Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN CEKAT

Disusun oleh:
Adinda Istiqhfarinna (20/469784/KG/12148)
Swandiva Putri Wendradi (20/469864/KG/12228)
Angkatan 102

Dosen Pembimbing:
Dr. drg. Titik Ismiyati, M.S., Sp.Pros(K).

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN
Prostodonsia merupakan bidang ilmu kedokteran gigi yang dapat merehabilitasi
fungsi rongga mulut dengan cara menggantikan gigi yang hilang beserta jaringan lunak
rongga mulut dengan pembuatan restorasi gigi pengganti (Salim dkk., 2015). Kehilangan gigi
menyebabkan gangguan pada fungsi utama gigi, yaitu fungsi mastikasi, fonetik, dan estetika.
Kondisi tersebut juga berdampak pada gigi tetangga, gigi antagonis, maupun jaringan di
sekitar gigi. Oleh karena itu, kondisi tersebut memerlukan rehabilitasi berupa penggunaan
gigi tiruan (Adhiatman dkk., 2018).
Beberapa perawatan prostetik atau gigi tiruan yang dapat diberikan untuk
menggantikan sebagian gigi yang hilang adalah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL), gigi
tiruan cekat (GTC), dan implan gigi (Raj, 2016). Perawatan GTC banyak dipilih sebagai
solusi perawatan dari kasus kehilangan gigi, dengan membuat gigi tiruan yang secara
permanen disemenkan pada gigi geligi (Silalahi dkk., 2020). Gigi tiruan cekat memberikan
beberapa kelebihan, yaitu memiliki estetik baik, lebih aman dan nyaman untuk digunakan,
memiliki kemampuan untuk meneruskan gaya sepanjang axis gigi, memiliki kekuatan yang
lebih unggul, fungsi oklusi maksimal, dapat menjaga integritas lengkung gigi, serta menjaga
dan mempertahankan struktur yang tersisa. Akan tetapi, GTC juga memiliki kekurangan
diantaranya memerlukan preparasi pada gigi tetangga, gigi penyangga rentan mengalami
karies, kesalahan preparasi dapat melukai pulpa atau jaringan periodontal, dan memerlukan
biaya yang cukup besar (Rangajaran dkk., 2017).
Pembuatan GTC lebih sensitif terhadap teknik yang dilakukan oleh operator dan
membutuhkan keahlian presisi yang lebih bila dibandingkan dengan gigi tiruan lepasan. Hal
ini karena perawatan tersebut melibatkan preparasi gigi dan restorasi permanen, yang bersifat
irreversible dan dapat mengakibatkan kerusakan yang berarti bila tidak dilakukan dengan
tepat (Rangajaran dkk., 2017).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Gigi Tiruan Cekat
Gigi Tiruan Cekat (GTC) didefinisikan sebagai suatu restorasi atau pengganti yang
disambungkan dengan suatu media sementasi pada gigi asli, akar, atau implan, dan biasa
disebut dengan bridge atau gigi tiruan jembatan. Protesa ini disementasi dan tidak dapat
dilepas sendiri oleh pasien (Veeraiyan, 2017). Perawatan GTC dapat merestorasi
kehilangan satu buah gigi hingga rehabilitasi oklusi secara keseluruhan (Shillingburg
dkk., 2012).
B. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Cekat
Indikasi GTC menurut Rangajaran (2017), terdiri dari:
1. Ruang edentulous yang sempit
2. Gigi penyangga atau abutment dan jaringan pendukung dalam kondisi sehat
3. Mengharmonisasi oklusi gigi pada kelainan TMJ
4. Untuk stabilisasi dan splint gigi-gigi pasca terapi periodontal
5. Pasien menginginkan protesa cekat
6. Pasien memiliki kemampuan dan motivasi untuk mempertahankan kebersihan rongga
mulut dan protesa
7. Apabila protesa lepasan tidak diindikasikan karena adanya keterbatasan mental dan
fisik dari pasien.
Sedangkan kontraindikasi GTC menurut Rangajaran (2017) adalah:
1. Ruang edentulous tanpa gigi penyangga pada sisi distal
2. Ruang edentulous yang panjang
3. Ruang edentulous bilateral dengan lebih dari dua gigi hilang pada kedua sisi yang
memerlukan stabilisasi antar lengkung
4. Adanya permasalahan periodontal pada gigi penyangga
5. Gigi dengan mahkota yang sangat pendek, seperti malformasi gigi kongetinal
6. Penurunan jaringan yang parah pada edentulous ridge karena pembedahan atau
trauma
7. Kebersihan mulut pasien buruk
8. Pasien yang terlalu muda dengan kamar pulpa yang luas
9. Pasien yang terlalu tua dengan gigi yang rapuh
10. Pasien kompromis medis
C. Komponen Gigi Tiruan Cekat
1. Retainer
Retainer adalah bagian dari GTC berupa mahkota jaket atau restorasi yang
disemenkan pada gigi abutment dan berhubungan dengan seluruh bagian restorasi
gigi tiruan. Retainer berperan dalam memberikan stabilisasi dan retensi pada protesa.
Secara umum terdapat retainer mayor dan minor, dimana retainer mayor umumnya
menutupi seluruh bagian dari gigi abutment seperti full veneer crown dan partial
veneer crown, sedangkan retainer minor merupakan logam kecil yang disemenkan ke
gigi seperti inlay atau onlay. Selain itu, terdapat conservative retainer dengan
preparasi yang minimal.

