Oleh:
Rahma Fuaddiah
1941412002
Dosen Pembimbing :
drg. Tine Martina Winarti, Sp.Prost
1. Literature Review
Gigi Tiruan Cekat adalah suatu jenis gigi tiruan sebagian yang dilekatkan
secara tetap pada satu atau lebih gigi penyangga, dan mengganti satu atau
lebih dari satu gigi yang hilang yang dilekatkan secara permanen dengan
menggunakan semen ke gigi penyangga yang telah di preparasi.1 Apabila
seseorang kehilangan satu atau beberapa gigi, terutama gigi anterior, akan
mengganggu tampilan dan saat bicara sehingga penderita merasa tidak
percaya diri, sebaliknya jika kehilangan gigi posterior akan mengganggu
fungsi pengunyahan.3
Tujuan pembuatan gigi tiruan jembatan adalah untuk memulihkan daya
kunyah (masticating efficiency) yang menjadi kurang karena hilangnya satu
atau lebih gigi asli. Selain itu juga untuk memperbaiki estetika,
memelihara/mempertahankan kesehatan gusi, memulihkan fungsi fonetik
(pengucapan), serta mencegah terjadinya pergeseran gigi keruangan yang
kosong akibat kehilangan gigi berupa migrasi, rotasi, miring, atau ekstrusi.
Ada beberapa macam GTJ yaitu :
a. Rigid Fixed Bridge
Rigid fixed bridge ialah desain dimana pontik terhubung ke abutment dikedua
sisi, memberikan kekuatan yang diinginkan dan stabilisasi. Kedua ujungnya
direkatkan secara kaku (rigid) pada gigi abutmentnya.
b. Semi Fixed Bridge
Semi fixed bridge merupakan gigi tiruan jembatan dengan satu ujung kaku
(kaku) pada retainer, sedangkan ujung lainnya berakhir pada satu retainer
berkunci yang memungkinkan pergerakan-pergerakan terbatas (non-rigid).
a. Abutment (penyangga)
Abutment adalah gigi asli yang digunakan sebagai tempat diletakkannya
gigi tiruan jembatan. Mahkota gigi yang baik untuk dijadikan penyangga
hendaknya mempunyai panjang yang normal dan ketebalan dentin yang
cukup.
b. Connector
Connector adalah alat yang menghubungkan pontik ke retainer, retainer
ke retainer dan pontik ke pontik. Connector dapat berupa sambungan
yang disolder, struktur cor (alumina derajat tinggi jika terbuat dari
porselen seluruhnya), dovetail atau stressbreaker, retainer presisi atau
lengan spring yang panjang.
c. Pontic
Pontik adalah gigi buatan pengganti dari gigi-gigi yang hilang. Fungsi
pontic adalah untuk mengembalikan fungsi kunyah dan bicara,
mempertahankan hubungan antara gigi sehingga mencegah
migrasi/ekstrusi.
d. Retainer
Retainer merupakan restorasi (mahkota, inlay, pasak/dowel) yang
menghubungkan jembatan dengan penyangga. Retainer dapat dibuat
ekstrakoronal, intrakoronal dan dowel crown.
Gigi yang akan dijadikan sebagai gigi penyangga harus di preparasi agar
dapat ditempati retainer serta untuk mendapatkan retensi dan resistensi untuk
gigi tiruan tersebut. Perawatan gigi tiruan jembatan yang paling sering
dilakukan pada pasien kehilangan gigi sebagian adalah fixed-fixed bridge.
