Anda di halaman 1dari 16

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Malaria adalah penyakit yang ditularkan oleh nyamuk dari manusia dan hewan lain yang disebabkan
oleh protozoa parasit (sekelompok mikroorganisme bersel tunggal) dalam tipe Plasmodium. Malaria
menyebabkan gejala yang biasanya termasuk demam, kelelahan, muntah, dan sakit kepala. Dalam kasus
yang parah dapat menyebabkan kulit kuning, kejang, koma, atau kematian

Data WHO 2014 mencatat 198 juta kasus malaria terjadi secara global dan menjadi penyebab 584.000
kematian di tahun 2013.  Infeksi malaria banyak terjadi di berbagai belahan dunia terutama daerah tropis
dan sub tropis termasuk Indonesia.

Di Indonesia, sekitar 35 persen penduduknya tinggal di daerah berisiko terinfeksi malaria dan dilaporkan
sebanyak 38 ribu orang meninggal per tahun karena malaria berat akibat Plasmodium falciparum. Wabah
malaria hampir terjadi setiap tahun di berbagai wilayah endemik Indonesia. Beberapa wilayah telah
dikategorikan sebagai daerah zona merah penderita malaria seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan Tengah, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, dan Bengkulu

Untuk itu pada praktikum kali ini kami berkesempatan untuk mempelajari tentang penyakit malaria dan
daur hidup penyakit malaria .praktikum yang dilaksanakan pasa laboratorium serologi institut ilmu
kesehatan bhakti wiyata kediri .

1.2 Rumusan masalah


1. apakah parasit plasmodium yang menginfeksi sel darah merah dapat menyebabkan
gangguan pada mekanisme tubuh

1.3 Tujuan

1. Untuk mencari adanya parasit malaria di dalam darah (sediaan darah tebal) dan untuk mengetahui
spesies plasmodium (sediaan darah tipis)
2. sebagai tugas praktikum parasitologi mata kuliah ilmu kedokteran dasar

1
1.4 Prinsip : Dengan pembuatan hapusan (sediaan darah tebal dan sediaan darah tipis) dan

dicat dengan giemsa akan dapat mendeteksi stadium parasit malaria.

1.5 ALAT DAN BAHAN

Alat : Object glass, cover glass, pipet pasteur/pipet tetes dan mikroskop.

Bahan : darah kapiler atau darah vena.

Reagent : Methanol dan cat giemsa.

ISI

2.1Pra-Analitik

A. Pengambilan Sampel

Pada pemeriksaan malaria digunakan sampel berupa darah. Darah yang dapat digunakan

untuk diagnosis dapat darah perifer maupun darah vena. Darah perifer diambil

menggunakan blood lancet apalagi akan langsung dibuat sediaan hapusan darah,

sedangkan darah vena diperlukan apabila pembuatan sediaan darah dalam jumlah cukup

banyak dan berulang. EDTA dapat dipakai sebagai antikoagulan karena tidak

berpengaruh terhadap morfologi eritrosit dan lekosit serta mencegah trombosit

bergumpal. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan dalam waktu kurang dari 2 jam. Tiap

1 ul  EDTA digunakan untuk 1 ml darah vena

B. Persiapan Reagen

1. Larutan Giemsa

Larutan giemsa harus dibuat pada saat akan digunakan untuk pengecatan sediaan,

tidak diperbolehkan menggunakan larutan giemsa yang telah dibuat sehari

sebelumnya. Pengenceran larutan giemsa dengan konsentrasi 5% yaitu perbandingan

antara giemsa dan buffer adalah 1:20, 1 bagian giemsa dan 19 bagian buffer.

2
Sedangkan larutan giemsa 10% memiliki perbandingan 1:10, dan larutan giemsa

20% memiliki perbandingan 1:5.

