Anda di halaman 1dari 44

Dental Health

Education
Kelompok 1

Instruktur :
Drg. Faisal Rizki

Anggota Kelompok :
1.Nur fauziah (40620045)
2. Nur Amalia nafida(40620046)
3. Paskalis(40620047)
4. rahmat Riduan (40620048)
5. Rattih adelia(40620049)
6.Mayliena (40619123)
7.Nada fauzana (40619124)
8.Utami mayasari (40619125)
PENGARUH DENTAL HEALTH EDUCATION (DHE)
TERHADAP PLAK INDEKS PENDERITA
SCHIZOPHRENIA dirumah sakit jiwa dr. Arif
Zainudin Surakarta
Abstrak
Schizophrenia adalah penyakit kronis yang
membutuhkan pengobatan medis jangka panjang yang
menyebabkan masalah fisik, psikologis dan sosial terkait
dengan penyakit dan potensi efek samping dari
pengobatannya. Orang dengan schizophrenia mengabaikan
perawatan diri mereka dan memiliki kesakitan
fisik yang tinggi seperti kesehatan mulut yang buruk.
Oleh karena itu, diperlukan media khusus dalam
Dental Health Education (DHE) agar penderita
schizophrenia dapat memahami pembelajaran yang
disampaikan.
Pendahuluan
Riset Kesehatan Dasar tahun 2007,
01 menggunakan Self Reporting Questionnnaire 02 Schizophrenia merupakan penyakit mental
yang bersifat serius dan kompleks. Penderita
(SRQ) untuk menilai kesehatan jiwa penduduk,
schizophrenia memiliki perbedaan khusus
prevalensi gangguan mental emosional pada
jika dibandingkan dengan orang normal pada
penduduk Indonesia yang berusia ≥15 tahun
umumnya, sehingga rentan terhadap penyakit
sebesar 11,6% dan 0,1% sampai 3% atau sekitar
mulut jika dibandingkan dengan populasi
2 juta jiwa diantaranya di diagnosis menderita
umum
schizophrenia.

03
Faktor yang mempengaruhi keadaan
tersebut diataranya adalah kurangnya motivasi
04 Dental Health Education adalah suatu proses
belajar yang ditujukan kepada individu dan
dan keterampilan yang diperlukan untuk
kelompok masyarakat untuk mencapai derajat
menjaga kebersihan rongga mulut. Obat-obatan kesehatan gigi yang setinggitingginya.
yang digunakan pada penderita schizophrenia Dental Health Education mencakup kegiatan
menyebabkan xerostomia dan diskinesia pada
komunikasi, edukasi dan informasi. Diperlukan
rongga mulut.
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat.
Bahan dan Metode
Jenis penelitian :
eksperimental semu dengan rancangan One Group Pretest Posttest.
Sampel :
40 pasien rawat inap yang menderita gangguan jiwa jenis psikosis
berupa schizophrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
Zainudin Surakarta kategori ringan.

teknik pengambilan sampel :


Purposive Sampling.
Bahan dan Metode
Pengambilan skor plak awal dengan indikator Plaque Index O’Leary
dilakukan sebelum penderita schizophrenia diberikan Dental Health
Education (DHE) dengan media audio, visual dan audiovisual.
Pengambilan skor plak akhir dilakukan satu minggu setelah penderita
schizophrenia diberikan Dental Health Education (DHE) dengan
media audio, visual dan audiovisual, sehingga diperoleh dua data
yaitu data skor plak sebelum DHE dan skor plak sesudah DHE
HASIL PENELITIAN

rerata skor terendah adalah skor


Rerata skor plak tertinggi sebelum
perlakuan 60,44%, plak sesudah perlakuan yaitu
27,55%

