Disusun oleh :
Silviana Farrah Diba
08/272854/KG/08375
Dosen Pembimbing :
drg. Sri Budi Barunawati, M. Kes, Sp. Pros
BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
I.
PENDAHULUAN
Gigi yang hilang dapat terjadi dari suatu pencabutan atau memang sejak
kecil tidak tumbuh. Gigi yang hilang perlu diganti untuk mencegah terjadinya
tilting pada gigi sebelahnya, mencegah hilangnya kontak antar gigi, mencegah
elongasi pada gigi antagonisnya, mencegah traumatik oklusi, mencegah poket
1
gingiva, menghindari rasa sakit pada sendi temporo mandibular joint, dan
mencegah karies pada gigi sebelahnya.
Akibat-akibat yang dapat ditimbulkan karena hilangnya gigi dalam waktu
lama dan tidak dibuatkan gigi tiruan adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Kelainan bicara.
8. Jika pada rahang bawah banyak gigi yang hilang dan tidak dibuatkan
gigi tiruan maka dapat berakibat lidah membesar (macroglossia).
Pada umumnya dikenal dua tipe gigi tiruan yaitu gigi tiruan cekat, yang
dilekatkan di dalam mulut dengan semen dan gigi tiruan lepasan, yang tiap saat
dapat dilepas dari mulut (Prajitno, 1994). Gigi tiruan cekat (GTC) adalah gigi
tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas
oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi karena dipasangkan secara permanen
pada gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi.
Secara umum tujuan pembuatan GTC adalah :
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah yang berkurang daya kunyahnya karena
hilangnya satu atau lebih gigi asli
2. Memperbaiki estetika
3. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan yang kosong
karena hilangnya gigi.
4. Memelihara dan mempertahankan gusi.
5. Memulihkan fungsi fonetik.
Keuntungan dari pembuatan GTC adalah tidak mudah terlepas atau
tertelan dikarenakan dilekatkan pada gigi asli, dirasakan sebagai gigi sendiri oleh
pasien, dapat dipasang kembali di dalam mulut tiap kali dilepas karena tidak
mempunyai pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada permukaan email
gigi, dan dapat melindungi gigi terhadap stress karena mempunyai efek splint,
serta menguntungkan jaringan pendukungnya karena menyebarkan tekanan fungsi
ke seluruh gigi.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
keadaan kesehatan gusi, selaput akar dan tulang rahang, kebersihan mulut, indeks
karies, oklusi, dan keadaan/posisi gigi antagonis.
Indikasi pembuatan gigi tiruan cekat menurut Ewing (1959) adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Oklusi abnormal.
9.
10.
11.
12.
ini
tidak
menempel
pada
permukaan
d. Conical pontic.
Pontic ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi pada
jenis ini ada bagian yang menempel pada edentulous ridge. Sering
juga disebut bullet atau spheroid pontic mahkota sementara.
4. Connector/joint
Merupakan bagian dari GTC yang menghubungkan setiap unit dari GTC.
Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic ataupun
retainer dengan retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan
pelekatan kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) seperti kunci-kunci
atau stress breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus
dipikul abutment).
Konektor merupakan penghubung antara gigi abutment dengan pontic.
Tipe GTC menurut konektornya, antara lain:
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk
gigi posterior dan anterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain
bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal
bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.
Keuntungan spring bridge jika digunakan untuk gigi yang diastem adalah
(1) konektor tidak tampak sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2)
ukuran gigi geligi tetap tampak alami.
4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer
sedang ujung lainnya bebas/menggantung.
5. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.
Dalam preparasi GTC dikenal empat macam finish line, antara lain:
a. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak; bentuk ini biasanya dibuat untuk
gigi pegangan yang tipis atau pada GTC dengan retainer terbuat dari
bahan yang mempunyai kekuatan tepi yang cukup kuat.
b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan
retainer tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut
mempunyai ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
c. Chamfer finish line; bentuk ini biasanya digunakan untuk retainer jenis
mahkota penuh (full veneer cast crown).
d. Partial shoulder/ berpundak sebagian; bentuk ini mempunyai pundak
pada bagian bukal atau labial, kemudian akan menyempit pada daerah
proksimal
dan
akhirnya
hilang
sama
sekali
pada
daerah
palatinal/lingual.
