Anda di halaman 1dari 9

Pulpitis Irreversible Gigi 36 disertai Pulpa Polip

Oleh : drg. Violita Ari Margita Chresna


Pembimbing : drg. Buyung Maglenda, Sp. KG
 Pasien perempuan usia 18 th Datang ke RSUD Sultan Suriansyah dengan keluhan
gigi Belakang kanan bawah berlubang dan ditumbuhi daging sejak kurang lebih
satu tahun yang lalu. Pasien mengeluhkan gigi tersebut sakit dan berdarah saat
digunakan untuk makan. Kondisi pasien saat datang baik dan pasien ingin untuk
gigi tersebut di rawat.
 EO : Wajah Simetris  Radiografi periapikal
 IO : Pulpa Polip pada gigi 36  Pada gigi 36 terdapat gambaran
radiolusen pada mahkota dari
 Vitalitas (+)
enamel hingga ke ruang pulpa
 Perkusi ( + )
 Drug ( - )
 Kemerahan ( + )
 Oedem ( + )

Diagnosa : Gigi 36 Pulpitis Irreversible disertai Polip Pulpa


PENATALAKSANAAN 1
 Pada pertemuan pertama dilakukan terapi periodontal
awal dan evaluasi ulang serta eksisi pertumbuhan
pulpa.
 Profilaksis oral lengkap dengan scalling root planning
pada gigi 36.
 Dilakukan anastesi dengan menggunakan teknik
infiltrsi ditambah dengan anastesi local menggunakan
Scandonest 2% (Mepivacaine Hydrochloride 2% /
Ephinephrine 1 : 100.000)
 Dilakukan ekskavasi pulpa polip dengan
menggunakan round bur dan ekskavator.
 Depth pendarahan dengan menggunakan tampon.
 Setelah perdarahan berhenti, lakukan peletakan bahan
tkf di dalam kavitas dan di tutup dengan tumpatan
sementara.
 Pasien di instruksikan untuk kembali satu minggu
kemudian.
PENATALAKSANAAN 2
 Pada kunjungan kedua dilakukan pembongkaran tumpatan sementara
dengan menggunakan round bur, keringkan kavitas dengan menggunakan
threeway syringe.
 Lakukan pembukaan orife dengan endo acsess bur hingga ditemukan
orifice. Panjang kerja ditentukan menggunakan apex locator.
 Lakukan ekstirpasi dengan menggunakan jarum ekstirpasi kemudian di
irigasi dengan NaOCl dan aquadest steril dan dikeringkan dengan paper
point.
 Kemudian lakukan preparasi saluran akar dengan menggunakan protapper
sesuai panjang gigi rata – rata. Dimulai dari protapper S!, S2, F1, F2.
 Preparasi dikatakan selesai apabila saluran akar sudah lebar serta
mengeluarkan serbuk dentin berwarna putih dan terdapat thug back. Setiap
pergantian alat dilakukan irigasi dengan NaOCl dan aquadest steril.
 Setelah itu dilakukan sterilisasi dengan menggunakan bahan tkf yang di
letakkan pada cotton pellet dan diletakkan pada kavitas derta di tutup
dengan tumpatan sementara.
 Pasien di instruksikan untuk kembali 7 hari kemudian.
PENATALAKSANAAN 3
 Pasien datang pada kunjungan berikutnya, dilakukan pembongkaran
tumpatan sementara dengan menggunakan round bur.
 Sterilisasi saluran akar dikatakan selesai apabila cotton pellet bersih,
kering dan tidak berbau.
 Langkah selanjutnya dilakukan obsturasi dengan guttap sesuai dengan
nomer terakhir protapper yang digunakan.
 Lakukan try in guttap pada saluran akar sesuai dengan panjang kerja
gigi, lakukan hingga terdapat thug back.
 Setelah itu lakukan pengolesan sealer pada guttap kemudian masukkan
pada saluran akar.
 Kemudian lakukan pemotongan guttap dengan guttap cutter sesuai
dengan orifice.
 Lakukan pengaplikasian bahan zinc phosphate kemudian lakukan
tumpatan sementara.
 Pasien di instruksikan untuk kembali satu minggu kemudian.
PENATALAKSANAAN 4

 Kunjungan selanjutnya dilakukan pemeriksaan subjektif dan


objektif.
 Jika pasien tidak ada keluhan lakukan pembongkaran tumpatan
sementara.
 Kemudian lakukan persiapan tumpatan permanen dengan
menggunakan RMGIC.
 Lakukan pembentukan anatomis gigi dengan menggunakan plastic
filling instrument dan lakukan penyinaran selama 40 detik.
 Cek artikulasi dengan articulating paper, jika ada spot tebal lakukan
pengasahan dengan menggunakan fine finishing bur.
 Setelah tidak ada bagian yang mengganjal, pasien di instruksikan
kembali 7 hari kemudian pasca dilakukan tumpatan permanen.
KESIMPULAN

 Polip pulpa terjadi sebagai akibat dari lesi karies berongga terbuka yang
bertindak sebagai jalur untuk keluarnya eksudat inflamasi, fraktur gigi
karena trauma dengan paparan pulpa dan bahkan restorasi fraktur yang
bertahan lama dapat menyebabkan rangsangan pulpa dan
mengakibatkan reaksi pulpa yang menyebabkan pulpa polip.
 Penatalaksanaan gigi dengan pulpitis hiperplastik kronis termasuk
pencabutan ketika struktur gigi tersisa sedikit yang tidak
menguntungkan untuk restorasi dan pendekatan konservatori
memerlukan pendekatan multidisiplin termasuk manajemen endodontik,
pemanjangan mahkota bedah dan manajemen prostodontik. Dalam kasus
polip pulpa pada orang dewasa muda dimana hanya terdapat
keterlibatan jaringan pulpa koronal, pulpotomi juga disarankan sebagai
pilihan pengobatan. Dalam laporan kasus ini perawatan saluran akar
dilakukan menurut Smulson dan Sieraki yang menyarankan bahwa
bahkan jika penyembuhan pulpa yang meradang terjadi, kerusakan yang
luas akibat proses karies dan perkembangan polip pulpa membuat
perawatan saluran akar wajib dilakukan.

 Sumber : Anilkuma., dkk. 2016. Management of Chronic Hyperplastic in


Mandibular Molars of Middle Aged Adults – A Multidisciplinary Approach.
Journal of Clinical & Diagnostic Research.

Anda mungkin juga menyukai