Anda di halaman 1dari 17

TELAAH KASUS

PIT AND FISSURE SEALANT


PADA GIGI 15 DAN 25

Oleh :
Rahma Fuaddiah
2041412002

Pembimbing :
drg. Puji Kurnia , MDSc, Sp.KGA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
PIT AND FISSURE SEALANT PADA GIGI 25a,15 DAN 25b

A. Pendahuluan

Penyakit kronis pada rongga mulut yang sering dijumpai pada anak

adalah karies gigi. Karies gigi adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

mikroorganisme di rongga mulut yang pada jaringan keras gigi. Karies gigi

menyebabkan demineralisasi zat anorganik dan destruksi pada substansi zat

organik pada gigi (Garg dan Garg, 2014). Karies gigi terjadi karena adanya

interaksi antara bakteri yang mengasilkan asam dengan substrat yang dapat

memacu pertumbuhan bakteri (Selwitz, Ismail, dan Pitts, 2007).

Pit and fissure pada gigi posterior merupakan celah yang dalam dan

sempit pada bagian permukaan oklusal gigi yang rentan terhadap retensi sisa

makanan dan mikroorganisme yang lama kelamaan apabila tidak dilakukan

perawatan preventif akan menyebabkan karies gigi (Badrinatheswar, 2010).

Dalam bidang kedokteran gigi, intervensi minimal adalah konsep dasar

perawatan professional yang fokus terhadap resiko, deteksi awal, dan perawatan

penyakit sedini mungkin pada tingkat mikro, diikuti dengan perawatan yang

paling minimal dan nyaman bagi pasien untuk memperbaiki kerusakan ireversibel

pada gigi yang diakibatkan oleh penyakit. Salah satu tindakan preventif penyakit

karies yaitu melakukan aplikasi pit and fissure sealent pada gigi posterior yang

masih bebas karies (Witasari dkk, 2013).

Pit and Fissure sealant merupakan bahan yang diletakkan pada pit and

fissure gigi dan bertujuan untuk mencegah proses karies gigi. Saliva dan alat

pembersih mekanis sulit menjangkaunya. Dengan diberikannya bahan penutup

pit and fissure sealant pada awal erupsi gigi permanen, diharapkan dapat

1
mencegah bakteri sisa makanan berada dalam pit dan fisur (Badrinatheswar,

2010). Sealant dapat mengurangi jumlah bakteri secara signifikan pada lesi

karena adanya prosedur pengetsaan yang bisa membunuh 75% mikroorganisme,

serta menghalangi akses bakteri terhadap nutrisi sehingga tidak dapat

memproduksi asam karena terisolasi dari karbohidrat. Bahan sealant yang ideal

adalah bahan yang mempunyai kemampuan retensi yang tahan lama, kelarutan

terhadap cairan mulut rendah, biokompatibel dengan jaringan rongga mulut, dan

mudah diaplikasikan (Witasari dkk, 2013).

Gambar 1. Gigi dengan pit dan fisur dalam

B. Indikasi dan KontraIndikasi pemberian Pit and fissure sealant

Indikasi :

 pit and fissure yang dalam

 Terjadi perubahan warna (stain) atau dekalsifikasi minimal pada Pit dan

fissure

 Tidak adanya karies interproksimal

 Memungkinkan kontaminasi saliva yang minimal

Kontra Indikasi:

 Pada pit dan fissure terdapat Self cleansing yang baik

 Terdapat tanda klinis maupun radiografis adanya karies interproksimal yang

memerlukan perawatan dan restorasi

2
 Gigi erupsi hanya sebagian dan tidak memungkinkan isolasi dari

kontaminasi saliva.

C. Klasifikasi Bentuk Fisur

Bentuk fisur dibagi menjadi empat bentuk berdasarkan alfabetnya, yaitu:

(1) Tipe V, fisur yang dangkal dan lebar di bagian atas dan secara bertahap

menyempit ke arah bawah. Bentuk pit dan fisur ini memiliki self

cleansing yang baik

(2) Tipe U, benbentuk seperti huruf U, memiliki area yang dangkal, lebar

dan hampir sama dari atas ke bawah. Bentuk pit dan fisur ini memiliki

self cleansing yang baik

(3) Tipe-I, pit dan fisur memiliki celah yang sangat sempit, dalam,

berbentuk seperti leher botol dan sangat rentan terhadap karies.