Gambar 1. Full dan partial veneer crown (Veeraiyan, 2017)


2. Gigi Abutment
Gigi abutment atau gigi penyangga merupakan gigi asli yang dipreparasi sebagai
tempat perlekatan retainer. Gigi ini berfungsi sebagai penyangga, pendukung, dan
pemegang bridge.
3. Pontik
Pontik merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang hilang
untuk mengembalikan fungsi dan mengisi ruang dari gigi yang telah hilang. Syarat
ideal dari pontik adalah mampu mengembalikan fungsi gigi yang digantikan,
memberi kenyamanan dan memperbaiki estetika, biokompatibel, mempertahankan
residual ridge dan kesehatan mukosa dibawahnya, mudah dibersihkan dan dirawat,
serta memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan gaya oklusal.
4. Konektor
Konektor adalah bagian yang menghubungkan antara retainer dengan pontik.
Terdapat dua jenis konektor yaitu rigid dan non-rigid. Konektor rigid kaku dan tidak
memungkinkan terjadinya gerakan apapun karena seluruh beban tekanan
pengunyahan disalurkan langsung ke gigi abutment. Konektor non-rigid memiliki
sedikit fleksibilitas dan memungkinkan terjadinya gerakan yang terbatas antara
retainer dengan pontik, melalui komponen mortice (female) dan tenon (male) pada
pontik untuk menghasilkan gerakan yang dibutuhkan.

Gambar 2. A. Konektor rigid; B. Konektor non rigid (Rangajaran, 2017).


D. Jenis Gigi Tiruan Cekat
1. Fixed-fixed bridge
GTC yang pontiknya didukung oleh satu atau lebih gigi penyangga atau abutment
pada kedua sisi yang bersifat rigid atau kaku. Jenis GTC ini dapat digunakan baik
pada gigi anterior maupun posterior.
2. Semi-fixed bridge
GTC jenis ini salah satu pontiknya dihubungkan pada retainer menggunakan
konektor non-rigid dengan pergerakan yang terbatas, dan satu pontik lainnya
dihubungkan menggunakan konektor rigid. Jenis GTC berikut dapat digunakan pada
gigi anterior maupun posterior.
3. Cantilever bridge
GTC yang salah satu ujungnya melekat secara rigid pada retainer, sedangkan ujung
lainnya bebas menggantung.
4. Spring cantilever bridge
GTC yang memiliki komponen pontik yang terpasang jauh dari retainer dan
dihubungkan menggunakan palatal bar.
5. Compound bridge
GTC jenis ini terdiri dari kombinasi dari dua jenis GTC yang digabungkan menjadi
satu kesatuan piranti.
E. Persyaratan Gigi Abutment
Syarat yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan gigi abutment dari gigi tiruan cekat
adalah :
1. Mahkota gigi
Panjang mahkota okluso-servikal gigi abutment harus memadai untuk mencapai
retensi yang cukup, serta bentuk mahkota dan ketebalan yang baik.
2. Panjang dan bentuk akar
Gigi abutment harus memiliki penjangkaran yang memadai agar dapat menahan dan
mengirimkan tekanan oklusal. Panjang dan kesejajaran akar akan berbanding lurus
dengan stabilitas dan kekuatan protesa. Akar gigi yang lebar akan lebih baik
dibandingkan akar yang bulat, dan gigi yang memiliki akar >1 mempunyai stabilitas
dan kekuatan yang lebih besar dibandingkan akar tunggal.
3. Rasio mahkota-akar
Rasio mahkota-akar merupakan ukuran panjang oklusal gigi terhadap puncak tulang
alveolar dengan panjang akar yang tertanam dalam tulang alveolar. Rasio ideal
mahkota-akar adalah 2:3, atau minimal 1:1.
4. Kondisi jaringan periodontal
Kondisi jaringan periodontal harus dalam kondisi baik. Desain retainer dan pontik
juga harus direncanakan untuk menjaga kesehatan jaringan periodontal.
5. Mobilitas gigi
Derajat mobilitas gigi harus minimal, dengan derajat 3 sebagai kontraindikasi. Jika
mobilitas disebabkan karena masalah periodontal, dilakukan splinting terlebih dahulu.
6. Hukum Ante
Hukum Ante menyatakan bahwa luas permukaan akar gigi-gigi abutment harus sama
dengan atau lebih besar dari luas permukaan akar gigi yang akan digantikan. Satu
gigi yang hilang setidaknya harus memiliki dua gigi abutment. Dua gigi yang hilang
dapat menggunakan dua gigi abutment apabila Hukum Ante dapat tercapai.
7. Karies gigi
Kondisi karies pada gigi harus diperiksa, dan bila perlu dilakukan pemeriksaan
vitalitas gigi. Apabila meragukan, dapat dilakukan perawatan saluran akar. Kondisi
yang lain seperti aspek atrisi gigi, abrasi, dan hipoplasi juga harus dievaluasi.
8. Kemiringan gigi
Kehilangan gigi dalam waktu yang cukup lama dapat mengakibatkan tilting gigi
tetangga ke arah mesial, dan hal ini dapat mempersulit insersi gigi tiruan cekat,
sehingga kemiringan gigi diusahakan seminimal mungkin. Apabila kemiringan gigi
cukup parah, maka dapat dilakukan perawatan ortodontik atau dengan perencanaan
desain konektor yang mampu mengompensasi seperti partial crown/telescopic crown,
atau dengan penggunaan konektor non-rigid.

