Anda di halaman 1dari 5

Nama : Gempita Sekar Permata

NIM : 22010218130048

A. Tugas Drg. Ahmd Saptadi, Sp.BM PPT Pengantar dan Konsep Ilmu Bedah

Skenario 1 : Seorang laki laki 32 tahun datang ke IGD RSDK dengan keluhan benjolan di
pipi kiri sejak 3 bulan terakhir. Benjolan semakin lama semakin membesar. Pasien tidak
mengeluh nyeri atau demam. 2 minggu SMRS pasien merasakan adanya cairan yang keluar
dari gusi paling belakang bawah kiri. Pasien mempunyai riwayat sakit kuning dan maag.

Soal :
1. Sebagai dokter jaga di IGD kepada siapakah pasien ini akan dirujuk untuk mendapatkan
perawatan yang tepat ? Berikan alasan yang jelas dan lengkap
2. Sebutkan urutan tatalaksana atas pasien ini sampai dengan terapi definitif nya.

Jawab :
1. Pasien akan dirujuk kepada dokter gigi spesialis bedah mulut (Sp.BM), karena pasien
mengalami keluhan benjolan dipipi kiri, dimana benjolan tersebut makin membesar,
keluhan ini membutuhkan tindakan pembedahan supaya benjolan hilang. Dokter spesialis
bedah mulut memiliki spesialisasi dalam penanganan kelainan kasus pasien yang
dikeluhkan tersebut.
Pasien ini memiliki riwayat sakit kuning dan maag sebaiknya dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan dokter spesialis penyakit dalam (Sp.PD) apakah pasien diperbolehkan
untuk dilakukan tindakan atau tidak. Untuk membantu penegakan diagnosis perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan
patologi anatomi.
2. Tatalaksana kasus
a. Pemeriksaan subjektif : pemeriksaan subjektif didapatkan dari hasil anamnesis
Identitas pasien
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
A. Keluhan Utama : Benjolan di pipi kiri sejak 3 bulan terakhir. Benjolan semakin
lama semakin membesar. Pasien tidak mengeluh nyeri atau
demam
B. Keluhan Penyerta : 2 minggu SMRS pasien merasakan adanya cairan yang keluar
dari gusi paling belakang bawah kiri.
C. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit kuning dan maag
D. Riwayat Penyakit Keluarga : -
E. Riwayat Sosial Ekonomi : -
b. Pemeriksaan objektif :
1. pemeriksaan ekstra oral : Terdapat benjolan dipipi kiri
2. pemeriksaan intra oral : -
c. Pemeriksaan penunjang : dapat dilakukan pemeriksaan biopsi, pemeriksaan radiografi
d. Diagnosis : Kista Dentigerous
e. Tatalaksana :
Dari anamnesa dan pemeriksaan klinis ditegakkan suatu diagnosa klinis
yaitu kista dentigerous. Kista dentigerous merupakan kista yang berhubungan dengan
mahkota gigi atau gigi yang tidak erupsi atau gigi yang sedang dalam perkembangan.
Pada pemeriksaan awal, pasien mengeluhkam cairan yang keluar dari gusi gigi
belakang bawah kiri. Hal ini dapat dilakukan pemberian medikasi antibiotik
(Amoxicilim 500mg) dan NSAID (Asam Mefenamat 500mg) dan direncanakan akan
dilakukan insisional biopsi.
Tahap selanjutnya dapat dilakukan inisisi drainase sebelum dilakukan
insisional biopsi. Insisi drainase dilakukan pada daerah gusi yang mengeluarkan cairan
untuk mengelurakan cairan dari tempat tersebut. Kemudian dilanjutkan irigasi PZ dan
Povidone Iodine kurang lebih30cc, lalu dibilas PZ lagi. Diharapkan benjolan akan
mengecil. Setelah itu dilakukan insersi rubber drain dan difiksasi dengan 2 jahitan silk
3.0.
Tahap selanjutnya dilakukan insisional biopsi disertai marsupilisasi dengan
anesti lokal . Sampel jaringan kemudian dikirim kebagian Patologi Anatomi.
Kasus ini juga dapat didiagnosa sebagai kista dentigerous yang disebabkan
karena gigi impaksi, karena cairan keluar yang dikeluhkan pasien berasal dari gusi
paling belakang bawah kiri. Untuk memastikan diagnosis ini dapat dilakukan
pemeriksaan radiografi panoramik.
Rencana perawatan kista dentigerous karena gigi impaksi ini yaitu dilakukan
ekstirpasi-biopsi dan odontektomi pada gigi impaksi. Penderita dikonsulkan ke bagian
anestesi pada h-1 untuk mengetahui kemungkinan hal-hal yang menyulitkan selama
tindakan operasi.
Perawatan pilihan lainnya untuk kista dentigerous adalah enukleasi bersama
dengan pencabutan gigi yang terkena. Jika erupsi gigi yang tidak erupsi dianggap layak,
gigi dapat dibiarkan di tempat setelah pengangkatan sebagian dinding kista.
Perawatan disempurnakan dengan menggantikan gigi yang hilang
menggunakan prothesa lepasan sebagian oleh bagian prosthodontia.
Pasien diharuskan kontrol pada bulan ke 3 setelah dilakukan tindakan untuk
dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi untuk evaluasi.
Prognosis untuk kista dentigerous sangat baik, dan kambuh jarang terjadi. Hal
ini terkait dengan sifat epitel enamel tereduksi yang sudah habis,  yang telah
membedakan dan membentuk enamel mahkota gigi sebelum berkembang menjadi
kista. Namun demikian, beberapa komplikasi potensial harus
dipertimbangkan. Kemungkinan bahwa lapisan kista dentigerous mungkin mengalami
transformasi neoplastik menjadi ameloblastoma telah didokumentasikan dengan baik. 