Fixed-fixed bridge adalah jenis gigi tiruan cekat dengan pontik melekat
permanen pada kedua sisi gigi asli dijadikan sebagai penyangga. Retensi dan
resistensi tergantung pada beberapa faktor seperti sudut preparasi dinding
aksial, tinggi preparasi, geometri, kekasaran permukaan, bahan sementasi
serta luas permukaan yang dipreparasi. Sudut preparasi pada salah satu
dinding sering disebut dengan pengerucutan/sudut dinding aksial. Menurut
Shillingburg et al. dan Rosenstiel et al., sudut minimum dinding aksial adalah
6°.5
Preparasi tepi servikal merupakan tahap preparasi yang paling penting
yang menentukan keberhasilan perawatan gigitiruan cekat (GTC), karena
pada tahap preparasi ini ditempatkan pada daerah pertemuan antara jaringan
gigi penyangga dengan tepi restorasi. Preparasi tepi servikal dapat diletakkan
di supragingiva, subgingiva atau setinggi puncak gingiva. Namun beberapa
ahli di bidang prostodonsia dan periodonsia menganjurkan penempatan tepi
preparasi di supragingiva, karena batas preparasinya cukup jelas terlihat,
lebih mudah dibersihkan dan dikontrol serta tidak mengiritasi gingiva. Akan
tetapi hal yang perlu dipertimbangkan pada desain preparasi supragingiva ini
adalah faktor estetik pada gigi anterior dan gigi premolar terutama pada
rahang atas.1
Desain preparasi subgingiva umum dilakukan untuk restorasi yang
membutuhkan faktor estetik, tetapi desain ini menurut para ahli akan
menyebabkan inflamasi pada jaringan gingiva. Oleh karena itu dewasa ini
desain preparasi servikal diletakkan setinggi puncak gingiva untuk
mengakomodasi restorasi yang membutuhkan faktor estetik dan sekaligus
menjamin kesehatan jaringan gingiva. Menurut bentuknya, desain akhiran
tepi preparasi dibedakan atas preparasi knife edge/ feather edge atau
shoulderless (tanpa bahu), preparasi shoulder (dengan bahu), preparasi bevel
shoulder (bahu dengan kemiringan) dan akhiran preparasi chamfer.1
2. Skenario
Seorang perempuan 25 tahun datang ke RSGMP Unand dengan keluhan
gigi depan ompong dan ingin dibuatkan gigi palsu. Gigi pasien ompong sejak
1 bulan lalu dikarenakan pasien jatuh yang mengakibatkan gigi tersebut
tinggal akar dan akhirnya di cabut. Pasien merasa malu dengan kehilangan
gigi tersebut. Pasien tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik dan
tidak pernah dirawat di rumah sakit. Saat ini pasien dalam kondisi sehat dan
tidak sedang dalam pengawasan dokter. Pasien tidak memiliki alergi obat dan
makanan. Pasien tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol dan narkotika.
3. Status Khusus
- Sebab kehilangan/ kerusakan gigi : fraktur
- Pemakaian gigi tiruan : tidak ada, pada anterior rahang atas
(gigi 22)
- Tujuan pembuatan gigi tiruan : estetika
4. Pemeriksaan Klinis
6. Rencana Perawatan
Perawatan prostodontik: Berdasarkan diagnosa pasien, yaitu Klasifikasi
Kennedy klas III, maka pasien akan dibuatkan gigi
tiruan cekat (GTC) berupa crown and bridge sebagai
pengganti gigi 22 dengan gigi penyangga gigi 21
dan 23.
7. Desain Gigi Tiruan Cekat
Gigi tiruan jembatan 3 unit dengan bahan porcelain fused to metal (pfm)
dengan desain:
Abutment : 21 dan 23
Tipe : Rigid Fixed Bridge
Retainer : Ekstra coronal retainer PFM
Pontik : 22 (modified ridge lap)
Konektor : rigid connector pada gigi 21 dan 23
8. Pemeriksaan Pada Gigi Penyangga
- Gigi penyangga yang digunakan adalah gigi 21 dan 23 dengan kondisi
masih vital serta jaringan periodontal dalam keadaan baik
- Tidak terdapat kelainan pada tulang alveolar dan tidak mobiliti
- Mahkota gigi 21 cukup tebal dan bentuknya normal
- Tidak terdapat resesi pada gigi penyangga
- Perbandingan mahkota akar mendukung
- Lebar dan tinggi gigi penyangga dan edentulous :
• Lebar mesio distal gigi 21 : 8,7 mm
• Lebar mesio distal ruang 22 : 5,4 mm
• Lebar mesio distal gigi 23 : 8,3 mm
• Tinggi serviko insisial gigi 21 : 11,7 mm
• Tinggi serviko insisal ruang 22 : 9 mm
• Tinggi serviko insisal gigi 23 : 12 mm
- Ruangan yang tersedia untuk ketiga gigi (11, 12, dan 13) = 8,7 mm + 5,4
mm + 8,3 mm = 22,4 mm.
