TINJAUAN PUSTAKA
2.2.1
Pontik
adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang. Dapat
dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-bahan
ini. Desain gigi prosthetic akan mempengaruhi estetis, fungsi, mudah
dalam pembersiha, menjaga kesehatan jaringan pada edentulous ridge, dan
kenyamanan pasien. Pontik dapat metal-ceramic, cast-metal, atau, resin
processed to metal. Beberapa studi klinis telah menunjukkan bahwa semua
material digunakan untuk pontik ditolerir dengan sama, meskipun
inflamasi dapat terjadi di jaringan gingival dalam respon terhadap
beberapa diantaranya.
Gambar Conical
Conical pontic bulat dan dapat dibersihkan, namun ujungnya kecil
dibandingkan ukuran keseluruhan pontik. Cocok untuk digunakan pada
ridge mandibula yang tipis. Ketika digunakan pada ridge yang luas dan
datar, space embrasure segitiga yang besar sekitar kontak jaringan
memiliki tendensi untuk pengumpulan debris. Pontik digambarkan oleh
Tinker di tahun 1918. sanitary dummy, ini disebut juga sebagaimana.
Penggunaannya dibatasi untuk penggantian gigi di atas ridge yang tipis
pada sisi yang tidak terlihat.
e. Ovate
Gambar Ovate
Pontik ovate memiliki desain round-end yang digunakan ketika
estetis menjadi perhatian utama. Pendahulunya adalah porcelain roottipped pontic, yang digunakan sebelum tahun 1930 sebagai pengganti
saddle pontic yang estetis dan sanitary. Segmen yang berkontak dengan
jaringan dari ovate pontic tumpul dan membulat, dan di-set ke dalam
konkavitas ridge. Dengan mudah dapat di-floss. Konkavitas dapat dibuat
dengan menempatkan provisional fixed partial denture dengan pontik
meluas 1 jalan ke soket segera setelah ekstraksi gigi. Dapat juga dibuat
secara surgikal pada waktu belakangan. Pontik ini bekerja baik dengan
ridge yang luas dan datar, memberikan tampakan seolah tumbuh dari
ridge.
f. Prefabricated Pontic Facings
sanitary pontics, dan steeles facings bergantung pada lug pada custom cast
metal backing untuk melibatkan celah pada permukaan oklusal atau
lingual dari facing. Sejumlah besar porselen menghasilkan thin gold
backing yang dapat dengan mudah mengalami flexing. Harmony dan
Trubyte facings menggunakan pin horizontal yang pas dengan gold
backing. Mereka sulit digunakan pada pasien dengan space oklusogingival
yang terbatas, dan refitting pin ke backing setelah casting diperlukan.
Porcelain denture teeth juga dimodifikasi untuk dapat digunakan sebagai
pontic facings. Multiple pin holes, sedalam 2 mm, dibuat dengan drill
press pada permukaan lingual dari reverse pin facing. Pin came out dari
backing, menyediakan retensi di mana deep overbite dapat memendekkan
conventional pins. Sayangnya, pin hole pada facing merupakan stress
points yang dapat menyebabkan fraktur
g. Metal Ceramic Points
Dengan penggunaan yang luas dari metal-ceramic restorations, metalceramic pontics telah menggantikan tipe pontik lain yang menggunakan
porselen. Ia memiliki potensial estetis terbaik sebagai penggantian
prostetik gigi yang hilang. Sebagai tambahan, metal-ceramic pontics leih
kuat, karena porselen di-bond ke substrat metal, tidak hanya sekedar
disementasi. Lebih mudah digunakan karena backing custom made untuk
space (tidak perlu mengadaptasi premade porcelain facing ke space).
2.2.2
Retainer
adalah bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan
10
11
Indikasi:
-Gigi tiruan jembatan yang pendek
-Tekanan kunyah ringan / normal
-Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal
-Salah satu gigi penyangga miring
Keuntungan:
-Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit
-Estetis lebih baik daripada FVC retainer.
Kerugian:
-Indikasi terbatas
-Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit
-Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang
-Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)
b.
12
Dowel retainer
Retainer yang meliputi saluran akar gigi, dengan sedikit atau tanpa
jaringan mahkota gigi dengan syarat tidak sebagai retainer yang berdiri
sendiri.
13
Konektor
adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Bagian dari gigi tiruan
14
Abutment
adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan
a. Pertimbangan Umum
15
Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup
mahal.
b. Indikasi Umum
GTJ
diindikasikan
karena
kestabilan
dan
16
c. Kontra-Indikasi Umum
Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama
seperti dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu
preparasi yang cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.
17
2.2.5
Sadel
adalah daerah diantara gigi-gigi penyangga, yang terutama adalah tulang
alveolar yang ditutupi oleh jaringan lunak. Tulang alveolar akan berubah kontur
selama beberapa bulan setelah hilangnya gigi. Kontur dan tekstur sadel akan
mempengaruhi desain pontik (Alan, 1994).
b.
