Disusun oleh:
Adinda Istiqhfarinna (20/469784/KG/12148)
Swandiva Putri Wendradi (20/469864/KG/12228)
Angkatan 102
Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Titik Ismiyati, M.S., Sp.Pros(K).
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN
Prostodonsia merupakan bidang ilmu kedokteran gigi yang dapat merehabilitasi
fungsi rongga mulut dengan cara menggantikan gigi yang hilang beserta jaringan lunak
rongga mulut dengan pembuatan restorasi gigi pengganti (Salim dkk., 2015). Kehilangan gigi
menyebabkan gangguan pada fungsi utama gigi, yaitu fungsi mastikasi, fonetik, dan estetika.
Kondisi tersebut juga berdampak pada gigi tetangga, gigi antagonis, maupun jaringan di
sekitar gigi. Oleh karena itu, kondisi tersebut memerlukan rehabilitasi berupa penggunaan
gigi tiruan (Adhiatman dkk., 2018).
Beberapa perawatan prostetik atau gigi tiruan yang dapat diberikan untuk
menggantikan sebagian gigi yang hilang adalah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL), gigi
tiruan cekat (GTC), dan implan gigi (Raj, 2016). Perawatan GTC banyak dipilih sebagai
solusi perawatan dari kasus kehilangan gigi, dengan membuat gigi tiruan yang secara
permanen disemenkan pada gigi geligi (Silalahi dkk., 2020). Gigi tiruan cekat memberikan
beberapa kelebihan, yaitu memiliki estetik baik, lebih aman dan nyaman untuk digunakan,
memiliki kemampuan untuk meneruskan gaya sepanjang axis gigi, memiliki kekuatan yang
lebih unggul, fungsi oklusi maksimal, dapat menjaga integritas lengkung gigi, serta menjaga
dan mempertahankan struktur yang tersisa. Akan tetapi, GTC juga memiliki kekurangan
diantaranya memerlukan preparasi pada gigi tetangga, gigi penyangga rentan mengalami
karies, kesalahan preparasi dapat melukai pulpa atau jaringan periodontal, dan memerlukan
biaya yang cukup besar (Rangajaran dkk., 2017).
Pembuatan GTC lebih sensitif terhadap teknik yang dilakukan oleh operator dan
membutuhkan keahlian presisi yang lebih bila dibandingkan dengan gigi tiruan lepasan. Hal
ini karena perawatan tersebut melibatkan preparasi gigi dan restorasi permanen, yang bersifat
irreversible dan dapat mengakibatkan kerusakan yang berarti bila tidak dilakukan dengan
tepat (Rangajaran dkk., 2017).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gigi Tiruan Cekat
Gigi Tiruan Cekat (GTC) didefinisikan sebagai suatu restorasi atau pengganti yang
disambungkan dengan suatu media sementasi pada gigi asli, akar, atau implan, dan biasa
disebut dengan bridge atau gigi tiruan jembatan. Protesa ini disementasi dan tidak dapat
dilepas sendiri oleh pasien (Veeraiyan, 2017). Perawatan GTC dapat merestorasi
kehilangan satu buah gigi hingga rehabilitasi oklusi secara keseluruhan (Shillingburg
dkk., 2012).
B. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Cekat
Indikasi GTC menurut Rangajaran (2017), terdiri dari:
1. Ruang edentulous yang sempit
2. Gigi penyangga atau abutment dan jaringan pendukung dalam kondisi sehat
3. Mengharmonisasi oklusi gigi pada kelainan TMJ
4. Untuk stabilisasi dan splint gigi-gigi pasca terapi periodontal
5. Pasien menginginkan protesa cekat
6. Pasien memiliki kemampuan dan motivasi untuk mempertahankan kebersihan rongga
mulut dan protesa
7. Apabila protesa lepasan tidak diindikasikan karena adanya keterbatasan mental dan
fisik dari pasien.
