Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

TOPIKAL APLIKASI FLOUR

Nama: Ike Yuni Iriyanti


NIM : 20110340026
Kelompok: G

MODUL PREVENTIV PEDIATRIC CARE


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

1
I. Deskripsi Kasus
1. Identitas Pasien
a. Nama : Ayuk Oktavia
b. TTL : Yogyakarta, 11 Oktiber 2006
c. Alamat : Ngadidegaran MJ 13Mantrijeron, Yogyakarta

Kunjungan 1 : (28 Desember 2016 )

2. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang bersama ibunya untuk memeriksakan giginya. Ibunya
meminta agar anaknya dilakukan perawatan gigi untuk mencegah agar
giginya tidak berlubang dikemudian hari. Pasien pernah dating ke dokter gigi
untuk menambalkan gigi geraham bawah kanan serta. Pasien datang dengan
kondisi sehat tanpa riwayat penyakit sistemik.
3. Pemeriksaan objektif

 Tidak terdapat karies pada seluruh regio

4. Treatment Planning
1. KIE
2. TAF
3. Kontrol dan evaluasi

Kunjungan 2 : (04 Januari 2017 )

1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang bersama ibunya untuk memeriksakan giginya. Ibunya
meminta agar anaknya dilakukan perawatan gigi untuk mencegah agar
giginya tidak berlubang dikemudian hari. Pasien pernah dating ke dokter gigi
untuk menambalkan gigi geraham bawah kanan serta. Pasien datang dengan
kondisi sehat tanpa riwayat penyakit sistemik.
5. Pemeriksaan objektif

 Tidak terdapat karies pada seluruh regio

1. Treatment Planning : 1. KIE


2. TAF
3.Kontrol dan evaluasi
II. Pertanyaan Kritis
1. Jelaskan metode/teknik topical aplikasi flour?
2. Jelaskan mekanisme kariostatika fluor?
3. Bagaimana tahapan teknik langsung topical aplikasi fluor?
4. Jelaskan efek samping pemberian fluor?
5. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Fluor

2
III.Landasan Teori
Penyakit karies gigi sampai sekarang masih menjadi masalah utama di
bidang kedokteran gigi. Oleh karena itu harus mendapat perhatian sepenuhnya,
tidak hanya dari segi cara menanganinya yang sudah terkena karies saja, tetapi
juga bagaimana cara mencegah karies (McDonald et al., 2000). Salah satu upaya
pencegahan yang dilakukan adalah dengan memperkuat enamel gigi agar tidak
mudah larut oleh asam hasil fermentasi substrat oleh bakteri kariogenik
Streptococcus Mutans. Fluoride yang dalam beberapa literatur dikenal sebagai
fluorine, telah digunakan sebagai bahan yang sangat efektif dalam mencegah
karies gigi. Selama sepuluh tahun terakhir telah banyak dilakukan penelitian klinis
terhadap efek pencegahan karies gigi dari aplikasi fluoride. Aplikasi fluoride
secara topikal pada gigi diantaranya dengan fluoride solutions, fluoride gels,
fluoride varnishes serta fluoride dalam pasta gigi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa fluoride akan menambah kecepatan remineralisasi pada
enamel dan dentin yang mengalami demineralisasi.
Struktur gigi yang mengalami remineralisasi dengan adanya fluoride akan
terjadi peningkatan fluorhydroxyapatite yang menyebabkan gigi lebih tahan
terhadap serangan asam dibandingkan struktur aslinya. Hasil dari penelitian ini
merekomendasikan untuk aplikasi fluoride secara berkala untuk pencegaan dan
kontrol karies yang maksimal (Horowitz and Ismail, 1996; Udin, 1999; McDonald
et al., 2000; Marinho et al., 2003). Selain memperkuat enamel, fluoride dilaporkan
memiliki efek antibakteri. Pemberian fluoride tersebut diperkirakan dapat
mempengaruhi sensitivitas gigi terhadap terjadinya karies gigi dan jumlah koloni
S mutans di rongga mulut (Hamilto and Bowden, 1996). Bagaimana pengaruh
aplikasi fluoride gel secara topikal terhadap sensitivitas gigi terhadap terjadinya
karies dan jumlah koloni S mutans rongga mulut pada anak-anak belum banyak
diteliti. Khususnya perubahan kedua hal tersebut pada anak-anak di Indonesia
dengan sosial budaya dan pola makan yang berbeda dengan kondisi di luar negeri.

