Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KEPANITERAAN KLINIK

MODUL PROSTODONSI
GIGI TIRUAN CEKAT

NO. MODEL : 052214/L24/280719

Nama Pasien : Angga Novihastaka


No. RM : 052214
Nama operator : Rachma Dewi, S.KG
NIPP : 20184020019
Pembimbing : drg. Sulistinah, Sp. Pro
MODUL PROSTODONTIK
PROGRM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
BAB I. PENDAHULUAN

Gigi Tiruan Cekat (GTC) adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang
menggantikan satu atau beberapa gigi yang hilang yang tidak dapat dilepas
dengan mudah, baik oleh pasien atau dokter giginya. Restorasi ini dipasang secara
permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan pendukung
utama dari restorasi tersebut.
Apabila gigi dicabut dan tidak segera diganti, dapat membawa berbagai
macam akibat. Misalnya setelah pencabutan gigi molar pertama kanan bawah,
yaitu :
1. Gigi antagonis (M1 atas) ekstrusi ke arah edentulous
2. Gigi M2 condong ke mesial
3. Premolar kedua sering condong ke distal
4. Dapat terjadi kantong gusi (pocketing) pada sisi edentulous
5. Titik kontak antara P1 dan P2 dapat hilang
6. Dapat terjadi karies karena akumulasi plak pada gigi
7. Ganguan estetika terjadi apabila gigi depan terlihat
8. Gangguan fonetik (bicara) pada kehilangan gigi depan
9. Kelainan persendian mandibula
Tujuan pembuatan GTC :
1. Memperbaiki fungsi organ kunyah
2. Mencegah terjadinya oklusal disharmoni
3. Mencegah terjadinya migrasi gigi
4. Mencegah kerusakan lebih lanjut
5. Memperbaiki estetik untuk manfaat psikologik
6. Memulihkan fungsi fonetik
7. Memelihara dan mempertahankan gusi dan jaringan periodontium
Keuntungan GTC dibanding dengan GTSL (Gigi Tiruan Sebagian Lepasan)
adalah :
1. Karena diletakkan pada gigi asli, maka tidak mudah terlepas atau
tertelan.
2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, tanpa adanya plat.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. DASAR TEORI
1. Pengertian
Gigi tiruan cekat adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak
dapat dilepas dengan mudah baik oleh pasien maupun dokter giginya.
Restorasi ini dipasang secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli
yang merupakan pendukung utama dari restorasi tersebut (Stephen, 1998 dan
Cowell, 1979).
2. Indikasi GTC
a) Pasien berusia 20-50 tahun, diutamakan pembuatannya untuk pasien
dewasa.
b) Mahkota gigi abutment baik.
c) Daerah kehilangan gigi yang sempit (kehilangan 1 gigi).
d) Tonjol gigi abutment masih didukung oleh dentin yang sehat.
e) Kesehatan struktur gigi baik.
f) Kebersihan mulut pasien baik (diamati melalui deposit saliva).
g) Tulang alveolar gigi normal (tidak resorbsi).
h) Pendukungan alveolar baik (bentuk akar baik, padat, besar, divergen).
i) Tidak melanggar aturan ratio akar dan mahkota sebesar 50 %.
j) Bentuk gigi bagus dan normal.
k) Sesuai dengan hukum Ante (untuk pemilihan gigi penyangga).
l) Hubungan oklusi yang baik (tidak adanya crossbite).
m) Jaringan periodontal gigi penyangga baik, gigi yang tidak kokoh
kadang memerlukan dukungan tambahan dengan perlekatan ganda.
n) Gigi yang jarang berfungsi secara fungsional memiliki membran
periodontal yang tipis, begitu sebaliknya.
o) Pasien yang profesinya memerlukan kesempurnaan oklusi (musisi,
pedagang).
p) Penyanyi dan pembicara yang tidak menginginkan penampilan buruk
karena kehilangan gigi atau pemasangan protesa yang kurang estetis.
q) Sebagai perencanaan perawatan pada kasus periodontal.
r) Pasien tidak memiliki bad habit yang berpengaruh terhadap stabilitas
dan keawetan GTC (misal: kebiasaan bruxism).
s) Kesehatan umum pasien baik (misal: tidak menderita diabetes mellitus,
osteoporosis.). Paling tidak mendekati normal, tapi lebih baik jika
sempurna.
t) Pertimbangan pasca perawatan ortodonsi (sisa ruang yang terlalu
sempit apabila dilakukan pemasangan GTS tidak memungkinkan).
u) Pada kasus rehabilitasi mulut, dimana semua faktor memenuhi syarat
(tingkah laku pasien, kooperatif, umur).
v) Poros gigi (inklinasi) gigi penyangga harus tegak dan sejajar satu sama
lain, apabila miring tidak boleh melebihi 25 derajat.
w) Tidak terdapat kegoyahan gigi pada gigi penyangga.
x) Gigi yang masih vital dengan reaksi yang normal (gigi tidak
hipersensitivitas).
y) Operator sanggup untuk melakukan perawatan GTC.
z) Tingkat ekonomi pasien yang mendukung pembuatan GTC.