Skenario 2 : Seorang laki laki usia 55 tahun datang ke poli Merpati RSDK dengan
keluhan sakit kasar di kedua pipi bagian dalam, disertai adanya sariawan yang terasa
sakit di lidah sebelah kiri . Sariawan sudah ada sejak 2 tahun yang lalu, namun tidak
pernah terasa sakit sebelumnya. Sejak beberapa minggu SMRS , sariawan dilidah terasa
perih terutama saat makan pedas. Terlihat bintik bintik merah dilangit langit.

Soal :
1. Apa diagnosis kasus diatas? Differensial diagnosis nya ?
2. Pemeriksaan penunjang apakah yang diperlukan untuk penegakan diagnosis ?
Kepada sejawat apa saja pasien ini perlu dikonsulkan ? Beri alasanya

Jawab :
1. Diagnosis : Oral Cell Squamous Carcinoma (Kanker mulut)
DD : Burning mouth syndrome
2. Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan biopsi : spesimen diambil dari area yang paling dicurigai secara
klinis.
- Pemeriksaan radiologi CT Scan atau MRI : untuk membantu menentukan
batas dan ukuran tumor, mendeteksi luasnya suatu massa jaringan lunak serta
penyebaran kanker.

Dikonsulkan pada dokter gigi spesialis bedah mulut, karena dokter spesialis bedah
mulut dapat menangani onkologi, yang berfokus pada pengobatan kanker. Dalam
spesialisasi ini, dokter dapat menangani tumor yang muncul di leher dan kepala,
kelenjar ludah dan rahang

B. Tugas Drg.Ahmad Saptadi, Sp.BM PPT Ekstraksi Gigi Dewasa

Skenario : Seorang laki laki usia 27 tahun datang ke Poli Gigi RSND dengan keluhan gusi
gigi geraham kiri bengkak dan sakit sejak 1 minggu SMRS sehingga pasien merasa terganggu
saat makan. Pada pemeriksaan intra oral ditemukan pembengkakan di vestibulum 37
berwarna kemerahan , nyeri tekan (+), teraba fluktuatif. Gigi 37 karies mencapai pulpa
perkusi (+)

Soal :
1. Urutkan tatalaksana yang tepat pada kasus ini.
2. Jika harus dilakukan pencabutan gigi, uraikan prosedur tindakan tersebut sampai dengan
pasien dinyatakan aman untuk dipulangkan. ( termasuk jenis tang yang dipakai, teknik
pencabutan, obat2an yang dipakai )

