Oleh :
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah yang saat ini memerlukan
penanganan secara komprehensif. Ada banyak penyakit yang berawal dari gigi dan
mulut karena mulut adalah pintu masuk segala macam benda asing ke dalam tubuh,
menjaga kesehatan mulut berarti menjaga kesehatan seluruh badan. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menunjukkan 44,77% masyarakat Jembrana
mengalami gigi rusak/berlubang/sakit. Angka ini berada di atas rata-rata Provinsi
Bali, yakni 41%.
Karies yang meluas dan tidak dirawat dapat mengakibatkan hilangnya mahkota
gigi sepenuhnya dan menyisakan akar (sisa akar) atau disebut juga sebagai gangren
radiks. Gangren radiks biasanya memiliki lesi periapikal yang bersifat kronis dengan
tidak ada gejala ataupun eksaserbasi akut akibat infeksi sekunder yang
mengakibatkan rasa sakit. Beberapa lesi periapikal yang sering terjadi salah satunya
adalah, abses periapikal. Pilihan perawatan abses periapikal dapat dilakukan
perawatan dengan pencabutan dimana untuk menghilangkan sumber infeksi.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : NLR
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 49 tahun
Alamat : BT agung
Tanggal diperiksa: 26Juni 2023
II. ANAMNESA
Keluhan Utama: Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas patah dan
tajam, pasien mengatakan dulu pernah lubang namun tidak dirawat pasien
ingin dilakukan pencabutan.
2. Vital Sign
TD : 120/90mmHg
RR : 18x / menit
N : 82x / menit
T : 37o C
BB : 50 Kg
TB : 155cm
3. Extra oral
Asimetris muka : (-)
Fluktuasi : (-)
Tanda –tanda radang : Calor -, Rubor -, Dolor -, Tumor - ,
Fungsiolesa +
4. Intra oral
a) Gigi :12 periodontitis
IV. TERAPI
Tanggal kunjungan: 26 Juni 2023
a) Pasien dianamnesa dan diperiksa
a. Alat diagnostik
- Dua buah kaca mulut
- Sonde
- Pinset
- Ekskavator
b. Tampon dan cotton roll
c. Syringe 3 cc
d. Ampul anestesi lokal lidokain
e. Povidone Iodine
f. Forcep ekstraksi untuk gigi (gangrene radiks) untuk gigi rahang atas anterior
dengan ujung beak tertutup
g. Elevator (bein) dimasukan melalui sulkus gingival luntuk memisahkan gigi dari
ligamen periodontal, melebarkan tulang alveolar di bagian servikal, dan
mengungkit gigi.
b. Bagian palatal. Jarum diinsersikan pada ujung apeks gigi membentuk sudut 45 o
dengan bevel menghadap tulang sebanyak 0,3-0,5 cc. untuk nervus
nasopalatinus
10. Lakukan tes baal menggunakan pinset lalu bandingkan dengan mukosa gigi
pada regio yang tidak dianastesi, tanyakan pada pasien apakah mukosa terasa
kebal dan berbeda dengan mukosa gigi yang lain.
11. Elevator (bein) dimasukan melalui sulkus gingival luntuk memisahkan gigi dari
ligamen periodontal, melebarkan tulang alveolar di bagian servikal, dan mengungkit
gigi.
12. Ekstraksi Gigi
c. Fiksasi tulang alveolar menggunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri.
Masukkan elevator di antara gigi dan tulang alveolar untuk memisahkan gigi
dari ligamen periodontal. Lakukan Gerakan mengungkit pada gigi dari arah
proksimal. Setelah gigi dapat diungkit, gunakan forcep dengan ujung beak
tertutup untuk mengeluarkan sisa akar dari dalam soket. Jepit akar gigi seapikal
mungkin dan searah sumbu gigi. Lakukan gerakan luksasi kea rah bukal dan
palatal lalu tarik akar gigi sampai keluar dari soket, menggunakan forcep sejajar
dengan sumbu gigi.
13. Sesudah gigi keluar, periksa apakah terdapat tulang yang tajam/ menonjol.
Apabila terdapat tulang yang tajam, haluskan tulang menggunakan bonefile.
