Disusun oleh :
Nida Ulfa
J3A018009
Disusun oleh :
Nama : Nida Ulfa
NIM : J3A018009
Disetujui Oleh :
Pembimbing
3. Cantilever bridge
Suatu gigi tiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau
lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat
mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.
4. Spring cantilever bridge
Suatu gigi tiruanyang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke
gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai
penghubung ini dapat dari berbagai panjang,tergantung pada posisi dari
lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang.
Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan
adaptasi pasien. Jenis gigitiruan ini digunakan pada pasien yang
kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat
diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.
5. Compound bridge
Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigi tiruan
cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.
D. Desain Pontik
Beberapa macam bentuk/desain pontik adalah:
1. Ridge Lap pontic
Pontik ini menutupi aspek labial linger dan cocok untuk gigi
rahang atas.. Pontik seperti ini sulit dirawat dan sering menyebabkan
inflamasi jaringan yang berkontak.
3.Hygienic Pontic
Pada pontik ini, dasar pontik tidak berkontak sama sekali dengan
linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak antara dasar pontik
dengan linggir alveolus (1-3 mm), dan permukaan dasar pontik
cembung dalam segala aspek. Tujuan pembuatan dasar pontik ini adalah
agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan. Adanya
bentuk pontik yang demikian mengakibatkan kekurangan dalam hal
estetis sehingga hanya diindikasikan untuk pontik posterior rahang
bawah.
4.Conical Pontic
Pontik ini hampir sama dengan hygienic pontic, tetapi pada jenis
ini ada bagian yang bersinggungan dengan edentulous ridge. Pontik ini
memiliki permukaan jaringan yang konveks dan berkontak pada
jaringan pada satu titik tanpa tekanan. Pontik ini sangat mudah
dibersihkan. Kekurangan dari pontik tipe ini adalah estetik yang jelek
karena embrasur lebar sehingga diindikasikan untuk pengganti gigi
molar.
E. Tipe-Tipe Retainer
Tipe – tipe retainer antara lain (Shillingburg, 1997):
1. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin
atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD.
2. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau
diluar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown.
1. Identitas Pasien
a. Nama : Andri Fajriyanto
b. Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 13 September 2001
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Status : Belum Menikah
e. Suku/Ras : Jawa/Mongoloid
f. Pekerjaan : Mahasiswa
g. Alamat Rumah : Desa Grogol Kecamatan Dukuhturi Kab
Brebes
h. No. Telepon / HP : 087776287408
i. Nomor RM : 002667
4. KEADAAN UMUM
a. Berat Badan : 49 kg
b. Tinggi Badan : 168 cm
c. Pernapasan : 12 x / menit
d. Nadi : 63 x / menit
e. Suhu : 36,8 C
f. Cacat Fisik : Tidak Ada
g. Warna Kulit Muka : Normal
h. Daerah Kulit Yang Tampak : Tidak Ada
i. Jaringan Parut : Tidak Ada
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9. DIAGNOSA
Edentulous ridge gigi 36
10. PROGNOSIS
Bonam
11. RENCANA PERAWATAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis dan radiologi, rencana
perawatan yang akan dilakukan adalah pembuatan gigi tiruan cekat gigi
36.
12. DESAIN GIGI TIRUAN
Kunjungan I
1. Anamnesis serta memberi penjelasan kepada pasien tentang jalannya
perawatan dalam pembuatan gigi tiruan cekat
2. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat, meliputi
perawatan periodontal yaitu scaling
3. Evaluasi Ro foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan
periodontalnya.
4. Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :
sendok cetak : perforated stock tray no. 2 untuk RA dan no.2 untuk RB
bahan cetak : alginat (irreversible hydrocolloid)
metode mencetak: mukostatik
Setelah itu dilakukan pembuatan desain gigi tiruan cekat rahang atas. Pasien
kehilangan gigi 36 yang akan dibuatkan GTC fixed-fixed bridgedengan gigi 35
dan 37 sebagai abutment serta pontic pada gigi 36 atau disebut juga gigi tiruan
cekat tiga unit. Retainer pada gigi 35 dan 37 berupa full veneer crown yang
terbuat dari porcelain fused to metal. Gigi abutment 35 dan 37 dipreparasi dengan
menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed bur). Bentuk pontic yang
digunakan adalah hygienic pontic, yaitu pontic yang dasar pontiknya tidak
berkontak sama sekali dengan linggir alveolus sehingga terdapat ruangan/jarak
antara dasar pontik dengan linggir alveolus (1-3 mm). Tujuan pembuatan dasar
pontik ini adalah agar sisa-sisa makanan dapat dengan mudah dibersihkan.
Study model dicetak kembali kemudian diisi dengan stone gips. Setelah
cetakan jadi, dilakukan simulasi preparasi dengan crownmess, lalu dibuat mahkota
sementara gigi tiruan cekat 3 unit dengan malam merah.Model kerja tersebut
dikirim ke laboratorium untuk diproses menjadi mahkota sementara gigi tiruan
cekat 3 unit dari self curing acrylic sewarna gigi.
Kunjungan II
Preparasi gigi abutment 35 dan 37 untuk retainer. Pontic pada daerah
edentulous ridge gigi 36 yg telah dicabut atau disebut juga GTC tiga unit bridge.
Retainer pada gigi 35 dan gigi 37 dibuat full crown dengan porcelain fused to
metal, retainer pada gigi tersebut dipreparasi dengan menggunakan bur kecepatan
tinggi (high speed bur).
Sebelum dilakukan preparasi, gigi abutment diseparasi pada gingiva margin
dengan benang yang sudah dibasahi adrenalin. Kemudian dilakukan anestesi
infiltrasi lingual dan bukal pada gigi yang akan dipreparasi. Anestesi infiltrasi
dilakukan pada gigi-gigi tersebut untuk mengurasi rasa nyeri yang mungkin
timbul akibat preparasi yang akan dilakukan.
Kunjungan IV (Insersi)
Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apakah
ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah ketika
makan, makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka dapat
dilakukan penyemenan permanen dengan menggunakan semen ionomer kaca
tipe I. Cara penyemenan permanen gigi tiruan cekat:
1. Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan. Gigi
yang akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar gigi
yang akan dipasangi GTC diisolasi dengancotton roll.
2. Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat
hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas tanpa
putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian
dalam GTC 3 unit.
3. Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan
kapas diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh oklusi selamabeberapa
menit. Sisa-sisa semen/eksesnya dibersihkan.
4. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (dengan articulating paper).
5. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta
untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada
keluhan rasa sakit segera kembali untuk dikontrol.
Kunjungan V
Pasien kontrol dengan melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
1. Pemeriksaan subjektif, ditanyakan apakah ada keluhan setelah gigi tiruan
cekat dipasang dan dipakai.
2. Pemeriksaan objektif, dilihat keadaan jaringan mulut dan jaringan lunak di
daerah sekitar gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak. Retensi,
stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan cekat juga diperiksa.
DAFTAR PUSTAKA
Allan, D.N. dan Foreman, P.C., 1986, Crown and Bridge Prostodontics: an
illustrated handbook, Wright, California
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger,
Philadelphia.
Johntson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB
Saunders, Philadelpia.
Kayser, A. F., Plasmans, P. J., Snoek, P. A., 1984, Geligi yang rusak dan
perawatannya dengan cara mahkota dan jembatan, Binacipta.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,
Penerbit Alumni, Bandung.
Shillingburg, H.T., 1997, Fundamental of Fixed Prosthetics, 3rd ed., Quintessence
Pub. Co., Hanover Park.