Hasil menunjukan bahwa terjadi penurunan rerata skor plak setelah


dilakukan Dental Health Education (DHE). Rerata skor plak sesudah
dilakukan DHE lebih rendah daripada rerata skor plak sebelum dilakukan
DHE.
PEMBAHASAN
Penderita schizophrenia memiliki Hasil analisis menghasilkan 32 penderita yang
kelainan yang menyerang kondisi mengalami penurunan skor plak setelah dilakukan
psikologisnya, sehingga mereka Dental Health Education (DHE), tujuh penderita
mengalami peningkatan skor plak dan satu orang
membutuhkan media yang dapat
tanpa perubahan skor plak. Adanya peningkatan,
menarik perhatian agar dapat penurunan pada skor plak penderita schizophrenia
melakukan pembelajaran yang dikarenakan tingkat pemahaman setiap individu
maksimal. berbeda-beda. Individu memperoleh, menyimpan,
dan memproses informasi yang akan menghasilkan
perilaku
Gabungan dari tiga media Dental Health
Education (DHE) yang terdiri dari audio
berupa alarm pengingat sikat gigi, visual Dental Health Education berpengaruh baik terhadap penurunan
berupa poster tentang cara menjaga skor plak indeks pada penderita schizophrenia di Rumah Sakit
kesehatan rongga mulut dan audiovisual Jiwa Daerah Surakarta setelah seminggu dilakukan Dental Health
Education . Media audio, visual dan audiovisual merupakan media
berupa video tutorial menyikat gigi dapat
yangpaling efektif untuk menarik minat, meningkatkan pengetahuan
membantu mereka dalam meningkatkan dan mengubah perilaku menyikat gigi pada penderita schizophrenia.
pemahaman merekadalam menjaga kesehatan Selain itu, Pendidikan kesehatan menggunakan media audio, visual
rongga mulut, sehingga skor plak indeks Dan audiovisual dapat memperjelas pesan yang diberikan dan dapat
dapat menurun membantu individu dalam mengingat hal yang telah dipelajarI.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Pendidikan Kesehatan Gigi (DHE) berpengaruh baik terhadap penurunan indeks plak pada penderita
schizophrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.

Saran :
Sebaiknya Dental Health
Education pada penderita schizophrenia dilakukan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan
Secara berkelanjutan. Peran serta keluarga sangat penting untuk memotivasi penderita schizophrenia
untuk peduli dalam menjaga kesehatan rongga mulut sehingga dapat menurunkan indeks plak
Dental Health Education
 Health Education didefinisikan sebagai proses untuk menginformasikan,
memotivasi dan membantu orang untuk mengadopsi dan memelihara praktik dan
gaya hidup yang sehat, untuk mendukung sebuah perubahan untuk mencapai
tujuan yang sama.

 Dental Health education atau Pendidikan Kesehatan Gigi adalah suatu proses
belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk
mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi – tingginya.

Rao, Arathi., 2012 / Principle and Practice of Pedodontics

 Dental Health education adalah mendidik anak-anak dalam gaya hidup sehat

Felton, 2014 / Basic Dental Health Education


tujuan DHE adalah :

1. Meningkatkan pengertian dan kesadaran


masyarakat tentang pentingnya pemeliharaan
kesehatan gigi dan mulut.
2. Menghilangkan atau paling sedikit
mengurangi penyakit gigi dan mulut dan
gangguan lainnya pada gigi dan mulut.
Tahapan Dental Health Education
01 02
Motivasi Edukasi
Menjelaskan dan Mencontohkan
Menjelaskan tentang
cara menyikat gigi yang baik
pentingnya menjaga
dan benar,dan pemilihan oasta
kebersihan rongga mulut
gigi, dll.
03 04
Instruksi Evaluasi
Menginstruksikan untuk Melakukan tanya jawab pada
menyikat gigi sesuai yang pasien dan melakukan control
diajarkan operator plak sebelum dan sesudah
edukasi
Evaluasi Metode DHE
● Sesi tanya jawab dengan pasien. Tulis pertanyaan sebelumnya, sMenjaga
mereka sederhana, dengan penekanan pada mendapatkan jawaban langsung.
Trampil pertanyaan akan membantu pasien memberikan jawaban yang
lengkap, jelas, dan jujur.
● Demonstrasi keterampilan baru oleh pasien – evaluasi visual.
● Catatan perubahan perilaku – (misalnya skor plak, indeks,
didokumentasikan penurunan angka karies). Ini akan dievaluasi pada
kunjungan kembali, setelah pasien telah (semoga) melakukan instruksi Anda
dari waktu ke waktu.
● Kuesioner – minta pasien untuk mengisi kuesioner setelah sesi
● Poster (buatan sendiri atau komersial) –untuk membuatnya
Persiapan DHE tetap sederhana, menarik, dan jelas.

● Buku – ada beberapa buku bagus tentang kunjungan ke dokter


gigi untuk anak-anak.

