Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KASUS

KEGAGALAN OBTURASI
PADA PERAWATAN SALURAN AKAR
GIGI 36

Disusun oleh Faqih Najmud Hambali


Pembimbing Badi Soerachman, drg., Sp.KG

PENDAHULUAN

Perawatan saluran akar (PSA) merupakan salah satu perawatan endodontik yang

bertujuan untuk membersihkan jaringan pulpa atau mikroorganisme yang terdapat di

dalam sistem saluran akar sehingga dapat dilakukan pengisian saluran akar dengan baik

dan terjadi perbaikan jaringan periapikal.1 Tujuan perawatan saluran akar adalah

mengembalikan keadaan gigi yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh

jaringan sekitarnya sehingga gigi dapat dipertahankan selama mungkin di dalam mulut.1

Keberhasilan perawatan endodontik berkisar antara 86-98%, namun dalam

literatur belum ada definisi yang pasti mengenai ktiteria keberhasilan perawatan

endodontik.2,3 Sebuah penelitian menyebutkan perawatan endodontik dikatakan berhasil

jika gigi yang diobati tidak bergejala, jaringan lunak tampak normal dan merespon

secara normal terhadap pemeriksaan manual, dan radiograf menunjukkan lamina dura

yang normal. Beberapa dokter gigi telah mengurangi kriteria kesuksesan perawatan

endodontik kedalam definisi yang lebih sempit sampai ke tidak adanya rasa sakit.4

Demikian juga dengan kegagalan yang memiliki definisi yang bervariasi. 2,3

Dalam suatu penelitian menilai gigi dengan kegagalan endodontik, sebanyak 65% kasus

menunjukkan obturasi dengan kualitas yang buruk.3 Under filling pada perawatan
endodontik ditemukan sebesar 40,9%, poor filling sebanyak 28,5% dan over filling

13%.5 Kegagalan juga didasarkan pada kondisi klinis, contohnya adanya ketidak

nyamanan, nyeri, pembengkakan, sinus track, meskipun tidak ada temuan radiografi.4

Kegagalan perawatan saluran akar dalam sebuah jurnal disebutkan paling

banyak terjadi pada gigi molar rahang bawah, gigi molar rahang atas, anterior rahang

atas, premolar rahang atas, premolar rahang bawah dan anterior rahang bawah. 5

Penyebab kegagalan perawatan saluran akar ini sangat banyak, antara lain obturasi yang

tidak sempurna, perforasi akar, overfilling, tertinggalnya instrument yang patah dalam

saluran akar, dan kesalahan procedural iatrogenic seperti akses yang buruk.2,3

Dalam laporan kasus ini akan dijelaskan mengenai kegagalan obturasi yang

tidak sempurna pada gigi 36.

LAPORAN KASUS

Pada tanggal 18 Juli 2018 pasien laki-laki berusia 23 tahun datang ke RSGMP

Unjani dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang sejak ± 1 tahun yang lalu.

Gigi tersebut tidak pernah terasa sakit, namun 1 bulan yang lalu pernah terasa sakit tiba-

tiba. Saat terasa sakit, pasien meminum obat penahan rasa sakit. Pasien menginginkan

giginya tersebut di rawat.

Pada pemeriksaan ekstra oral tidak terdapat pembengkakan. Pada pemeriksaan

intra oral, jaringan lunak dalam batas normal, tidak terdapat pembengkakan, tidak

terdapat sinus track namun terdapat karies pada kondisi klinis mahkota.
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah pulpitis irreversible gigi 36. Rencana

perawatan yang akan dilakukan adalah perawatan pulpektomi vital gigi 36 dengan

teknik step back.

TATA LAKSANA KASUS

Kunjungan Pertama

Pada kunjungan pertama dilakukan anamnesis, inform concent, dan

pemeriksaan objektif. Pasien di rujuk ke bagian radiologi untuk dilakukan rontgen

periapikal pada gigi 36.