- Ukuran gigi 12 = 9 mm, sedangkan ruangan untuk gigi 22 = 9 mm, jadi
ukuran gigi 12 sama besar dengan gigi 22
- Gigi 21 sudah segaris dengan midline.
5,4 mm
11,7 mm 9 mm 12 mm
8,7 mm 8,3 mm
9. Desain Preparasi
1,5 mm
1,5 mm
1,5 mm 1,5 mm
1,5 - 2 mm
1,5 - 2 mm
Gambar 3. Desain preparasi gigi penyangga (tampak depan)
0,5-1,5
0,5-0,75 mm
0,5-1,5
mm mm 0,5-0,75
mm
10. Pemeriksaan lain pada gigi penyangga terkait gigi tiruan jembatan yang
akan dibuat:
Gigi penyangga yang akan digunakan adalah gigi dengan kondisi masih
vital.
Jaringan periodontal gigi penyangga dalam keadaan baik.
Tidak terdapat kelainan pada tulang alveolar dan tidak goyang.
Perbandingan mahkota akar mendukung.
Mahkota cukup tebal dan bentuk gigi normal.
f) Finishing
Alat : fine finishing bur berbentuk round end tapered cylindrical
diamond bur
Penatalaksanaan :
- Semua sudut pertemuan dari 2 atau 3 bidang yang telah diasah
dihaluskan menggunakan bur tersebut.
- Di cek dengan sonde apakah tidak ada sudut antara dua sisi.
h) Pengiriman ke laboratorium
Hasil cetakan dengan elastomer dikirim ke lab untuk dibuatkan
crown dan bridge gigi 21 dengan gigi penyangga pada 11 dan 22
bahan PFM dengan backing logam di palatal.
Pengiriman ke lab disertakan dengan cetakan antagonis dan oklusi
sentrik pasien.
3. Kunjungan III
Try-in coping logam
Pemeriksaan adaptasi dan ketepatan pinggir, cek dengan
menggunakan sonde apakah over extenstion atau under extention.
Pemeriksaan terhadap gingiva apakah memucat atau tidak.
Pemeriksaan oklusi menggunakan artikulating paper untuk melihat
traumatik oklusi.
Pemeriksaan stabilisasi coping logam tidak longgar atau mudah
terlepas.
4. Kunjungan IV
Try-in gigi tiruan jembatan dengan menggunakan bahan sementasi sementara
a) Hal yang dilakukan saat try- in:
Periksa adaptasi (final rest position).
Periksa titik kontak dengan dental floss dimasukkan melalui
interdental diantara retainer dengan gigi tetangga.
Pemeriksaan akhiran pontik dengan kaca mulut gusi dibawah
pontik tidak tertekan atau gusi tidak pucat.
Pemeriksaan tepi restorasi dengan menggunakan sonde pada
permukaan gusi tidak boleh ada sela atau menekan gusi.
Pemeriksaan oklusi dengan menggunakan artikulating paper pasien
diinstruksikan melakukan oklusi sentrik untuk melihat prematur
kontak.
Pemeriksaan oklusi artikulasi dengan meminta pasien untuk
melakukan gerakan lateral dan protrusif occlusal interference.
Pemeriksaan stabilisasi apabila pasien melakukan gerakkan lateral
dan protrusif maka gigi tetap berada diposisinya/ tidak bergerak/
tidak goyang.
b) Bila sudah pas lakukan sementing sementara menggunakan fletcher.
c) Bersihkan sisa fletcher pada gigi.
d) Periksa oklusi pasien.
e) Finishing
f) Pro: kontrol 1 minggu
5. Kunjungan V
Kontrol 1 minggu :
1. Tanyakan apakah pasien mengalami keluhan atau tidak
2. Periksa keadaan Intraoral
- Adaptasi
- Keadaan jaringan lunak
- OH pasien
- Oklusi
3. Jika tidak ada keluhan, Lakukan sementasi permanen dengan
menggunkan GIC luting.
4. Bersihkan sisa GIC luting pada gigi
5. Periksa oklusi kembali
6. Finishing
KEPUSTAKAAN