● Mainan/permainan yang sesuai dengan pengajarankedokteran


gigi – buatan sendiri atau dibeli di toko
mainan makanan.

● Model mulut – ada banyak jenis yang berbeda di pasaran.

●Leaflet– buatan sendiri atau komersial. Selebaran komersial


tentang diet atau topik gigi, yang sering diperbarui, sering dapat
diperoleh dari Kesehatan pusat promosi..

● Sikat gigi dan alat bantu kebersihan mulut lainnya .


Komunikasi Dental Health Education
Untuk Dental Health Education (DHE) komunikasi melibatkan pengiriman informasi kepada
pasien dengan cara yang dapat mereka pahami, ingat, dan lakukan dengan mudah. Sangat
penting bahwa pasien menerima pesan yang sama dengan yang mengirim pesan. Sebagian besar
pasien akan meninggalkan perawatan yang diberikan oleh dokter, dokter gigi atau tenaga
kesehatan lainnya merasa terganggu, bingung atau bahkan lebih gugup daripada ketika mereka
tiba. Tanggung jawab untuk membuat pasien nyaman, jawab pertanyaan dengan jujur ​dan
jelaskan poin-poinnya dengan jelas dan ringkas profesional. Bukan salah pasien jika suatu pesan
tidak dipahami.
Oleh karena itu penting bag dokter yang memberikan DHE untuk mengetahui sedikit teori
komunikasi, Bagi seorang dokter gigi normal untuk merasa gugup dan khawatir ketika berbicara
dengan pasien.Namun, setelah Anda berbicara dengan orang tersebut, cari tahu sedikit tentang
mereka dan merencanakan langkah apa yang diperlukan, kunjungan kedua (atau pasien) tidak
akan (Felton, 2014).
KOMUNIKASI EFEKTIF
Komunikasi yang efektif memudahkan pasien untuk mendiskusikan
masalah dan merancang solusi.

Ada tiga aspek utama dari komunikasi yang efektif (atau fasilitatif) bahwa
DHE harus berlatih – kehangatan, empati dan rasa hormat.

1. Kehangatan
Kehangatan menunjukkan minat dan perhatian pada pasien.
komunikasikan terutama melalui perilaku non-verbal, seperti:
● Kontak mata (sangat penting).
● Kepala mengangguk.
● Ekspresi wajah.
KOMUNIKASI EFEKTIF
2. Empati
Empati berarti memahami situasi dari sudut pandang dari yang lain.
Untuk DHE, itu adalah karakteristik fasilitatif yang paling penting dalam
komunikasi. Empati menyampaikan pesan 'Saya cukup peduli untuk
mencoba memahami perasaan dan sudut pandang Anda’.

3. Menghormati
Rasa hormat adalah kesadaran bahwa orang lain berhak untuk
memiliki perasaan dan persepsi yang berbeda dari profesional. Itu tidak
selalu berarti persetujuan (Felton, 2014).
Manajemen dental pada anak
Pendekatan non Farmakologis
Komunikasi
Cara komunikasi dengan anak yang paling umum digunakan adalah cara verbal yaitu melalui bahasa lisan.
Berbicara pada anak harus disesuaikan dengan tingkat pemahamannya. Komunikasi nonverbal dapat dilakukan
misalnya dengan melakukan kontak mata dengan anak, menjabat tangan anak, tersenyum dengan penuh kehangatan,
menggandeng tangan anak sebelum mendudukkan ke kursi perawatan gigi.
Modelling
Modelling merupakan prinsip psikolgis yaitu belajar dari pengamatan model. Anak diajak mengamati anak lain
sebayanya yang sedang dirawat giginya yang berperilaku kooperatif, baik secara langsung atau melalui film dan video
demonstrasi tentang perawatan gigi.
Behavior shapping (Tell Show Do )
Dilakukan pada anak yang mempunyai pengalam buruk.
Tell artinya mengatakan kepada anak dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak tersebut
Show artinya menunjukkan objek sesuai dengan yang diterangkan sebelumnya tanpa menimbulkan rasa takut
Do yaitu tahap akhir yang dilakukan jika tahap show telah dapat diterima oleh anak.
Desentitasi
Mengurangi rasa cemas pasien agar lebih santai dan relax memperkenalkan alat-alat kedokteran gigi anak,
membiasakan anak supaya tidak takut secara bertahap

