Anda di halaman 1dari 10

Paper Perawatan Saluran Akar

DISKUSI TATAP MUKA


PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL

Aulia Shafira Rahma


NIM. 2213501010012
Gelombang 50

Dosen Pembinmbing
Dr.drg. Cut Soraya, M.Pd,Sp. KG

DEPARTEMEN KONSERVASI GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH

2023
PERAWATAN SALURAN AKAR TUNGGAL

Inisial Pasien :MRAH


No. Rekam Medik : M/0067/23
Usia Pasien : 23 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Operator : Aulia Shafira Rahma
Elemen Gigi : 12
NPM : 2213501010012
Tanggal : 11 Juli 2023

Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas kanan kedua berubah warna. Pasien
mengaku gigi tersebut pernah patah karena kecelakaan 10 tahun yang lalu. Gigi
tersebut mendapatkan perawatan restorasi sewarna gigi, dan sekitar dua tahun yang
lalu tambalannya terlepas sehingga gigi tersebut ditambal ulang. Saat ini gigi tersebut
tidak terasa sakit baik saat pasien beraktivitas maupun saat mengunyah dan tidak terasa
ngilu saat minum dingin. Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit sistemik.
Pasien mengaku sering mengemil makanan manis dan lengket. Pasien sedang tidak
dalam perawatan dokter dan juga sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan. Pasien
merasa tidak nyaman dengan kondisi giginya tersebut karena mengganggu tampilan
saat tersenyum dan membuat pasien tidak percaya diri saat tersenyum sehingga pasien
ingin gigi tersebut dirawat.
Pemeriksaan Objektif

Berdasarkan hasil pemeriksaan klinis intra-oral terlihat diskolorasi pada gigi 12 serta
tambalan sewarna gigi pada ½ struktur gigi. Gigi tersebut peka terhadap tes palpasi
dan tes perkusi, maupun tes termal menggunakan chloretyl negatif. Gingiva tidak
mengalami udem dan hiperemi
(a) (b)

(c)
Gambar 1. Foto klinis (a) permukaan labial (b) permukaan palatal
(c)permukaan insisal gigi 12

Pemeriksaan Radiograf
Pada pemeriksaan radiograf terlihat radiopak menyerupai restorasi gigi pada lebih dari ½
struktur gigi mencapai pulpa. Pelebaran ligamen periodontal di 1/3 tengah akar sampai
1
/3 apikal sisi mesial dan distal. lamina dura menghilang pada 1/3 apikal tengah akar
hingga 1/3 apikal akar sisi mesial dan distal. Tampak radiolusensi berbatas jelas di
daerah apikal berukuran 4 x 7 mm. Tidak terjadi kehilangan tulang alveolar dan saluran
akar bengkok di 1/3 apikal.
Gambar 2. Gambaran Radiografi Gigi 12

Diagnosis
12 = Pulp Necrosis; Sypmtomatic Apical Periodontitis

Perawatan
Perawatan saluran akar non vital dianjurkan dengan restorasi pasca endodontik

Prognosis
Baik, karena posisi gigi tidak menyulitkan untuk dilakukan perawatan, sisa struktur
jaringan keras gigi masih memungkinkan untuk dilakukan perawatan restorasi pasca
endodontik yakni fiber post core+crown, pasien tidak memiliki riwayat penyakit
sistemik, pasien tidak memiliki kebiasaan parafungsional, pasien kooperatif, serta
akses ke RSGM mudah sehingga dapat diperkirakan keberhasilan PSA pada pasien
ini.

Prosedur Kerja
1. Pengisian rekam medik dan foto radiograf periapikal regio 1 dan pengambilan foto
klinis.

Alat dan Bahan


2. Persiapan alat
- Alat standar
- Sonde berkait dan sonde lurus
- Bur intan bulat panjang
- Bur diamendo
- Jarum ekstirpasi
- Penggaris besi
- K-file No.8, 10, 15-80 ukuran 21-25 mm
- Finger Plugger/ Finger Spreader
- Gates Glidden Drill
- Lentulo
- Spuit irigasi
- Rubber dam
3. Persiapan Bahan
- Medikamen: Ca(OH)2
- Irigasi: NaOCl 2,5% , EDTA, dan salin
- Tumpatan sementara: Cavit
- Semen pengisi endometasone + eugenol
- Basis: GIC tipe III liner
- Guttaperca No. 15-80
- Paper Point No.15-80
- Cotton roll dan cotton pellet
- Handscoon
- Film