Rampan Karies terjadi karena ketidak seimbangan mineralisasi dalam


waktu lama di dalam rongga mulut diakibatkan peningkatan konsumsi karbohidrat
atau mungkin karena berkurangnya fluoride. Rampan Karies Juga dapat terjadi
karena zat asam erosive. Konsentrasi asam yang tinggi dapat cepat menyebabkan
demineralisasi dan menyebabkan karies. Rampan Karies biasanya terjadi pada
3
anak-anak. Namun, terjadinya rampan karies ini dapat dicegah dengan pemberian
fluor. Tujuan penggunaan fluor sendiri adalah untuk melindungi gigi dari karies.
Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisma bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel
menjadi fluor apatit. Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies.
Penggunaan fluor dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, makanan, pasta
gigi dan obat kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor, dan topikal
varnish. Melihat banyaknya keuntungan yang ditimbulkan oleh penggunaan fluor,
perlu sebagai mahasiswa kedokteran gigi untuk mengetahui keuntungan Maupun
kerugian penggunaan fluor.

IV. Refleksi Kasus


1. Metode atau tehnik topical aplikasi flour
Ide memakai larutan fluor pada gigi-gigi muncul segera setelah
peragaan di Amerika Serikat mengenai pengaruh fluor pada pencegahan karies
bila disertakan dalam persediaan air untuk masyarakat. Teknik pertama dari
pemakaian fluor secara topical yang menunjukkan hasil efektif adalah
penggunaan larutan netral sodium fluorida 2% (Knutson, 1984). Kekurangan
teknik ini adalah, diperlukan suatu seri yaitu 4 kali pemakaian dengan jarak
kira-kira 1 minggu. Pencarian bahan-bahan yang lebih efektif terus
dilaksanakan sampai pada diperkenalkannya larutan Stannous fluorida 8%
(Gish, Muhler dan Howell, 1962). Akan tetapi, Stannous Fluorida mempunyai
kekurangan tertentu; tidak stabil dalam bentuk larutan (perlu mempersiapkan
larutan segar setiap kali perawatan), dan dapat menyebabkan stain kecoklatan
pada email yang mengalami hipomineralisasi atau demineralisasi (misalnya,
pada lesi karies yang awal dan pada tepi restorasi); stain ini tampak jelek
apalagi bila terjadi pada gigi anterior.
Sudah terbukti bahwa stain yang terjadi pada lesi dini bahkan
menguntungkan karena membuat lesi terlihat dan akan merupakan tanda bila
lesi berhenti (Forrest, 1976). Acidulated Phosphate Fluorida (APF) sekarang
umum digunakan untuk aplikasi secara topical. Komposisi APF adalah 2%
sodium fluoride dan 0,3 % asam hidroflorat dalam 0,1 M asam orthofosforic,
pHnya kira-kira 3,3.
Perkembangan APF telah dilaporkan oleh Brudervold dan De Paola
(1966) yang menunjukkan bahwa adanya fosfat telah menambah penyerapan
4
fluor ke dalam email sambil mencegah presipitasi kalsium fluorida dan
pelarutan email, keduanya dianggap sebagai reaksi yang tidak diinginkan yang
akan terjadi bila tidak ada fosfat. Diketahui bahwa kalsium fluorida dibentuk
dalam email dan larut perlahan-lahan, melepaskan ion-ion fluor, walaupun
sejumlah fluor hilang dari email, beberapa tetap ada dan membantu
pembentukan fluor apetite (Melberg dan Ripa, 1983).
APF tersedia dalam bentuk larutan atau gel, dan stabil bila disimpan
dalam tempat dari plastic atau politen. Rasanya lebih disukai dari pada
stannous fluorida, dan diperbaiki dengan penambahan bahan aroma. APF tidak
menyebabkan stain pada email.
Larutan atau gel dapat diberikan pada gigi-gigi baik secara langsung
dengan aplikasi kapas (teknik lagsung), atau secara tidak langsung dalam
sebuah sendok (teknik tidak langsung). Selain itu, tersedia varnish yang
mengandung 5% sodium fluoride yang diberikan melalui teknik langsung.
Pemberian fluor dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara sistemik
dan secara topical. Pemberian sistemik biasanya dilakukan pada ibu hamil dan
anak anak. Pemberian secara topical dilakukan dengan pembubuhan atau
pengulasan larutan fluor pada permukaan email.
Sediaan fluor yang diaplikasikan dalam bentuk Natrium Fluorida 2 %
yang tersedia di pasaran dalam bentuk gel. Sebelum dilakukan aplikasi seluruh
permukaan gigi harus diprofilaksis. Isolasi dengan cotton roll atau rubber dam,
keringkan seluruh permukaan gigi dengan semprotan angin. Ulaskan natrium
fluorida 2 % pada permukaan gigi, biarkan selama 3-5 menit. Setelah aplikasi,
pasien di instruksikan untuk tidak makan dan minum selama 30 menit.
Syarat pemberian Topikal aplikasi fluor adalah Free karies atau
maksimal 1 gigi, pada periode gigi permanen awal.Bahan yang digunakan
adalah Sodium Fluoride 2 %, Stanous fluoride, APF.
2. Mekanisme kariostatika fluor
 Efek pada Demineralisasi dan Remineralisasi
Bertahun-tahun lamanya, alasan pemberian aplikasi topikal fluor
pada permukaan email adalah untuk meningkatkan kandungan fluor email
sekaligus menurunkan kelarutan email dalam asam. Akan tetapi, pendapat
ini kini dianggap terlalu menyederhanakan persoalan. Beberapa penelitian
klinis melaporkan kurangnya korelasi antara jumlah penyerapan total fluor
oleh permukaan email dengan penurunan insidens karies. Dan hasil
penyelidikan laboratorium baru-baru ini memperkirakan bahwa mungkin