(4) Tipe IK, memiliki celah sangat sempit dan memiliki ruang yang

melebar di bagian bawah. Jenis fisur yang juga rentan terjadinya

karies.

Gambar 2. Klasifikasi Bentuk Fisur

D. Bahan Sealant

a. Resin

Material resin terdiri atas matriks oligomer berbasis resin, seperti

bisphenol-A glycidyl dimethacrylate (bisGMA) dan pengisi anorganik

seperti silikon dioksida (silika). Sealant ini biasanya resin yang bersifat

3
unfilled, tidak berwarna, atau transparan atau dapat berupa resin filled, opak,

sewarna gigi, atau putih.

Prosedur pengaplikasian dimulai dengan profilaksis pit dan fisur,

pengetsaan asam dan isolasi sampai sealant dipasang dan disembuhkan.

Literatur menyarankan teknik tambahan, seperti penggunaan bonding,

daripada preparasi enamel secara mekanis. Setelah selesai, retensi harus

diperiksa dengan probe setelah polimerisasi untuk menilai apakah sealant

tersebut efektif.

1. Resin Based Sealant Filled

Resin based sealant filled merupakan salah satu bahan fissure sealant

dengan penambahan filler ke dalam resin matrik. Sebagai contoh resin

based sealant filled yang digunakan dalam perawatan fissure sealant

adalah resin komposit.

1) Komposisi ResinKomposit

Berikut ini merupakan komposisi dari resin komposit:

 Resinmatriks

``Resin adalah komponen aktif kimia dalam komposit, berbentuk

monomer cair. Bisphenol-a-glycidyl dimethacrylate (Bis-GMA), trietilen

glikol dimetakrilat (TEGDMA), dan urethane dimethacrylate (UEDMA)

adalah matriks resin yang umum digunakan dalam resin komposit. Fungsi

matriks resin untuk membentuk ikatan silang polimer yang kuat pada bahan

komposit dan mengontrol konsistensi pasta resin komposit. Monomer ada

yang memiliki viskositas tinggi (bisphenolA-glycidyl Methacrylate / Bis-

GMA) dan viskositas rendah (TEGMA dan UEDMA yang berfungsi untuk

meningkatkan daya alir). Matriks resin memiliki kandungan ikatan ganda

karbon reaktif yang dapat berpolimerisasi bila terdapat radikal bebas.

4
Monomer dengan berat molekul tinggi, khususnya Bis-GMA amatlah kental

pada temperatur ruang (25°C). Monomer dengan berat molekul lebih tinggi

dari pada metilmetakrilat yang membantu mengurangi pengerutan

polimerisasi. Nilai polimerisasi pengerutan untuk resin metil metakrilat

adalah 22 % V dimana untuk resin Bis-GMA 7,5 % V.

 Filler

Filler inorganik yang terkandung dalam resin komposit adalah quartz,

glass, silika, dan colorant (pewarna). Penambahan filler kedalam resin

matrik akan meningkatkan kekuatan da sifat mekanik lainnya. Jumlah dan

ukuran filler akan mempengaruhi kekuatan dan ketahanan terhadap

keausan.

 Couplingagent

Coupling agent merupakan komposisi penting dalam resin komposit,

karena coupling agent mempengaruhi kekuatan ikat antara filler dan resin

matrik. Coupling agent yang terkandung dalam resin komposit adalah

organosilane. Mekanisme ikatan antara filler dan resin matrik dapat

dijelaskan sebagai berikut :

(a) Komponen silane akan berikatan dengan quartz, glass dan silika,

(b)Komponen organik akan berikatan dengan resin matrik, kemudian

komponen organik ini akan mengikat filler ke resin matrik (Garg &

Gard, 2014).

 Pigment

Untuk membuat resin komposit memiliki warna yang sesuai dengan

warna gigi diperlukan adanya penambahan pigment (pewarna). Pigment

(pewarna) ini biasanya berasal dari filler inorganic.