14. Setelah itu, lakukan kuretase untuk menghilangkan jaringan granulasi sampai
bersih.
15. Instruksikan pasien untuk menggigit tampon yang dibasahi dengan povidone
iodine selama 30–60 menit hingga perdarahan berhenti.
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Salah satu terjadinya periodontitis dapat disebabkan oleh karena ada gigi yang
sudah mati tetapi tidak segera dilakukan perawatan terhadap gigi tersebut, karena
nekrosis merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, bila bakteri terus
berkembang biak dan infeksi menjalar melalui foramen apikal menuju jaringan
periodontal/ periradikuler, maka terjadilah periodontitis apikal.
Periodontitis apikal adalah peradangan periodontal oleh karena adanya karies pada
gigi, periodontitis apikal dapat disebabkan oleh karena gigi yang terkena pulpitis,
gangren pulpa, gangren radix pada kondisi nekrosis yang tidak dirawat, bakteri akan
berpenetrasi melalui foramen apikalis dan menimbulkan inflamasi diperiapikal. Bila
suatu gigi yang Gangren dibiarkan, maka dia akan menjadi kronis dan tidak
menimbulkan keluhan apa-apa karena saraf yang berada di dalam ruang pulpa sudah
tidak lagi berfungsi seperti yang seharusnya. Penderita hanya merasa bahwa giginya
pernah sakit, tetapi kemudian sakitnya hilang (yaitu gigi berubah dari vital menjadi
nonvital). bila hal ini terjadi pada gigi yang mahkotanya kurang dari sepertiga maka
dinamakan Periodontitis oleh karena Gangren Radix
Infeksi odontogenik adalah salah satu infeksi yang paling umum terjadi dari
rongga mulut. Dapat disebabkan oleh karies gigi serta plak dan kalkulus. Dalam
semua kasus infeksi tersebut berasal dari mikroba mulut. Tergantung pada jenis,
jumlah dan virulensi dari mikroorganisme yang dapat menyebar ke jaringan lunak,
keras dan sekitarnya.
Granuloma periapikal merupakan lesi inflamasi kronis pada apeks gigi non vital
yang terdiri dari jaringan granulasi dan sel inflamasi kronis (limfosit, sel plasma,
mast cell, dan makrofag). Granuloma periapikal berkembang sebagai respon terhadap
infeksi atau inflamasi. Faktor etiologi granuloma periapikal yaitu perluasan dari
inflamasi pulpa atau infeksi pada apeks akar, trauma oklusal, perforasi apeks akar saat
perawatan endodontik, perluasan infeksi periodontal ke dalam ujung apeks.
Gejala klinis dari periapikal granuloma ini biasanya asimptomatis, yakni tidak
menunjukkan gejala subyektif dan gambaran klinis nyata. Pada anamnesa biasanya
tidak terdapat rasa sakit, dan kemungkinan beberapa waktu sebelumnya gigi tersebut
pernah sakit dan sembuh sendiri. Gigi sudah non vital (gangrene pulpa atau gangrene
radiks) dan biasanya ada rasa sakit ringan (pada pemeriksaan perkusi) atau mungkin
bahkan tidak ada.
D. MEDIKASI
KESIMPULAN
Penatalaksanaan pencabutan pada gigi dengan kondisi sisa akar yang kronis
sebaiknya diikuti dengan tindakan minimal kuretase pada jaringan periodontal untuk
menghindari sisa dental granuloma maupun kista yang mungkin sudah terbentuk di
periapikal gigi tersebut dan tidak ikut terambil saat tindakan pencabutan gigi.
Pemberian obat analgesic untuk menghilangkan rasa sakit paska pencabutan
Komunikasi, instruksi dan edukasi pada pasien mengenai granuloma atau peradangan
lainnya di dalam rongga mulut juga harus dilakukan agar pasien memahami kondisi
tersebut dan alasan mengapa pencabutan gigi perlu dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
4. Purkait SK. Essential of Oral Pathology. 3rd ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers; 2011.