Kunjungan I
Prosedur kerja :
1. Pemasangan rubber dam, jika diperlukan lakukan anastesi gingiva.
2. Pembongkaran restorasi dan pembuangan jaringan karies
3. Build up bagian distal dan mesial mahkota
4. Pembukaan atap pulpa pada bagian cingulum agar akses terbuka dan didapatkan
akses yang lurus.
- Preparasi kamar pulpa menggunakan bur bulat,
- Dilakukan pemeriksaan menggunakan sonde lurus untuk melihat apakah
preparasi sudah menembus atap pulpa
- Kemudian seluruh atap pulpa diangkat menggunakan bur diamendo
- Dilakukan pemeriksaan menggunakan sonde berkait untuk melihat apakah
masih terdapat undercut atau menyangkut.
- Orifis diperiksa menggunakan sonde lurus.
- Dilakukan irigasi dengan NaOCl 2,5% menggunakan spuit dan ditampung
menggunakan kapas gulung.
- Dilakukan identifikasi orifis.

5. Penentuan panjang kerja estimasi :


Mengukur jarak titik acuan (cusp bagian tertinggi gigi) hingga apeks lalu
dikurangi 2 mm. → 22 mm – 2 = 20 mm (panjang estimasi)
6. Pengangkatan pulpa dan penjajakan saluran akar
- Penempatan stopper pada setiap file yang akan digunakan sepanjang Panjang
kerja estimasi, kemudian semua file tersebut diolesi EDTA
- Dilakukan penjajakan saluran akar dengan file no. 8 atau 10 untuk melepas
perlekatan pulpa dengan saluran akar dengan gerakan watch winding.
- Besarkan saluran akar hingga minimal file no 20 sepanjang kerja estimasi.
- Saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5% dan dikeringkan menggunakan
paper point. kamar pulpa dikeringkan dengan cotton pellet.
- Lakukan foto alat.
- Penghitungan panjang kerja sebenarnya → panjang estimasi + jarak ujung file
dengan apeks – 1.

7. Preparasi crown down orifis.


- Orifis dilebarkan dengan Gates Glidden Drill (GGD), dimulai dengan ukuran
terbesar yang dapat masuk sampai 2 mm, dilanjutkan dengan ukuran yang lebih
kecil berturut-turut sampai mencapai 2/3 panjang kerja, setiap penggantian alat
diirigasi menggunakan NaOCl 2,5%.

8. Preparasi apikal.
- File awal (FA) ditentukan dengan menggunakan file terbesar yang pas dengan
saluran akar sampai mencapai panjang kerja. Caranya dengan membandingkan
file dengan fotoperiapikal saluran akar di 1/3 apeks gigi.
- FA diolesi dengan gel EDTA lalu dimasukkan sepanjang kerja, FA diputar ±
900 ke kanan/searah jarum jam kemudian tarik keluar ± 2-3 mm dan putar
kembali keposisi semula (gerak reaming), dilakukan berulang hingga file
terasa longgar.
- Saluran akar diirigasi dengan 1 NaOCl 2,5%.
- Kemudian preparasi dilanjutkan dengan file satu nomor lebih besar yang telah
diolesi gel EDTA. Ulangi tindakan ini hingga diperoleh File Apikal
Utama/FAU yaitu file terbesar sepanjang kerja setelah preparasi saluran akar
dan terasa pas di 1/3 apikal yang sesuai dengan kon utama.
- FAU diperiksa dengan adanya tug back (digunakan sebagai tanda bahwa masih
adanya kontriksi apikal) pada panjang kerja dengan kon guttaperca sesuai
dengan no. FAU.

9. Preparasi step back


- Dilakukan preparasi dengan file satu nomor lebih besar dari FAU dan panjang
kerjanya dikurangi 2 mm dengan gerakan circumferential filling.
- Dilakukan rekapitulasi, yaitu kembali ke FAU setiap kenaikan nomor alat.
Rekapitulasi dilakukan untuk memastikan agar panjang kerja tidak berubah,
dan membersihkan 1/3 apeks dari sisa serbuk dentin.
- Serbuk dentin yang terakumulasi dapat mengurangi panjang kerja, untuk
membersihkannnya dapat digunakan file yang lebih kecil dari FAU kemudian
irigasi.
- Dilakukan preparasi dengan file dua nomor lebih besar dari FAU dan panjang
kerja dikurangi 3 mm.
- Dilakukan rekapitulasi.
- Dilakukan preparasi dengan file tiga nomor lebih besar dari FAU dan panjang
kerja dikurangi 4 mm.
- Dilakukan rekapitulasi
10. Kon Guttaperca Utama (KGU)
- Dimasukkan KGU sesuai nomor FAU, kemudian diperiksa adanya tug back.
- Dilakukan foto periapikal yang ke-3 (foto KGU). Tujuan dilakukan foto KGU
adalah untuk menganalisa apakah panjang kerja berkurang dan pengecekan
sebelum obturasi sehingga tekanan saat kita memasukkan gutap ke saluran akar
(untuk foto) diusahakan sama ketika akan melakukan obturasi sebenarnya.

