MODUL PROSTODONSI
GIGI TIRUAN CEKAT
MODUL PROSTODONTIK
PROGRM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
BAB I. PENDAHULUAN
Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang yang tidak dapat dilepas dengan mudah,
baik oleh pasien atau dokter giginya. Restorasi ini dipasang secara permanen pada gigi asli
atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut.
Apabila gigi dicabut dan tidak segera diganti, dapat membawa berbagai macam
akibat. Misalnya setelah pencabutan gigi molar pertama kanan atas, yaitu :
1. Gigi antagonis (M1 bawah) ekstrusi ke arah edentulous
2. Gigi M2 condong ke mesial
3. Premolar kedua sering condong ke distal
4. Dapat terjadi kantong gusi (pocketing) pada sisi edentulous
5. Titik kontak antara P1 dan P2 dapat hilang
6. Dapat terjadi karies karena akumulasi plak pada gigi
7. Ganguan estetika terjadi apabila gigi depan terlihat
8. Gangguan fonetik (bicara) pada kehilangan gigi depan
9. Kelainan persendian mandibula
Tujuan pembuatan GTC:
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah
2. Mencegah terjadinya oklusal disharmoni
3. Mencegah terjadinya migrasi gigi
4. Mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Memperbaiki estetik untuk manfaat psikologik
6. Memulihkan fungsi fonetik
7. Memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodontium
Keuntungan GTC dibanding dengan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan) adalah :
1. Karena diletakkan pada gigi asli, maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, tanpa adanya plat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak dapat dilepas
dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya. Restorasi ini dipasang secara
permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung utama dari
restorasi tersebut (Stephen, 1998 dan Cowell, 1979).
2. Indikasi GTC
a) Pasien berusia 20-50 tahun, diutamakan pembuatannya untuk pasien dewasa.
b) Mahkota gigi abutment baik.
c) Daerah kehilangan gigi yang sempit (kehilangan 1 gigi).
d) Tonjol gigi abutment masih didukung oleh dentin yang sehat.
e) Kesehatan struktur gigi baik.
f) Kebersihan mulut pasien baik (diamati melalui deposit saliva).
g) Tulang alveolar gigi normal (tidak resorbsi).
h) Pendukungan alveolar baik (bentuk akar baik, padat, besar, divergen).
i) Tidak melanggar aturan ratio akar dan mahkotasebesar 50 %.
j) Bentuk gigi bagus dan normal.
k) Sesuai dengan hukum Ante (untuk pemilihangigi penyangga).
l) Hubungan oklusi yang baik (tidak adanyacrossbite).
m) Jaringan periodontal gigi penyangga baik,gigi yang tidak kokoh kadang
memerlukan dukungan tambahan dengan perlekatan ganda.
n) Gigi yang jarang berfungsi secara fungsional memiliki membran periodontal yang
tipis, begitusebaliknya.
o) Pasien yang profesinya memerlukan kesempurnaan oklusi (musisi, pedagang).
p) Penyanyi dan pembicara yang tidak menginginkan penampilan buruk karena
kehilangan gigi atau pemasangan protesayang kurang estetis.
q) Sebagai perencanaan perawatan pada kasus periodontal.
r) Pasien tidak memiliki bad habit yangberpengaruh terhadap stabilitas dan
keawetanGTC (misal: kebiasaan bruxism).
s) Kesehatan umum pasien baik (misal: tidak menderita diabetes mellitus,
osteoporosis.). Paling tidak mendekati normal, tapilebih baik jika sempurna.
t) Pertimbangan pasca perawatan ortodonsi (sisa ruang yang terlalu sempit apabila
dilakukan pemasangan GTS tidak memungkinkan).
u) Pada kasus rehabilitasi mulut, dimana semua faktor memenuhi syarat (tingkah laku
pasien, kooperatif, umur).
v) Poros gigi (inklinasi) gigi penyangga harustegak dan sejajar satu sama lain, apabila
miring tidak boleh melebihi 25 derajat.
w) Tidak terdapat kegoyahan gigi pada gigi penyangga.
x) Gigi yang masih vital dengan reaksi yang normal (gigi tidak hipersensitivitas).
y) Operator sanggup untuk melakukan perawatan GTC.
z) Tingkat ekonomi pasien yang mendukung pembuatan GTC.