Indikasi
-
Kontraindikasi
-
18
c.
d.
Keuntungan
-
Estetik baik
Kerugian
-
Mudah aus
b. Kontraindikasi
-
c. Keuntungan
-
Kekuatan baik
Preparasi minimal
d. Kerugian
-
Estetis kurang
b. Keuntungan
-
Warnastabil
atau
19
Tidak berbau
c. Kerugian
Mudah pecah
Pembuatan sulit
tiruan
sebagian
adalah
mahkota
tiruan
yang
2.
Kontraindikasi:
1. Gigi yang tipis, misal gigi insisif bawah, insisif lateral atas
2. Indeks karies tinggi
3. Kerusakan luas pada mahkota gigi(Allan dan Foreman, 1994).
Mahkota
tiruan
sebagian
dapat
diklasifikasikan
menurut
20
21
Indikasi
- Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan;
- Pasien yang punya tekanan kunyah normal kuat;
- Gigi penyangga tidak terlalu besar.;
- Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).
Kontra-Indikasi
- Pontics/span yang terlalu panjang;
- Gigi penyangga memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif;
- Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.
Keuntungan
- Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ;
- Mempunyai efek splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai
perawatan penunjang periodontal.
Kerugian
- Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek flexural.
Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga
atau berada di tengah span/pontics (Prajitno, 1991).
22
23
abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban
oklusal dari gigitiruan (Prajitno, 1991).
Indikasi
- Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.
Kontra-Indikasi
- Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu
besar.
Keuntungan
- Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal;
- Jaringan yang rusak tidak banyak;
-
Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan fullporcelain crown.
Kerugian
- Mempunyai daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik
tulang maupun mukosa);
- Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya
keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah;
- Indikasi sangat terbatas.
24
dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga
dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari
palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan
pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang hilang atau
terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang (Prajitno, 1991).
Indikasi
- Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik
karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu
terlihat jika menggunakan logam;
- Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi
penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena
faktor fisik retainernya;
- Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).
Kontra-Indikasi
- Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang retentif
untuk dijadikan penyangga;
- Pada gigi di mandibula;
- Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya
yang terlalu dangkal/dalam;
- Gigi penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko
bergerak.
Keuntungan
- Mendapat hasil estetika yang sangat baik;
- Waktu kunjungan relatif lebih singkat;
- Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan
kekuatan yang tahan lama;
- Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.
Kerugian
- Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup besar
25
26
27
tensi, hipersensitivitas gigi terhadap suhu, serta inflamasi dan nekrosis pulpa
(Prajitno, 1991).
2. Bentuk retensi dan resistensi
Untuk mendapatkan hasil restorasi yang baik harus dibuat retensi pada gigi
harus dipreparasi sedemikian rupa agar bahan restorasi yang digunakan dengan
jaringan gigi dapat berkontak dengan baik.
membutuhkan retensi dan resistensi agar restorasi gigi tidak mudah lepas dan
bertahan lama dalam rongga mulut (Prajitno, 1991).
Retensi diperoleh dari tingkat kualitas preparasi yang dapat mencegah
terlepasnya gigi tiruan terhadap gaya-gaya yang berlawanan dengan arah insersi.
Sedangkan resistensi adalah bentuk preparasi yang dibuat agar mampu menahan
gaya yang timbul pada waktu gigi tiruan berfungsi (Prajitno, 1991).
3. Daya tahan struktur restorasi/ durabilitas
Bahan restorasi yang akan digunakan harus dapat menutupi seluruh ruang
pada preparasi gigi agar didapatkan keadaan yang harmonis dan kontur aksial
yang normal. Bahan restorasi harus cukup rigid, tidak lentur. Jika bahan restorasi
tidak rigid, maka lapisan semen pada tepi restorasi akan terpisah dan pada
akhirnya semen akan larut menghilangkan perlekatan antara bahan restorasi
dengan permukaan gigi yang pada tahap lebih lanjut dapat menimbulkan karies
gigi (Prajitno, 1991).
4. Integritas marginal
Restorasi yang baik harus memiliki integritas marginal/tepi yang adekuat.
Terdapat tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang sukses (Prajitno,
1991):
a) Tepi restorasi harus fit/pas saat dipasang pada finish line dari preparasi untuk
mencegah semen larut.
b) Tepi restorasi harus memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan gaya-gaya
mastikasi.
c) Jika memungkinkan, tepi restorasi ditempatkan pada area di mana dokter gigi
dapat dengan jelas memeriksa dan pasien dapat membersihkannya dengan baik.