Gambar 1. Foto Klinis

Gambar 1. Rontgen foto diagnosis


Kunjungan kedua

Pada kunjungan kedua tanggal 25 Juli 2018 mulai dilakukan perawatan

pulpektomi vital. Sebelum dimulai perawatan, dilakukan terlebih dahulu anestesi lokal,

kemudian dilakukan pemasangan rubber dam untuk isolasi daerah kerja. Setelah daerah

kerja terisolasi, dilakukan buka kavum dengan menggunakan bur bundar, setelah itu

dilakukan penentuan orifis, dan straight line akses. Pada kunjungan kedua ini hanya

dilakukan sampai didapatkan straight line akses dan kavitas ditutup menggunakan

cotton pellet steril lalu di tambal menggunakan tambalan sementara dikarenakan waktu

yang kurang memadai.

Gambar 2. Foto klinis setelah penentuan orifis

Kunjungan ketiga

Pada kunjungan ketiga tanggal 2 Agustus 2018 dilakukan pemasangan kembali

rubber dam, lalu tambalan sementara di buka. Pada kunjungan ketiga ini dilakukan

penentuan initial file, dan didapatkan initial file no.10, setelah itu dilakukan penentuan

Panjang kerja menggunakan apex locator pada gigi 36 dan didapatkan Panjang kerjanya

adalah akar mesio bukal 18 mm, mesio lingual 19 mm, dan akar distal 19 mm.
Kemudian dilakukan preparasi biomekanis saluran akar menggunakan K-file dan

reamaer dengan master apical file adalah file nomor 25, lalu dilanjutkan dengan file

satu nomor diatas MAF dengan panjang kerja dikurangi 1 mm dari panjang kerja

definitif dan begitu seterusnya sampai file no 35 kemudian dilakukan irigasi dan

dikeringkan. Setelah itu medikasi intracanal menggunakan kalsium hidroksida karena

mempunyai kemampuan antibakteri, kemudian di tutup menggunakan cotton pellet

steril dan ditutup menggunakan tambalan sementara.

Kunjungan keempat

Pada kunjungan keempat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan. Pasien

mengaku setelah perawatan terakhir tidak timbul rasa nyeri atau sakit. Hasil

pemeriksaan objektif perkusi (-), tes tekan (-), palpasi (-). Setelah itu dilakukan

pemasangan kembali rubber dam lalu pembukaan tambalan sementara. Dilakukan

irigasi lalu dikeringkan menggunakan suction tip endo dan paper point no. 25. Setelah

kering lalu dilakukan pengisian dengan gutta-percha sesuai MAF pada saluran akar,

lalu di tutup menggunakan tambalan sementara. Setelah itu dilakukan trial foto.

Gambar 3. Foto Trial

Tambalan sementara di buka, kemudian diirigasi menggunakan NaOCl 2,5%,

setelah itu saluran akar diukur kembali panjang kerjanya lalu dilakukan irigasi kembali
dan di keringkan menggunakan suction tip endo dan paper point no. 25. Setelah benar-

benar kering lalu dilanjutkan dengan pengisian saluran akar.

Pengisian saluran akar menggunkan teknik kondensasi lateral diawali dengan

mengaduk sealer lalu diaplikasikan menggunakan lentulo ke dalam saluran akar, dan

gutta percha juga di beri sealer, lalu diinsersikan ke saluran akar sesuai dengan panjang

kerja. Setelah itu gutta percha di potong menggunakan ekskavator panas pada daerah

orifis lalu dikondensasikan menggunakan plugger. Setelah proses pengisian saluran

akar, selanjutnya dilakukan restorasi menggunakan glass ionomer, setelah itu dilakukan

foto x-ray. Hasil foto menunjukkan pengisian saluran akar tidak sampai ke apikal.

Pasien diinstruksikan datang kembali 1 minggu kemudian untuk dilakukan evaluasi.

Gambar 4. Foto Obturasi

Kunjungan kelima

Pada kunjungan kedelapan, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan. Pasien

mengaku setelah perawatan terakhir tidak timbul rasa nyeri atau sakit. Hasil

pemeriksaan objektif perkusi (-), tes tekan (-), palpasi (-).


TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

Tujuan umum perawatan endodontik adalah mempertahankan gigi selama

mungkin di dalam rongga mulut. Tujuan utama perawatan saluran akar adalah untuk

mengisi semua saluran akar dan untuk membentuk segel kedap cairan pada foramen

apical gigi, sehingga kemungkinan adanya infeksi sekunder terjadi karena rongga mulut

atau kebocoran jaringan periradikular ke dalam sistem saluran akar dapat dihindari.6

Keberhasilan perawatan endodontik berdasarkan American Association

Endodontik dapat dilihat dari evaluasi klinis dan evaluasi radiografi. Evaluasi klinis

dilihat dari tes perkusi, palpasi, pemeriksaan periodontal dan pemeriksaan visual

restorasi akhir.4,7 Gigi yang dilakukan perawatan tidak ada keluhan dan dapat berfungsi

dengan baik, dan jaringan lunak dalam batas normal dan saat dilakukan tes

menunjukkan respon yang normal.4,7 Pemeriksaan untuk evaluasi radiografi dilihat dari

panjang, bentuk dan densitasnya. Pada pemeriksaan radiografi terlihat lamina dura

dalam batas normal.4,7

Perawatan saluran akar yang telah di bersihkan, di preparasi, dan di desinfeksi

selesai, dilakukan pengisian saluran akar, namun pada saat pengisian saluran akar sering

tidak sempurna, seringkali ini merupakan awal dari kegagalan endodontik.6,8 Terdapat

beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan perawatan endodontik, diantaranya:6

1. Sebelum perawatan saluran akar, contohnya kesalahan diagnosa, teknik yang

sulit, fraktur akar vertical, penyakit sistemik

2. Saat perawatan saluran akar, contohnya variasi anatomi, saluran akar yang tidak

terlihat, infeksi, debridemen yang buruk, iritasi mekanis dan kimia, akses
preparasi, obturasi yang tidak baik, pengisian saluran akar yang berlebih,dan

perforasi furkasi.

3. Setelah perawatan saluran akar, contohnya kegagalan saat retreatment, dan

kegagalan perawatan bedah saat retreatment.

Pada kasus menunjukkan kegagalan perawatan saluran akar yaitu pengisian yang

kurang hermetis pada akar distal gigi 36. Perawatan kegagalan saluran akar dapat

dilakukan dengan cara perawatan kembali saluran akar secara konvensional dan bedah.

Perawatan ulang dilakukan dengan mengulang perawatan melalui mahkota. Perawatan

bedah dilakukan dengan menutup saluran akar pada apeksnya, namun perawatan bedah

dilakukan jika perawatan kembali saluran akar tidak dapat dilakukan.6

Kegagalan perawatan endodontik pada kasus yaitu pengisian saluran akar yang

kurang hermetis pada akar distal gigi 36. Kegagalan yang terjadi kemungkinan

disebabkan kurangnya kondensasi ke lateral dan sealer sehingga saluran akar tidak terisi

penuh.

SIMPULAN

Perawatan saluran akar dikatakan berhasil jika pengisian hermetis dan tidak

adanya keluhan pada pasien setelah perawatan dilakukan. Kegagalan yang terjadi pada

kasus kemungkinan disebabkan adanya kesalahan operator pada saat perawatan saluran

akar sehinnga didapatkan pengisian saluran akar yang tidak hermetis meskipun tidak

ada keluhan saat pasien datang untuk dilakukan kontrol.


DAFTAR PUSTAKA
1. Anna M, Johanna T. Bonding of composite resin luting cement to fiber
reinforced composite root canal posts. J Adhes Dent. 2004; 6: 319-25.
2. Hoen MM, Frank E. Contemporary endodontik retreatments: An analysis based
on clinical treatment findings. Journal Endod. 2002; 28: 834-7
3. Tabassum S, Raza FK. Failure of endodontik treatment:The usual suspects.Eur J
Dent.2016 Jan-Mar;10(1):144-147
4. Daokar S, Kalekar A. Endodontik Failures-A Review. IOSR-JDMS.2013 Jan-
Feb;4(5):05-10
5. Akbar I. Radiographic Study of the Problems and Failures of Endodontik
Treatment.International Journal of Health Sciences.2015 April-Juni;9(2):111-
118
6. Chaurasiya S, Yadav G, Tripathi AM, Dhinsa K. Endodontik Failures and its
Management. ISSN 2395-7387.2016 Jan-Feb;2(5):144-148
7. Himel V.T, DiFiore PM. Endodontiks:Colleagues fo Excellence. American
Association of Endodontists.2009:1-8
8. Siquiera J.F. Aetiology of root canal treatment failure:why well-treated teeth can
fail. International Endodontik Journal.2001;34:1-10

Anda mungkin juga menyukai