3. Bagian-bagian GTC

a) Gigi Abutment atau penyangga atau pegangan


Gigi asli atau akar yang telah dipreparasi untuk penempatan retainer
dan yang mendukung bridge tersebut.
b) Retainer
Bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment.
c) Pontik atau Dummy
Bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang dan
memperbaiki fungsinya.
d) Connector atau Join

4. Persyaratan GTC
Bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dengan pontik.
a) Unit
b) Setiap GTC yang meliputi retainer atau pontik.
Persyaratan mekanis
c) Gigi abutment: mempunyai sumbu panjang yang sejajar satu sama lain
tanpa membahayakan vitalitas pulpa. Bentuk dan ukuran cukup sehingga
dapat dipreparasi. Bentuk pontik: serupa gigi asli dan kuat

Persyaratan fisiologis
a) GTC tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi abutment dan jaringan
pendukung lainnya (gusi, lidah, pipi, bibir).
b) Persyaratan hygiene
c) Tidak boleh ada bagian yang menimbulkan sisa makanan. Diantara
pontik-pontik atau pontik-retainer harus ada sela (embrasure) yang cukup
sehingga dapat dibersihkan dengan mudah oleh arus ludah atau lidah.
Diantara pontik-gusi harus dapat dilalui seutas benang untuk
membersihkan. GTC harus dipolis mengkilat supaya kotoran tidak
mudah melekat.
d) Persyaratan estetik
GTC harus menyerupai gigi asli tetapi tidak boleh mengorbankan
kekuatan dan kebersihan GTC.
e) Persyaratan fonetik
Suara (voice) dan bicara (speech) pada GTC tidak banyak dipersoalkan.
5. Macam-macam GTC
a. Fixed-Fixed Bridge
Bridge yang konektornya bersifat rigit atau kaku. Bisa digunakan pada
gigi anterior atau posterior. Konektornya dikerjakan dengan pematrian
atau soldering atau one piece casting.

b. Fixed Movable Bridge


Bridge yang konektornya yang satu rigit dan yang satunya non rigit atau
movable (bisa bergerak). Sifat-sifat individu gigi secara alami mempunyai
individual movement.

c. Spring Bridge
Bridge yang mempunyai pontik jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar. Indikasi: pada kasus di mana gigi anterior terdapat diastema
(kasus yang mengutamakan estetis).
d. Cantilever Bridge
Satu ujung bridge melekat secara rigid atau kaku pada retainer sedang
ujung yang lain bebas atau menggantung. Biasanya dibuat pada pasien
yang menghendaki sedikit jaringan gigi asli yang dikurangi tetapi tetap
tidak lepas dari kriteria retensi dan stabilitasi.

e. Compound Bridge

Kombinasi dari 2 tipe bridge.


f. Complex Bridge

Jembatan bilateral meliputi dua sisi rahang yang menggantikan sejumlah


gigi dengan kegiatan fungsi yang berbeda.

6. Syarat gigi penyangga


a. Panjang gigi normal (panjang akar yang tertanam dalam soket gigi
sedikitnya 1 ½ panjang mahkota anatomisnya).
b. Mahkota berbentuk persegi (untuk mendapatkan bentuk retainer dengan
retensi dan stabilisasi yang baik).
c. Tidak memiliki kelainan di sekitar ujung akar gigi.
d. Tidak memiliki karies, jika ada karies sudah dilakukan penumpatan.
e. Akar tidak boleh bengkok dan berbentuk kerucut (mengurangi retensi).
f. Tidak goyah.
g. Kedudukan yang normal pada lengkung gigi sudah erupsi sempurna.
h. Memiliki poros gigi (inklinasi) yang tegak, kemiringannya tidak lebih dari
25 derajat (akan membahayakan pulpa pada preparasi).
i. Gigi penyangga tidak malposisi (misal: gigi linguoversi atau bukoversi
dapat mempersulit pada saat dilakukan path of insertion, juga dapat
memperbesar tekanan pengunyahan sehingga dapat menggangu stabilitas
dan keawetan GTC).
j. Jika gigi penyangga non vital, harus dilakukan perawatan endodontik serta
tidak terjadi resorbsi.
7. Bentuk pontik

a. Saddle pontic:
 Bentuk menyerupai gigi asli.
 Bagian servikal pontik menempel semua tanggul alveolar.
 Estetis bagus, tetapi tingkat kebersihan jelek.
b. Ridge lap pontic:
 Untuk gigi anterior dan posterior yang memerlukan estetis dan tingkat
kebersihan yang tinggi.
 Bagian servikal pontik menempel pada tanggul alveolar hanya bagian
bukal atau labial saja, bagian lingual menggantung.

c. Hygiene pontic:
 Untuk posterior rahang bawah yang memerlukan tingkat kebersihan
yang tinggi.
 Bagian servikal pontik tidak ada yang menempel pada tanggul alveolar
(sehingga estetis kurang).
d. Conical pontic:
 Bagian servikal pontik yang menempel tanggul alveolar hanya sedikit
saja.

8. Prinsip-prinsip preparasi gigi abutment

Untuk dapat memahami dan mengerjakan preparasi pada gigi


abutment dengan benar perlu kiranya pemahaman terlebih dahulu mengenai
beberapa macam finish line (garis akhir preparasi yang terletak di daerah
cemento enamel junction). Di dalam preparasi GTC dikenal adanya 4 macam
finish line:
1. Shoulderless atau knife edge atau tanpa pundak
Bentuk ini biasanya dibuat pada gigi-gigi pegangan yang tipis atau
pada GTC dengan retainer terbuat dari bahan yang mempunyai kekuatan tepi
cukup kuat. Biasanya pada preparasi mahkota ¾, mahkota penuh, mahkota
berjendela dengan retainer terbuat dari bahan logam campur.
2. Shoulder atau berpundak
Bentuk ini kurang baik untuk mahkota penuh dengan bahan logam
sebagai retainernya (full cast crown), karena disini ada kesukaran di dalam
mewujudkan pertemuan yang akurat antara tepi retainer dengan tepi pundak
gigi pegangan. Untuk mengatasi keadaan biasanya pada pundak tersebut
dibuat bevel. Preparasi macam ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer
tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai
ketebalan (contoh pada resin akrilik mahkota jaket).
3. Chamfer finish line
Bentuk ini akan menyebabkan kekuatan yang diterima oleh gigi pilar
menjadi berkurang, sehingga mencegah terjadinya kerusakan semen sebagai
bahan perekat yang ada diantara retainer dengan gigi pilar. Biasanya untuk
retainer jenis mahkota penuh (full veneer cast crown).
4. Partial shoulder atau berpundak sebagaian
Bentuk ini mempunyai pundak pada bagian bukal atau labial,
kemudian akan menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya hilang sama
sekali pada daerah palatinal atau lingual. Maksud bentuk ini untuk memberi
ketebalan pada bagian bukal atau labial yang akan ditempati oleh resin akrilik
atau porselain sebagai facing. Kasus yang sering terjadi, yaitu pada gigi
premolar 1 dan 2 atas atau bawah dengan retainer full metal crown with
porcelain atau acrylic resin veneer.
BAB III. LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Angga Novihastaka
Alamat : Ds. Samberembe, Kel. Candibinangun, Kec. Pakem,
Kab. Sleman, DIY
TTL : Sleman, 15 Juni 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam

B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
 Keluhan utama : Pasien datang mengeluhkan gigi geraham
sebelah kiri bawah ompong sejak 2 bulan yang lalu karena
dicabut. Gigi tersebut dicabut karena tinggal sisa akar. Pasien
merasa tidak nyaman saat mengunyah makanan, Saat ini pasien
ingin dibuatkan gigi tiruan cekat supaya fungsi pengunyahannya
tidak terganggu.
 Riwayat perjalanan penyakit : Pasien mengaku gigi geraham kiri
bawahnya telah dicabut sejak 2 bulan yang lalu karena sudah
tinggal sisa akar. Sebelumnya pasien belum pernah memakai gigi
tiruan.
 Riwayat kesehatan oral : Pasien pernah datang ke co-ass untuk
dibersihkan karang giginya. Frekuensi menyikat gigi pasien 2x
sehari setiap pagi dan sore saat mandi.
 Riwayat kesehatan keluarga :
Ayah : Ayah tidak dicurigai menderita penyakit sistemik.
Ibu : Ibu tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
 Riwayat kehidupan sosial : Pasien merupakan wiraswasta. Pasien
rutin konsumsi air putih rata-rata 8 gelas sehari. Pasien jarang
sekali olahraga dan tidak rutin konsumsi sayur dan buah.
 Riwayat kesehatan utama : Pasien tidak dicurigai menderita
penyakit sistemik. Pasien pernah dilakukan rawat inap terkait
penyakit DB pada tahun 2014.

2. Pemeriksaan Klinis Ekstraoral


 Kesan umum kesehatan penderita
Pasien datang dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta
pasien kooperatif
 Vital sign :
Tekanan Darah : 114/80 mmHg
Nadi : 81 x/menit
Pernapasan : 16 x/menit
Suhu : Afebris
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 167 cm
Fasial Neuromuskular K.Ludah K.Limfe Tl.Rahang TMJ
Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Gangguan Fungsi TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Mukosa dan jaringan lunak : Tidak ada kelainan
Torus Palatinus : Tidak ada
Torus Mandibula : Tidak ada
Palatum : Sedang
Oklusi : Normal
Supernumerary teeth : Tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomaly :
Gigi tiruan : Tidak ada
Oral hygiene : 1,3 (Baik)
Bentuk Lengkung:
RA : Parabola
RB : Parabola
3. Pemeriksaan Klinis Gigi Geligi
4. Foto Rontgen

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
5. Foto Studi Model

BAB IV. PROSEDUR KERJA DAN TAHAPAN PERAWATAN

A. PERSIAPAN DI DALAM MULUT ATAU MOUTH PREPARATION


Merupakan persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan
cekat, meliputi:
1. Perawatan periodontal atau periodontal treatment, seperti pemeriksaan
gigi, gusi, dan tulang pendukungnya serta perawatan scalling.
2. Perawatan konservasi atau konservatif treatment, seperti restorasi gigi
yang karies. Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari
bidang bimbing, membuat sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan
daerah untuk retensi mekanis.
3. Perawatan bedah atau surgical treatment, seperti pencabutan gigi yang
tidak mungkin dipertahankan.

B. PERAWATAN
 Kunjungan I

1. Pemeriksaan lengkap

2. Pencetakan studi model RA dan RB


Sendok cetak : perforated stock tray No.1
Bahan cetak : alginat
Cara mencetak : mukostatik
Studi model ini dipergunakan untuk mempelajari :
a. Letak gigi abutment
b. Letak pontik
c. Letak retainer
d. Letak konektor
Cara Pencetakan
Sebelum mencetak, sendok cetak dicobakan ke dalam rongga mulut
pasien.
1). Pencetakan Rahang Atas :
a. Pasien duduk dengan posisi tegak lurus sehingga kepala dan
punggung terletak pada satu garis lurus, dataran oklusal sejajar
lantai. Mulut pasien setinggi siku operator.
b. Operator berdiri di belakang samping kanan pasien posisi jam
11-12.
c. Sendok cetak rahang atas yang berisi alginat yang sudah
dicampur dengan air hingga homogen lalu dimasukkan ke
mulut pasien dengan menempelkan bagian posterior lebih
dahulu lalu sedikit demi sedikit ke arah anterior sampai seluruh
gigi terbenam alginat. Selanjutnya pasien diinstruksikan
mengucapkan “U” lalu dilakukan muscle triming di bagian
bukal dan labial.
d. Setelah alginat setting, sendok cetak dilepas.
2). Pencetakan Rahang Bawah:
a. Sama seperti pada rahang atas, tetapi posisi operator di sebelah
kanan depan.
b. Lidah diangkat keatas.
Setelah selesai pencetakan, hasil cetakan diisi stone gips lalu di
boxing.

3. Pengambilan foto rontgen OPG untuk mengetahui keadaan gigi yang


lainnya beserta tulang pendukungnya.