28
untuk
sebuah
mahkota
tuang penuh
dimulai
dengan
pengurangan oklusal, sekitar 1,5 mm pada tonjol fungsional dan 1,0 mm pada
tonjol non-fungsional. Dengan melakukan langkah pertama ini, panjang
oklusogingival dari preparasi dapat ditentukan. Retensi yang potensial dari
preparasi dapat kemudian diperhitungkan dan fitur tambahan dapat ditambahkan
jika diperlukan (Shillingburg, 1997).
Groove orientasi sedalam 1,0 mm dibuat pada permukaan oklusal gigi agar
diperoleh acuan untuk menentukan apakah pengurangan sudah cukup. Jika
pengurangan dimulai tanpa tanda orientasi, waktu akan terbuang untuk mengecek
pengambilan yang dilakukan. Bur intan taper berujung bulat digunakan untuk
membuat groove pada ridge dan groove utama pada permukaan oklusal. Jika
sudah ada jarak dengan gigi antagonis karena malposisi atau karena fraktur pada
gigi yang dipreparasi, groove jangan dibuat sedalam 1,0 mm (Shillingburg, 1997).
Setelah groove panduan adekuat, sisa-sisa struktur gigi diantara groove
dihilangkan dengan bur intan taper berujung bulat. Penempatan yang tepat pada
groove
secara
otomatis
(Shillingburg, 1997).
menghasilkan
tampilan
oklusal
yang
adekuat
29
30
yang
dipreparasi
(Shillingburg,
31
Tahap akhir pada preparasi full veneer adalah pembuatan akhiran servikal.
Hal ini akan menghindari semua gerakan rotasi yang mungkin terjadi selama
sementasi dan akan membantu dalam proses tuangan. Groove dibuat pada
permukaan aksial dengan bagian terbesar. Hal ini biasanya dibuat pada preparasi
permukaan bukal rahang bawah dan pada preparasi permukaan lingual rahang
atas. Untuk preparasi GTC jangka panjang, harus ada groove bukal dan lingual
untuk meningkatkan resistensi terhadap pergerakan mesiodistal (Shillingburg,
1997).
pada daerah
32
2. Cara kedua
Hasil cetakkan dicor gips sehingga menjadi model gips dengan cetakkan
preparasi yang sudah jadi.
33
c. Retraksi Gingiva
Teknik pencetakan atau retraksi gingiva dilakukan dengan memeriksa
keadaan gigi dan jaringan lunak di sekitarnya harus dalam keadaan sehat, bebas
dari radang, dan tepi preparasi harus rapi. Retraksi gingiva adalah usaha
pendorongan gingiva gigi penyangga ke arah lateral dengan maksud agar tepi
akhir preparasi gigi dapat tercetak dengan baik (Prajitno, 1991).
Cara retraksi gingiva (Prajitno, 1991):
1. Daerah preparasi dikeringkan.
2. Benang direndam dengan bahan kimia selama 2 menit.
3. Potong benang 5 cm seperti huruf U.
4. Tempatkan melingkar pada gigi penyangga.
5. Tekan benang ke dalam celah gusi dengan plastis instrumen.
6. Penekanan dimulai dari mesio-proksimal terus palatal akhirnya ke distal.
7. Kembali ke permukaan bukal sampai mesio-proksimal.
8. Potong kelebihan benang.
Pembuatan cetakan gigi yang telah dipreparasi untuk mendapatkan model
kerja, caranya yaitu (Prajitno, 1991):
1. Bahan cetak double impression dengan teknik one stage/ phase (direct).
- Putty (kotak): aduk bahan putty, letakkan di dasar sendok cetak yang
tujuannya untuk menstabilkan kedudukan sendok cetak di dalam mulut,
ambil perbandingan 1:1 masukkan dalam rubber base. Katalis kemudian
diaduk hingga warna berubah menjadi hijau, kemudian letakkan di dasar
sendok cetak dan pada daerah yang telah dipreparasi harus dicekungkan
untuk menyediakan bahan yang kedua.
- Aduk light body, setelah homogen, masukkan ke dalam injeksi kemudian
injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi pada mulut pasien, sisanya pada
bagian yang dicekungkan tadi.
- Cetakkan ke dalam mulut pasien.
- Cor cetakan dengan hard stone (Prajitno, 1991).
2. Bahan double impression dengan teknik two phase.
34
- Aduk bahan putty sampai homogen letakkan ke sendok cetak, setelah rata
masukkan ke dalam mulut pasien tanpa melepas crown sementara. Pada
bagian anterior gigi yang dipreparasi tidak perlu dicekungkan. Stelah
mengeras ambil sendok cetak tersebut dari mulut pasien, kemudian aduk
light body yang terdiri dari basa dan katalis, setelah homogen masukkan ke
dalam injeksi kemudian injeksikan ke gigi yang telah dipreparasi tadi.
Masukkan cetakan puty tadi ke dalam mulut. Setelah keras keluarkan dari
mulut pasien (Prajitno, 1991).
d. Insersi/ Penyemenan Jembatan
Penyemenan jembatan berarti merekatkan jembatan itu dengan semen
pada gigi penyangga di dalam mulut. Penyemenan yang salah akan menghapus
semua hasilmekanik yang baik, yang telah tercapai pasca-penyemenan. Kesalahan
dapat terletak pada teknik dan persiapan penyemenan yang tidak benar (Prajitno,
1991).
Persiapan gigi penyangga pra-penyemenan perlu dilakukan dengan sebaikbaiknya. Penyemenan yang tidak benar dapat menyebabkan keadaan yang semula
terasa nyaman menjadi sangat menggelisahkan. Ini misalnya disebabkan oleh
perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, mungkin juga karena adanya tekanan
hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus dihindari oleh operator
(Prajitno, 1991).
Dewasa ini operator lebih memandang tindakan pemasangan jembatan dari
segi biologik, yang berarti (Prajitno, 1991):
1. Faktor biologik yang berhubungan dengan pemasangan jembatan diperhatikan
dan dimodifikasi, supaya pemasangan itu dapat baik dan permanen hasilnya.
2. Reaksi biologik selama penyemenan sementara dapat dijadikan penilai biologik
jembatannya.
Tahapan Insersi GTC:
1. Pemilihan Semen
Semula para operator menjatuhkan pilihan semen pada yang memiliki
ketahanan serta sifat adhesif terbesar. Kini banyak yang memilih berdasarkan sifat
biologik, biofisik serta pengaruh pada estetikanya. Misalnya penderita dengan
kebiasaan menggertakkan giginya (bruxism), dapat diperkirakan mempunyai
35
gigitan yang kuat, sehingga perlu dipilih semen yang cukup kuat. Demikian pula
bila akan menyemen jembatan yang panjang (Prajitno, 1991).
Macam semen untuk penyemenan GTC
a) Zinc phosphate cement biasanya dipilih karena kekuatannya dan lapisannya
dapat tipis.
b) Semen silikofosfat sifatnya kuat, dan mempunyai nilai antikariogenik.
c) Semen alumina EBA mempunyai nilai biologik yang baik dan waktu
pemrosesan yang cukup.
d) Semen polikarboksilat mempunyai sifat adhesif dan nilai biologik.
e) Semen resin komposit bersifat kuat, tidak larut dalam saliva dan tembus cahaya
(Prajitno, 1991).
36
pulpa. Juga fenol dan nitrat-perak (zinc nitrate) sebaiknya tidak digunakan
(Prajitno, 1991).
Bila dipakai zinc phosphate cement dapat digunakan cavity varnish tetapi
jangan kalsium hidroksida, karena dapat melemahkan lapisan semen, sehingga
dapat larut di dalam mulut. Cavity varnish tidak dianjurkan dipakai bersama
dengan zinc oxide eugenol tipe penyemenan akhir, karena semen ini dapat larut.
Justru tepi retainer itulah yang perlu dilindungi (Prajitno, 1991).
4. Penyemenan
Tata Cara Penyemenan
Penyemenan dengan GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan zinc phosphate
cement:
1. Bubuk semen serta cairan diletakkan di atas sepotong kaca tebal.
2. Bubuk semen dicampurkan pada cairan sedikit demi sedikit dan diaduk merata
sampai 90 detik.
3. Adukan diratakan melebar pada kaca seluas mungkin.
4. Adonan kemudian diisikan ke dalam retainer meliputi dinding dalamnya tipistipis dan merata, sedang lekuk pada preparasi (bila ada) diisi juga dengan
adonan semen.
5. Jembatan kemudian ditempatkan pada penyangganya di dalam mulut dan
ditekan dengan jari kuat-kuat.
6. Pasien diminta menggigit pada jembatannya, untuk mengecek apakah kontak
gigi atas dan bawah sudah baik.
7. Pasien diminta membuka mulut sebentar dan diminta menggigit gulungan
kapas yang diletakkan pada oklusal gigi-gigi.
8. Setelah semen keras, kelebihan semen dibuang.
9. Sekali lagi, oklusi diperiksa dan sebelum pasien pulang, operator perlu
memberi tahu cara membersihkan gigi jembatan tersebut (Prajitno, 1991).
37
2.
Karies
gigi
pendukung,
umumnya
disebabkan
karena
pinggiran
4.
Konektor patah.
5.
6.
7. Terjadi perubahan pada pulpa, dapat disebabkan oleh cara preparasi, preparasi
yang
tidak
dilindungi
dengan
mahkota
sementara,
karies
yang
Jembatan patah. Dapat diakibatkan oleh hubungan oleh shoulder atau bahu
yang tidak baik, teknik pengecoran yang salah serta kelelahan bahan.