1
I. Deskripsi Kasus
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ayuk Oktavia
b. TTL : Yogyakarta, 11 Oktiber 2006
c. Alamat : Ngadidegaran MJ 13Mantrijeron, Yogyakarta
2. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang bersama ibunya untuk memeriksakan giginya. Ibunya
meminta agar anaknya dilakukan perawatan gigi untuk mencegah agar
giginya tidak berlubang dikemudian hari. Pasien pernah dating ke dokter gigi
untuk menambalkan gigi geraham bawah kanan serta. Pasien datang dengan
kondisi sehat tanpa riwayat penyakit sistemik.
3. Pemeriksaan objektif
4. Treatment Planning
1. KIE
2. TAF
3. Kontrol dan evaluasi
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang bersama ibunya untuk memeriksakan giginya. Ibunya
meminta agar anaknya dilakukan perawatan gigi untuk mencegah agar
giginya tidak berlubang dikemudian hari. Pasien pernah dating ke dokter gigi
untuk menambalkan gigi geraham bawah kanan serta. Pasien datang dengan
kondisi sehat tanpa riwayat penyakit sistemik.
5. Pemeriksaan objektif
2
III.Landasan Teori
Penyakit karies gigi sampai sekarang masih menjadi masalah utama di
bidang kedokteran gigi. Oleh karena itu harus mendapat perhatian sepenuhnya,
tidak hanya dari segi cara menanganinya yang sudah terkena karies saja, tetapi
juga bagaimana cara mencegah karies (McDonald et al., 2000). Salah satu upaya
pencegahan yang dilakukan adalah dengan memperkuat enamel gigi agar tidak
mudah larut oleh asam hasil fermentasi substrat oleh bakteri kariogenik
Streptococcus Mutans. Fluoride yang dalam beberapa literatur dikenal sebagai
fluorine, telah digunakan sebagai bahan yang sangat efektif dalam mencegah
karies gigi. Selama sepuluh tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian klinis
terhadap efek pencegahan karies gigi dari aplikasi fluoride. Aplikasi fluoride
secara topikal pada gigi diantaranya dengan fluoride solutions, fluoride gels,
fluoride varnishes serta fluoride dalam pasta gigi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa fluoride akan menambah kecepatan remineralisasi pada
enamel dan dentin yang mengalami demineralisasi.
Struktur gigi yang mengalami remineralisasi dengan adanya fluoride akan
terjadi peningkatan fluorhydroxyapatite yang menyebabkan gigi lebih tahan
terhadap serangan asam dibandingkan struktur aslinya. Hasil dari penelitian ini
merekomendasikan untuk aplikasi fluoride secara berkala untuk pencegaan dan
kontrol karies yang maksimal (Horowitz and Ismail, 1996; Udin, 1999; McDonald
et al., 2000; Marinho et al., 2003). Selain memperkuat enamel, fluoride dilaporkan
memiliki efek antibakteri. Pemberian fluoride tersebut diperkirakan dapat
mempengaruhi sensitivitas gigi terhadap terjadinya karies gigi dan jumlah koloni
S mutans di rongga mulut (Hamilto and Bowden, 1996). Bagaimana pengaruh
aplikasi fluoride gel secara topikal terhadap sensitivitas gigi terhadap terjadinya
karies dan jumlah koloni S mutans rongga mulut pada anak-anak belum banyak
diteliti. Khususnya perubahan kedua hal tersebut pada anak-anak di Indonesia
dengan sosial budaya dan pola makan yang berbeda dengan kondisi di luar negeri.
5
ada level optimum penyerapan fluor tertentu yang kalau tidak dicapai tidak
akan memberikan manfaat. Apalagi sejak diketahui bahwa karies ditandai
oleh periode demineralisasi atau perusakan dan remineralisasi atau
perbaikan yang silih berganti, maka pandangan mengenai cara kerja fluor
telah berubah.
Selama proses demineralisasi email, zat-zat yang terlarutnya,
bersama-sama dengan ion bufernya yang berdifusi ke dalam plak dari
saliva, akan menetralkan asam yang dihasilkan oleh kuman plak.
Akibatnya, plak menjadi sangat penuh dengan mineral terutama jenis
apatit yang berarti peletakan mineral memang bisa terjadi. Ada dua
aktivitas fluor yang penting disini yaitu kehadirannya dalam asam
membantu menghambat demineralisasi disamping juga meningkatkan
reminerailsasi sehingga merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies
awal.
Efek pada Kuman Plak dan Metabolismenya
Bergantung kepada konsentrasi dan pHnya, fluor dapat
menimbulkan efek antibakteri dan antienzim. Adanya ion fluor dengan
konsentrasi yang rendah dalam plak dapat menurunkan efek kariogenik
dengan jalan menghambat pembentukan asam dan penurunan pH yang
diakibatkannya. Agar supaya efektif, fluor harus dalam bentuk ion.
Walaupun kebanyakan fluor yang terdapat dalam plak berbentuk ikatan
yang longgar, ion F dapat bebas jika pHnya turun sampai 4 atau 5 sehingga
akan menaikkan konsentrasi ion F yang biasanya rendah pada cairan plak
(0,08-0,8 bps).
Efek pada Endapan Plak
Kemampuan bubuk hidroksi apatit dalam menyerap protein saliva
berkurang secara bermakna jika dilakukan terapi fluor. Oleh karena itu
diperkirakan bahwa fluor mampu menghambat penyerapan protein saliva
pada permukaan email sehingga melambatkan pembetukan pelikel dan
plak. Akan tetapi, penelitian klinik tidak mengungkapkan hasil yang jelas
dan tidak pula ada bukti bahwa endapan plak itu berbeda jumlahnya pada
daerah berkadar fluor tinggi dan rendah.
6
b. Isolasi gigi. Gunakan saliva ejector, gulungan kasa, isolasi gigi yang
akan dirawat isolasi gigi 1 kuadran gigi rahang atas dan rahang bawah.
c. Keringkan gigi yang akan diisolasi dengan air syring (saliva akan
mengencerkan larutan gel).
d. Ulaskan larutan Flour. Dengan kapas kecil yang dipegang dengan
pinset ulaskan larutan pada permukaan insisal,oklusal,bukal,lingual
e. Setelah 4 menit, bersihkan larutan flour dengan kapas dengan
diusappada permukaan gigi tetapi jangan berusaha membersihkan larutan
dari permukaan aproximal.
f. Instruksikan pada pasien untuk tidak makan/minum setengah jam
untuk memperpanjang kontak flour dengan permukaan aproximal.
7
tampak selama pasien masih diruang praktek. Pada kasus overdosis berat,
kematian dapat terjadi dalam 24 jam karena timbulnya gagal jantung dan
gagal napas.
5 ppm Osteosklerosis
50 ppm Kelainan kelenjar thyroid
120 ppm Retardasi pertumbuhan
125 ppm Ginjal
2,5 gram – 5 gram Dosis akut dan kematian
8
Kasus ini banyak ditemukan di Indonesia. Walau berdampak ringan
dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada gigi, namun bisa mengurangi
penampilan akibat gigi yang tidak sedap dipandang mata. Gigi bisa berlubang
yang akhirnya hancur atau tanggal.
Kerusakan pada gigi berupa perubahan warna gigi menjadi tidak putih
lagi seperti gigi yang sehat tetapi menjadi pucat dan buram dan yang paling
parah adalah warna gigi menjadi gelap dan gigi menjadi rapuh. Proses tersebut
disebut fluorosis. Fluorosis tidak dapat diobati, tetapi kalau tanda tersebut
diketahui lebih awal dapat dicegah agar tidak lebih berlanjut.
9
V. Kesimpulan
10
VI. Daftar Pustaka
11