Cara pengencerannya larutan giemsa 5%:


 Dipipet buffer kedalam gelas ukur sebanyak 19 mL kemudian ditambahkan
geimsa sebanyak 1 mL
 Lakukan pewarnaan giemsa 5% waktu pendiaman adalah 30 – 45 menit

Catatan :
Buffer yang digunakan dalam pembuatan larutan giemsa biasanya adalah buffer
phospat dengan pH 6,4. Namun dilaboratorium \yang masih minim dalam
ketersediaan bahan atau reagen kerja dapat mengganti buffer dengan menggunakan
Aquades dengan pH yang netral. Perubahan pH dalam larutan giemsa dapat
mempengaruhi hasil pengamatan morfologi sel darah, contohnya jika pada pH yang
kurang dari 6,0 morfologi lekosit akan memperlihatkan inti yang kurang jelas.
Pembuatan buffer (PBS)
Bahan:
NaCl 80 gr
KCl 2 gr
Na2HPO4 14,4 gr
KH2PO4 2,4
Aquabides 1L
- Campurkan seluruh bahan tersebut dalam aquabides 800 ml
- Tambahkan HCl setetes demi setets sampai pH larutan mencapai 7,4
- Tambahkan aquabides sampai sampai volume 1 liter

2. Methanol

3. Air kran

B. Pembuatan sedian hapusan darah

1. Membuat sediaan darah tebal

3
1. Disiapkan object glass yang bersih dan kering.

2. Dilakukan sampling vena.

3. Diteteskan 200 µl pada object glass.

4. Diratakan melingkar dengan salah satu ujung cover glass.

5. Ditunggu sampai kering.

6. Kemudian dilisiskan dengan air sampai warna putih susu.

7. Dikeringkan kemudian dicat dengan giemsa.

- Digenangi dengan cat giemsa selama 30-45 menit (sesuaikan konsentrasi

giemsa)

- Sediaan dicuci dengan air kran dengan cara meniriskan air kran menggunakan

tangan, kemudian dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop.

2. Membuat hapusan darah tipis

1. Disiapkan object glass yang bersih dan kering.

2. Diteteskan 50 µl pada salah satu ujung obyek glass.

3. Dengan cover glass darah dibuat apusan darah yang tipis (cover glass dimiringkan

dengan membentuk sudut 30⁰ C dan kemudian darah digeser dengan cepat

sehingga membentuk hapusan yang tipis dan merata).

4. Sediaan dikeringkan dan kemudian dicat dengan giemsa.

- Sediaan ditetesi dengan methanol selama 1-2 menit.

- Digenangi dengan cat giemsa selama 30 - 45 menit (sesuaikan dengan

konsentrasi giemsa).

- Sediaan dicuci dengan air kran yang ditiriskan menggunakan tangan perlahan,

kemudian dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop.

4
2.2Analitik

Prosedur pemeriksaan sediaan hapusan darah tebal dan tipis secara mikroskopis dengan

pembesaran 100x. Identifikasi keberadaan parasit malaria di dalam RBC pada sediaan darah tipis

dan berada diluar sel pada sediaan darah tebal. Lakukan penghitungan menyeluruh pada sediaan

sampai dipastikan bahwa sampel negatif. Pada sediaan yang terdapat parasit malaria, hitunglah

derajat parasitemia.

Penghitungan parasitemia pada hapusan darah tebal

Kualitatif

Pengitungan secara kualitatif dilaporkan dengan kode negatif dan positif mengikuti kategori

berikut:

Negatif (-) : tidak ditemukan parasit dalam 100 lapang pandang

Positif satu (+) : ditemukan 1 – 10 parasit dalam 100 lapang pandang

Positif dua (++) : ditemukan 11 – 100 parasit dalam 100 lapang pandang

Positif tiga (+++) : ditemukan 1 – 10 parasit dalam 1 lapang pandang

Positif empat (++++) : ditemukan 11 – 100 parasit dalam 1 lapang pandang

Kuantitatif

– Dihitung per 200 leukosit atau 500 leukosit apabila pada penghitungan 200

leukosit belum ditemukan parasit.

– Jumlah parasit yang ditemukan/200 leukosit dikalikan 40.

– Jumlah parasit yang ditemukan/500 leukosit dikalikan 16

5
– Hitung jumlah parasit per-µl dengan rumus berikut.