5
ada level optimum penyerapan fluor tertentu yang kalau tidak dicapai tidak
akan memberikan manfaat. Apalagi sejak diketahui bahwa karies ditandai
oleh periode demineralisasi atau perusakan dan remineralisasi atau
perbaikan yang silih berganti, maka pandangan mengenai cara kerja fluor
telah berubah.
Selama proses demineralisasi email, zat-zat yang terlarutnya,
bersama-sama dengan ion bufernya yang berdifusi ke dalam plak dari
saliva, akan menetralkan asam yang dihasilkan oleh kuman plak.
Akibatnya, plak menjadi sangat penuh dengan mineral terutama jenis
apatit yang berarti peletakan mineral memang bisa terjadi. Ada dua
aktivitas fluor yang penting disini yaitu kehadirannya dalam asam
membantu menghambat demineralisasi disamping juga meningkatkan
reminerailsasi sehingga merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies
awal.
 Efek pada Kuman Plak dan Metabolismenya
Bergantung kepada konsentrasi dan pHnya, fluor dapat
menimbulkan efek antibakteri dan antienzim. Adanya ion fluor dengan
konsentrasi yang rendah dalam plak dapat menurunkan efek kariogenik
dengan jalan menghambat pembentukan asam dan penurunan pH yang
diakibatkannya. Agar supaya efektif, fluor harus dalam bentuk ion.
Walaupun kebanyakan fluor yang terdapat dalam plak berbentuk ikatan
yang longgar, ion F dapat bebas jika pHnya turun sampai 4 atau 5 sehingga
akan menaikkan konsentrasi ion F yang biasanya rendah pada cairan plak
(0,08-0,8 bps).
 Efek pada Endapan Plak
Kemampuan bubuk hidroksi apatit dalam menyerap protein saliva
berkurang secara bermakna jika dilakukan terapi fluor. Oleh karena itu
diperkirakan bahwa fluor mampu menghambat penyerapan protein saliva
pada permukaan email sehingga melambatkan pembetukan pelikel dan
plak. Akan tetapi, penelitian klinik tidak mengungkapkan hasil yang jelas
dan tidak pula ada bukti bahwa endapan plak itu berbeda jumlahnya pada
daerah berkadar fluor tinggi dan rendah.

3. Tahapan Teknik Langsung Topikal Aplikasi Fluor (TAF) :


a. Menggosok gigi anak tersebut.

6
b. Isolasi gigi. Gunakan saliva ejector, gulungan kasa, isolasi gigi yang
akan dirawat isolasi gigi 1 kuadran gigi rahang atas dan rahang bawah.
c. Keringkan gigi yang akan diisolasi dengan air syring (saliva akan
mengencerkan larutan gel).
d. Ulaskan larutan Flour. Dengan kapas kecil yang dipegang dengan
pinset ulaskan larutan pada permukaan insisal,oklusal,bukal,lingual
e. Setelah 4 menit, bersihkan larutan flour dengan kapas dengan
diusappada permukaan gigi tetapi jangan berusaha membersihkan larutan
dari permukaan aproximal.
f. Instruksikan pada pasien untuk tidak makan/minum setengah jam
untuk memperpanjang kontak flour dengan permukaan aproximal.

4. Efek samping pemberian fluor :


1. Fluorosis email
Tanda pertama dari berlebihnya pemasukan fluor ke dalam tubuh
selama pembentukan gigi adalah erupsi gigi dengan email yang berbintik-
bintik. Walaupun mekanisme yang tepat mengenai terjadinya fluorosis
email belum sepenuhnya diketahui, diduga bahwa fluor yang berlebihan
tersebut mempengaruhi fungsi ameloblast yang salah satu akibatnya adalah
tak sempurnanya mineralisasi. Incisivus dan kaninus permanen masih
mudah terserang fluorosis sampai umur 5-7 tahun.
Fluorosis email bisa disebabkan oleh dosis tunggal yang tinggi,
dosis berulang kali yang rendah, atau kontak dengan zat berkadar F rendah
yang terus menerus. Oleh karena itu, fluorosis dapat timbul karena fluor
pada air minum atau pemberian suplemen fluor.
Kalau fluorosisnya ringan, email hanya akan kehilangan
cahayanya, yang kalau dikeringkan akan nampak bintik putih kusam
(opak). Bintik atau garis lebih nyata dengan disertai bercak kuning/coklat
atau tidak, akan tampak pada kasus fluorosis moderat. Pada kasus yang
sangat parah, akan terjadi lubang-lubang kecil dan email sudah demikian
hipoplastiknya sehingga akan mudah pecah.
2. Toksisitas fluor
Mekanisme yang persis mengenai bagaimana fluor menimbulkan
keracunan belum diketahui. Pada kasus keracunan akut minor, gejalanya
adalah timbul saliva yang banyak, nausea, muntah, dan diare. Hal ini
biasanya timbul satu jam setelah fluor masuk ke tubuh. Akibatnya, jika
overdosis ini disebabkan pemakaian fluor topikal, maka gejalanya tak akan

7
tampak selama pasien masih diruang praktek. Pada kasus overdosis berat,
kematian dapat terjadi dalam 24 jam karena timbulnya gagal jantung dan
gagal napas.

5. Dampak Kelebihan dan Kekurangan Fluor


a. Dampak Kekurangan Fluor
Dampak dari kekurangan flour dapat menyebabkan :
1. Kerusakan gigi yang berlebihan.
2. Kekurangan fluor ini akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh.
3. Selain gigi menjadi rapuh, bila kekurangan flour ini dapat
menyebabkan gigi mudah terserang karies atau gigi gigis (caries
dentis).
4. Terjadi perubahan warna pada gigi anak.
5. Dapat terjadi penipisan tulang.
b. Dampak Kelebihan Flour
Tingginya kandungan fluor pada air minum mengakibatkan kerusakan
pada gigi. Semua zat bila digunakan tidak semestinya atau berlebihan maka
akan menyebabkan masalah atau berbahaya bagi kesehatan. Di bawah ini
tabel kelebihan dosis fluor yang dapat menyebabkan kelaianan :

2 ppm Mottled enamel

5 ppm Osteosklerosis
50 ppm Kelainan kelenjar thyroid
120 ppm Retardasi pertumbuhan
125 ppm Ginjal
2,5 gram – 5 gram Dosis akut dan kematian

Kelebihan flour dapat mengakibatkan kelainan tulang dan gigi. Flour


dalam tubuh separuhnya akan disimpan dalam tulang dan terus bertambah
sesuai umur, akibatnya tulang menjadi mudah patah karena terjadi flourosis
pada tulang. Berikut merupakan dampak fluor :

Fluorosis sendiri adalah perubahan yang tampak pada gigi akibat


konsumsi fluor yang berlebihan pada awal masa anak-anak ketika giginya
sedang tumbuh. Dampak fluorosis ini bisa ringan dan bisa pula fatal, flourosis
gigi ditandai dengan :

 Noda coklat atau bintik-bintik kuning yang menyebar di


permukaan gigi akibat pembentukan email gigi yang tidak sempurna.
 Email gigi yang tidak sempurna menyebabkan gigi menjadi
mudah berlubang.
 Timbul bercak putih dan cokelat di gigi.

8
Kasus ini banyak ditemukan di Indonesia. Walau berdampak ringan
dan tidak menimbulkan rasa nyeri pada gigi, namun bisa mengurangi
penampilan akibat gigi yang tidak sedap dipandang mata. Gigi bisa berlubang
yang akhirnya hancur atau tanggal.

Kerusakan hati. Gejala-gejala penyakit/kerusakan hati akibat fluorosis


biasanya sama dengan gejala penyakit lever yang disebabkan faktor lain.
Walau kasus fluorosis yang menyebabkan penyakit lever ini belum ditemukan,
orang tua harus tetap memantau pemakaian pasta gigi pada anak. Kerusakan
ginjal. Hingga saat ini kasus semacam ini amat jarang ditemukan. Namun
kelebihan fluor juga bisa mengakibatkan kerusakan ginjal yang bila tidak
segera ditangani akan mengarah pada gagal ginjal. Kerapuhan tulang
(osteoporosis). Tidak hanya gigi yang dibuat rapuh/rusak, tapi juga seluruh
tulang akan terancam rapuh. Akibat lebih lanjut, tumbuh-kembang si kecil jadi
terhambat sementara pengobatannya pun amat sulit.

Kerusakan pada gigi berupa perubahan warna gigi menjadi tidak putih
lagi seperti gigi yang sehat tetapi menjadi pucat dan buram dan yang paling
parah adalah warna gigi menjadi gelap dan gigi menjadi rapuh. Proses tersebut
disebut fluorosis. Fluorosis tidak dapat diobati, tetapi kalau tanda tersebut
diketahui lebih awal dapat dicegah agar tidak lebih berlanjut.

Kelebihan fluor tersebut juga akan merusak tulang, mengakibatkan


rasa sakit yang hebat pada tulang dan akibat yang paling fatal dapat
mengakibatkan kelumpuhan. Hal ini juga dapat menyebabkan anemia, email
gigi kita terlihat ada bercak-bercak putih yang dinamakan mottled enamel.
Mottled enamel (spot putih) akibat kelebihan flour karena pengaruh air
minumnya. Terkadang dapat menimbulkan noda yang berwarna coklat sampai
hitam. kerusakan gigi yang pada stadium lanjut gigi menjadi bergaris-garis
gelap dan terlihat seperti lubang dan gigi yang tanggal. Kepadatan gigi
meningkat, mengganggu impuls syaraf serta pertumbuhan tulang diluar tulang
belakang. Kelebihan fluor juga dapat menimbulkan gangguan kelenjar thyroid

9
V. Kesimpulan

1. Topikal Aplikasi Flour dilakukan 3 kali.


2. Kesulitan dalam TAF adalah mengontrol saliva pasien dan
mengkondisikan pasien.

10
VI. Daftar Pustaka

Andlaw, R. J. 1992. Perawatan gigi anak : (A Manual of Paedodontics). Widya


medika : Jakarta.
Horowitz, H.S., and Ismail, A.I. Topical Fluoride in Caries Prevention. In:
Fluoride in Dentistry, editors: Fejerskov,O. et al., 2nd Edition,
Munksgaard, Copenhagen, 1996: 311-323
Stewart, R., dkk. Pediatric Dentistry Scientyfic Foudation and St Louise: Mosby
Company. 1982. Clinical Practice.
Kidd, Edwina A. M. 1991. Dasar-dasar karies. EGC: Jakarta
McDonald, R.E., Avery, D.R., and Stookey, G,K. Dental Caries in the Child and
Adolescent, In: Dentistry for the Child and Adolescent, Editors:
McDonald, R.E., Avery, D.R., 7th Edition Mosby, 2000; 223-227

11

Anda mungkin juga menyukai