Sedangkan kontraindikasi GTC menurut Rangajaran (2017) adalah:
1. Ruang edentulous tanpa gigi penyangga pada sisi distal
2. Ruang edentulous yang panjang
3. Ruang edentulous bilateral dengan lebih dari dua gigi hilang pada kedua sisi yang
memerlukan stabilisasi antar lengkung
4. Adanya permasalahan periodontal pada gigi penyangga
5. Gigi dengan mahkota yang sangat pendek, seperti malformasi gigi kongetinal
6. Penurunan jaringan yang parah pada edentulous ridge karena pembedahan atau
trauma
7. Kebersihan mulut pasien buruk
8. Pasien yang terlalu muda dengan kamar pulpa yang luas
9. Pasien yang terlalu tua dengan gigi yang rapuh
10. Pasien kompromis medis
C. Komponen Gigi Tiruan Cekat
1. Retainer
Retainer adalah bagian dari GTC berupa mahkota jaket atau restorasi yang
disemenkan pada gigi abutment dan berhubungan dengan seluruh bagian restorasi
gigi tiruan. Retainer berperan dalam memberikan stabilisasi dan retensi pada protesa.
Secara umum terdapat retainer mayor dan minor, dimana retainer mayor umumnya
menutupi seluruh bagian dari gigi abutment seperti full veneer crown dan partial
veneer crown, sedangkan retainer minor merupakan logam kecil yang disemenkan ke
gigi seperti inlay atau onlay. Selain itu, terdapat conservative retainer dengan
preparasi yang minimal.
2. Pemeriksaan Objektif
a. Umum
Jasmani : sehat
Rohani : komunikatif dan kooperatif
b. Ekstraoral
Muka : simetris, tidak ada kelainan
Profil : cembung
Bibir : normal
c. Intraoral
Palatum : normal, tidak ada kelainan
Mukosa : normal, tidak ada kelainan
Gingiva : normal, tidak ada kelainan
Frenulum : normal, tidak ada kelainan
Alveolus : normal, tidak ada kelainan
OHI : baik
d. Formulasi Gigi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
X : telah dicabut
- : karies
: tumpatan
C. Klasifikasi
Rahang bawah : Klas III Kennedy
Indikasi Perawatan : Gigi Tiruan Cekat
D. Pemeriksaan Rontgen Foto
Tidak terdapat kelainan di area edentulous dan sekitar gigi abutment 45 dan
47. Pada regio kanan bawah tidak ditemukan adanya impaksi karena tidak ada benih
gigi 48. Area yang hilang lebih kecil daripada luas ligamen periodontal gigi abutment
sehingga memenuhi hukum Ante.
PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN
A. Kunjungan 1 (Pencetakan Rahang dan Pembuatan Model Studi)
Pada kunjungan pertama, operator melakukan anamnesis dan pemeriksaan
objektif pasien serta mengevaluasi hasil foto rontgen panoramik untuk mengetahui
kesiapan kondisi jaringan pendukung gigi abutment dan jaringan pendukung dibawah
pontic. Setelah dilakukan pemeriksaan, operator mencetak rahang pasien untuk
digunakan sebagai model studi. Pencetakan dilakukan dengan :
- Sendok cetak : perforated stock tray nomor 1 untuk kedua rahang
- Bahan cetak : irreversible hydrocolloid (alginat)
- Metode : mukostatik
Sebelum dilakukan pencetakan, operator mencobakan nomor sendok cetak
terlebih dahulu kepada pasien sambil menginstruksikan pasien untuk bernafas melalui
hidung, rileks dan tenang. Setelah sendok cetak dicobakan, operator memanipulasi
alginat dengan air dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen, alginat diletakkan di
sendok cetak hingga terisi penuh. Teknik pencetakannya adalah sebagai berikut :
Rahang Atas :
- Operator berdiri di belakang pasien dengan dataran oklusal pasien sejajar dengan
lantai.
- Sendok cetak yang telah terisi alginat dimasukkan ke dalam mulut pasien, sambil
operator menyibakkan pipi pasien sehingga sendok cetak dapat masuk dengan
sempurna.
- Bagian posterior sendok cetak ditekan ke atas, berlanjut hingga anterior sambil
menyibakkan bibir pasien agar alginat dapat mencetak frenulum labialis superior.