Prosedur pembuatan GTC :
1. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau molar.
Preparasi GTC dilakukan : ( Johnson, 1960 )
a. pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal
b. pengurangan sisi proksimal
c. preparasi permukaan labial, lingual, bukal
d. pengurangan sudut aksial.
e. membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas
2. Setelah gigi abutment dipreparasi, maka gigi tersebut harus dilindungi dengan
mahkota sementara (Martanto, 1981) yang berfungsi untuk :
a. Melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu
b. Mencegah terjadinya elongasi daan migrasi
c. Milindungi gusi daerah servikal dan migrasi
d. Memelihara estetis
3. Membuat model kerja
4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC.
5. Pembuatan facing akrilik / porselain.
6. Pemilihan jenis pontic.
III.
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi
Nama
Mujiran
Umur
40 tahun
Jenis kelamin
Laki-laki
Alamat
Wonosari
Pekerjaan
Pegawai swasta
8
Bangsa
Indonesia
No. Kartu
12 83 08
Tanggal Pemeriksaan :
14 November 2014
B. Anamnesa
Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan
gigi palsu yang tidak bisa dilepas pada gigi belakang kiri bawah
CC
PI
PDH
PMH
tidak
Pemeriksaan Obyektif
a. Umum : Jasmani : sehat.
Rohani : kooperatif dan komunikatif.
b. Lokal : EO
IO
: simetris, t.a.k.
bibir
: simetris, t.a.k.
lnn
: tidak teraba.
: normal, t.a.k.
8
8
-
7
7
6
6
5
5
4
4
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
X
7
7
8
8
Keterangan:
X : telah dicabut
-: belum erupsi
Klasifikasi Gigi:
Rahang atas : Kennedy klas III atau Applegate Kennedy Klas VI
Rahang bawah : Kennedy klas III atau Applegate Kennedy Klas VI
Pemeriksaan r foto
Tidak ada area radiolusen di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada
kelainan disekitar gigi 35 dan 37 yang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan
periodontal sehat.
IV.
RENCANA PERAWATAN
Kunjungan I
1
Persiapan keadaan rongga mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat yaitu perawatan
periodontal (scaling).
10
periodontalnya.
4
bahan cetak
: 1,5 2 mm
Bukal
: 0,5 1 mm
Lingual
: 0,5 1 mm
Mesial
: 1 1,5 mm
Distal
: 1 1,5 mm
Pengurangan 37 :
Oklusal
: 1,5 2 mm
Bukal
: 0,5 1 mm
11
Lingual
: 0,5 1 mm
Proksimal
: Mesial
: 1 1,5 mm
Distal
: 1 1,5 mm
Keterangan:
A = Gigi abutment
P = Pontic ( hygiene pontic)
C = Rigid Connector
R = Retainer (full veneer cast crown, dengan veneer logam berlapis
porselen)
Membuat simulasi preparasi gigi tiruan cekat 3 unit
Study model dicetak kembali kemudian diisi dengan stone gips. Setelah
cetakan jadi, dilakukan simulasi preparasi dengan crownmess lalu dibuat mahkota
sementara gigi tiruan cekat 3 unit dengan malam merah. Model kerja tersebut
dikirim ke laboratorium untuk diproses menjadi mahkota sementara gigi tiruan
cekat 3 unit dari self curing acrilic sewarna gigi.
Kunjungan II
Preparasi gigi abutment 35 dan 37 untuk retainer. Pontic pada edentulous
ridge dari gigi 36 yang telah dicabut. Retainer pada gigi 35 dan gigi 37 dibuat
full
12
Menggunakan bur silindris fissur bur berujung datar dan membulat (round
end).
