Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi (GTC)


Gigi tiruan cekat (GTC) didefinisikan sebagai gigi tiruan yang memperbaiki mahkota
gigi yang rusak atau menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang dengan bahan tiruan dan
dipasangkan ke pasien secara permanen serta tidak dapat dibuka oleh pasien, terdiri dari
mahkota dan gigi tiruan cekat. Gigi tiruan cekat berfungsi mengembalikan fungsi, estetikdan
kenyamanan (Susaniawati et al. 2015).

2.2 Tujuan GTC


a. Untuk memulihkan daya kunyah (mastikasi) yang berkurang karena kehilangan satu atau
lebih gigi asli.
b. Untuk estetika, bisa dilihat dari bentuk, ukuran, dan warna gigi tiruan cekat.
c. Untuk memulihkan fungsi berbicara (fonetik)
d. Untuk mengembalikan kepercayaan diri pasien apabila aspek sebelumnya terpenuhi
(Soeprapto, 2017).

2.3 Komponen GTC


a. GIGI ABUTMENT
Gigi asli yang dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang mendukung bridge/gtc
tersebut
Faktor-faktor yang mempengaruhi:
• Perbandingan mahkota dan akar
• Luas permukaan periodontal dihubungkan dengan Ante’s Law
• Konfigurasi akar
• Gigi posterior dengan multiroot yang banyak terpisah lebih disarankan sebagai abutment
dari pada akar yang menyatu/berfusi

b. RETAINER
Menghubungkan gigi tiruan dengan gigi penyangga
Macam macam retainer yaitu:
• Full Veneer Crowns: diindikasikan untuk gigi yang rusak
• Conservative: diindikasikan untuk gigi anterior
• Partial Veneer Crowns: reduksi gigi yang sedikit

c. CONNECTOR
Menghubungkan retainer dan pontic
d. PONTIC
Bagian dari GTC yyang menggantikan gigi yang hilang
Macam - macam pontic (berdasarkan bahan) yaitu:
• Pontic logam
• Pontic porselen
• Pontic akrilik
• Kombinasi logam dan porselen
• Kombinasi logam dan akrilik
(Soeprapto, 2017., Aziside et al, 2016).

2.4. Klasifikasi Jenis GTC


1. klasifikasi Mahkota Tiruan (artificial crown/ full crown)
Restorasi yang menggantikan sebagian atau seluruh gigi yang sudah rusak atau hilang,
dipasang secara permanen dengan semen. Berdasarkan banyaknya jaringan permukaan
mahkota gigi atau jaringan mahkota gigi yang digantikan, maka dibedakan atas:
a. Mahkota tiruan penuh (full venner crown)
b. Mahkota tiruan sebagian (partial venner crown)
c. Mahkota tiruas pasak (dowel/post and core crown)
2. Gigi tiruan jembatan (bridge work)
Restorasi gigi tiruan yang menggantikan kehilangan 1 atau lebih gigi asli , dilekaktkan
secara permanen dengan semen serta didukung sepenuhnya oleh satu atau lebih gigi atau
akar gigi atau implant yang telah disiapkan.
a. Fixed-fixed bridge Yaitu gigi tiruan yang pontiknya didukung secara kaku ada kedua sisi
oleh satu atau lebh gigi penyangga
b. Semi fixed bridge
Suatu gigi tiruan yang salah satu pontiknya dihubungkan pada reteinder dengan konektor
non rigid , sedangkan ujung yang lain bebas menggantung
c. Cantilever bridge
Yaitu suatu gigi tiruan yang satu ujung bridge melekat secara rigid pada riteiner sedangkan
ujung yang lain bebas menggantung
d. spring bridge
Yaitu suatu gigi tiruan cekat yang mempunyai poti jauh dari rerines dan dihubgnkn dengan
palatal bride
e. Compound bridge
Merupakan gabungan atau kombinas dari dua mcama gigi tiruan cekat dan bersatu menjadi
suatu keksatuan (Sumartati et al, 2012).