- Instruksikan pasien untuk mengatupkan bibir sembari mengucapkan “U”, operator
melakukan trimming alginat pada area bibir dan pipi agar dapat tercetak seluruhnya
Rahang Bawah :
- Operator berdiri di depan kanan pasien dengan dataran oklusal pasien sejajar dengan
lantai
- Instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya ke atas dengan mengucapkan “L”
agar lidah tidak ikut tercetak
- Masukkan sendok cetak yang telah terisi alginate ke dalam mulut pasien, sambil
operator menyibakkan pipi pasien sehingga sendok cetak dapat masuk dengan
sempurna
- Tekan bagian posterior sendok cetak ke bawah, berlanjut hingga anterior sambil
menyibakkan bibir pasien agar alginat dapat mencetak bagian frenulum labialis
inferior
- Instruksikan pasien untuk mengatupkan bibirnya sembari mengucapkan “U”, operator
melakukan trimming alginat pada area bibir dan pipi agar dapat tercetak seluruhnya
Setelah selesai mencetak dan mengisi cetakan dengan gips, hasilnya kemudian di-
boxing. Pada model studi, dilakukan simulasi preparasi full crown gigi 44 dan 46 sebagai
abutment. Pada regio gigi 45 akan dibuat gigi tiruan cekat dengan gigi 44 dan 46 sebagai
gigi abutment. Gigi tiruan cekat tersebut terdiri dari 3 unit (three unit bridge) dengan
bahan porcelain fused to metal tipe fixed fixed bridge. Pontic yang akan digunakan
adalah pontic jenis ridge lap pada regio gigi 45. Konektor yang digunakan adalah
konektor rigid (one piece casting). Gigi abutment sebelumnya dipreparasi terlebih dahulu
dengan high speed bur dengan gigi 44 dan 46 dipreparasi full crown.
Model studi
Kondisi gigi sebelum preparasi
Keterangan :
1 = Gigi abutment
2 = Retainer ekstrakoronal (full crown)
3 = Konektor tipe rigid
4 = Pontik (modified ridge lap pontic)
- Periksa jarak permukaan oklusal gigi yang telah direduksi dengan gigi
antagonisnya.
b. Pembuatan bevel pada buccooclusal line angle
Dilakukan dengan menggunakan round end tapered diamond bur. Bur
membentuk sudut 45° terhadap dinding aksial. Kemudian periksa jarak
interoklusal menggunakan malam merah.
c. Reduksi bukal
Dilakukan pengurangan bagian bukal sebanyak 1 mm menggunakan
torpedo bur dengan meletakkan mata bur sejajar dengan inklinasi gigi.
Hasil reduksi bukal seharusnya menghasilkan permukaan yang cembung.
d. Reduksi lingual
Pengurangan permukaan lingual dilakukan dengan menggunakan torpedo
bur sebanyak 1,5 mm.
e. Reduksi proksimal
Pengurangan proksimal diawali dengan menggunakan thin needle bur atau
flat disk bur, kemudian setelah didapatkan ruangan dilanjutkan
menggunakan torpedo bur sebanyak 1,5 mm pada mesial dan 1 mm pada
distal. Preparasi harus sejajar atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar
6°.
f. Membentuk finishing line
Finishing line yang digunakan adalah tipe chamfer, dibuat dengan
menggunakan chamfer bur pada semua permukaan gigi, letak finishing line
ini 0,5 mm di bawah gingiva.
g. Sudut-sudut aksial yang tajam dihaluskan dan undercut dihilangkan.