Home Hand Over Mouth Exercise


Digunakan sebagai upaya pada anak yang agresif dan histeris yang tidak dapat di tangani secara langsung

Distraksi
Suatu proses mengahlihkan focus kepada anak saat perawatan, seperti membaca buku/ menonton film saat
perawatan

Voice Control (Kontrol Suara)


Perubahan nada dan penekanan suara ketika berinteraksi dengan pasien anak bisa lebih ceria dan bisa lebih
tegas

Reinforament
Menghargai keberhasilan perawatan yang dilakukan anak memberi hadiah/ pujian
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Kontrol Plak
Kontrol plak merupakan upaya membuang dan mencegah penumpukan plak
pada permukaan gigi. Upaya tersebut meliputi kontrol plak secara mekanis, kontrol
plak secara kimiawi dan mengatur pola makanan (Putri dkk, 2011).
Langkah – Langkah berikut harus diambil untuk mencegah penumpukan plak :

● Fisik (yaitu menyikat gigi dan pembersihan interdental).

● Bahan kimia (misalnya obat kumur klorheksidin) – tidak diperlukan oleh semua
pasien.

● Diet rendah sukrosa (Felton, 2014).


Kontrol Plak Mekanis

 Menggunakan sikat gigi dan pasta gigi:

Sikat gigi manual Sikat gigi elektrik


● Sarankan sikat berkualitas baik, bertekstur • Direkomendasikan sikat gigi elektrik
sedang dengan filamen nilon dan kepala yang dengan gerakan memutar
cukup kecil untuk disesuaikan dengan pasien. • Diindikasikan pada pasien dengan
● Sarankan desain yang sederhana (seringkali cara kebiasaan menyikat gigi kurang
paling efektif). baik dan pada anak anak
● Ingatkan pasien untuk mengganti sikat saat
filamen menunjukkan tanda-tanda
keausan(setelah sekitar 2-3 bulan)
Pasta gigi
1. Bahan abrasive (20%-50%) (natrium bikarbonat, kalsium sulfat)
2. Humectants (Bahan pelembab: gliserin, sorbitol, dan air)
3. Binders (Bahan pengikat: karboksil selulosa, hidroksimetil
selulosa)
4. Surface active detergents (Natrium Lauryl Sulfate)
5. Flavoring agent (Pemberi rasa: menthol, pappermint, sakarin)
6. Preservatives (Bahan pengawet: formalin, natrium benzoat,
alkohol)
Coloring agents
7. Therapeutic agents (natrium fluoride, kalium nitrat)
8. Anti calculus agents (tetrasodium pyrophosphate)
FUNGSI PASTA GIGI

1. Meminimalkan pembentukan plak dan kalkulus (agen penghilang plak). Beberapa pasta mengandung
klorheksidin, yang efektif tapi bisa ternoda. Natrium bikarbonat lebih lembut, tetapi kurang efektif dan banyak
pasien tidak menyukai rasanya.
2. fluoride, Berbagai bentuk fluorida terdapat dalam pasta yang berbeda, yang paling umum adalah natrium
monofluorofosfat. Beberapa pasta mengandung sodium fluoride atau stannous fluoride.
3. Membersihkan sisa makanan. Banyak pasien menyukai aksi berbusa pasta gigi disebabkan oleh deterjen
ringan (biasanya natrium lauril sulfat). Penting untuk ditekankan bahwa metode menyikat gigi yang efektif sama
pentingnya dalam menghilangkan partikel makanan.
4. Menyegarkan mulut. Berbagai agen ditambahkan ke rasa dan pemanis pasta (gula pernah digunakan!).
Sekarang pemanis digunakan: biasanya sakarin atau xylitol larut, dan perasa seperti yang disebutkan
sebelumnya.
5. Desensitisasi (strontium klorida/kalium klorida). Sekitar dua pertiga orang dewasa di Inggris mengalami
keausan pada dentin pada bagian anteriornya gigi, yang dapat menyebabkan sensitivitas gigi. Pemutih. Pasien
selalu menginginkan gigi yang lebih putih .
Harus dijelaskan bahwa apa pun produsen pasta gigi mengklaim, pasta gigi ini tidak mengubah warna gigi, tetapi
membantu dalam menghilangkan noda protein ekstrinsik. Jika pasien sangat khawatir tentang warna gigi mereka,
sarankan konsultasi dengan dokter gigi
Teknik menyikat gigi