Gambar 3. Kemiringan gigi abutment (Rangajaran, 2017).


9. Tekanan oklusal
Tekanan oklusal pada gigi tiruan bergantung pada gigi antagonis, aktivitas otot
pasien, dan kebiasaan parafungsional. Hal ini akan memengaruhi pemilihan jenis
retainer, dan jumlah gigi abutment yang akan digunakan.
F. Preparasi Gigi Abutment
Gigi abutment memerlukan preparasi dengan reduksi yang dilakukan menggunakan
instrumen bur untuk memberikan ruang bagi massa material restorasi agar cukup kuat
untuk menahan tekanan oklusi. Preparasi gigi abutment dilakukan dengan reduksi
oklusal, reduksi aksial, pembuatan bevel tonjol fungsional, dan pembuatan pundak
oklusal, serta dengan pembuatan isthmus, proximal groove, dan box (Shillingburg dkk.,
2012).
Terdapat empat macam finishing line yang bisa digunakan pada preparasi gigi abutment:
1. Chamfer
Baik digunakan untuk restorasi veneer logam dan full veneer crown. Mempunyai
kelebihan dalam aspek destruksi gigi dan stress yang minimal, namun memiliki
kekurangan dalam pengurangan kekuatan crown serta estetika yang buruk untuk
bahan keramik.

Gambar 4. Finishing line tipe chamfer (Rangajaran, 2017).


2. Deep chamfer
Suatu modifikasi tambahan finishing line chamfer yang menyediakan sudut
cavosurface sebesar 90  dengan sudut internal yang lebar dan memiliki radius
membulat. Deep chamfer memberikan dukungan yang lebih baik pada all-ceramic
crown dibandingkan chamfer konvensional, namun tidak sebaik shoulder. Bisa
digunakan untuk restorasi metal dengan menambahkan bevel. Finishing line ini
memiliki kelebihan dalam destruksi gigi yang moderat dan stress yang minimal pada
gigi, namun memiliki kekurangan dalam pengurangan kekuatan mahkota dan formasi
potential lip.

Gambar 5. Finishing line tipe deep chamfer (Rangajaran, 2017).


3. Shoulder
Digunakan untuk all-ceramic crown (mahkota jaket porselain konvensional).
Shoulder secara general tidak digunakan sebagai finishing line untuk restorasi metal.
Jenis ini memiliki kelebihan dalam estetika yang maksimal, kekuatan crown
maksimal, dan menghindari overcontouring, akan tetapi memiliki kekurangan dalam
destruksi gigi dan lebih banyak stress yang dibebankan pada gigi dibandingkan
chamfer.

Gambar 6. Finishing line tipe shoulder (Rangajaran, 2017).


4. Shoulderless/knife edge
Dapat digunakan untuk memberikan margin restorasi metal yang memiliki kekuatan
tepi. Memiliki kelebihan dalam destruksi yang minimal, namun memiliki kekurangan
berupa overcontouring apabila digunakan untuk bahan keramik, estetika buruk, dan
margin crown yang lemah.

Gambar 7. Finishing line tipe shoulderless (Rangajaran, 2017).


G. Tipe Retainer Gigi Tiruan Cekat
Macam tipe retainer pada GTC adalah :
1. Intracoronal Retainer
Preparasi dan badan dari retainer terletak di dalam mahkota. Retainer ini hanya
boleh menggantikan satu gigi yang hilang dengan indeks karies rendah, dan gigi
penyangga tidak boleh memiliki karies servikal serta gigi dalam kondisi vital. Contoh
retainer ini adalah inlay mesio-oklusal atau disto-oklusal dan onlay.

Gambar 8. Intracoronal retainer (Rangajaran, 2017).


2. Extracoronal Retainer
Preparasi dan badan retainer terletak di luar mahkota. Contoh dari retainer ini adalah
preparasi complete crown dan partial veneer crowns.

Gambar 9. Full/complete and partial veneer crown (Rangajaran, 2017).


3. Intraradicular Retainer
Preparasi dan badan dari retainer terletak di dalam saluran akar. Contoh retainer ini
adalah mahkota jaket inti pasak tuang, dimana gigi non vital biasanya sudah lemah
sehingga perlu diperkuat dengan menggunakan inti pasak tuang.
H. Tipe Pontik Gigi Tiruan Cekat
Berdasar bentuk permukaan yang berkontak dengan mukosa atau jaringan ikat
dibawahnya, pontik diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Ridge lap/saddle
Memiliki permukaan yang cekung, permukaan gingival tidak berkontak secara
langsung dengan alveolar ridge, namun hanya berkontak pada akhiran gingival
sebelah bukal/lingual. Pontik jenis ini akan mensimulasikan gigi asli yang hilang
dengan estetika yang baik, namun memiliki kekurangan diantaranya sulit dibersihkan
karena permukaan gingiva tertutup dan memungkinkan terjadinya peradangan ketika
permukaan gingival pontik berkontak dengan alveolar ridge sehingga pontik ini
jarang digunakan.

Gambar 10. Saddle pontic (Rangajaran, 2017).


b. Modified ridge lap
Jenis pontik ini didesain tidak menyentuh aspek lingual dari ridge, hanya berkontak
pada permukaan bukan dengan tetap mempertahankan penampilan natural seperti
gigi asli sehingga kontak dengan jaringan minimal. Pontik ini hanya menutup
permukaan bukal dengan permukaan mesial-distal cembung, sehingga
memungkinkan pembersihan dan kontrol plak yang optimal. Pontik berikut paling
sering digunakan pada area dengan visibilitas yang tinggi.

Gambar 11. Modified ridge lap pontic (Rangajaran, 2017).


c. Ovate
Pontik ini didesain untuk lingir sisa atau ridge yang sempit, atau lingir sisa bekas
pencabutan yang masih dalam proses penyembuhan karena kontaknya hanya pada
ujung servikal pontik. Ujung servikan pontik dibentuk membulat tumpul ke dalam
sehingga seolah-olah tampak seperti muncul dari tulang alveolar menyerupai gigi asli.
Gambar 12. Ovate pontic (Rangajaran, 2017).
d. Conical/egg-shaped/heart-shaped
Jenis pontik ini didesain membulat atau secembung mungkin karena hanya memiliki
satu titik kontak di tengah lingir. Kontur fasial dan lingual dari pontik ini tergantung
pada lebar lingir sisa. Sama halnya seperti ovate pontic, pontik ini juga dapat
digunakan untuk lingir sisa yang sempit.

Gambar 13. Conical pontic (Rangajaran, 2017).


e. Sanitary/hygienic
Pontik ini didesain tidak berkontak sama sekali dengan jaringan di bawahnya untuk
memaksimalkan pembersihan dan pemeliharaan serta meminimalisir inflamasi pada
jaringan. Hygienic pontic kurang baik secara estetika, sehingga hanya digunakan
untuk gigi posterior saja. Jarak antara pontik ke risge adalah 2 mm dnegan ketebalan
minimal okluso-gingival pontik adalah 3 mm sehingga menyediakan space yang
adekuat untuk pembersihan.

Gambar 14. Conventional sanitary pontic (Rangajaran, 2017).


LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien
Nama Pasien : Diky Febri
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Demangan RT 1/RW 3, Berbah
No Kartu : 224059
B. Anamnesis
1. Pemeriksaan Subjektif
Pasien datang atas kemauan sendiri untuk dibuatkan gigi tiruan
Motivasi
cekat.
Pasien ingin dibuatkan gigi tiruan cekat karena ada gigi yang
Chief
ompong pada bagian belakang bawah kanan dan pasien merasa
Complaint
tidak percaya diri atas ompongnya.
Present
Pasien saat ini tidak merasakan sakit.
Illness
Pasien pernah melakukan pembersihan karang gigi sekitar 1
Past Dental
bulan yang lalu. Selain itu, pasien pernah mencabutkan gigi 36
History
dan 46 pada 1,5 bulan yang lalu.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, tidak ada alergi
Past
terhadap makanan/obat-obatan/bahan tertentu, terdapat riwayat
Medical
rawat inap karena overdosis dan pembedahan saat operasi tumor
History
sekitar 2,5 tahun yang lalu.
Social Pasien memiliki kebiasaan merokok (sekitar 1 bungkus sehari)
History dan mengonsumsi alkohol sejak tahun 2015.
Family
Diabetes mellitus (ibu).
History

2. Pemeriksaan Objektif
a. Umum
Jasmani : sehat
Rohani : komunikatif dan kooperatif
b. Ekstraoral
Muka : simetris, tidak ada kelainan
Profil : cembung
Bibir : normal
c. Intraoral
Palatum : normal, tidak ada kelainan
Mukosa : normal, tidak ada kelainan
Gingiva : normal, tidak ada kelainan
Frenulum : normal, tidak ada kelainan
Alveolus : normal, tidak ada kelainan
OHI : baik

d. Formulasi Gigi
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
Keterangan :
X : telah dicabut
- : karies
 : tumpatan
C. Klasifikasi
Rahang bawah : Klas III Kennedy
Indikasi Perawatan : Gigi Tiruan Cekat
D. Pemeriksaan Rontgen Foto

Tidak terdapat kelainan di area edentulous dan sekitar gigi abutment 45 dan
47. Pada regio kanan bawah tidak ditemukan adanya impaksi karena tidak ada benih
gigi 48. Area yang hilang lebih kecil daripada luas ligamen periodontal gigi abutment
sehingga memenuhi hukum Ante.
PROSEDUR KERJA DAN RENCANA PERAWATAN
A. Kunjungan 1 (Pencetakan Rahang dan Pembuatan Model Studi)
Pada kunjungan pertama, operator melakukan anamnesis dan pemeriksaan
objektif pasien serta mengevaluasi hasil foto rontgen panoramik untuk mengetahui
kesiapan kondisi jaringan pendukung gigi abutment dan jaringan pendukung dibawah
pontic. Setelah dilakukan pemeriksaan, operator mencetak rahang pasien untuk
digunakan sebagai model studi. Pencetakan dilakukan dengan :
- Sendok cetak : perforated stock tray nomor 1 untuk kedua rahang
- Bahan cetak : irreversible hydrocolloid (alginat)
- Metode : mukostatik
Sebelum dilakukan pencetakan, operator mencobakan nomor sendok cetak
terlebih dahulu kepada pasien sambil menginstruksikan pasien untuk bernafas melalui
hidung, rileks dan tenang. Setelah sendok cetak dicobakan, operator memanipulasi
alginat dengan air dan diaduk hingga homogen. Setelah homogen, alginat diletakkan di
sendok cetak hingga terisi penuh. Teknik pencetakannya adalah sebagai berikut :
Rahang Atas :
- Operator berdiri di belakang pasien dengan dataran oklusal pasien sejajar dengan
lantai.
- Sendok cetak yang telah terisi alginat dimasukkan ke dalam mulut pasien, sambil
operator menyibakkan pipi pasien sehingga sendok cetak dapat masuk dengan
sempurna.
- Bagian posterior sendok cetak ditekan ke atas, berlanjut hingga anterior sambil
menyibakkan bibir pasien agar alginat dapat mencetak frenulum labialis superior.
- Instruksikan pasien untuk mengatupkan bibir sembari mengucapkan “U”, operator
melakukan trimming alginat pada area bibir dan pipi agar dapat tercetak seluruhnya
Rahang Bawah :
- Operator berdiri di depan kanan pasien dengan dataran oklusal pasien sejajar dengan
lantai
- Instruksikan pasien untuk mengangkat lidahnya ke atas dengan mengucapkan “L”
agar lidah tidak ikut tercetak
- Masukkan sendok cetak yang telah terisi alginate ke dalam mulut pasien, sambil
operator menyibakkan pipi pasien sehingga sendok cetak dapat masuk dengan
sempurna
- Tekan bagian posterior sendok cetak ke bawah, berlanjut hingga anterior sambil
menyibakkan bibir pasien agar alginat dapat mencetak bagian frenulum labialis
inferior
- Instruksikan pasien untuk mengatupkan bibirnya sembari mengucapkan “U”, operator
melakukan trimming alginat pada area bibir dan pipi agar dapat tercetak seluruhnya
Setelah selesai mencetak dan mengisi cetakan dengan gips, hasilnya kemudian di-
boxing. Pada model studi, dilakukan simulasi preparasi full crown gigi 44 dan 46 sebagai
abutment. Pada regio gigi 45 akan dibuat gigi tiruan cekat dengan gigi 44 dan 46 sebagai
gigi abutment. Gigi tiruan cekat tersebut terdiri dari 3 unit (three unit bridge) dengan
bahan porcelain fused to metal tipe fixed fixed bridge. Pontic yang akan digunakan
adalah pontic jenis ridge lap pada regio gigi 45. Konektor yang digunakan adalah
konektor rigid (one piece casting). Gigi abutment sebelumnya dipreparasi terlebih dahulu
dengan high speed bur dengan gigi 44 dan 46 dipreparasi full crown.
Model studi
Kondisi gigi sebelum preparasi

Jarak mesiodistal gigi 45 : 7,46 mm


Jarak mesiodistal gigi 46 : 11,00 mm
Jarak mesiodistal gigi 47 : 8,00 mm
Jarak oklusal dengan gingiva : 6,30 mm
Rencana preparasi gigi
Reduksi 45 Reduksi 47
Oklusal : 1,5 mm Oklusal : 1,5 mm
Bukal : 1,5 mm Bukal : 1 mm
Lingual : 1,5 mm Lingual : 1,5 mm
Distal : 1 mm Distal : 1 mm
Mesial : 1 mm Mesial : 1,5 mm

Rencana pembuatan PFM


Ketebalan PFM 44 Ketebal PFM 46
Oklusal : 1,5 mm Oklusal : 1,5 mm
Bukal : 1,5 mm Bukal : 1 mm
Lingual : 1 mm Distal : 1,5 mm
Mesial : 1 mm Mesial : 1 mm
Desain GTC

Keterangan :
1 = Gigi abutment
2 = Retainer ekstrakoronal (full crown)
3 = Konektor tipe rigid
4 = Pontik (modified ridge lap pontic)

B. Kunjungan 2 (Preparasi Gigi Abutment dan Pencetakan Model Kerja)


1.) Preparasi gigi abutment
Preparasi pada GTC 3 unit dilakukan dengan bur high speed, dan mengikuti
prinsip kesejajaran atau paralelisme dinding-dinding aksial dari gigi abutment yang
akan dipreparasi. Terdapat catatan yang perlu dilakukan yaitu sesaat sebelum
preparasi finishing line subgingiva dan sebelum pencetakan model kerja, penting
untuk melakukan retraksi gingiva gigi abutment menggunakan retraction cord atau
benang retraksi sepanjang 5 cm yang telah direndam adrenalin 8%. Benang tersebut
dikalungkan mengelilingi gigi kemudian disisipkan ke sulkus gingiva, difiksasi pada
permukaan mesial dan distal terlebih dahulu. Benang dipotong pada area proksimal
agar tetap menjaga keakuratan (jangan di area bukal/lingual). Benang didiamkan
selama 10 menit, lalu dikeluarkan dari sulkus gingiva dalam keadaan lembab.
Preparasi pada gigi 44 dan 46 dilakukan dengan tahapan :
1. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan yaitu fissure bur, tapered bur,
chamfer/torpedo bur, round end tapered bur, round-edge wheel bur, sand paper
disc, dan handpiece.
2. Preparasi gigi 44 dengan tipe full crown
a. Reduksi permukaan oklusal
- Dimulai dengan membuat panduan kedalaman berupa groove (depth
gauge holes) pada permukaan oklusal menggunakan round end tapered
diamond bur dengan kedalaman 1,5 mm.

- Kemudian dengan bur yang sama, permukaan oklusal direduksi sedalam


1,5 mm sesuai panduan kedalaman dan mengikuti bentuk anatomi
permukaan oklusal gigi.

- Periksa jarak permukaan oklusal gigi yang telah direduksi dengan gigi
antagonisnya.
b. Pembuatan bevel pada buccooclusal line angle
Dilakukan dengan menggunakan round end tapered diamond bur. Bur
membentuk sudut 45° terhadap dinding aksial. Kemudian periksa jarak
interoklusal menggunakan malam merah.

c. Reduksi permukaan bukal


- Dilakukan dengan membuat panduan kedalaman pada permukaan bukal
menggunakan flat end tapered diamond bur dengan posisi bur sejajar
dengan inklinasi gigi, kedalaman 1,5 mm.
- Kemudian bagian bukal dikurangi menggunakan torpedo diamond bur
sedalam 1,5 mm.
- Tahap ini dilakukan dengan mengurangi sebanyak 1,5 mm permukaan
bukal pada bagian yang mengarah ke oklusal terlebih dahulu, sesuai
dengan panduan kedalaman yang telah dibuat.

- Setelah itu, permukaan bukal yang mendekati gingiva dikurangi sedalam


1,5 mm sesuai dengan panduan kedalaman yang telah dibuat sebelumnya.

- Bur digunakan dengan aksis sejajar pada permukaan gigi yang


dipreparasi. Reduksi permukaan bukal harus menghasilkan permukaan
yang cembung.
d. Reduksi permukaan proksimal
Mengurangi permukaan proksimal gigi sedalam 1 mm diawali dengan
menggunakan thin needle bur atau flat disk bur, kemudian setelah
didapatkan ruangan dilanjutkan menggunakan torpedo diamond bur.
Reduksi harus memperhatikan prinsip paralelisme dari preparasi, dimana
bagian proksimal mesial dan distal harus sejajar, atau sedikit konvergen ke
arah oklusal dengan sudut sebesar ± 6°.

e. Reduksi permukaan lingual


Kurangi permukaan lingual gigi sedalam 1,5 mm menggunakan torpedo
diamond bur.

f. Membentuk finishing line


Finishing line yang digunakan adalah tipe chamfer, dibuat dengan
menggunakan chamfer bur pada semua permukaan gigi, letak finishing line
ini 0,5 mm di bawah gingiva.

3. Preparasi gigi 46 dengan tipe full crown


a. Reduksi permukaan oklusal
- Dimulai dengan membuat panduan kedalaman berupa groove (depth
gauge holes) pada permukaan oklusal menggunakan round end tapered
diamond bur dengan kedalaman 1,5 mm.
- Kemudian dengan bur yang sama, permukaan oklusal direduksi sedalam
1,5 mm sesuai panduan kedalaman dan mengikuti bentuk anatomi
permukaan oklusal gigi.
- Periksa jarak permukaan oklusal gigi yang telah direduksi dengan gigi
antagonisnya.
b. Pembuatan bevel pada buccooclusal line angle dilakukan dengan
menggunakan round end tapered diamond bur. Bur membentuk sudut 45°
terhadap dinding aksial. Kemudian periksa jarak interoklusal menggunakan
malam merah.

c. Reduksi bukal
Dilakukan pengurangan bagian bukal sebanyak 1 mm menggunakan
torpedo bur dengan meletakkan mata bur sejajar dengan inklinasi gigi.
Hasil reduksi bukal seharusnya menghasilkan permukaan yang cembung.
d. Reduksi lingual
Pengurangan permukaan lingual dilakukan dengan menggunakan torpedo
bur sebanyak 1,5 mm.

e. Reduksi proksimal
Pengurangan proksimal diawali dengan menggunakan thin needle bur atau
flat disk bur, kemudian setelah didapatkan ruangan dilanjutkan
menggunakan torpedo bur sebanyak 1,5 mm pada mesial dan 1 mm pada
distal. Preparasi harus sejajar atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar
6°.
f. Membentuk finishing line
Finishing line yang digunakan adalah tipe chamfer, dibuat dengan
menggunakan chamfer bur pada semua permukaan gigi, letak finishing line
ini 0,5 mm di bawah gingiva.
g. Sudut-sudut aksial yang tajam dihaluskan dan undercut dihilangkan.
2.) Mencetak model kerja
Pada pencetakan model kerja digunakan :
- Sendok cetak : perforated stock tray no. 1
- Bahan cetak : elastomer (polyvinyl silicone)
- Metode cetak : mukostatik
- Teknik pencetakan : double impression
- Tahap pencetakan :
Gigi yang telah dipreparasi dibersihkan, kemudian dilakukan retraksi gingiva
gigi abutment sesaat sebelum pencetakan menggunakan retraction cord atau
benang retraksi dengan tahapan yang sama dengan sebelumnya. Retraction cord
dilepas sesaat sebelum dilakukan pencetakan. Bahan cetak putty berupa base
dan katalis dengan perbandingan 1:1 dicampur secara cepat menggunakan
tangan selama 30 detik hingga warnanya homogen. Kemudian bahan cetak putty
diletakkan pada sendok cetak dan diberi cekungan pada bagian gigi yang akan
dipreparasi. Setelah itu bahan cetak elastomer diletakkan di bagian cekungan
tersebut, lalu dilakukan pencetakan rahang. Setelah setting, sendok cetak ditarik
dengan cepat dari mulut pasien. Hasil cetakan diisi dengan glass stone,
kemudian di model malam dan diproses di laboratorium.
3.) Pembuatan mahkota sementara
Pasien dibuatkan gigi tiruan sementara dengan metode indirek dan dipasangkan
setelah dilakukan preparasi, dengan cara :
a. Gigi dicetak dengan alginat kemudian dibuat cetakan positifnya.
b. Cetakan positif dipasangkan gigi artifisial/pontik yang sesuai, kemudian dicetak
kembali menggunakan alginat (cetakan pertama)
c. Melakukan preparasi pada gigi abutment, kemudian dicetak dengan alginat,
kemudian dibuat cetakan positifnya (cetakan kedua).
d. Memasukkan self-curing acrylic ke dalam cetakan alginat yang telah diolesi
vaseline, kemudian dicetakkan ke cetakan kedua.
e. Apabila sudah mengeras, dilepaskan dan dipaskan pada gigi pasien. Ekses
dibersihkan dengan bur.
f. Mahkota sementara dan gigi pasien kemudian dibersihkan dan dikeringkan, lalu
mahkota sementara dilekatkan dengan fletcher dan larutan eugenol.
g. Kemudian dilakukan pengecekan oklusi.
C. Kunjungan 3 (Try In GTC)
Gigi tiruan cekat yang sudah jadi kemudian dicobakan ke pasien. Dilakukan
pemeriksaan ada atau tidak premature oklusi, retensi dan stabisilisasi GTC. Gigi tiruan
cekat kemudian di dipasang pada gigi yang sudah dipreparasi menggunakan fletcher
eugenol selama 1 minggu agar pasien dapat beradaptasi dengan GTC sebelum benar-
benar disementasi permanen. Daerah finishing line harus tertutup dengan GTC. Pasien
diinstruksikan untuk tidak menggigit makanan atau benda yang terlalu keras.
D. Kunjungan 4 (Insersi GTC)
Pasien datang dan diperiksa pemeriksaan subjektif dan objektif setelah 1 minggu.
Apabila pasien mengeluhkan GTC yang telah dicobakan tidak sesuai maka diperbaiki
dahulu. Apabila pasien sudah tidak memiliki keluhan mengenai GTC nya dan setelah
pemeriksaan tidak ada traumatik oklusi, maka dilanjutkan dengan penyemenan permanen
GTC menggunakan SIK Tipe I. Langkahnya adalah:
- Lepaskan bridge dari gigi, kemudian bersihkan bridge dan gigi dari sisa bahan
fletcher eugenol
- Isolasi bagian lingual dan bukal region gigi dengan cotton roll
- Aduk semen SIK Tipe I sehingga didapatkan konsistensi yang encer
- Oleskan semen ke fitting surface GTC dan pada gigi abutment.
- Pasang GTC pada gigi abutment dengan tekanan yang maksimal yang didahului
dengan teknik pumping untuk mencegah terjebaknya udara
- Letakkan kasa pada oklusal gigi dan pasien diminta untuk menggigit-gigit kasa
selama beberapa menit
- Bersihkan ekses semen yang ada
- Lakukan evaluasi retensi dan stabilisasi GTC, serta cek apakah ada kontak premature
Pasien diinstruksikan untuk datang kembai apabila terdapat keluhan dan untuk kontrol 1
minggu kemudian.
E. Kunjungan 5 (Kontrol)
Pada kunjungan ke 5 dilakukan kontrol dengan agenda dilakukan pemeriksaan subjektif
dan objektif pasien. Pada pemeriksaan subjektif, ditanyakan mengenai ada atau tidak
keluhan yang pasien rasakan selama seminggu menggunakan GTC. Pada pemeriksaan
objektif, dilakukan evaluasi jaringan lunak apakah terdapat peradangan atau tidak pada
bagian disekitar GTC serta dilakukan pemeriksaan oklusi, retensi, stabilisasi serta
estetisnya.