2.5. Klasifikasi Bahan GTC


1. Logam Penuh
Logam Penuh Bahan logam sangat kuat dan tahan terhadap tekanan, tetapi memiliki
estetik yang buruk. Logam penuh merupakan pilihan terbaik untuk diaplikasikan pada gigi
tiruan cekat posterior, bila retainer dan pontik tidak terlihat saat pasien tersenyum ataupun
bicara. Kelebihan bahan logam penuh, yaitu: sangat jarang terjadi fraktur, pembuangan
jaringan gigi sedikit, biayanya kemungkinan paling murah (bergantung pada pilihan logam),
teknik pengecoran logam lebih mudah dan menghasilkan adaptasi margin yang lebih akurat.
2. Keramik-Logam
Kombinasi keramik-logam telah berkembang di bidang kedokteran gigi pada tahun 1950.
Kekuatan dan ketahanan bahan logam dapat mendukung bahan keramik yang rapuh namun
estetis. Bahan keramik-logam merupakan pilihan paling popular untuk mahkota dan
jembatan, dikenal juga sebagai restorasi ceramometal, Porcelain-Bonded-to-Metal (PBM)
atau Porcelain-Fused-to-Metal (PFM). Keramik-logam merupakan pilihan bahan terbaik,
bila dibutuhkan kekuatan dan estetis pada gigi tiruan.
3. Keramik Penuh
Bahan keramik penuh digunakan bila sangat membutuhkan estetis, karena dapat meniru
warna dan translusensi gigi asli. Gigi tiruan cekat keramik penuh, memiliki kekuatan yang
cukup untuk menahan beban fungsional normal bila didesain dan dibuat dengan tepat, tetapi
akan pecah bila diberikan kekuatan berlebihan. Kelebihan GTC keramik penuh, yaitu:
memiliki tampilan yang lebih alami menyerupai gigi asli dibandingkan GTC keramik-
logam. Kekurangan GTC keramik (Prajitno, 2015).

2.6. Syarat Gigi Penyangga untuk GTC


- Hukum Ante - "Luas permukaan akar gigi penyangga harus sama atau lebih besar daripada
gigi yang akan digantikan"
- Gigi penyangga tidak boleh goyang dan mempunyai kedudukan sejajar dengan gigi lainnya
- Gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar agar dapat dipreparasi
dengan baik agar dapat memberi retensi yang cukup baik bagi retainer
- Memiliki dentin yang tebal
- Kuat Menahan Tekanan
- Crown-Root Ratio: Rasio mahkota-akar optimal adalah 2:3 dan rasio minimum yang dapat
diterima adalah 1:1
- Jaringan Periodontal sehat
(Chansoria et al, 2018).

2.7. Indikasi & Kontraindikasi GTC


1. Indikasi
• Kehilangan satu atau lebih gigi
• Oklusi baik
• Usia 20-55 tahun
• Jaringan periodontal sehat
• Keadaan umum & OH baik
• Pasien tidak punya bad habit
• Resorbsi tulang tidak terlalu besar
• Gigi abutment mampu menerima tekanan pontik
• Pasien yang profesinya memerlukan kesempurnaan oklusi (musisi,pedagang).
2. Kontraindikasi

• Gigi penyangga terdapat kerusakan yang luas


• Gigi penyangga tipis dan tidak kokoh
• Pasien yang masih muda karena ruang pulpa masih besar
• Gigi penyangga mengalami rotasi/tidak dalam satu bidang sejajar
• Email yang sudah mengalami karies atau tambalan yang besar
• Email yang mudah rapuh (Soeprapto, 2017).

2.8. Kelebihan dan Kekurangan GTC


1. Kelebihan:
 Dirasakan seperti gigi sendiri oleh pasien
 Memiliki kekuatan yang baik saat digunakan pada restorasi besar
 Mampu untuk membuat gigi terlihat estetik
 Tidak mudah terlepas atau tertelan
 Lebih murah dibandingkan dengan implant gigi.

2. Kekurangan:
 Pemakaian GTC dapat menimbulkan dampak pada jaringan periodontal, antara lain
menyebabkan timbulnya kelainan jaringan periodontal seperti gingivitis gingivitis
yang ditimbulkan disebabkan oleh permukaan restorasi yang kasar, keadaan
embrasure yang terbuka, dan kontur mahkota yang berlebih dari gigi tiruan. Dengan
demikian pemakaian gigi tiruan cekat dapat menimbulkan masalah pada jaringan
periodontal apabila dalam pembuatannya tidak memenuhi syarat-syarat dari suatu
restorasi.
 Peradangan ringan diikuti pembengkakkan pada area sekitar gigi penyangga dari
GTC.
 Inflamasi gingiva yang terjadi pada sekeliling GTC terjadi akibat peningkatan retensi
plak. Desain gigi tiruan yang kurang baik dapat meningkatkan penumpukan sisa
makanan pada bagian yang berkontak dengan permukaan gigi asli, yang mengganggu
aksi self-cleansing oleh lidah dan pipi selama proses pengunyahan (Laoh MH et al.,
2016).

2.9. Perawatan Sisa Akar


- Medikasi: sisa akar dengan kelainan periapikal akut. Tujuannya agar saat ekstraksi tidak
terjadi penyebaran infeksi dan kerja anastesi local dapat efektif
- Perawatan endodontik non bedah: untuk kelainan periapical berupa dental granuloma dan
kista radikuler + tindakan apikoektomi
- Pencabutan: sisa akar kronis (dental granuloma/kista radikuler). Tekhnik pencabutan
seperti mencabut gigi geligi, bedanya sisa akar dicabut memakai forcep dengan beak
tertutup (Yuwono, 2010).

2.10. Tatalaksana Pembuatan GTC


Tatalaksana pembuatan GTC yang perlu dilakukan pertama kali yaitu melakukan
pencetakan rahang. Alat dan bahan yang diperlukan antara lain :
- Sendok cetak :
- perforated stock tray No.2
- Bahan cetak : alginat
Cara mencetak : mukostatik
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari :
- Letak gigi abutment
- Letak pontic
- Letak retainer
- Letak konektor

Cara Pencetakan :
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga mulut pasien.
1. Pencetakan Rahang Atas :
a. Pasien duduk dengan posisi sedemikian rupa sehingga kepala dan punggungterletak pada
satu garis lurus, dataran oklusal sejajar lantai. Mulut pasiensetinggi siku operator.
b. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien.
c. Sendok cetak rahang atas yang berisis adonan alginat dimasukkan kemulutpasien dengan
menempelkan bagian posterior lebih dahulu lalu sedikit demisedikit ke arah anterior sampai
seluruh gigi terbenam alginat. Selanjutnyapasien diinstruksikan mengucapkan“U” lalu
dilakukan muscle triming di bagian bukaldan labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
2. Pencetakan Rahang Bawah :
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di sebelah kanan depan.
b. Lidah diangkat keatas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips lalu diboxing.
3. Prosedur Pembuatan Dengan Bahan Akrilik
1. Siapkan model kerja
2. Tentukan batas mesial dan distal pada model
3. Pola malam dibentuk
4. model malam ditanam (flasking) dalam kuvet. Setelah mengeras dilanjutkan dengan proses
boiling out (sisa malam dibersihkan).
5. Permukaan mould space diulas dengan larutan CMS
6. Tahapan berikutnya adalah packing acrylic dengan menggunkan metode dry pack, dengan
cara meneteskan liquit dan dilanjutkan penaburan powder sampai seluruh mould space
terisi penuh
7. Selanjutnya permukaan luar dilapisi selopan kemudian tutup dengan kuvet atas,
dan dilanjutkan dengan trial press perlahan-lahan.
8. Kuvet dibuka kembali untuk membuang kelebihan akrilik yang keluar dari batas mould
space. Kemudian dilakukan press kedua untuk memastikan tidak ada
gelembung udara yang terjebak (porus).
9. Tahap selanjutnya curring, yaitu memasak akrilik dalam air mendidih selama 1,5 jam.
Tahap ini merupakan tahap polimerisasi akrilik.
10.Keluarkan bridge dari kuvet, Fitting Margin, Finishing, dan polishing. Kelebihan akrilik
yang ada pada gigi dihilangkan terutama dibagian incisal, mesial, distal, buccal/labial, dan
servikal gigi menggunakan bur fissure, serta diperhatikan kontak gigi.
11.Semua permukaan protesa diratakan dengan amplas sampai tidak ada lagi bagian yang
tajam, dan bentuk anatomi gigi tidak berubah sampai menyerupai gigi aslinya. Selanjutnya,
dilakukan pemolesan menggunakan feltcon dan sikat hitam diulasi pumice secukupnya.
Lalu, pergunakan white brush diulasi CaCO3 secara berulang. Proses pemolesan dilakukan
secara berhati-hati sampai permukaan licin, dan mengkilap (Setiawan, 2016).

2.11. Tatalaksana Perawatan GTC


1. KUNJUNGAN PERTAMA
Anamnesis, memberikan penjelasan kepada pasien, Persiapan di dalam rongga mulut
seperti perawatan periodontal Evaluasi rontgen foto, Mencetak model studi Rahang Atas
dan Rahang bawah mengunakan alginate
2. KUNJUNGAN KEDUA
Preparasi gigi penyangga Membuat cetakan model kerja dengan elastomer Pembuatan
mahkota sementara
3. KUNJUNGAN KETIGA
Pengepasan gigi tiruan cekat dengan memperhatikan retensi, stabilisasi, dan oklusi.
Pemasangan sementara gigi tiruan cekat dengan freegenol
4. KUNJUNGAN KEEMPAT
Dilakukan pemeriksaan pada pasien, apakah terdapat keluhan, ada tidaknya peradangan
pada jaringan sekitarnya. Penyemenan permanen dengan menggunakan Semen Ionomer
Kaca tipe I
5. KUNJUNGAN KELIMA
Pemeriksaan Subjektif : tidak ada keluhan sakit, pasien dapat beradaptasi dengan gigi
tiruan Pemeriksaan Objektif: OH baik, tidak ada peradangan gingiva di daerah bridge.
6. KUNJUNGAN LANJUTAN
Dilakukan 3 bulan dan 1 tahun setelah pemasangan dengan pemeriksaan radiografi untuk
melihat kondisi abutment dan evaluasi. Selanjutnya, pemeriksaan radiografi masih tetap
dilakukan secara rutin stiap 4 tahun untuk mendeteksi apakah ada kematian pulpa dan
infeksi apical dari gigi abutment (Mitchell, 2016); Sumartati, 2012).

2.12. Prognosis GTC


Faktor yang diperhatikan dalam menentukan prognosis GTC :
1. Faktor general
a. laju karies
b. Pemahaman pasien dalam kontrol plak
c. Kemampuan fisik dalam menjaga OH sendiri
d. Kondisi sistemik
2. Faktor lokal
a. Overlap gigi anterior berpengaruh pada distribusi beban gigi
b. Angulasi akar
c. Morfologi akar
d. Rasio mahkota akar
3. Faktor prosthetik dan restoratif
a. Seleksi abutment
b. Karies
c. Gigi non vital
d. Resorpsi akar
Tipe - tipe prognosis :
1. Excellent prognosis
2. Good prognosis
3. Fair prognosis
4. Poor diagnosis
5. Questionable prognosis
6. Hopeless prognosis

a. Prognosis baik sekali (execellent prognosis)