2.) Mencetak model kerja
Pada pencetakan model kerja digunakan :
- Sendok cetak : perforated stock tray no. 1
- Bahan cetak : elastomer (polyvinyl silicone)
- Metode cetak : mukostatik
- Teknik pencetakan : double impression
- Tahap pencetakan :
Gigi yang telah dipreparasi dibersihkan, kemudian dilakukan retraksi gingiva
gigi abutment sesaat sebelum pencetakan menggunakan retraction cord atau
benang retraksi dengan tahapan yang sama dengan sebelumnya. Retraction cord
dilepas sesaat sebelum dilakukan pencetakan. Bahan cetak putty berupa base
dan katalis dengan perbandingan 1:1 dicampur secara cepat menggunakan
tangan selama 30 detik hingga warnanya homogen. Kemudian bahan cetak putty
diletakkan pada sendok cetak dan diberi cekungan pada bagian gigi yang akan
dipreparasi. Setelah itu bahan cetak elastomer diletakkan di bagian cekungan
tersebut, lalu dilakukan pencetakan rahang. Setelah setting, sendok cetak ditarik
dengan cepat dari mulut pasien. Hasil cetakan diisi dengan glass stone,
kemudian di model malam dan diproses di laboratorium.
3.) Pembuatan mahkota sementara
Pasien dibuatkan gigi tiruan sementara dengan metode indirek dan dipasangkan
setelah dilakukan preparasi, dengan cara :
a. Gigi dicetak dengan alginat kemudian dibuat cetakan positifnya.
b. Cetakan positif dipasangkan gigi artifisial/pontik yang sesuai, kemudian dicetak
kembali menggunakan alginat (cetakan pertama)
c. Melakukan preparasi pada gigi abutment, kemudian dicetak dengan alginat,
kemudian dibuat cetakan positifnya (cetakan kedua).
d. Memasukkan self-curing acrylic ke dalam cetakan alginat yang telah diolesi
vaseline, kemudian dicetakkan ke cetakan kedua.
e. Apabila sudah mengeras, dilepaskan dan dipaskan pada gigi pasien. Ekses
dibersihkan dengan bur.
f. Mahkota sementara dan gigi pasien kemudian dibersihkan dan dikeringkan, lalu
mahkota sementara dilekatkan dengan fletcher dan larutan eugenol.
g. Kemudian dilakukan pengecekan oklusi.
C. Kunjungan 3 (Try In GTC)
Gigi tiruan cekat yang sudah jadi kemudian dicobakan ke pasien. Dilakukan
pemeriksaan ada atau tidak premature oklusi, retensi dan stabisilisasi GTC. Gigi tiruan
cekat kemudian di dipasang pada gigi yang sudah dipreparasi menggunakan fletcher
eugenol selama 1 minggu agar pasien dapat beradaptasi dengan GTC sebelum benar-
benar disementasi permanen. Daerah finishing line harus tertutup dengan GTC. Pasien
diinstruksikan untuk tidak menggigit makanan atau benda yang terlalu keras.
D. Kunjungan 4 (Insersi GTC)
Pasien datang dan diperiksa pemeriksaan subjektif dan objektif setelah 1 minggu.
Apabila pasien mengeluhkan GTC yang telah dicobakan tidak sesuai maka diperbaiki
dahulu. Apabila pasien sudah tidak memiliki keluhan mengenai GTC nya dan setelah
pemeriksaan tidak ada traumatik oklusi, maka dilanjutkan dengan penyemenan permanen
GTC menggunakan SIK Tipe I. Langkahnya adalah:
- Lepaskan bridge dari gigi, kemudian bersihkan bridge dan gigi dari sisa bahan
fletcher eugenol
- Isolasi bagian lingual dan bukal region gigi dengan cotton roll
- Aduk semen SIK Tipe I sehingga didapatkan konsistensi yang encer
- Oleskan semen ke fitting surface GTC dan pada gigi abutment.
- Pasang GTC pada gigi abutment dengan tekanan yang maksimal yang didahului
dengan teknik pumping untuk mencegah terjebaknya udara
- Letakkan kasa pada oklusal gigi dan pasien diminta untuk menggigit-gigit kasa
selama beberapa menit
- Bersihkan ekses semen yang ada
- Lakukan evaluasi retensi dan stabilisasi GTC, serta cek apakah ada kontak premature
Pasien diinstruksikan untuk datang kembai apabila terdapat keluhan dan untuk kontrol 1
minggu kemudian.