2) Sifat Resin Komposit

5
Berikut ini merupakan sifat dari resin komposit (1) Polymerization

shrinkage: stres yang terjadi akibat kontraksi saat polimerisasi dari resin

komposit akan menyebabkan integritas dari tepi restorasi akan menjadi

terganggu. Akibatnya terjadi kebocoran tepi restorasi. (2) Water

absorption: kemampuan resin komposit dalam menyerap air sebesar 0,2–

0,6 % dari berat molekul. Penyerapan air yang terlalu banyak dapat

menyebabkan kerusakan pada restorasi. (3) Wear: ketahan terhadap

keausan dipengaruhi oleh ukuran filler. Filler dengan ukuran yang besar

(macrofilled) akan memiliki ketahanan terhadap keausan tinggi.

3) Aplikasi bahan sealent filled

 Bersihkan seluruh permukaan gigi yang akan dilakukan pit

fissure sealant menggunakan sonde dan brush dengan bahan

pumice dan air. Tujuannya untuk menghilangkan plak dan pelikel

yang akan menghambat proses etsa.

 Bersihkan permukaan gigi dan sisa pumice dengan semprotan air

dan udara.

 Isolasi gigi agar tidak terkontaminasi saliva dengan cotton roll.

 Aplikasikan etsa pada enamel, etsa dilakukan selama 1 menit.

Perluas daerah etsa sampai keujung cusp atau radius 3-4 mm

sekitar pit.

 Cuci dan keringkan permukaan enamel. Pasien tidak boleh

berkumur dan isolasi gigi dari mukosa dan saliva. Kontaminasi

saliva akan melemahkan ikatan resin.

 Keringkan permukaan yang dietsa dengan semprotan udara

selama 30 detik.

 Aplikasikan bonding agent, kemudian lightcure selama 20 detik.

6
 Aplikasikan bahan fissure sealant pada salah satu fisur dan

biarkan mengalir ke seluruh fisur. Bahan sealant menutupi

sampai radius 3-4 mm dari fisur.

 Lightcure selama 20 detik.

 Periksa dengan ujung sonde di atas permukaan resin untuk

memastikan apakah seluruh fisur sudah tertutup resin.

 Cek oklusi menggunakan articulating paper.

2. Resin Based Sealant Unfilled

1) Komposisi Resin Based Sealant Unfilled

Resin based sealant unfilled sesuai dengan namanya resin based sealant

tipe ini tidak mengandung filler melainkan hanya mengandung resin matrik,

optical modifier, pigment, dan stabilizer. Bahan fissure sealant yang

digunakan dalam penelitian ini yang berbahan dasar Resin Bis-GMA adalah

Halioseal. Berikut ini merupakan komposisi dalam Halioseal.

 Helioseal

Berikut ini merupakan komposisi helioseal: Bis-GMA: 58.3,

TEGDMA: 38.1, UDMA: tidak ada, fluorosilicate glass, silicon

dioxide: tidak ada , titanium dioxide: 2.0, stabilizer, catalyst: 1.6.

 HeliosealF

Berikut ini merupakan komposisi helioseal F: Bis-GMA: 11.8,

TEGDMA: 23.4, UDMA: 23.4, fluorosilicate glass, silicondioxide:

40.5, titanium dioxide: 0.6, stabilizer, catalyst: 0.3.

 HeliosealClear

7
Berikut ini merupakan komposisi helioseal clear: Bis-GMA:

60.0, TEGDMA: 39.3, UDMA: tidak ada, fluorosilicate glass, silicon

dioxide: tidak ada, titanium dioxide: tidak ada, stabilizer, catalyst: 0.7.

Helioseal merupakan bahan fissure sealant tanpa filler dari

Ivoclair Vivadent. Mengandung sejumlah kecil titanium

dioxideyangmemberikan warna putih khas pada bahan ini, memiliki

retensi yang baik. Helioseal memiliki sifat yang berbeda dari bahan

fissure sealant yang mengandung filler yaitu kemampuan aliran yang

baik.

2) Aplikasi sealent unfilled

 Bersihkan seluruh permukaan gigi yang akan dilakukan pit fissure

sealant menggunakan sonde dan brush dengan bahan pumice dan air.