– = Jumlah leukosit dalam 1 µl x jumlah parasit dalam 200 lp


200 leukosit
 Jumlah leukosit : 8000

Sediaan Darah Tipis

Sediaan Darah Tipis (thin smear)

– Identifikasi spesies plasmodium

– Hasil negatif ditentukan berdasarkan Pengamatan yang dilakukan pada 100 lapang

pandang (minimal), jika hasil negatif maka di amati pada 500 lapang pandang

- Penghitungan parasit per 1000 RBC

- Contoh. dtemukan 65parasit/1000RBC

parasitemia = jumlah parasit / 1000 RBC x 100%

= 65/1000 x 100%

= 6,5%

Bila jumlah RBC/ µl =5000000

Maka jumlah parasit/mL = 65 x 5000000

= 325000000/µl

6
2.3Pasca Analitik

Pencatatan hasil penghitungan parasitemia

Keterangan:

Species Plasmodium: plasmodium vivax

Stadium :tropozoid

Jumlah/lp: rbc terinfeksi :46

Rbc normal : 107

Derajat Parasitemia
Sediaan Darah Tebal Kualitatif Positif empat (++++)
Sediaan Darah Tebal Kuantitatif = Jumlah leukosit d 1 µl x jumlah parasit dalam 200 lp
200 leukosit
8000 x 46
=920
200
Sediaan Darah Tipis Kuantitatif jumlah parasit
1000 RBC
x 100%

46
1000
x100% = 4.6%

7
3.1Hasil dan pembahasan

Plasmodium vivax

Kingdom: Protista

Filum: Apicomplexa

Kelas: Aconoidasida

Ordo: Haemosporida

Famili: Plasmodiidae

Genus: Plasmodium

Spesies: P. vivax

plasmodium vivax adalah parasit protozoa dan patogen manusia. Parasit ini adalah penyebab
paling sering dan tersebar luas dari malaria yang berulang (Benign tertian), P. vivax adalah salah
satu dari lima spesies parasit malaria yang umumnya menginfeksi manusia. Meskipun kurang
virulen dari Plasmodium falciparum, yang paling mematikan dari lima parasit malaria manusia,
infeksi malaria P. vivax dapat menyebabkan penyakit parah dan kematian, sering karena
splenomegali (limpa yang membesar secara patologis). P. vivax dibawa oleh nyamuk Anopheles
betina, karena hanya betina dari spesies yang menggigit

P. vivax infeksi manusia terjadi ketika nyamuk yang terinfeksi memakan manusia. Selama
makan, nyamuk menyuntikkan saliva untuk mencegah pembekuan darah (bersama dengan
sporozoit), ribuan sporozoit diinokulasi ke dalam darah manusia; dalam waktu setengah jam,
sporozoit mencapai hati. Di sana mereka memasuki sel hati, berubah menjadi bentuk trofozoit
dan memakan sel hati, dan bereproduksi secara aseksual. Proses ini menghasilkan ribuan
merozoit (sel putri plasmodium) dalam sistem peredaran darah dan hati.

8
Daurhidup plasmodium

 Daur hidup Plasmodium ada dua, yaitu:


(a)  Fase di dalam tubuh nyamuk (fase sporogoni)

Di dalam tubuh nyamuk ini terlihat Plasmodium melakukan reproduksi secara


seksual. Pada tubuh nyamuk, spora berubah menjadi makrogamet dan
mikrogamet, kemudian bersatu dan membentuk zigot yang menembus dinding
usus nyamuk. Di dalam dinding usus tersebut zigot akan berubah menjadi ookinet
ookista sporozoit, kemudian bergerak menuju kelenjar liur nyamuk. Sporozoit ini
akan menghasilkan spora seksual yang akan masuk dalam tubuh manusia melalui
gigitan nyamuk.