3. Bagian-bagian GTC
a) Gigi Abutment atau penyangga atau pegangan
Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer dan yang
mendukung bridge tersebut.
b) Retainer
Bagiandari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
c) Pontik atau Dummy
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan memperbaiki
fungsinya.
d) Connector atau Join
4. Persyaratan GTC
Bagiandari GTC yang menghubungkan retainer dengan pontik.
a) Unit
b) Setiap GTC yang meliputi retainer atau pontik.
Persyaratan mekanis
c) Gigi abutment: mempunyai sumbu panjang yang sejajar satu sama lain tanpa
membahayakan vitalitas pulpa. Bentuk dan ukuran cukup sehingga dapat
dipreparasi. Bentuk pontik: serupa gigi asli dan kuat
Persyaratan fisiologis
a) GTC tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi abutment dan jaringan pendukung
lainnya (gusi, lidah, pipi, bibir).
b) Persyaratan hygiene
c) Tidak boleh ada bagian yang menimbulkan sisa makanan. Diantara pontik-pontik
atau pontik-retainer harus ada sela (embrasure) yang cukup sehingga dapat
dibersihkan dengan mudah oleh arus ludah atau lidah. Diantara pontik-gusi harus
dapat dilalui seutas benang untuk membersihkan. GTC harus dipolis mengkilat
supaya kotoran tidak mudah melekat.
d) Persyaratan estetik
GTC harus menyerupai gigi asli tetapi tidak boleh mengorbankan kekuatan dan
kebersihan GTC.
e) Persyaratanfonetik
Suara (voice) danbicara (speech) pada GTC tidak banyakdipersoalkan.
5. Macam-macamGTC
a. Fixed-Fixed Bridge
Bridge yang konektornya bersifat rigit atau kaku. Bisa digunakan pada gigi anterior
atau posterior. Konektornya dikerjakan dengan pematrian atau soldering atau one
piece casting.
b. Fixed Movable Bridge
Bridge yang konektornya yang saturigitdan yang satunya non rigitataumovable
(bisabergerak). Sifat-sifat individu gigi secara alami mempunyai individual movement.
c. Spring Bridge
Bridge yang mempunyai pontik jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal
bar. Indikasi: pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema (kasus yang
mengutamakan estetis).
d. Cantilever Bridge
Satu ujung bridge melekat secara rigid atau kaku pada retainer sedang ujung yang lain
bebas atau menggantung. Biasanya dibuat pada pasien yang menghendaki sedikit
jaringan gigi asli yang dikurangi tetapi tetap tidak lepas dari kriteria retensi dan
stabilitasi.
e. Compound Bridge
Kombinasidari 2 tipe bridge.
f. Complex Bridge
Jembatan bilateral meliputi dua sisi rahang yang menggantikan sejumlah gigi dengan
kegiatan fungsi yang berbeda.
7. Bentuk pontik
a. Saddle pontic:
Bentuk menyerupai gigi asli.
Bagian servikal pontik menempel semua tanggul alveolar.
Estetis bagus, tetapi tingkat kebersihan jelek.
b. Ridge lap pontic:
Untukgigi anterior danposterior yang memerlukan estetis dan tingkat kebersihan
yang tinggi.
Bagian servikal pontik menempel pada tanggul alveolar hanya bagian bukal atau
labialsaja, bagian lingual menggantung.
c. Hygiene pontic:
Untuk posterior rahang bawah yang memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi.
Bagian servikal pontik tidak ada yang menempel pada tanggul alveolar (sehingga
estetis kurang).
d. Conical pontic:
Bagian servikal pontik yang menempel tanggul alveolar hanya sedikit saja.
A. Identitas pasien
Nama : Sigit Dwi Prayitno
Alamat : Sleman, Yogyakarta
TTL : 12 Juli 1984
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan : Honorer
Agama : Islam
B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
Keluhan utama : Pasien datang mengeluhkan giginya terasa tidak nyaman
saat digunakan untuk makan. Keluhan tersebut dirasakan pada gigi belakang
kanan atas.
Riwayat perjalanan penyakit: Keluhan tersebut dirasakan kurang lebih 2
bulan yang lalu. Sebelumnya pasien mencabutkan sisa akar gigi pada gigi
tersebut. Pasien menyikat gigi 3x sehari setiap pagi dan sore saat mandi serta
sebelum tidur. Sebelumnya pasien belum pernah memakai gigi tiruan.
Riwayat kesehatan oral : Pasien pernah dibersihkan karang giginya dan
melakukan pencabutan gigi oleh mahasiswa koas kedokteran gigi UMY.
Frekuensi menyikat gigi pasien 2x sehari setiap pagi dan sore saat mandi.
Cara menggosok gigi pasien belum benar (horizontal).
Riwayat kesehatan keluarga :
Ayah : Ayah pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Ibu : Ibu pasien memiliki riwayat penyakit darah rendah
Riwayat kehidupan sosial : Pasien seorang pegawai honorer. Pasien udah
berhenti merokok 5 tahun yang lalu. Pasien sering mengkonsumsi kopi dan
jarang berolahraga
Riwayat kesehatan utama : Pasien memiliki riwayat penyakit asma tetapi
jarang kambuh
Tampak Bukal
Tampak Oklusal
RahangAtas
RahangBawah
BAB IV.PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN
B. PERAWATAN
Kunjungan I
1. Pemeriksaan lengkap
3. Pengambilan foto rontgen periapikal untuk mengetahui keadaan gigi yang lainnya
beserta tulang pendukungnya.
3) Buccal dan lingual reduction: bagian bukal dan lingual dikurangi dengan silindris
fissure bur atau bur torpedo. Kemudian dibuat finishing line berbentuk chamfer
menggunakan bur fissure ujung datar
4) Axial reduction: Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered bur terutama
daerah gingival margin.
KUNJUNGAN III
(Insersi GTC)
a. Try in
b. Satu minggu setelah pengepasan kemudian dilakukan insersi GTC dengan sementasi
menggunakan SIK tipe I. Sebelumnya dilakukan pemeriksaan subjektif ditanyakan apakah
ada keluhan dari pasien setelah GTC dipasang dan dipakai. Pemeriksaan objektif dilihat
dari keadaan jaringan lunak di sekitar daerah GTC apakah ada peradangan atau tidak,
periksa retensi dan oklusi pasien. Cara penyemenan GTC adalah:
1. Bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasangi bridge
juga dikeringkan.
2. Semen diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan
bagian dalam bridge.
3. Lakukan pemompaan pada GTC sebanyak tiga kali untuk menghilangkan gelembung
udara yang terjebak pada adonan semen.
4. Bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan diatas bridge
dan pasien disuruh menggigit beberapa menit.
5. Pemeriksaan oklusi dan estetis.
6. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta untuk tidak
akan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Bila ada keluhan rasa sakit segera
dikontrol.
KUNJUNGAN IV
(Kontrol)
Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi setelah
pemakaian GTC, dengan cara:
1. Pemeriksaan subyektif
- Apakah terdapat keluhanberkaitan dengan GTC?
- Apakah fungsi bicara terganggu ?
2. Pemeriksaan obyektif
BAB V. DISKUSI
Pada kasus kehilangan gigi molar 1 kanan atas digunakan GTC dengan 3 unit (three
unit bridge). Preparasi full crown pada elemen 17 dan 15. Finishing line pada gigi 17 dan 15
menggunakan chamfer. Pertimbangan penggunaan GTC, kehilangan satu gigi dengan
dukungan jaringan periodontal dan alveolar yang masih sehat dan baik, usia pasien terbilang
cukup untuk penggunaan GTC, yaitu 34 tahun. Pontik yang digunakan adalah hygiene pontic
dengan seluruh bagian pontik menggantung, karena pertimbangan oral hygiene sehingga
pasien mudah untuk membersihkannya. Bahan restorasi (GTC) dan retainer menggunakan
PFM (Porcelain Fused to Metal) dengan diberi jarak ±2 mm pada saat preparasi untuk
penempatan bahan. Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (luthing agent). Connector
pada kasus ini menggunakan rigid connector.
Keterangan :
1. hygiene pontic
2. retainer
3. konektor
4. gigi abutment
Missing teeth pada gigi 16 di pasang GTC three unit bridge disertai dengan hygiene
pontic dan rigid connector. Bahan restorasi GTC dan retainer menggunakan PFM (Porcelain
Fused to Metal).
Mengetahui,
Operator Dosen Pembimbing