11. Pengeringan saluran akar.


- Saluran akar diirigasi dengan NaOCl 2,5%.
- Keringkan saluran akar dengan menggunakan Paper point → dimasukkan
sesuai dengan nomor FAU kedalam saluran akar dengan menggunakan pinset,
dibiarkan beberapa saat lalu paper point dikeluarkan dari saluran akar.
- Tindakan tersebut diulangi hingga paper point kering, selain kering saluran
akar harus bersih dari darah dan eksudat.

12. Medikamen Saluran Akar menggunakan (CaOH)2


- Saluran akar yang telah dikeringkan diberi medikamen (CaOH)2
- Tumpat kavitas dengan tumpatan sementara (cavit).

Kunjungan II
1. Pemasangan rubber dam, jika diperlukan lakukan anastesi gingiva.
2. . Saluran akar diirigasi menggunakan 1 cc NaOCl 5 % dan dikeringkan dengan
paper point.
3. Dilakukan pengadukan semen endometasone dan eugenol dengan cara
meletakkan powder dan liquid di atas kaca pengaduk, kemudian diaduk dengan
spatula semen sampai mencapai konsistensi krim (ketika diangkat ± 3 mm tidak
terputus), kemudian diambil menggunakan ujung spatula semen.
4. Dinding saluran akar dilapisi dengan semen menggunakan jarum lentulo. Semen
diambil dengan ujung jarum lentulo dan dimasukkan kedalam saluran akar sampai
tertahan, kemudian ditarik ± 2 mm agar tidak tertahan di dalam saluran akar,
kemudian diputar searah jarum jam.
5. Dimasukkan kon utama yang steril ke dalam saluran akar perlahan-lahan, ditarik
sedikit 1-2 kali, kemudian dimasukkan kembali sepanjang panjang kerja.
6. Spreader dimasukkan sampai 2 mm dari panjang kerja, lalu diputar ke kiri dan ke
kanan. Spreader diangkat dan dimasukkan kon guttaperca tambahan yang telah
diolesi semen. Diperlukan bantuan asisten untuk menahan spreader agar celah
untuk dimasukkan gutap tidak tertutup (karena gutap elastis) dan pengisian
menjadi hermetis.
7. Ukuran no spreader yang digunakan biasanya lebih besar dari no kon guttap.
8. Langkah tersebut diulangi hingga saluran akar terasa padat. Pengisian dianggap
padat ketika spreader sudah tidak dapat masuk lagi di saluran akar dan hanya
masuk sebatas orifis.
9. Kon guttaperca dipotong sepanjang mahkota gigi dengan cara memanaskan
ekskavator (khusus untuk memotong kon guttaperca) di atas api spiritus, lalu
ditekan pada guttaperca dan langsung diangkat.
10. Dilakukan foto periapikal yang ke-4 untuk melihat kehermetisan obturasi.
11. Kemudian kon guttaperca dipadatkansampai 1 mm di bawah orifis menggunakan
plugger.
12. Dasar pulpa dilapisi dengan GIC tipe III (liner) setebal ± 2 mm.
13. Orifis ditutup dengan flowable komposit.
14. Kavitas ditutup dengan bahan tambalan sementara (cavit).
Kunjungan III
Dilakukan kontrol 1 minggu kemudian untuk dilakukan pemeriksaan :
1. Subjektif: apakah pasien mengeluhkan rasa sakit atau rasa tidak nyaman atau tidak.
2. Objektif: dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah tumpatan sementara masih
baik atau tidak, kemudian dilakukan tes palpasi dan perkusi.
3. Selanjutnya tumpatan sementara diganti dengan restorasi permanen yang
dibutuhkan.

Anda mungkin juga menyukai