E. Kunjungan 5 (Kontrol)
Pada kunjungan ke 5 dilakukan kontrol dengan agenda dilakukan pemeriksaan subjektif
dan objektif pasien. Pada pemeriksaan subjektif, ditanyakan mengenai ada atau tidak
keluhan yang pasien rasakan selama seminggu menggunakan GTC. Pada pemeriksaan
objektif, dilakukan evaluasi jaringan lunak apakah terdapat peradangan atau tidak pada
bagian disekitar GTC serta dilakukan pemeriksaan oklusi, retensi, stabilisasi serta
estetisnya.
DISKUSI
Pasien atas nama Diky Febri, berusia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan
memiliki aera yang ompong setelah dicabut 1,5 bulan lalu. Pasien berkeinginan untuk
dibuatkan gigi tiruan cekat. Pasien telah kehilangan gigi 45 sehingga diklasifikasikan menjadi
kelas III modifikasi 1P menurut klasifikasi Applegate-Kennedy. Berdasarkan hasil rontgen,
gigi 45 dan 47 dalam keadaan baik serta jaringan pendukungnya sehat, akar gigi abutment
lebih panjang dari mahkotanya dan luas jaringan periodontal gigi 45 dan 47 lebih luas dari
area gigi 45 yang hilang sehingga telah memenuhi prinsip hukum Ante.
Berdasarkan temuan yang ada, perawatan yang akan dilakukan adalah dengan
menggunakan gigi tiruan cekat (GTC) tipe fixed-fixed bridge dengan tipe konektor rigid.
GTC tersebut terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik tipe modified ridge lap. Pontik modified
ridge lap dipilih karena pada bagian tersebut membutuhkan nilai estetik dan agar dapat self-
cleansing dengan adekuat. Pada gigi abutment yaitu gigi 45 dan 47 dilakukan preparasi
mahkota penuh (full-crown preparation) dengan finishing line berupa chamfer finishing line
agar didapatkan ketebalan untuk porcelain fused to metal bridge. Tahapan perawatan yang
dilakukan yaitu dimulai dengan mencetak model studi, preparasi gigi abutment, membuat
mahkota sementara, try in bridge, insersi dan kontrol.
PROGNOSIS
Prognosis perawatan GTC pada pasien tergolong baik karena gigi abutment kuat,
jaringan pendukung gigi abutment sehat, kebersihan rongga mulut pasien tergolongn baik,
kesehatan umum pasien baik serta pasien komunikatif dan kooperatif dengan kondisi sosial
ekonomi pasien yang baik.
Adhiatman, A.A.G.W., Kusumadewi, S., dan Griadhi, P.A., 2018, Hubungan Kehilangan
Gigi dengan Status Gizi dan Kualitas Hidup pada Perkumpulan Lansia di Desa
Penatahan Kecamatan Penebel Tabanan. ODONTO Dental Journal. 5(2):145-151.
Raj, B.J.R., 2016, Attitude of patients towards the replacement of tooth after extraction, J.
Pharm. Sci. & Res., 8(11): 1304-1307.
Rangajaran, V., dan Padmanabhan, T.V., 2017, Textbook of Prosthodontic, Elsevier, India.
Salim, S., Rostiny, Kuntjoro, M., 2015, Efek kombinasi spirulina kitosan untuk preservasi
soket terhadap osteoblas, osteoklas dan kepadatan kolagen, Dentika Dental Journal,
18(3): 225-231.
Shillingburg, H.T., Sather, D.A., Wilson, E.L., Mitchell, J.R.C., Blanco, L.J., dan Kessler,
J.C., 2012, Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 4th ed, Quintessence Publishing Co,
USA.
Silalahi, S.M.R., Zahara, V., Sinamo, S., 2020, Pengaruh ketebalan lapisan dentin terhadap
kekuatan fleksural pada gigi tiruan cekat keramik-logam, Jurnal Ilmiah Pannmed, 15(1):
46-51.
Veeraiyan, D.N., 2017, Textbook of Prosthodontics, The Health Science Publisher, New
Delhi.