Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN CEKAT

Disusun oleh :
Silviana Farrah Diba
08/272854/KG/08375

Dosen Pembimbing :
drg. Sri Budi Barunawati, M. Kes, Sp. Pros

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I.

PENDAHULUAN

Gigi yang hilang dapat terjadi dari suatu pencabutan atau memang sejak
kecil tidak tumbuh. Gigi yang hilang perlu diganti untuk mencegah terjadinya
tilting pada gigi sebelahnya, mencegah hilangnya kontak antar gigi, mencegah
elongasi pada gigi antagonisnya, mencegah traumatik oklusi, mencegah poket
1

gingiva, menghindari rasa sakit pada sendi temporo mandibular joint, dan
mencegah karies pada gigi sebelahnya.
Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan karena hilangnya gigi dalam waktu
lama dan tidak dibuatkan gigi tiruan adalah :
1.

Migrasi dan rotasi gigi.

2.

Erupsi yang berlebihan dari gigi antagonisnya.

3.

Penurunan efisiensi pengunyahan.

4.

Gangguan pada TMJ.

5.

Beban yang berlebihan pada jaringan pendukung.

6.

Kebersihan mulut terganggu.

7.

Kelainan bicara.
8. Jika pada rahang bawah banyak gigi yang hilang dan tidak dibuatkan
gigi tiruan maka dapat berakibat lidah membesar (macroglossia).
Pada umumnya dikenal dua tipe gigi tiruan yaitu gigi tiruan cekat, yang
dilekatkan di dalam mulut dengan semen dan gigi tiruan lepasan, yang tiap saat
dapat dilepas dari mulut (Prajitno, 1994). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi
tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas
oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan secara permanen
pada gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi.
Secara umum tujuan pembuatan GTC adalah :
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah yang berkurang daya kunyahnya karena
hilangnya satu atau lebih gigi asli
2. Memperbaiki estetika
3. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan yang kosong
karena hilangnya gigi.
4. Memelihara dan mempertahankan gusi.
5. Memulihkan fungsi fonetik.
Keuntungan dari pembuatan GTC adalah tidak mudah terlepas atau
tertelan dikarenakan dilekatkan pada gigi asli, dirasakan sebagai gigi sendiri oleh
pasien, dapat dipasang kembali di dalam mulut tiap kali dilepas karena tidak
mempunyai pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada permukaan email

gigi, dan dapat melindungi gigi terhadap stress karena mempunyai efek splint,
serta menguntungkan jaringan pendukungnya karena menyebarkan tekanan fungsi
ke seluruh gigi.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

Fixed partial denture adalah suatu protesa sebagian yang dilekatkan


secara tetap pada satu atau lebih dari suatu gigi yang hilang. Hal-hal yang harus
dipertimbangkan dalam perawatan GTC adalah: keadaan kesehatan, kedudukan,
kondisi dan tempatnya pada rahang dari gigi atau geraham yang masih ada yang
akan dipakai sebagai penyangga, jumlah gigi yang akan diganti, umur penderita,
3

keadaan kesehatan gusi, selaput akar dan tulang rahang, kebersihan mulut, indeks
karies, oklusi, dan keadaan/posisi gigi antagonis.
Indikasi pembuatan gigi tiruan cekat menurut Ewing (1959) adalah :
1.

Gigi sudah erupsi penuh dengan usia pasien 20-55 tahun.

2.

Mempunyai struktur jaringan gigi yang sehat.

3.

Oral hygiene baik.

4.

Mengganti hanya beberapa gigi yang hilang (1-4 gigi).

5.

Kondisi ridge dalam batas normal.

6.

Processus alveolaris yang mendukung baik.

7.

Gigi abutment tidak malposisi dan mampu menerima tekanan pontic.

8.

Mempunyai hubungan oklusi dan jaringan periodonsium yang baik.

9.

Gigi abutment posisinya sedapat mungkin sejajar dan masih vital.

10.

Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek.

11.

Kesehatan umum dan sosial indikasi pasien baik.

12.

Sedapat mungkin gigi abutment paralel dan vital.

13.

Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal.

14.

Pasien tidak mempunyai kebiasaan buruk dan menuntut penampilan.


Kontra indikasi GTC adalah :

1.

Pasien terlalu muda atau tua

2.

Struktur gigi terlalu lunak

3.

Hygiene mulut jelek

4.

Gigi yang harus diganti banyak

5.

Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.

6.

Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi.

7.

Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.

8.

Oklusi abnormal.

9.

Kesehatan umum jelek.

10.

Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.

11.

Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk).

12.

Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi.

Gigi Tiruan Cekat (GTC) terdiri dari 4 bagian, yaitu :


1. Penyangga (gigi abutment)
Merupakan gigi pegangan dimana suatu bridge (jembatan)
dilekatkan. Abutment harus mempunyai daerah permukaan akar yang
efektif dan tulang pendukung yang cukup. Sebagai abutment harus gigi
yang sudah full erupsi (erupsi penuh) agar retainer tidak terangkat
akibatnya timbul daerah yang tidak tertutup oleh retainer sehingga mudah
terjadi karies.
Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar-benar dapat memberi
dukungan yang kuat pada GTC. Untuk menentukan jumlah gigi yang akan
digunakan sebagai abutment, digunakan Hukum Ante : Luas permukaan
jaringan periodontal dari gigi abutment sama atau lebih besar dari jaringan
periodontal gigi yang akan diganti.
2. Retainer
Didefinisikan sebagai bangunan logam tuang yang disemen atau
dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau membantu suatu
pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi
retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada tempatnya.
Tipe tipe retainer antara lain:
a. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin
atau di dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD
b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau
diluar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown
c. Tipe dalam akar.
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran
akar. Contoh : mahkota pasak inti.
3. Pontic/dummy

Merupakan bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang


hilang dan memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting
dari pontic adalah reliability, yaitu ketahanan terhadap tekanan cairan di
dalam mulut (suasana dalam mulut). Facing pontic diharapkan selalu
menempel pada bangunan logam pontic. Facing pontic dapat dibuat dari
akrilik atau porselin.
Beberapa macam bentuk pontic adalah :
a. Saddle pontic
Adalah pontic yang dapat menjamin estetis karena seluruh
bentuk pontic tersebut mengganti dari seluruh bentuk gigi yang
hilang. Kerugian dari bentuk ini sering menyebabkan inflamasi
jaringan lunak di bawah pontic tersebut, karena pontic tersebut
menutup seluruh edentulous ridge.
b. Ridge Lap pontic
Pontic

ini

tidak

menempel

pada

permukaan

palatinal/lingual, sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel.


Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi
makanan, tetapi tidak mengabaikan faktor estetis, biasanya untuk
gigi anterior.
c. Hygiene / sanitary pontic
Pontic ini sama sekali tidak menempel pada edentulous
ridge (menggantung) sehingga self clensing sangat terjamin.
Biasanya untuk gigi posterior bawah.

d. Conical pontic.
Pontic ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi pada
jenis ini ada bagian yang menempel pada edentulous ridge. Sering
juga disebut bullet atau spheroid pontic mahkota sementara.
4. Connector/joint

Merupakan bagian dari GTC yang menghubungkan setiap unit dari GTC.
Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic ataupun
retainer dengan retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan
pelekatan kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) seperti kunci-kunci
atau stress breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus
dipikul abutment).
Konektor merupakan penghubung antara gigi abutment dengan pontic.
Tipe GTC menurut konektornya, antara lain:
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk
gigi posterior dan anterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain
bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal
bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.
Keuntungan spring bridge jika digunakan untuk gigi yang diastem adalah
(1) konektor tidak tampak sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2)
ukuran gigi geligi tetap tampak alami.
4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer
sedang ujung lainnya bebas/menggantung.
5. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.

Dalam preparasi GTC dikenal empat macam finish line, antara lain:
a. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak; bentuk ini biasanya dibuat untuk
gigi pegangan yang tipis atau pada GTC dengan retainer terbuat dari
bahan yang mempunyai kekuatan tepi yang cukup kuat.
b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan
retainer tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut
mempunyai ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
c. Chamfer finish line; bentuk ini biasanya digunakan untuk retainer jenis
mahkota penuh (full veneer cast crown).
d. Partial shoulder/ berpundak sebagian; bentuk ini mempunyai pundak
pada bagian bukal atau labial, kemudian akan menyempit pada daerah

proksimal

dan

akhirnya

hilang

sama

sekali

pada

daerah

palatinal/lingual.
Prosedur pembuatan GTC :
1. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau molar.
Preparasi GTC dilakukan : ( Johnson, 1960 )
a. pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal
b. pengurangan sisi proksimal
c. preparasi permukaan labial, lingual, bukal
d. pengurangan sudut aksial.
e. membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas
2. Setelah gigi abutment dipreparasi, maka gigi tersebut harus dilindungi dengan
mahkota sementara (Martanto, 1981) yang berfungsi untuk :
a. Melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu
b. Mencegah terjadinya elongasi daan migrasi
c. Milindungi gusi daerah servikal dan migrasi
d. Memelihara estetis
3. Membuat model kerja
4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC.
5. Pembuatan facing akrilik / porselain.
6. Pemilihan jenis pontic.

III.

LAPORAN KASUS

A. Identifikasi
Nama

Mujiran

Umur

40 tahun

Jenis kelamin

Laki-laki

Alamat

Wonosari

Pekerjaan

Pegawai swasta
8

Bangsa

Indonesia

No. Kartu

12 83 08

Tanggal Pemeriksaan :

14 November 2014

B. Anamnesa
Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan
gigi palsu yang tidak bisa dilepas pada gigi belakang kiri bawah
CC

: Merasa terganggu ketika makan karena ada gigi yang telah


dicabut.

PI

: Tidak ada keluhan sakit.

PDH

: Pernah mencabutkan gigi geraham kiri bawah 20 tahun yang lalu


dan sisa akar gigi belakang kanan atas seminggu yang lalu tanpa
komplikasi.

PMH

: Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik dan

tidak

alergi terhadap obat.


FH

: Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik


Ibu

: Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Pemeriksaan Obyektif
a. Umum : Jasmani : sehat.
Rohani : kooperatif dan komunikatif.
b. Lokal : EO

IO

: wajah : simetris, t.a.k.


pipi

: simetris, t.a.k.

bibir

: simetris, t.a.k.

lnn

: tidak teraba.

: Mukosa : normal, t.a.k.


Gingiva : normal, t.a.k.
Lidah

: normal, t.a.k.

Palatum : normal, t.a.k.


Formula gigi
X

8
8
-

7
7

6
6

5
5

4
4

3
3

2
2

1
1

1
1

2
2

3
3

4
4

5
5

6
6
X

7
7

8
8

Keterangan:
X : telah dicabut
-: belum erupsi
Klasifikasi Gigi:
Rahang atas : Kennedy klas III atau Applegate Kennedy Klas VI
Rahang bawah : Kennedy klas III atau Applegate Kennedy Klas VI
Pemeriksaan r foto
Tidak ada area radiolusen di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada
kelainan disekitar gigi 35 dan 37 yang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan
periodontal sehat.

IV.

RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I
1

Pasien dianamnesis dan diberi penjelasan mengenai jalannya perawatan dalam


pembuatan gigi tiruan cekat

Persiapan keadaan rongga mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat yaitu perawatan
periodontal (scaling).

Evaluasi R foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan

10

periodontalnya.
4

Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :


sendok cetak

: perforated stock tray no. 2 untuk rahang bawah dan no.2


untuk rahang atas

bahan cetak

: alginat (irreversible hydrocolloid)

metode mencetak : mukostatik


Study model diboxing kemudian dilakukan pembuatan desain gigi tiruan cekat
rahang bawah. Pasien akan dibuatkan GTC fixed-fixed bridge dengan gigi 35 dan
37 sebagai abutment serta pontic pada gigi 36 atau disebut juga gigi tiruan cekat
tiga unit. Retainer pada gigi 35 dan 37 berupa full veneer crown yang terbuat dari
porcelain fused to metal. Gigi abutment 35 dan 37 dipreparasi dengan
menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed bur). Bentuk pontic yang
digunakan adalah hygiene pontic, yaitu pontic yang tidak menempel sama sekali
pada edentulous ridge (menggantung). Hal ini dimaksudkan supaya self cleansing
dapat terjamin.
Kondisi gigi sebelum dipreparasi:
Ukuran mesiodistal 35 = 7,2 mm
Ukuran mesiodistal 37 = 11 mm
Ruang kosong gigi 36 = 7,5 mm
Rencana preparasi gigi:
Pengurangan 35 :
Oklusal

: 1,5 2 mm

Bukal

: 0,5 1 mm

Lingual

: 0,5 1 mm

Mesial

: 1 1,5 mm

Distal

: 1 1,5 mm

Pengurangan 37 :
Oklusal

: 1,5 2 mm

Bukal

: 0,5 1 mm

11

Lingual

: 0,5 1 mm

Proksimal

: Mesial

: 1 1,5 mm

Distal

: 1 1,5 mm

DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT

Keterangan:
A = Gigi abutment
P = Pontic ( hygiene pontic)
C = Rigid Connector
R = Retainer (full veneer cast crown, dengan veneer logam berlapis
porselen)
Membuat simulasi preparasi gigi tiruan cekat 3 unit
Study model dicetak kembali kemudian diisi dengan stone gips. Setelah
cetakan jadi, dilakukan simulasi preparasi dengan crownmess lalu dibuat mahkota
sementara gigi tiruan cekat 3 unit dengan malam merah. Model kerja tersebut
dikirim ke laboratorium untuk diproses menjadi mahkota sementara gigi tiruan
cekat 3 unit dari self curing acrilic sewarna gigi.
Kunjungan II
Preparasi gigi abutment 35 dan 37 untuk retainer. Pontic pada edentulous
ridge dari gigi 36 yang telah dicabut. Retainer pada gigi 35 dan gigi 37 dibuat
full

crown dengan porcelain fused to metal, retainer pada gigi tersebut

dipreparasi dengan menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed bur).

12

Sebelum dilakukan preparasi, gigi abutment diseparasi pada gingiva


margin dengan benang yang sudah dibasahi adrenalin. Kemudian dilakukan
anestesi infiltrasi lingual dan bukal pada gigi yang akan dipreparasi. Anestesi
infiltrasi dilakukan pada gigi-gigi tersebut untuk mengurasi rasa nyeri yang
mungkin timbul akibat preparasi yang akan dilakukan.
Langkah-langkah preparasi gigi 35 :
a

Pengurangan permukaan oklusal

Menggunakan round end tapered diamond

Bagian oklusal dikurangi sebanyak 1,5-2,0 mm sesuai bentuk anatomi


permukaan oklusal

Pengurangan bagian bukal dan lingual

Menggunakan bur silindris fissur bur berujung datar dan membulat (round
end).

Pengurangan bagian bukal dan lingual sampai mendekati interproksimal


embrasure

Bagian bukal dikurangi sebanyak 0,8 mm dan lingual dikurangi sebanyak


0,8 mm

Finish line berbentuk knife edge

Pengurangan bagian proksimal

Menggunakan tapered diamond (diameter terkecil)

Preparasi diusahakan sejajar / parallel anatara dinding proksimal sebelah


mesial dan distal, atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar 50

Pengurangan bagian mesial dan distal sebanyak 1 1,5 mm

Finish line berbentuk knife edge

Pengurangan sudut-sudut aksial


Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Untuk sudut-sudut aksial yang mudah dijangkau dapat menggunakan bur intan
fisur.

13

Penghalusan hasil preparasi

Menggunakan sand paper disc.

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan


undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus

Langkah-langkah preparasi gigi 37 :


a

Pengurangan permukaan oklusal

Pengurangan bagian oklusal menggunakan round end tapered diamond

Bagian oklusal dikurangi sebanyak 1,5-2,0 mm sesuai bentuk anatomi


permukaan oklusal

Pembuatan bevel pada tonjol fungsional (tonjol bukal) menggunakan


round end tapered diamond dengan cara memposisikan bur pada sudut 45 0
terhadap dinding aksial di buko oklusal line angle

Pengurangan bagian bukal dan lingual

Menggunakan round end tappered dengan ujung datar dan bulat.

Pengurangan bagian bukal dan lingual sampai mendekati interproksimal


embrasure

Bagian bukal dikurangi sebanyak 0,8 mm dan lingual dikurangi sebanyak


0,8 mm

Finish line berbentuk chamfer (0,5 mm di bawah gingiva)

Pengurangan bagian proksimal

Menggunakan tapered diamond (diameter terkecil)

Preparasi diusahakan sejajar / parallel anatara dinding proksimal sebelah


mesial dan distal, atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar 50

Pengurangan bagian mesial dan distal sebanyak 1 1,5 mm

Finish line berbentuk chamfer yang dibentuk menggunakan torpedo


diamond

Pengurangan sudut-sudut aksial

14

Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Pengurangan dapat menggunakan tappered bur
d

Penghalusan hasil preparasi

Menggunakan sand paper disc

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan


undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus

Setelah dipreparasi dibuat cetakan model kerja :


Sendok cetak

: perforated stock tray no. 1 dan 2

Bahan cetak

: elastomer (aquasil)/nama dagang (exaflect)

Metode

: double impression

Cara mencetak:
Bahan cetak putty yang terdiri dari base dan katalis dengan perbandingan
1 : 1 diaduk/diuleni dengan tangan kemudian setelah mencapat konsistensi
tertentu (homogen), kemudian bahan cetak diletakkan dalam sendok cetak.
Selanjutnya, bahan cetak aquasil injection (base dan katalis jadi satu dalam
pistol) diletakkan di atas sendok cetak yang sudah diberi putty, dan kemudian
dimasukkan

ke dalam mulut pasien.

Setelah bahan cetak setting, maka

sendok cetak dikeluarkan dari mulut pasien.


Hasil cetakan diisi dengan glass stone, kemudian dilakukan model malam
pada hasil cetakan tersebut sesuai dengan bentuk gigi yang hilang
menggunakan malam biru. Selanjutnya model kerja dikirim ke laboratorium
untuk pemrosesan bridge.
Pembuatan jembatan sementara
-

Sebelum gigi dipreparasi, pada area gigi yang hilang dibuatkan mahkota

dengan malam inley.


Lalu dibuat cetakan negatif dari alginat dari kuadran rahang di mana gigi

tersebut berada. Kemudian dibuat cetakan positifnya.


Setelah gigi abutmentnya dipreparasi lalu dicetak mengguanakan alginat
kemudian dibuat cetakan positifnya.
15

Cetakan positif dari gigi yang belum dipreparasi dibuat kembali cetakan

negatinya dengan menggunakan alginat.


Lalu menuangkan self cured acrylic pada kuadran gigi yang dibuatkan
model malamnya, kemudian cetakan positif gigi setelah dipreparasi
dimasukkan ke dalam cetakan negatif gigi yang ada model malamnya
tersebut, ditunggu sampai mengeras. Setelah mengeras lalu dilepaskan dan

dipaskan pada gigi pasien.


Jembatan sementara akrilik ini dilekatkan dengan freugenol.

Kunjungan III
1

Pengepasan gigi tiruan cekat, yang harus diperhatikan adalah retensi,


stabilisasi, oklusi. Perhatikan juga kontak proksimal antara gigi tiruan cekat
dengan gigi sebelahnya dan tepi gigi tiruan cekat yang tidak boleh menekan
gingiva.
Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan
adalah dengan cara memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika
tidak mempunyai retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah
dipasang, namun jika tidak terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah
mempunyai retensi.
Stabilisasi
Merupakan

perlawanan

atau

ketahanan

GTC

terhadap

gaya

yang

menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat


dalam keadaan berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi
tiruan dengan cara menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan
tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
Oklusi

16

Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas
dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah
itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada
keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan
gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi
traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
2

Setelah gigi tiruan cekat pas pada tempatnya dilakukan pemasangan sementara
dengan freugenol. Cara pemasangan gigi tiruan cekat sama seperti cara
penyemenan mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit.
Penyemenan sementara GTC :

GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasangi
GTC juga dikeringkan. Freugenol diaduk sesuai dengan konsistensinya dan
dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam GTC.

GTC dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan di atas


GTC dan disuruh menggigit beberapa menit.

Pemeriksaan oklusi dan estetis, finisihing line harus menutup.

Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Pasien diintruksikan
untuk datang satu minggu kemudian untuk penyemenan permanen GTC.

Kunjungan IV
Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apakah
ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah ketika makan,
makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan

17

penyemenan permanen dengan menggunakan semen ionomer kaca tipe I. Cara


penyemenan permanen gigi tiruan cekat:
1

Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan . Gigi yang
akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar gigi yang
akan dipasangi GTC diisolasi dengna cotton roll.

Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat
hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas tanpa
putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian
dalam GTC 3 unit.

Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh menggigit beberapa menit.
Sisa-sisa semen /eksesnya dibersihkan.

Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (dengan articulating paper).

Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta untuk


tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada keluhan rasa
sakit segera kembali untuk dikontrol.

Kunjungan V
Pasien kontrol dengan melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
1

Pemeriksaan subjektif, ditanyakan apakah ada keluhan setelah gigi tiruan


cekat dipasang dan dipakai.

Pemeriksaan objektif, dilihat keadaan jaringan mulut dan jaringan lunak di


daerah sekitar gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak. Retensi,
stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan cekat juga diperiksa.

V.

DISKUSI

Pada kasus ini pasien mengeluhkan fungsi mastikasi yang terganggu


karena hilangnya gigi 36 sejak 20 tahun yang lalu akibat pencabutan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu

18

pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini didukung oleh pemeriksaan penunjang yaitu
untuk mengetahui keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
Menurut hasil rontgen foto pasien ini dapat dibuatkan GTC karena
keadaan jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi
abutment tidak menunjukkan suatu kelainan. Demikian pula pada ujung akar tidak
ada kelainan. Dipilih gigi 35 dan 37 sebagai abutment karena sesuai dengan
Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi abutment hendaknya sama
atau lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi yang akan diganti.
Pada kasus ini dipilih pembuatan full crown dengan porcelein fused to
metal untuk gigi 35 dan 37 dikarenakan dapat mengatasi daya kunyah yang besar,
mempunyai respon yang baik terhadap gingiva (margin gingiva dan subgingiva)
dan pertimbangan faktor estetis (terlihat seperti struktur gigi asli). Bentuk
preparasi disesuaikan dengan arah pemasangan.
Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah hygiene pontic, yaitu
pontic yang tidak menempel pada edentulous ridge. Keadaan ini untuk
memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, dan tercapainya self
cleansing yang baik, tipe hygiene pontic terutama digunakan untuk gigi tiruan
cekat bagian posterior bawah. Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2
retainer dan 1 pontik yang dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga
termasuk bridge tipe fixed-fixed bridge.

VI.

PROGNOSIS

Prognosis pembuatan gigi tiruan cekat ini adalah baik, karena gigi
abutment kuat untuk mendukung GTC, jaringan periodontal sehat, kesehatan
umum dan kebersihan mulut pasien baik, serta sikap pasien yang komunikatif dan
kooperatif.

19

DAFTAR PUSTAKA
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger,
Philadelphia.
Johntson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB
Saunders, Philadelpia.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,
Penerbit Alumni, Bandung.
Prayitno, H. R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan Jembatan : Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, Penerbit EGC, Jakarta.
Rosenstiel, S. F., Land, M. F., Fujimoto, J., 1988, Contemporary Fixed
Prosthodontics, 1st Ed, The C. V. Mosby Company, St Louis.
20

21

Anda mungkin juga menyukai