13
14
Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Pengurangan dapat menggunakan tappered bur
d
Bahan cetak
Metode
: double impression
Cara mencetak:
Bahan cetak putty yang terdiri dari base dan katalis dengan perbandingan
1 : 1 diaduk/diuleni dengan tangan kemudian setelah mencapat konsistensi
tertentu (homogen), kemudian bahan cetak diletakkan dalam sendok cetak.
Selanjutnya, bahan cetak aquasil injection (base dan katalis jadi satu dalam
pistol) diletakkan di atas sendok cetak yang sudah diberi putty, dan kemudian
dimasukkan
Sebelum gigi dipreparasi, pada area gigi yang hilang dibuatkan mahkota
Cetakan positif dari gigi yang belum dipreparasi dibuat kembali cetakan
Kunjungan III
1
perlawanan
atau
ketahanan
GTC
terhadap
gaya
yang
16
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas
dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah
itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada
keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan
gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi
traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi.
2
Setelah gigi tiruan cekat pas pada tempatnya dilakukan pemasangan sementara
dengan freugenol. Cara pemasangan gigi tiruan cekat sama seperti cara
penyemenan mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit.
Penyemenan sementara GTC :
GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasangi
GTC juga dikeringkan. Freugenol diaduk sesuai dengan konsistensinya dan
dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam GTC.
Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Pasien diintruksikan
untuk datang satu minggu kemudian untuk penyemenan permanen GTC.
Kunjungan IV
Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apakah
ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah ketika makan,
makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan
17
Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan . Gigi yang
akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar gigi yang
akan dipasangi GTC diisolasi dengna cotton roll.
Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat
hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas tanpa
putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian
dalam GTC 3 unit.
Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh menggigit beberapa menit.
Sisa-sisa semen /eksesnya dibersihkan.
Kunjungan V
Pasien kontrol dengan melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
1
V.
DISKUSI
18
pembuatan gigi tiruan cekat. Hal ini didukung oleh pemeriksaan penunjang yaitu
untuk mengetahui keadaan gigi abutment dan jaringan pendukungnya.
Menurut hasil rontgen foto pasien ini dapat dibuatkan GTC karena
keadaan jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi
abutment tidak menunjukkan suatu kelainan. Demikian pula pada ujung akar tidak
ada kelainan. Dipilih gigi 35 dan 37 sebagai abutment karena sesuai dengan
Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi abutment hendaknya sama
atau lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi yang akan diganti.
Pada kasus ini dipilih pembuatan full crown dengan porcelein fused to
metal untuk gigi 35 dan 37 dikarenakan dapat mengatasi daya kunyah yang besar,
mempunyai respon yang baik terhadap gingiva (margin gingiva dan subgingiva)
dan pertimbangan faktor estetis (terlihat seperti struktur gigi asli). Bentuk
preparasi disesuaikan dengan arah pemasangan.
Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah hygiene pontic, yaitu
pontic yang tidak menempel pada edentulous ridge. Keadaan ini untuk
memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan, dan tercapainya self
cleansing yang baik, tipe hygiene pontic terutama digunakan untuk gigi tiruan
cekat bagian posterior bawah. Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2
retainer dan 1 pontik yang dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga
termasuk bridge tipe fixed-fixed bridge.
VI.
PROGNOSIS
Prognosis pembuatan gigi tiruan cekat ini adalah baik, karena gigi
abutment kuat untuk mendukung GTC, jaringan periodontal sehat, kesehatan
umum dan kebersihan mulut pasien baik, serta sikap pasien yang komunikatif dan
kooperatif.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger,
Philadelphia.
Johntson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB
Saunders, Philadelpia.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,
Penerbit Alumni, Bandung.
Prayitno, H. R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan Jembatan : Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, Penerbit EGC, Jakarta.
Rosenstiel, S. F., Land, M. F., Fujimoto, J., 1988, Contemporary Fixed
Prosthodontics, 1st Ed, The C. V. Mosby Company, St Louis.
20
21