• Bass/modified Bass technique


• Scrub technique
• Modified Stillman technique
• Charter’s method
• Roll technique
• Physiologic method
• Fones technique
Tekhnik Menyikat Gigi
Bass/modified Bass technique
Bass methods
Sikat ditempatkan dengan sudut 45°
terhadap sumbu panjang gigi mengarah ke
apikal dengan ujung-ujung bulu sikat pada
tepi gusi. Sehingga, saku gusi dapat
dibersihkan dan tepi gusi dapat dipijat. Sikat
digerakan dengan getaran-getaran kecil ke
depan dan ke belakang selama kurang lebih
sepuluh sampai lima belas detik setiap
daerah yang meliputi dua atau tiga gigi.
Untuk menyikat permukaan bukal dan
labial, tangkai dipegang dalam kedudukan
horizontal dan sejajar dengan lengkung gigi.
Untuk permukaan lingual dan palatinal gigi
belakang agak menyudut (hampir
horizontal) dan pada gigi depan, sikat
dipegang vertikal
Tekhnik Menyikat Gigi
Scrub Methods
Ini adalah teknik yang paling umum digunakan, bulu sikat gigi berada 90 derajat ke gigi, permukaan dan sikat
digerakkan maju mundur. Kerugian teknik ini adalah ketidakmampuannya menghilangkan plak dari area
interproksimal dan juga menyebabkan abrasi dan resesi gingiva.

Roll Methods
Bulu sikat ditempatkan pada gingiva yang menempel di apical pada sudut 45 derajat, kemudian sisi bulu sikat
dengan kuat menyentuh gingiva kea rah koronal secara memutar.

Physiologic methods
Membutuhkan sikat gigi yang lembut dan menyapunya dari bagian koronal kea rah apical menuju margin
gingiva. Metode ini disebut demikian karenaa dianggap bahwa tindakan menyikat gigi menstimulasi
perjalanan makanan di atas coronal menuju gingiva.
Teknik menyikat gigi
Fones methods
Bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi
digerakkan membentuk lingkaran- lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan rahang bawah dapat
disikat sekaligus.

Charter methods
Ini terutama digunakan untuk membersihkan daerah interproksimal, bulu sikat ditempatkan pada 45 deraajat ke
sumbu panjang gigi. Bulu sikat masuk pada daerah interprosimal dengan melakukan sedikit gerakan putaran dan
getaran. Sisi bulu sikat harus menyentuh margin gingiva, permukaan oklusal disikat dengan bulu sikat dengan
lembut ke area pit dan fissure.

Stillman methods
Teknik ini dimulai dengan menerapkan tekanan ringan pada gingiva melalui bulu sikat dan kemudian bulu sikat
tersebut di rolled pada permukaan oklusal gigi.
1. Ambil sekitar 20 cm benang.

Dental Floss
2. Bungkus setiap ujung di sekitar setiap jari
tengah.
3. Menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk
bermanuver, geser perlahan ke belakang dan
maju antara titik kontak.
4. Saat mencapai margin gingiva, lengkungkan
benang menjadi bentuk 'c' di sekitar
permukaan gigi.
5. Gerakkan ke atas dan ke bawah beberapa
milimeter di bawah margin gingiva.
6. Kemudian ambil alih papila interdental dan
lengkungkan di sekitar yang berdekatan
gigi.
7. Bergerak ke atas dan ke bawah di bawah
gingiva.
8. Buat benang diajarkan lagi dan gunakan
tindakan menggergaji untuk menghapus dari
daerah interdental.
9. Ulangi di antara gigi
Kontrol Plak Kimiawi
Kontrol plak secara kimiawi dapat dilakukan antara lain dengan berkumur-kumur
menggunakan antibiotic dan senyawa antibakteri selain antibiotik untuk menghambat
pertumbuhan bakteri di mulut.

