalah manusia
yang mulia yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq yang
mulia.
2. Deskripsi Kandungannya

a. Ayat

Ayat di atas memaparkan bahwa al-Quran menjadi landasan dasar


suatu ilmu yang mempunyai fungsi kompleks yakni menjadi petunjuk,
menjelaskan perbedaan antara yang hak dan yang bathil, wasit atau hakim
yang memutuskan berbagai perkara, obat penenang dan penyembuh jiwa,
serta rahmat bagi seluruh alam. ayat-ayat semacam itu menegaskan
bahwa tujuan al-Quran adalah memberi petunjuk kepada umat manusia,
dan tujuan ini akan tercapai dengan memperbaiki hati dan akal manusia
dengan akidah-akidah yang benar dan mulia. Oleh karena itu pendidikan
Islam harus menggunakan al-Quran sebagai sumber utamanya.
Suatu umat yang dianugrahkan Tuhan suatu kitab suci al-quran yang
lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan
dan bersifat universal, dasar-dasar pendidikan mereka adalah bersumber
kepada filsafat hidup yang berdasarkan kepada al-quran.
Al-quran diakui oleh orang-orang islam sebagai firman Allah dan
karenanya ia merupakan dasar bagi hukum mereka, al-quran merupakan
himpunan wahyu Tuhan yang samapi kepada Nabi Muhammad SAW
dengan perantara malaikat jibril, al-quran tidak diwahyukan secara
keseluruhan tetapi turun secara sebagian-sebagaian sesuai dengan
timbulnya kebutuhan dalam masa kira-kira 23 tahun. Diturunkannya al-
quran secara berangsur-angsur bertujuan untuk memecahkan setiap
problema yang timbul dalam masyarakat. Dan juga menunjukkan suatu
kenyataan bahwa pewahyuan total pada suatu waktu adalah mustahil,
karena al-quran turunnya petunjuk bagi kaum muslimin dari waktu kewaktu
yang selaras dan sejalan dengan kebutuhan yang terjadi. Al-quran
sepenuhnya berorentasi tuk kepentingan manusia, dialah mata air yang
kepadanya berpokok segala mata air yang diminum tuk menetapkan
hukum al-quran dan menerangkan segala keperluan manusia, al-quran
sebagai tempat pengambilannya menjadi sandaran segala dasar cabang
yang menjelaskan tentang pranata susila yang benar bail kehidupan
manusia. Al-quran berisi aturan yang sangat lengkap dan tidak pula punya
celah, mempunyai nilai universal dan tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Al-quran merupakan kitab pendidikan dan pengajaran secara umum, juga
merupakan kitab pendidikan secara khusus pendidikan sosial, moral dan
spiritual. Tidak diragukan bahwa keberadaan al-quran telah
mempengaruhi sistem pendekatan rosul dan para sahabat, lebih-lebih
ketika Aisyah ra menegaskan bahwa akhlak beliau adalah al-quran (Surat
Al-Furqon : )
()
Artinya:
Berkatalah orang-orang kafir mengapa al-quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya kami perkuat hatimu
dengannya dan kami membacakannya secara tartil.

Dari ayat diatas kita dapat mengambil 2 isyarat yang berhubungan dengan
pendidikan yaitu pengokohan hati dan pemantapan keimanan serta sikap
tartil dalam membaca al-quran.
Kelebihan al-quran diantaranya terletak pada metode yang menajubkan
dan unik sehingga konsep pendidikan yang terkandung di dalamnya, al-
quran mampu menciptakan individu yang beriman dan senantiasa
mengesakan Allah, serta mengimani hari akhir. Al-quran yang terpenting
adalah mendidikan manusia melalui metode yang bernalar serta sarat
dengan kegiatan meneliti, membaca, mempelajari, melayani, dan observasi
ilmiah terhadap manusia sejak manusia masih dalam bentuk segumpal
darah dalam rahim ibu.

b. Hadits

Dasar yang keuda selain Al-quran adalah sunnah Rosulullah, amalan yang
dikerjakan oleh Rosulullah SAW proses perubahan hidup sehari-hari
menjadi sumber utama pendidikan islam karena Allah SWT menjadikan
Muhammad sebagai teladan bagi umatnya.
Nabi mengajarkan dan mempraktekkan sikap dan amal baik kepada istri
dan sahabtnya, dan seterusnya mereka mempraktekan pula seperti yang
dipraktekan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain, perkataan atau
perbuatan dalam ketetapan Nabi.
Assunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rosul SWT
yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian/perbuatan orang lain
yang diketahui Rosulullah dan beliau membiarkan saja kejadian/perbuatan
itu berjalan, sunnah yang berisi Aqidah dan syariah, sunnah berisi
petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala
aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya/muslim yang
bertaqwa, untuk itu Rosul Allah menjadi guru dan pendidik utama, beliau
sendiri mendidik semua itu adalah pendidikan dalam rangka membentuk
manusia muslim dan msyarakat islam.
Oleh karena itu sunnah merupakan landasan ke dua bagi cara Pembina
pribadi manusia muslim, sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran
berkembang, itulah sebabnya mengapa ijtihad perlu di tingkatkan dalam
memahaminya termsuk sunnah yang berkaitan dengan pendidikan.
Assunnah sebagai dasar islam tidak terlepas dari fungsi as-sunnah itu
sendiri terhadap al-quran, fungsi as-sunnah terhadap al-quran adalah
sangat penting, ada beberapa pembenaran yang mendesak untuk segera
di tampilkan, yaitu as-sunnah menerangkan ayat-ayat al-quran yang
bersifat umum, maka dengan sendirinya yang menerangkan itu
terkemudian dari yang diterangkan, assunnah mengkhidmati al-quran,
memang assunnah menjelaskan mujmal al-quran menerangkan muskilnya
memanjangkan keringkasannya.
Prinsip menjadikan al-quran dan hadits sebagas dasar pendidikan islam
bukan hanya di pandang sebagai kebenaran keyakinan semata, lebih jauh
kebenaran itu juga sejalan dengan kebenaran yang dapat diterima oleh
akal yang sehat dan bukti syarah. Dengan demikian barangkali wajar jika
kebenran itu kita kembalikan kepada pembuktian kebenaran pernyataan
Allah SWT dalam al-quran, kebenaran yang dikandungnya adalah
kebenaran yang hakiki, bukan kebenaran spekulatif dan relativ, hal ini
sesuai dengan jaminan Allah.
PENUTUP

Bermula dari suatu landasan yang benar maka suatu tujuan yang
dikehendaki akan sangat besar perwujudannya. Begitupun dalam ranah disiplin
ilmu, terlebih untuk ilmu pendidikan Islam yang mana tujuannya untuk
kesempurnaan manusia. Seperti halnya dikatakan Imam Ghozali bahwasanya
tujuan dari Pendidikan Islam adalah kesempurnaan manusia yang berujung
taqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah; -menggali mengenmbangkan potensi
atau fitrah manusia; mewujudkan profesionalisasi manusia untuk mengemban
tugas keduniaan dengan sebaik-baiknya; membentuk manusia yang berakhlak
mulia, suci jiwanya dari kerendahan budi dan sifat-sifat tercela; -mengembangkan
sifat manusia yang utama sehingga menjadi manusia yang manusiawi; -
kesempurnaan manusia yang berujung kepada kebahagiaan dunia dan
kesentosaan akhirat. Oleh karena itulah tentunya tujuan pendidikan Islam ini
tidak dapat lepas dari Landasan Dasar Ilmu Pendidikan Islam yakni pilar landasan
al-Quran, Assunnah, Ijtihad serta kemudian Perkataan, Perbuatan dan Sikap
Sahabat-sahabat Nabi yang akan menuntun untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Azra Azyumardi.1999. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju


Milenium Baru, Jakarta: P.T. Logos Wacana Ilmu.

Noer Aly Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: P.T. Logos Wacana
Ilmu.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Syaroni Samani. 2013. Tafkirah Ulum Al-Quran, : Al-Ghotasi Putra.

Wali Songo Semarang Fakultas Tarbiyah. 2001. Paradigma Pendidikan


Islam, Semarang: Pustaka Pelajar.

[1] H.Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet 3 (Jakarta: Kalam Mulia,


2002), hlm. 53.

[2] Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, Paradigma Pendidikan Islam, Cet 1
(Pustaka Pelajar, 2001), hlm. 35.

[3] Samani Syaroni, Tafkirah Ulum Al-Quran, Cet 2 (AlGhotasi Putra,


2013), hlm. 10.

[4] Muhammad Fadhil al-Jamali, Tarbiyat Al-Insan Al-Jadid, (Al-Tunissiyyat:


Al-Syarikat, tt.) Hlm. 37.

[5] Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju


Milenium Baru, (Jakarta : P.T. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 45.

[6]Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo,op. cit., hlm. 37

[7] Ibid, hlm. 37

[8] H.Ramayulis, op. cit., hlm. 60.

[9] Fakultas Tarbiyah IAIN Wali Songo, op. cit., hlm. 37


Daftar isi

Kata pengantar i

Pemahaman. 1

- Pedoman hidup islami warga muhammadiyah. 1

Prinsip-prinsip utama pemahaman agama islam.. 2

- Mengamalkan Al-quran... 3

- Mengamalkan ajaran islam berdasarkan al-quran dan as-sunnah. 4

- Berislam secara dewasa. 4

Landasan dan Sumber 6

Refersensi landasan dasar pendidikan islam. 6

- Al-Quran dan al-Hadits yang menjadi dasar pendidikan Islam. 8

- Deskripsi Kandungannya.. 9

Penutup... 12

Daftar Pustaka. 13
NAMA : 1. LEO (212014223)
2. M. PAISAL APANDI (212014222)
3. M. SYAHID (212014209)

Anda mungkin juga menyukai