ㆍ tidak ada tulang yang hilang
ㆍ. Kondisi gingiva baik sekali
ㆍ.Kerjasama pasien baik
ㆍ. Tidak ada faktor-faktor sistemik dan lingkungan
b. Prognosis baik (good prognosis)
ㆍ Tulang peyangga yang tersisa memadai
ㆍ Kesempatan yang memadai untuk mengontrol faktor-faktor etiologi dan menentukan
sesuatu yang dapat memelihara pertumbuhan gigi
ㆍ Kerjasama pasien yang memadai
ㆍ Tidak ada faktor-faktor sistemik dan lingkungan
ㆍ Bila ada faktor sistemik tetapi dapat dikontrol
c. Prognosis yang cukup (fair prognosis)
ㆍ Tulang peyangga yang tersisa kuran memadai
ㆍ Beberapa gigi goyang
ㆍ Keterlibatan furkasi(furcation involment) grade 1
ㆍ Kerjasama pasien dapat diterima
ㆍ Keberdaan faktor sistemik dan linakunaan vana terbatas
d. Prognosis lemah (poor diagnosis)
ㆍ Kehilangan tulang yang cepat
ㆍ Kegoyangan gigi
ㆍ Furcation involment grade 1 dan 2
ㆍ Kesulitan untuk memelihara daerah yang terlibat
ㆍ Kerjasama pasien kurang
ㆍ Adanya faktor sistemik dan lingkungan
e. Prognosis yang dipertanyakan (Questionable prognosis)
ㆍ Kehilangan tulang yang cepat
ㆍ Furcation involment grade 1 dan 2
ㆍ Mobilitas gigi
ㆍ Banyak area yang dapat dijangkau
ㆍ Adanya faktor sistemik dan lingkungan
f. Prognosis yang tidak diharapkan (hopeless prognosis)
ㆍ Kehilangana tulang yang cepat
ㆍ Banyak area yang tidak dapat
ㆍ Indikasi pencabutan gigi
ㆍ Adanya faktor sistemik dan lingkungan yang tidak terkontrol (Prajitno, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Aziside SM, Emien EJ. 2016. Types and Materials Used for Fabriation of Fixed Dental Protheses
at a Nigerian Tertiary Healthcare Centre. Tanz Dent J; 19(2): 38-42.
Chansoria Shivaksi, Chansoria Harsh. 2018. Abutment Selection In Fixed Partial Denture.
Journal of Dental and Material Sciences. 17(3). 1-6.
Laoh MH, Siagian KV, Ticoalu SHR. 2016. Status gingiva pada pasien pengguna gigi tiruan
cekat di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Jurnal e-GiGi (Eg). 4 (2): 196-200.
Mitchell L, Mitchell DA, McCaul . 2016. Kedokteran Gigi Klinik Edisi 5. Jakarta: EGC.
Prajitno HR. 2015. Ilmu Geligi Tiruan Jembatan. Pengantar Dasar & Rancangan Pembuatan.
Makasar:EGC.
Setiawan A, Catur SS, Triawindiari. 2016. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan Immediate
5 4 3 dengan Ovate Pontic. Jurnal Kesehatan: 7(1): 145-146.
Soeprapto A. 2017. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: Bina Insan
Mulia.
Sumartati Y, Dipoyono HM, Sugiatno E. Pembuatan Cantilever Bridge Anterior Rahang Atas
Sebagai Koreksi Estetik. Majalah Kedokteran Gigi. 2012;19(2):167-170.
Susaniawati Y, Utama MD. 2015. Kegagalan estetik pada gigi tiruan cekat(Esthetic failure in
fixed denture). Makassar Dent J: 4(6).
Yuwono B. 2010. Penatalaksanaan Pencabutan Gigi dengan Kondisi Sisa Akar (Gangren Radik).
Stomatognatik (JKG UNEJ).7(2): 94-95.

Anda mungkin juga menyukai