Menggunakan obat kumur


Kebersihan gigi dan mulut yang optimal hanya dapat dicapai dengan bahan
antimikroba tertentu, yang dapat termasuk kedalam komposisi pasta gigi atau obat kumur.
Namun penggunaan dari obat kumur ini memiliki efek samping diantaranya, yaitu adanya
perubahan flora mulut, pewarnaan pada gigi, gusi, dan lidah serta gangguan pengecapan.
Kontrol Plak Kimiawi
1. Obat kumur chlorhexidine digluconate
Bahan yang memiliki sifat antibakterial paling baik adalah chlorhexidine dengan sifat antiseptik. Chlorhexidine
memiliki tingkat toksisitas sistemik yang rendah pada manusia dan tidak
menyebabkan perubahan teratogenik. Efek samping lokal yang reversible pada penggunaan chlorhexidine adalah
pewarnaan coklat pada gigi, lidah, tambalan silikat dan resin, dan sedikit gangguan pada persepsi pengecapan.

2. Obat kumur essential oil


Obat kumur essential oil mengandung thymol, eucalyptol, menthol, dan methyl salicylate. Preparat-preparat tersebut
telah dipelajari dan menunjukkan penurunan plak sebesar 20-35% dan penurunan gingivitissebesar 25-35%. Penggunaan
obat kumur ini telah lama dan aman digunakan sejak abad ke-19. Produk ini dapat mengandung alkohol (sampai sebesar
24% tergantung jenis preparat), oleh karena itu, beberapa pasien dan dokter perlu memperhatikan penggunaannya.

Badrinatheswar GV. 2010. Pedodontics Practice and Management. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd. Page
170-174
Diet rendah sukrosa
Intrinsic sugars
fructose, glucose and
sucrose

Extrinsic sugars
● Sucrose.
● Fructose.
● Glucose.
● Dextrose.
● Maltose
Rekomendasi Panel COMA
RekomendaSI COMA masih dianggap sebagai pedoman penting untuk mereka yang memberikan nasihat
kesehatan mulut di Inggris saat ini, dan termasuk BERIKUT :
● Konsumsi rata-rata NMES tidak boleh melebihi 60 g per orang per Hari – 10% dari total asupan makanan.
● Jus buah segar dan buah kering hanya boleh menjadi satu porsi 4 sehat 5 sempurna.
● Frekuensi makanan ringan dan minuman manis harus diminimalkan . Makanan dan minuman yang
menjadi predisposisi karies harus dibatasi pada makanan utama waktu makan. Ini sangat penting untuk
orang tua, anak-anak dan remaja.
● Sekolah harus mempromosikan pola makan sehat baik melalui pendidikan gizi maupun dengan
menyediakan dan mendorong pilihan makanan yang bergizi.
● Gula tidak boleh ditambahkan ke makanan botol untuk bayi dan anak kecil, yang bersentuhan dengan gigi
untuk waktu yang lama, dan boneka atau selimut tidak boleh dicelupkan ke dalam gula atau minuman
manis.
● Makanan yang disapih harus bebas (atau rendah) gula, termasuk gula turunan dari jus buah dan konsentrat
buah.
● Pemberian susu botol setelah usia 1 tahun tidak dianjurkan, terutama untuk balita yang rutin
mengonsumsi kedelai atau susu formula yang mengandung gula ekstrinsik.
● Orang yang lebih tua (yang memiliki gigi asli) harus membatasi konsumsi NMES karena gigi mereka
lebih rentan terhadap pembusukan karena paparan akar dan air liur berkurang.
● Saat obat-obatan dibutuhkan (terutama dalam jangka panjang), bebas gula formulasi harus diresepkan
oleh dokter dan dipilih oleh orang tua, masing-masing. Selain itu, produsen makanan harus memproduksi
gula rendah atau alternatif bebas gula untuk produk kaya gula yang ada, terutama untuk anak-anak
Teknik Menyikat Gigi untuk Kelompok Umur
yang Berbeda :
Kelompok Usia Teknik Menyikat
Bayi Menggunakan kain kasa yang dibasahi untuk
membersihkan bantalan gusi.

Balita Menggunakan kain kasa yang dibasahi terlebih dahulu


diikuti dengan penggunaan sikat bulu lembut yang
dibasahi.

Pre-school child (3 tahun) Teknik scrub.