4. Menentukan jenis GTC


5. Menentukan bentuk pontik
6. Menentukan bentuk preparasi gigi abutment
7. Pembuatan desain alat GTC

 Kunjungan II (Preparasi Gigi Abutment)

a. Preparasi abutment dengan full cast crown pada gigi 45 dan 47 :


1) Occusal reduction: bagian oklusal dikurangi dengan menggunakan Round
Wheel bur sebesar 1-1,5 mm.
2) Proximal reduction: menggunakan bur tapered yang tipis dan kecil dengan
pemotongan sejajar antar dinding proksimal sedikit menutup kearah
oklusal sebesar 6o.
3) Buccal dan lingual reduction: bagian bukal dan lingual dikurangi dengan
silindris fissure bur atau bur torpedo. Kemudian dibuat finishing line
berbentuk chamfer menggunakan bur fissure ujung datar,
4) Axial reduction: Tumpulkan sudut-sudut aksial dengan silindris tapered
bur terutama daerah gingival margin.
5) Penghalusan hasil preparasi: menggunakan sand paper disc untuk
menghilangkan bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan undercut. Guna
memperoleh hasil preparasi yang halus.
b. Pembuatan mahkota sementara dan pontik sementara dengan
akrilik putih SC, guna mempertahankan agar posisi gigi tidak berubah.
c. Pencetakan work model.
d. Penyesuaian warna gigi dengan shade guide.

 KUNJUNGAN III (Insersi GTC)

a. Try in
b. Penyesuaian oklusi dengan menggunakan articulating paper.
c. Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (luthing agent).
d. Retainer menggunakan PFM (Porcelain Fused Metal).

 KUNJUNGAN IV (Kontrol)

Kontrol dilakukan untuk mengoreksi adanya kesalahan yang mungkin terjadi


setelah pemakaian GTC, dengan cara:
1. Pemeriksaan subyektif
- apakah terdapat keluhan berkaitan dengan GTC ?
- apakah fungsi bicara terganggu ?
2. Pemeriksaan obyektif

- Cek perkusi dan palpasi


- Cek oklusi menggunakan articulating paper
Komplikasi setelah pemakaian GTC dapat berupa :
a. Terdapat suara akibat sentrik oklusi yang tinggi sehingga menimbulkan
suara pada bagian oklusal.
b. Retensi yang kurang menyebabkan GTC tidak stabil.
c. Kesukaran dalam mengunyah akibat oklusi yang tidak seimbang.
d. Gigi tiruan goyang: perlu diperiksa oklusinya dengan kertas artikulating
paper.
e. Saliva berlebihan: adanya stimulasi pada glandula salivarius karena gigi
tiruan, tetapi dapat hilang setelah beradaptasi.

BAB V. DISKUSI

Pada kasus kehilangan gigi molar 1 kiri bawah digunakan GTC dengan 3
unit (three unit bridge). Preparasi full crown pada elemen 35 dan 37. Finishing
line pada gigi 35 dan 37 menggunakan chamfer. Pertimbangan penggunaan GTC,
kehilangan satu gigi dengan dukungan jaringan periodontal dan alveolar yang
masih sehat dan baik, usia pasien terbilang cukup untuk penggunaan GTC, yaitu
24 tahun. Pontik yang digunakan adalah hygiene pontic dengan seluruh bagian
pontik menggantung, karena pertimbangan oral hygiene sehingga pasien mudah
untuk membersihkannya. Bahan restorasi (GTC) dan retainer menggunakan PFM
(Porcelain Fused to Metal) dengan diberi jarak ± 2 mm pada saat preparasi untuk
penempatan bahan. Sementasi retainer menggunakan SIK tipe I (luthing agent).
Connector pada kasus ini menggunakan rigid connector.

DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT


BAB VI. PROGNOSA

Diperkirakan hasil perawatan baik karena:


1. Jaringan pendukung dan tulang alveolar baik
2. Tes mobilitas (-)
3. Kesehatan umum baik
4. Motivasi pasien baik
5. Pasien kooperatif

BAB VII. KESIMPULAN

Missing teeth pada gigi 36 di pasang GTC three unit bridge disertai
dengan hygiene pontic dan rigid connector. Bahan restorasi GTC dan retainer
menggunakan PFM (Porcelain Fused to Metal).

Yogyakarta,

Mengetahui,
Operator Dosen
Pembimbing

(Rachma Dewi, S.KG) ( drg. Sulistinah, Sp.Pros )

Anda mungkin juga menyukai