Tujuannya untuk menghilangkan plak dan pelikel yang akan

menghambat proses etsa.

 Bersihkan permukaan gigi dan sisa pumice dengan semprotan air dan

udara.

 Isolasi gigi agar tidak terkontaminasi saliva dengan cotton roll.

 Aplikasikan etsa pada enamel, etsa dilakukan selama 1 menit. Perluas

daerah etsa sampai keujung cusp atau radius 3-4 mm sekitar pit.

 Cuci dan keringkan permukaan enamel. Pasien tidak boleh berkumur

dan isolasi gigi dari mukosa dan saliva. Kontaminasi saliva akan

melemahkan ikatan resin.

 Keringkan permukaan yang dietsa dengan semprotan udara selama 30

detik.

8
 Aplikasikan bahan fissure sealant pada salah satu fisur dan biarkan

mengalir ke seluruh fisur. Bahan sealant menutupi sampai radius 3-4

mm dari fisur.

 Lightcure selama 20 detik.

 Periksa dengan ujung sonde di atas permukaan resin untuk

memastikan apakah seluruh fisur sudah tertutup resin.

 Cek oklusi menggunakan articulating paper.

b. Glass ionomer (GI) sealant

Glass ionomer sealant adalah sealant yang dikembangkan dan digunakan

karena sifatnya yang dapat melepas fluor, yang berasal dari reaksi asam basa

antara bubuk kaca fluoraluminosilikat dan larutan asam poliakrilat berbasis

air.

Masalah utama dengan penggunaan GIC sebagai bahan sealant adalah

kerapuhan material saat digunakan pada bagian tipis di atas permukaan

oklusal. Namun, telah dibuktikan bahwa meskipun tingkat retensi sangat

rendah, kejadian karies di bawah sealant GIC rendah, dalam jangka panjang

mirip dengan retensi sealant berbasis resin.

Aplikasi GIC:

 Bersihkan permukaan oklusal gigi dari debris dan plak

 Lakukan isolasi pada gigi dengan menggunakan cotton roll

 Aplikasikan dentin conditioner pada permukaan oklusal gigi dan

diamkan selama 20 detik

 Bilas dan keringkan dengan semprotan udara secara tidak langsung

selama 10 detik

 Bubuk dan cairan GIC dicampurkan dengan perbandingan 1 sendok

takar yang disediakan pabrik dengan 2 tetes cairan. Serbuk dan cairan

9
ini diletakkan di atas paper pad. Teknik pencampurannya adalah

serbuk dibagi menjadi dua bagian yang sama, setengah bagian serbuk

dicampur terlebih dahulu dengan cairan menggunakan spatula,

selanjutnya setengah bagian yang lain ditambahkan dan dicampur

sampai adonan terlihat halus seperti pasta dan mengkilat.

 Semen yang telah dicampur diaplikasikan ke fisur gigi, dengan

menggunakan ball applicator dan dipastikan tidak ada gelembung

udara yang terjebak kemudian ditunggu hingga mengeras, lalu

diaplikasikan cocoa butter.

Kelebihan dari fissure sealant GIC adalah kemampuan dalam melepaskan

fluor dan pengaplikasian yang mudah sedangkan untuk kekurangannya

yaitu rendahnya daya tekan dan kekuatan tarik yang dimiliki oleh bahan

ini. Fissure sealant GIC memiliki kemampuan melepaskan fluor yang

dalam jumlah besar dan ikatannya dengan enamel lebih baik dari resin

komposit. Pelepasan fluor yang tinggi memberikan kemampuan

antikariogenik yaitu dengan cara menghambat demineralisasi dan

meningkatkan remineralisasi. Ikatan semen ionomer kaca ke jaringan

enamel yang merupakan ikatan kimia dapat mencegah terjadinya

kebocoran mikro mencegah tertumpuknya plak sehingga dapat

menghindari terbentuknya karies sekunder . Selain itu pengaplikasian GIC

lebih cepat dan mudah tanpa perlu etsa dan bonding dan tidak

membutuhkan peralatan yang mahal. Namun kekurangan dari bahan ini

adalah daya tekan dan kekuatan tarik rendah sehingga penggunaannya

terbatas pada daerah dengan tekanan oklusi yang kecil.

c. Resin-modifiedGIC

1) Komposisi Resin-modifiedGIC

Bahan RMGIC terdiri atas powder dan liquid. Powder berisi partikel

10
glass fluoro-alumino silikat yang radiopak. Powder RMGIC terutama

terdiri dari glass sedangkan liquid terdiri dari 4 bahan utama, yaitu:

1) resin metakrilat yang memungkinkan pengaturan terjadinya

polimerisasi

2) polyacid yang bereaksi dengan glass untuk memulai reaksi setting

melalui mekanisme asam-basa

3) HEMA, suatu metakrilat hidrofilik yang memungkinkan resin dan

komponen asam dapat berdampingan di air; HEMA juga mengambil

bagian dalam reaksi polimerisasi

4) Air, merupakan komponen penting yang diperlukan untuk

memungkinkan ionosasi dari komponen asam sehingga reaksi asam-

basa dapat terjadi

5) Inisiator radikal bebas.

2) Sifat RMGIC

Dengan tambahan bahan resin secara signifikan dapat meningkatkan

berbagai sifat dari bahan glass ionomer. RMGIC memiliki sifat mekanis

yang lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit tetapi lebih baik

dari GIC. Berbagai kelebihan seperti kemampuan ikatan dalam jaringan

dentin dan email, fluor yang dilepaskan dan kombinasi waktu kerja yang

lebih lama dalam waktu pengerasan yang lebih singkat. Disamping itu

karena dilakukan hanya satu kali penyinaran akan mengurangi radiasi yang

mungkin timbul dari sumber sinar seperti yang dilakukan pada penambalan

dengan resin komposit dengan aktivasi penyinaran.

Restorasi yang dibentuk juga dapat segera dipoles, selain itu kekuatan

daya tahan terhadap lingkungan kelembaban seperti keadaan kering dan

pada serangan asam akan tetap menjadi lebih baik. Berikut ini merupakan

sifat-sifat yang dimiliki oleh RMGIC, yaitu:

11
a) waktu kerja: 3 menit 45 detik

b) waktu pengerasan: 20 detik

c) kekuatan kompresi: 242 Mpa

d) diamertral tensile strength: 37 pa

e) shear bond strength email: 11,3 pa

f) shear bond strength dentin: 8,2 pa.

3) ReaksiPolimerisasi

Reaksi polimerisasi RMGIC terjadi melalui reaksi asam basa dan aktivasi

sinar. Pada dasarnya kedua reaksi polimerisasi ini dapat dijelaskan sebagai

berikut (1) tahap pertama, reaksi asam basa akan segera terjadi ketika

fluroaluminosilicate kaca dengan cairan asam (polialkenoat) dicampurkan,

(2) Kedua, aktivator dan inisiator kimia akan teraktivasi untuk memicu

reaksi polimeriasi kimia (asam basa), (3) Ketiga, reaksi polimerisasi

dipercepat dengan aktivasi sinar karena terjadi polimerisasi dari HEMA dan

kopolimer yang ada akan membantu reaksi reaksi silang (cross-linking)

diantara gugus metakrilat.

E. FotoKasus

cc

Gambar 3. Model Kerja

12
F. Alat dan bahan

Alat

 Diagnostic Set

 Light Cure

 Microbrush

 Bur Poles Komposit / White stone bur

 Brush

 Treeway syringe

 handpiece

Bahan

 Etching Agent

 Unfilled Flowable Resin

 Articulating Paper

 Cotton Roll

 Pumice

G. Prosedur

1. Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll atau rubber untuk menghindari

kontaminasi saliva.

2. Bersihkan seluruh permukaan gigi yang akan dilakukan pit dan fissure sealant

menggunakan sonde pada pit and fissure, lalu aplikasikan pumice dan air

dengan brush.

3. Bilas permukaan gigi dengan water and air syringe.

4. Aplikasikan etsa dengan microbrush pada permukaan gigi hingga mendekati

cusp atau radius 3-4 mm sekitar pit, lalu diamkan selama 20 detik.

5. Bilas dan keringkan permukaan gigi yang dietsa dengan syringe..

13
6. Aplikasikan bahan fissure sealant pada fissure dan biarkan mengalir keseluruh

permukaan fissure.