Jawab :
1. Tatalaksana kasus
a. Pemeriksaan subjektif : pemeriksaan subjektif didapatkan dari hasil anamnesis
A. Identitas pasien
Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
B. Keluhan Utama : Gusi gigi geraham kiri bengkak dan pasien merasakan sakit sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, merasa terganggu saat makan
C. Riwayat Penyakit Dahulu : -
D. Riwayat Penyakit Keluarga : -
E. Riwayat Sosial Ekonomi : -
b. Pemeriksaan objektif :
1. pemeriksaan ekstra oral : -
2. pemeriksaan intra oral :
- adanya pembengkakan divestibulum regio gigi 37 berwarna kemerahan
- nyeri tekan positif
- teraba fluktuatif
- tes perkusi positif
- terdapat karies mencapai pulpa pada gigi 37
c. Pemeriksaan penunjang : dapat dilakukan pemeriksaan radiografi
d. Diagnosis : Karies mencapai pulpa pada gigi 37 (Pulpitis Irreversibel) disertai abses
submukosa
e. Rencana perawatan :
- Ekstraksi gigi 37
- Kuretase abses submukosa
- Edukasi (kontrol diet dan menjaga oral higiene)
f. Tatalaksana
Gigi 37 dengan diagnosis pulpitis irreversible disertai lesi submukosa dapat
dilakukan ekstraksi gigi apabila gigi sudah tidak dapat dipertahankam yang selanjutnya
akan dilakukan perawatan abses submukosa dengan hati-hati untuk membersihkan
abses. Sebelum dilakukannya perawatan dilakukan pemeriksaan subjektif dan
pemeriksaan objektif terlebih dahulu. Apabila gigi masih bisa dipertahankan dapat
dilakukan pulpektomi atau pulpotomi
Perawatan abses odontogenik dapat dilakukan secara lokal/sitemik. Perawatan
lokal meliputi irigasi, aspirasi, insisi dan drainase, sedangkan perawatan sistemik terdiri
atas pengobatan untuk menghilangkan rasa sakit, terapi antibiotik, dan terapi
pendukung.

2. Prosedur pencabutan gigi


1. Mencuci tangan menurut teknik WHO, mengunakan masker dan gloves
2. Menyiapkan alat dan bahan, disposable spuit dan anestesi local, bein, tang ekstraksi
mahkota molar rahang bawah (Beak, joint, dan handle membentuk sudut 90o. Ujung
terbuka, tidak terdapat bifurkasi), cotton roll, tampon, povidone iodine 10%
3. Menjelaskan pada pasien prosedur apa yang akan dilakukan
4. Memeriksa tekanan darah pasien
5. Informed consent, apakah pasien setuju dilakukan tindakan ekstraksi gigi molar 2
rahang bawah
6. Memposisikan pasien duduk di dental unit dengan posisi mulut pasien lebih rendah
dari siku operator, oklusi rahang bawah pasien sejajar dengan lantai, operator berada
didepan kanan pasien. Melakukan pemeriksaan ekstra oral dan intra oral, memastikan
kembali gigi molar 2 rahang bawah yang akan diekstraksi
7. Melakukan anastesi pada regio gigi 37
8. Membuka perlekatan gingiva menggunakan elevator / bein.
9. Melakukan elevasi gigi menggunakan bein pada proksimal mesial hingga gigi terasa
goyang
10. Melakukan gerakan luksasi bukal lingual serta rotasi menggunakan tang mahkota
molar pada gigi 37 yang akan diekstraksi
11. Membersihkan daerah pencabutan, letakkan tampon yang telah diberi povidone iodine
10% pada area luka ekstraksi
12. Memberikan instruksi paska ekstraksi
 Gigit tampon selama +- I jam
 Tidak makan dan minum selama 1 jam
 Tidak berkumur
 Tidak menghisap-hisap
 Tidak merokok
 Tidak memainkan lidah ke area yang diekstraksi
 Hindari makanan dan minuman panas selama 1 hari
 Apabila terjadi perdarahan terus menerus menginstruksikan pasien untuk kembali
ke dokter gigi

Perawatan paska ekstraksi


- Setelah dicabut, soket harus mendapatkan perawatan yang benar
- Mungkin hanya perlu debridement
- Jika terjadi lesi periapikal (yang terlihat dari gambaran radiologi dan granuloma
tidak terangkat bersama gigi) maka daerah periapikal harus dilakukan kuretase
dengan hati-hati untuk mengangkat granuloma.
- Jika gigi dicabut karena penyakit periodontal, harus diperhatikan jaringan granulasi
yang berada di servikal gingiva à kuretase dengan kuret/gunting jaringan/
hemostat.
- Tulang dipalpasi, periksa apakah ada yang tajam, tonjolan tulang à jika masih ada
haluskan dengan bone file, atau trimming dengan bone ranger.

Anda mungkin juga menyukai