(b)  Fase di dalam tubuh manusia (fase skizogoni)


Setelah tubuh manusia terkena gigitan nyamuk malaria, sporozoit masuk dalam
darah manusia dan menuju ke sel-sel hati. Di dalam hati ini sporozoit akan
membelah dan membentuk merozoit, akibatnya sel-sel hati banyak yang rusak.
Selanjutnya, merozoit akan menyerang atau menginfeksi eritrosit. Di dalam
eritrosit, merozoit akan membelah diri dan menghasilkan lebih banyak merozoit.
Dengan demikian, ia akan menyerang atau menginfeksi pada eritrosit lainnya yang
menyebabkan eritrosit menjadi rusak, pecah, dan mengeluarkan merozoit baru.
Pada saat inilah dikeluarkan racun dari dalam tubuh manusia sehingga
menyebabkan tubuh manusia menjadi demam. Merozoit ini dapat juga membentuk
gametosit apabila terisap oleh nyamuk (pada saat menggigit) sehingga siklusnya
akan terulang lagi dalam tubuh nyamuk, demikian seterusnya. Coba Anda pikirkan
fase apakah yang terjadi di dalam tubuh manusia? 

3.2 Diskusi

9
1. Jelaskan penjaminan mutu pada pemeriksaan malaria!

2. Jelaskan perbedaan morfologi Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax apabila dilihat

dari sediaan apusan darah tipis!

3. Pada pemeriksaan apusan darah tebal, ditemukan Plasmodium falciparum sebanyak 5 parasit

pada penghitungan 500 leukosit. Tentukan jumlah parasit dalam 1 µL darah!

4. Pada pemeriksaan apusan darah tipis, ditemukan Plasmodium falciparum sebanyak 38

parasit pada penghitungan 1000 RBC. Tentukan jumlah parasit dalam 1 µL darah!

5. Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi buruknya sediaan!

6. Jelaskan kemungkinan munculnya positif palsu pada pemeriksaan malaria!

7. Sebutkan metode lain dalam menunjang diagnosis malaria!

3.3 Jawaban Diskusi

1) penjaminan mutu pemeriksaan malaria


 lingkungan saat pemeriksaan yang digunakan saat pemeriksaan harus pada keadaan sesuai
disesuaikan dengan keadaan sampel misalnya darah .berada stabil pada keadaan norma dan ph
normal .untuk itu lingkungan harusdisesuaikan dengan keadaan sampel bekerja
 alat alat yang digunakan harus keadaan baik,dan tidak rusak

2) perbedaan morfologi p.vivax dan p.falciparum

10
P vivax p.falciparum
a.       Bentuk cincin : ukuran 1/3 eritrosit, bentuk a.       Bentuk cincin : ukuran 1/5 dari eritrosit,
cincin tebal, kromatin halus,tidak ada pigmen accole ( sitoplasma ditepi eritrosit), seringkali
b.      tropozhoit : eritrosit membesar, vakuola jelas, cincin mempunyai 2 inti,
sitoplasma bentuk ameboid, pigmen halus, b.      tropozhoit : eritrosit tidak membesar, terdapat
warna coklat kekuningan, terdapat titik titik Maurer, sitoplasma biru pucat
schufner’s c.       
c.       skizon immature : hampir mengisi seluruh
eritrosit, bentuk ameboid, pigmen tersebar skizon : hampir memenuhi eritrosit, bentuk
d.      Skizon mature : hampir memenuhi eritrosit, padat, pigmen ditengah (hitam)
bentuk bersegmen, merozoit ada 14-24 (rata- d.     
rata 16), pigmen berkumpul ditengah (kuning
cokelat)
e.       Mikrogametosit dan Makrogametosit : waktu
timbul 3-5 hari, jumlah dalam darah banyak,MMikrogametosit dan Makrogametosit :
ukuran mengisi eritrosit yang membesar, Mikrogamet berbentuk pisang dan kromatin
bentuk bulat/ovale, sitoplasma biru bertaburan sedangkan pada makrogamet
pucat/merah muda untuk mikrogametosit bentuknya bulan sabit dan kromatin padat
sedangkan pada makrogametosit sitoplasma ditengah
berwarna biru gelap.