7. Light curing selama 20 detik.

8. Periksa fissure dengan menggunakan ujung sonde untuk memastikan apakah

seluruh fissure sudah tertutup oleh bahan sealant. Apabila terdapat bagian

yang tidak terisi atau tidak rata, bahan sealant boleh langsung ditambah untuk

menutupi area yang diinginkan. Setelah itu, cek retensi menggunakan ujung

sonde.

9. Periksa oklusi dengan menggunakan articulating paper, apabila ada prematur

kontak, buang kelebihan bahan sealant menggunakan white stone bur.

14
Gambar 4. Prosedur Pit and Fissure Sealant (Guerra dkk, 2016)

H. Faktor yang mempengaruhi perawatan pit and fissure sealant

Faktor yang mempengaruhi perawatan sealant sangat dipengaruhi oleh

terjaganya adaptasi yang erat antara sealant dengan permukaan gigi. Diantaranya

yang mempengaruhi hal tersebut ialah :

1. Isolasi

Air ataupun saliva dapat menghalangi perlekatan resin dengan enamel

karena menutupi mikroporositas yang dihasilkan oleh proses pengetsaan dan hal

tersebut akan menurunkan retensi bahan sealant. Bahan sealent dari resin

memiliki sifat hidrophobik. Oleh karena itu daerah sekitar gigi harus diisolasi dan

harus dipastikan bahwa tidak ada kontaminasi saliva ataupun air yang mengenai

gigi yang akan dilakukan tindakan.

2. Pengetsaan

Perawatan pit and fissure sealant memerlukan prosedur etsa asam untuk

memberikan retensi bagi material yang digunakan. Etsa asam harus mengenai

permukaan gigi dengan baik agar terbentuk mikroporus yang berperan dalam

ikatan mikro mekanik antara gigi dengan material restorasi. Kegagalan

pembentukan ikatan mikromekanik akan memicu terjadinya kebocoran mikro

pada penempatan bahan sealent dan selanjutnya dapat mengakibatkan karies

sekunder.

3. Pengeringan

15
Pengeringan setelah etsa harus diperhatikan sampai terlihat permukaan yang

opaque karena hal tersebut disebabkan oleh sifat resin yang hidrofobik. Apabila

gigi tidak dikeringkan dengan baik dan tidak didapatkan tampilan gigi seperti

opaque setelah dilakukan pengeringan, maka retensi dan ikatan antara gigi

dengan sealent akan terganggu.

Daftar Pustaka

Anusavice, K. J., Shen, C., & Rawls, H. R. (Eds.). (2012). Phillips' science of dental
materials. Elsevier Health Sciences.

Bachtiar, Zulfi A dan Putri, Rizky A. 2018. Penatalaksanaan Fissure Sealent Pada Gigi
Anak. Talenta Publisher

Badrinatheswar, G. V. 2010. Pedodontics Practice and Management. India: Jaypee

Bekes, Katrin. 2018. Pit And Fissure Sealant. Springer

Garg, N., dan Garg, A. 2014. Textbook of Operative Dentistry. In Stomatology Edu
Journal (Vol. 1).

Selwitz, R. H., Ismail, A. I., & Pitts, N. B. (2007). Dental caries. Lancet, 369(9555), 51–
59.

Guerra F, Mazur M, Rinaldo F, Corridore D, Pasqualotto D, Nardi GM. Clinical


procedure in sealing pit and fissure using technological aids : VistaCam iX Proof
and Combi Clinical procedure in sealing pit and fissure using technological aids :
VistaCam iX Proof and Combi. 2016.

Munos HE dkk. (2013) Pit and fissure sealants: an overview. Academy of General
Dentistry: 96-8.

Simonsen RJ, Neal RC. (2011) A Review of the clinical application and performace of pit
and fissure sealants. Australian Dent J. 56: 45-58

Witasari H, Erry J, Ardinansyah A, Umniyati H. Pencegahan Karies Gigi Permanen


Dengan Aplikasi Bahan Pit And Fissure Sealant Pada Siswa Sekolah Dasar.
2013;1–7.

16

Anda mungkin juga menyukai