DISKUSI
Pasien atas nama Diky Febri, berusia 20 tahun datang ke klinik dengan keluhan
memiliki aera yang ompong setelah dicabut 1,5 bulan lalu. Pasien berkeinginan untuk
dibuatkan gigi tiruan cekat. Pasien telah kehilangan gigi 45 sehingga diklasifikasikan menjadi
kelas III modifikasi 1P menurut klasifikasi Applegate-Kennedy. Berdasarkan hasil rontgen,
gigi 45 dan 47 dalam keadaan baik serta jaringan pendukungnya sehat, akar gigi abutment
lebih panjang dari mahkotanya dan luas jaringan periodontal gigi 45 dan 47 lebih luas dari
area gigi 45 yang hilang sehingga telah memenuhi prinsip hukum Ante.
Berdasarkan temuan yang ada, perawatan yang akan dilakukan adalah dengan
menggunakan gigi tiruan cekat (GTC) tipe fixed-fixed bridge dengan tipe konektor rigid.
GTC tersebut terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik tipe modified ridge lap. Pontik modified
ridge lap dipilih karena pada bagian tersebut membutuhkan nilai estetik dan agar dapat self-
cleansing dengan adekuat. Pada gigi abutment yaitu gigi 45 dan 47 dilakukan preparasi
mahkota penuh (full-crown preparation) dengan finishing line berupa chamfer finishing line
agar didapatkan ketebalan untuk porcelain fused to metal bridge. Tahapan perawatan yang
dilakukan yaitu dimulai dengan mencetak model studi, preparasi gigi abutment, membuat
mahkota sementara, try in bridge, insersi dan kontrol.
PROGNOSIS
Prognosis perawatan GTC pada pasien tergolong baik karena gigi abutment kuat,
jaringan pendukung gigi abutment sehat, kebersihan rongga mulut pasien tergolongn baik,
kesehatan umum pasien baik serta pasien komunikatif dan kooperatif dengan kondisi sosial
ekonomi pasien yang baik.

Yogyakarta, 17 Januari 2022


Menyetujui,
Pembimbing Operator Operator

Dr. drg. Titik Ismiyati, M.S., Sp.Pros(K). Swandiva P.W. Adinda I.


DAFTAR PUSTAKA

Adhiatman, A.A.G.W., Kusumadewi, S., dan Griadhi, P.A., 2018, Hubungan Kehilangan
Gigi dengan Status Gizi dan Kualitas Hidup pada Perkumpulan Lansia di Desa
Penatahan Kecamatan Penebel Tabanan. ODONTO Dental Journal. 5(2):145-151.
Raj, B.J.R., 2016, Attitude of patients towards the replacement of tooth after extraction, J.
Pharm. Sci. & Res., 8(11): 1304-1307.
Rangajaran, V., dan Padmanabhan, T.V., 2017, Textbook of Prosthodontic, Elsevier, India.
Salim, S., Rostiny, Kuntjoro, M., 2015, Efek kombinasi spirulina kitosan untuk preservasi
soket terhadap osteoblas, osteoklas dan kepadatan kolagen, Dentika Dental Journal,
18(3): 225-231.
Shillingburg, H.T., Sather, D.A., Wilson, E.L., Mitchell, J.R.C., Blanco, L.J., dan Kessler,
J.C., 2012, Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 4th ed, Quintessence Publishing Co,
USA.
Silalahi, S.M.R., Zahara, V., Sinamo, S., 2020, Pengaruh ketebalan lapisan dentin terhadap
kekuatan fleksural pada gigi tiruan cekat keramik-logam, Jurnal Ilmiah Pannmed, 15(1):
46-51.
Veeraiyan, D.N., 2017, Textbook of Prosthodontics, The Health Science Publisher, New
Delhi.

Anda mungkin juga menyukai