Early school child (3-7 tahun) Modifikasi teknik bass dan roll.
Pre-adolescent child (7-12 tahun) Fones teknik.
Remaja Bass teknik.
Pemeriksaan DMF –T dan DEF-T
Indeks DMF-T (DMF-Teeth) untuk gigi permanen
Indeks Def-t
• Decay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal /
yang masih dapat ditambal. • Decay : jumlah gigi karies yang tidak ditambal/yang
• Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / masih dapat ditambal
gigi yang telah hilang karena karies. • Exfoliation : jumlah gigi sulung yang telah/ harus
• Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih dicabut karena karies
baik. • Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih
baik.
Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T : RUMUS UNTUK Def-t SAMA DENGAN YANG
DIGUNAKAN PADA DMF-T
RUMUS DMF
DMF-T = D + M + F
DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F Kategori DMF-T menurut WHO :
Jumlah orang yg diperiksa 0,0 – 1,1 = sangat rendah
1,2 – 2,6 = rendah
2,7 – 4,4 = sedang
4,5 – 6,5 = tinggi
6,6 > = sangat tinggi
Pemeriksaan OHI-S
OHI-S : CI + DI
DI = Debris index Gigi yang dipilih sebagai index
SKOR gigi adalah
1. Gigi 16
0 : Tidak ada debris dan Pewarnaan instrintik 2. Gigi 11
1 : terdapat debris pada < 1/3 Permukaan gigi 3. Gigi 26
2 : terdapat debris pada 1/3 Permukaan gigi tetapi tidak Lebih dari 2/3 4. Gigi 36
permukaan gigi 5. Gigi 31
3 : terdapat debris lebih dari 2/3 Permukaan gigi / seluruh Permukaan gigi 6. Gigi 46

CI = CALCULUS INDEX
SKOR Skor OHI-S
• Baik : jika nilainya antara 0-
0 : TIDAK ADA KALKULUS 1,2
1 : Terdapat kalkulus supragingival pada < 1/3 permukaan gigi • Sedang : jika nilainya antara
2 : terdapat kalkulus supragingival pada 1/3 permukaan gigi tetapi tidak 1,3-3,0
lebih dari 2/3, sekitar bagian servikal terdapat sedikit kalkulus subgingival • Buruk : jika nilainya antara
3 : terdapat kalkulus supraginval> 2/3 permukaan gigi, pada bagian servikal 3,1-6,0
terdapat kalkulus subgingival yang melingkari permukaan tersebut
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
1. Komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung atau tidak langsung melalui saluran komunikasi kepada
penerima pesan untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan (respon) diperoleh karena telah terjadi penyampaian
pesan yang dimengerti oleh masing-masing pihak.
2. Informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang
disampaikan) dan dimanfaatkan seperlunya.
3. Edukasi adalah sesuatu kegiatan yang mendorong terjadinya penambahan pengetahuan, perubahan sikap, perilaku
dan ketrampilan seseorang/kelompok secara wajar.
KARIES

Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu


email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh jasad renik
dalam suatu karbohidrat yang dapat dirahikan (Ziyaan, 2018)
FAKTOR PENYEBAB KARIES
Klasifikasi Karies

Berdasarkan G.V Black :


Berdasarkan Kedalaman :

1. Kelas I
1. Karies Superfisialis 2. Kelas II
2. Karies Media 3. Kelas III
3. Karies Profunda 4. Kelas IV
4. Karies Profunda Perforasi 5. Kelas V
6. Kelas VI
DAFTAR PUSTAKA
Ann Felton, Alison Chapmand and Simon Felton, 2014. Basic Guide to oral health education and promotion. Wiley
Blackwell . Ed 2 : hal 23-295.
Badrinatheswar GV. 2010. Pedodontics Practice and Management. Jaypee Brothers Medical Publisher (P) Ltd. Page
170-174.

Bakar, Abu. 2002. Kedokteran Gigi Klinis edisi 2.Yogyakarta: Quantum Sinergis.

Dean, Jeffrey A. 2019. McDonald and Avery’s Dentistry for the Child and Adolescent. Nepal-Pakistan. Elsevier.

Soxman, J.A. 2015. The Handbook of Clinical Techniques in Pediatric Dentistry. Jhon Wiley & Sons, Inc. UK. (e-Book)
Rao, Arathi. 2012. Principle and Practice of Pedodontics. Newdelhi. Jaypee.

Goran K., & Sven P. 2009. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. Blackwell Publishing Ltd. UK. (e-Book)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai