Anda di halaman 1dari 5

PULPEKTOMI VITAL

Informed Consent

Informed consent merupakan persetujuan/penolakan oleh pasien terhadap tindakan


dan pengobatan yang akan diberikan kepadanya setelah mendapat informasi yang
lengkap dan jelas dari dokter tentang rencana pengobatan tersebut.

Anestesi

Pada kasus ini gigi yang akan dirawat pulpektomi vital adalah gigi 36, maka
dilakukan anestesi blok untuk gigi tersebut. Apabila pada saat preparasi akses (open
bur) pasien masih merasa sakit, maka dapat dilakukan anestesi intrapulpa.

Prosedur Kerja

- Buang kavitas akses kasar ke dalam dentin dengan menggunakan bur


kecepatan tinggi
- Atap kamar pulpa ditembus dan dibuka dengan menggunakan bur kecepatan
tinggi. Sebaiknya dilakukan pengukuran jarak antara permukaan oklusal pada
radiograf. Selanjutnya hasil pengukuran tersebut ditransfer ke bur sebagai
pedoman untuk mengetahui seberapa dalam proses pengeburan harus
dilakukan. Panjang kerja optimal yaitu 1-2 mm dari apeks gigi, namun ukuran
ini dapat bervariasi. Prosedur dapat dibatasi sepanjang 0-2 mm dari apeks gigi
pada pulpa yang mengalami nekrosis dan 0-3 mm dari apeks gigi pada pulpa
yang masih vital.
Estimasi panjang kerja:
a. Dilakukan pengukuran pada gambar radiograf dengan menggunakan
millimeter. Kemudian panjang hasil pengukuran tersebut dikurangi 3 mm.
b. Pada file kecil diberi stopper sesuai dengan perkiraan panjang kerja.
Ukuran file yang digunakan mulai dari yang paling kecil hingga ke ukuran
besar sampai diperoleh ukuran file terbesar yang sesuai atau sedikit lebih
pendek dari panjang kerja.
- Pencarian orifis dengan sonde endodontik dan diteruskan dengan file
berukuran kecil. Pembuangan semua dentin yang menutupi orifis.
- Saluran akar dieksplorasi dengan menggunakan file berukuran kecil. Jaringan
pulpa dalam saluran akar diekstirpasi dengan jarum ekstirpasi. Kemudian
dicari IAF yaitu file terbesar yang pas dengan saluran akar dan sesuai dengan
panjang kerja.
- Kemudian lakukan pengulangan tindakan tersebut dengan file sebanyak 2
nomor diatasnya untuk mendapatkan MAF. MAF adalah ukuran file yang
digunakan sebagai pedoman kon utama
- Selanjutnya dilakukan preparasi step back dengan cara menaikkan 1 nomor
file diatas MAF dan panjang kerjanya dikurangi 1 setiap menaikkan 1 nomor
file. Selalu dilakukan irigasi untuk setiap pergantian alat.

Irigasi

Tujuan dari irigasi adalah untuk membuang debris hasil preparasi saluran akar dan
membantu mendesinfeksi saluran akar. Sifat ideal bahan irigasi, yaitu:2

- Dapat melarutkan debris dalam saluran akar


- Tidak toksik
- Memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga dapat berpenetrasi ke
dalam area yang sulit dijangkau
- Dapat melubrikasi instrumen pada saluran akar
- Dapat mensterilisasi saluran akar
- Dapat membuang smear layer yang berasal dari debris hasil preparasi

Bahan irigasi yang sering digunakan adalah sodium hipoklorit (NaOCl) dengan
konsentrasi 0,5% - 5,25% direkomendasikan untuk digunakan dalam bidang
endodontik, chlorhexidine gluconate dapat diperoleh dari larutan kumur yang
mengandung 0,2% chlorhexidine, EDTA (ethylene diaminetetraacetate) dengan
konsentrasi 17% yang efektif untuk menghilangkan smear layer.3

Medikamen
Tujuan dilakukannya medikamen saluran akar, yaitu:4
- Mengeliminasi bakteri setelah instrumentasi mekanik-kimiawi
- Menghilangkan peradangan pada jaringan periapikal
- Melarutkan sisa material organik
- Membantu mengeringkan saluran akar yang basah

Bahan medikamen yang dapat digunakan antara lain CaOH, iodin pada potasium
iodida, antibiotik, Formaldehydes, Paraformaldehydes, Phenols, Camphorated
Phenol, Camphorated Paramonochlorophenol.3 Pada kebanyakan kasus, CaOH harus
dicampur dengan cairan lain, yaitu dapat berupa larutan anestesi, air, gliserin, dan
bahan medikamen intrakanal yang lain.

Obturasi

Syarat-syarat telah bisa dilakukan obturasi, yaitu:3


- Tidak ada rasa sakit dan pembengkakan
- Saluran akar kering dan tidak berbau
- Telah dilakukan pemberian medikamen pada saluran akar selama minimal 1
minggu.
Sealer

Syarat ideal bahan sealer, yaitu:3

- Dapat melapisi saluran akar dengan baik


- Bersifat antibakteri, radiopaque, dan tidak mengiritasi jaringan periapikal
- Berdimensi stabil, tidak larut dalam cairan jaringan, dapat melekat dengan
baik antara dinding saluran akar dan bahan obturasi
- Mudah dicampur, mudah diambil jika diperlukan retreatment, dan tidak
memberikan perwanaan pada gigi

Bahan sealer yang sering digunakan adalah zinc oxide-eugenol, CaOH, resin, dan
glass ionomer.3

Tahapan obturasi, yaitu:1


- Isolasi gigi dan tambalan sementara dibuang, selanjutnya dilakukan irigasi
- Semen saluran akar disiapkan dan diaplikasikan tipis ke dinding saluran akar
- Gutapercha disterilkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan
- Kon master yang belum dilapisi sealer dimasukkan secara perlahan-lahan
untuk menghilangkan kelebihan sealer dan udara di dalam saluran akar
- Kon aksesori ditandai dengan cara menjepitnya dengan pinset sesuai dengan
panjang yang diukur.
- Spreader yang panjangnya telah ditandai didesakkan ke arah apeks, yaitu
dimasukkan diantara kon master dan dinding saluran akar untuk mendapatkan
ruangan bagi kon aksesori berikutnya. Spreader dikeluarkan dari saluran akar
dengan gerakan rotasi pada sumbu panjangnya. Setelah spreader dikeluarkan,
kon gutapercha aksesori dimasukkan.
- Tahapan ini diulang sampai spreader tidak dapat lagi dimasukkan melebihi 1/3
apeks saluran akar. Selanjutnya hasil obturasi diperiksa dengan radiograf.
- Kelebihan gutapercha dengan instrumen panas. Kemudian gutapercha panas di
daerah servikal dimampatkan dengan kondensasi vertikal.
- Kamar pulpa dibersihkan dengan menggunakan cotton pellet yang telah
dibasahi dengan alkohol atau kloroform dan selanjutnya ditutup dengan
tambalan sementara
- Pembuatan radiograf setelah gigi direstorasi dan rubber dam dilepas
Sumber:
1. Walton, Richard., Torabinejad Mahmoud. Principles and Practice of Endodontics
Third Edition. 2002. United States of America: Saunders Company
2. McCabe, John F, W.G Walls, Angus. Applied Dental Materials Ninth Edition. 2008.
Blackwell Publishing
3. Ford, Pitt TR., Rhodes, JS., Ford, Pitt HE., Endodontics Problem Solving in Clinical
Practices. 2002. United Kingdom: Martin Dunitz
4. Rhodes, Jhon S. Advanced Endodontics Clinical Retreatment and Surgery. 2006.
London: Taylor & Francis Group

Anda mungkin juga menyukai