3)Plasmodium falciparum :5 parasit


pada penghitungan 500 leukosit
5
jumlah parasit = x 8000=80 parasit
500

4 )Penghitungan per 1000 RBC


Ditemukan 38 parasit /1000RBC
38
parasitemia= x 100 %=3.8 %
1000

Bila jumlah RBC /l =5000.000


Maka jumlah parasite /ml adalah= 38 x 5000.000=19.000.000 parasit/ml

11
5) Factor yang mempengaruhi sediaan
a) Kerusakan oleh penggunaan
 Kualitas bahan berpengaruh terhadap hasil pengujian
b) Kelembapan udara
 Banyaknya kandungan air juga memengaruhi pengujian jadi kondisinya harus
disesuaikan oleh keadaan sampel bekerja
c) Air, asam, basa, dan cairan lainnya
 Sebuah reaksi kimia bereaksi pada ph tertentu ,misalnya enzim dapat bereaksi pada
lingkungan asam atau basa
d) Panas/temperature
 Panas atau temperature yang terlalu tinggi dapat merusak sediaan dan bahan untuk

itu gunakan suhu sesuai .

6) .kemungkinan munculnya positif palsu pada pemeriksaan malaria

 terjadinya kesalahan dalam pemeriksaan sambel darah juga termasuk dapat

memunculkan positif palsu pada pemeriksaan malaria .kesalahan pemeriksaan ini

bias disebabkan oleh kurangnya kompeten pemeriksa lab atau rusak/tidak sesuai alat

alat yang dikunakan ununtuk pengujian

7)Diagnosis Banding

Ada banyak penyakit tropis dengan demam yang harus dipertimbangkan sebagai diagnosis
banding malaria:
 Infeksi virus, seperti hepatitis, demam dengue, yellow fever
 Infeksi bakteri, seperti Mycoplasma pneumoniae, demam tifoid
 Babesiosis
 Afrika Tripanosomiasis

12
 Ehrlichiosis
 Endokarditis karena infeksi bakteri, atau jamur
 Influenza
 Leptospirosis
 Meningitis
 Toxic shock syndrome [17]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan sediaan apus darah mikroskopik merupakan gold standard 


untuk memastikan diagnosis malaria dengan sensitivitas 52,5% dan spesifisitas 77%. Apus darah
ini sebaiknya diambil dari darah perifer pada waktu pasien mengalami demam atau parasitemia,
terdiri dari tiga kali pemeriksaan sediaan apus tebal dan tipis dengan jarak waktu 12-24 jam.
Pada hasil negatif, pemeriksaan diulang 36 jam kemudian.[19,20]
Pemeriksaan Apus Darah Tebal
Pemeriksaan apus darah tebal dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman.
Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes kuantitatif. Sediaan ini 20 kali lebih sensitif dibandingkan
apus tipis namun lebih tidak spesifik dan tergantung operator. Untuk itu, pemeriksaan ini harus
dilakukan oleh 2 operator untuk memastikan hasil pemeriksaan.
Parasitemia dihitung berdasarkan jumlah eritrosit yang terinfeksi, positif jika densitas parasit
>4% atau 200000/µL darah. Malaria berat jika densitas Plasmodium falciparum >10%, dan
Plasmodium knowlesi ~2%, atau 100000/µL walau tidak ada bukti disfungsi organ.
Pemeriksaan Apus Darah Tipis
Pemeriksaan apus darah tipis kurang sensitif dibandingkan apus tebal namun bermanfaat untuk
mengidentifikasi spesies Plasmodium penyebab malaria. Pemeriksaan ini dikenal sebagai tes
kualitatif.[18]
Pemeriksaan Darah
Trias malaria, terutama untuk para pelancong ke daerah endemik:
 Trombositopenia
 Kadar laktat dehidrogenase meningkat
 Limfosit yang atipikal
Hemolisis pada malaria dapat menyebabkan penurunan kadar hemoglobin, dan pada malaria
berat dapat menyebabkan terjadinya anemia.

13
Pada malaria berat atau malaria serebral, dapat terjadi hipoglikemia sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan gula darah.
Pemeriksaan darah lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan fungsi hati, fungsi ginjal, dan
elektrolit (terutama sodium).
Rapid Diagnostic Test (RDT)
RDT merupakan tes imunokromatografi untuk mendeteksi antigen malaria berdasarkan antibodi
terhadap protein histidin parasite malaria. Tes ini memiliki kelebihan berupa mudah dilakukan
dan cepat tetapi kurang efektif pada jumlah parasit di bawah 100/ml darah. Selain itu, dapat juga
terjadi hasil positif palsu pada malaria selama sekitar 2 minggu karena masih adanya antigen
yang bersirkulasi.[20]
 Tes imuno kromatografi berdasarkan antibodi terhadap protein histidin parasit malaria
 Sensitivitas 91,7% dan spesifisitas 96,7%
 Mudah dilakukan oleh petugas laboratorium
 Namun, tes ini kurang efektif  ketika jumlah parasit dibawah 100/mL darah
 Bila hal ini terjadi, konfirmasi dengan tes skrining yang lainnya
 False positif dapat terjadi selama 2 minggu, atau lebih setelah pengobatan karena adanya
antigen yang bersirkulasi secara persisten
Polymerase Chain Reaction Assay
Pemeriksaan ini sangat spesifik dan sensitif dalam menentukan keberadaan Plasmodium dalam
darah individu yang terinfeksi dan mendeteksi spesies Plasmodium penyebab infeksi. Namun
pemeriksaan ini tidak selalu tersedia pada fasilitas kesehatan dan memiliki harga yang cukup
mahal.
Kultur Darah
Pasien yang tidak merespon dengan pengobatan perlu dilakukan kultur darah untuk menemukan
ada tidaknya koinfeksi.
Radiologi
Rontgen toraks perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya. Selain itu,
pada kecurigaan malaria berat, terutama bila ada manifestasi klinis respiratori, rontgen toraks
juga perlu dilakukan.
CT Scan kepala dilakukan bila ada kecurigaan edema serebral, atau perdarahan otak
Pungsi Lumbal
Pungsi lumbal dilakukan bila pasien menunjukkan kesadaran terganggu, dan untuk
menyingkirkan kemungkinan meningitis bacterial

PENUTUP.
Kesimpulan

14
plasmodium vivax merupakan salah satu dari enam parasite malaria yang dapat menginfeksi
manusia .plasmodium vivax termasuk dalam golongan protozoa yang tidak memiliki alat gerak
dan bersifat parasit tubuhnya berbentuk Panjang bulat plasmodium vivax menyebabkan penyakit
malaria vivax,dapat juga disebut malaria tersiana merupakan hospes perantara parasite ini
sedangkan hospes definitifnya adalah nyamuk anopeles

daftar pustaka

 CDC, Chapter 3: Infectious Diseases Related to Travel, in Malaria, T.K. Arguin PM, Editor.
July 2015, Centers for Diseases Control and Prevention, Division of Parasitic Diseases
and Malaria: Atlanta, GA.
 CDC. Malaria. March 2016; Available from:
https://www.cdc.gov/malaria/resources/pdf/fsp/cdc_malaria_program_508.pdf.
 Medscape. Malaria Differential Diagnoses. Oct 2016 Accessed: 10 Feb 2017]; Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/221134-differential
 Coatney GR, Collins WE, Warren M, Contacos PG (1971). "5 Plasmodium vivax (Grassi
and Feletti, 1890)". The primate malarias. Division of Parasitic Disease, CDC. p. 43.
 Jump up^ White NJ (January 2008). "Plasmodium knowlesi: the fifth human malaria
parasite". Clinical Infectious Diseases. 46  (2): 172–
3.  doi:10.1086/524889. PMID 18171246.
 Jump up^ Baird JK (November 2007). "Neglect of Plasmodium vivax malaria". Trends in

15
 Parasitology.  23 (11): 533–9.  doi:10.1016/j.pt.2007.08.011.  PMID 17933585

16

Anda mungkin juga menyukai