Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN CEKAT

Disusun oleh:
Indria Kusuma Wardhani
10/298974/KG/08665
Pembimbing:
drg. Sri Budi Barunawati, M.Kes., Sp. Pros.

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

I.

PENDAHULUAN

Gigi merupakan bagian tubuh yang penting dan berfungsi untuk


pengunyahan maupun bicara. Kerusakan pada gigi dapat mengakibatkanfungsi
dari gigi terganggu.Hilangnya gigi dalam waktu yang lama dan tidak dibuatkan
gigi tiruan pengganti akan mengakibatkan banyak hal antara lain migrasi dan
rotasi gigi, erupsi yang berlebihan pada gigi antagonisnya, penurunan efisiensi
pengunyahan, gangguan pada sendi temporomandibular, beban yang berlebihan
pada jaringan pendukung gigi, gangguan fungsi bicara, memburuknya
penampilan, dan terganggunya kebersihan mulut.
Kehilangan gigi dapat digantikan oleh salah satu dari tipe gigi tiruan.Pada
umumnya dikenal 2 tipe gigi tiruan, yaitu gigi tiruan cekat dan gigi tiruan
lepasan.. Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih
gigi yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter
gigi karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan
pendukung utama dari restorasi.
Gigi tiruan cekat memiliki banyak keuntungan diantaranya adalah tidak
mudah lepas atau tertelan karena direkatkan secara permanen dengan gigi asli,
dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien, memiliki efek splint yang melindungi
gigi terhadap stress, dan memiliki stabilitas yang sangat baik dan gaya oklusi yang
diaplikasikan ke jaringan periodonsium dan tulang alveolar mendekati normal
sehingga memberikan kenyamanan pada pasien.

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Gigi tiruan (protesa, protesis, restorasi, atau denture) merupakan protesa
yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Haryanto dkk.,
1995).Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi
tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian.Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi
gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat (GTC).Gigi tiruan
cekat adalah suatu restorasi yang tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien, karena
dilekatkan secara permanen pada gigi asli atau akar gigi sebagai pendukung utama
dari alat tersebut (Tylman, 1954). Gigi tiruan cekat disebut juga fixed bridge
prosthesis atau fixed partial denture (Martanto, 1985).
B. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Cekat
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan GTC adalah:
keadaan kesehatan, kedudukan, kondisi dan tempatnya pada rahang dari gigi atau
geraham yang masih ada yang akan dipakai sebagai penyangga, jumlah gigi yang
akan diganti, umur penderita, keadaan kesehatan gusi, selaput akar dan tulang
rahang, kebersihan mulut, indeks karies, oklusi dan posisi gigi antagonis.
Indikasi pembuatan gigi tiruan cekat adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Gigi sudah erupsi penuh dimana usia pasien berupa 20-50 tahun
Oral hygiene baik
Mengganti hanya beberapa gigi yang hilang (1-4 gigi)
Kondisi ridge dalam batas normal
Processus alveolaris yang mendukung baik
Mempunyai hubungan oklusi dan jaringan periodonsium yang baik
Gigi abutment posisinya sedapat mungkin sejajar dan masih vital
Gigi abutment tidak goyah, tidak malposisi dan mampu menerima

tekanan pontic
9.
Pasien tidak mempunyai kebiasaan jelek
10.
Kesehatan umum dan sosial pasien baik
11.
Merupakan suatu treatment dari kasus-kasus penyakit periodontal
(Ewing, 1959).
Kontraindikasi GTC adalah :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Pasien terlalu muda atau tua


Struktur gigi terlalu lunak
Hygiene mulut jelek
Gigi yang harus diganti banyak
Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi.
Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi.
Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat.
Oklusi abnormal.
Kesehatan umum jelek.
Tidak terjalin kooperatif dari pasien dan operator.
Mempunyai bad habit (kebiasaan buruk).
Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi.
(Ewing, 1959)

C. Komponen Gigi Tiruan Cekat


Gigi tiruan cekat terdiri dari retainer, konektor/joint/sambungan, pontic,
dan gigi abutment/gigi pendukung/gigi pegangan.

Gambar 1. Komponen gigi tiruan cekat

1. Retainer
Retainer, yaitu bagian GTC yang merupakan bangunan logam tuang yang
disemen atau dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau membantu
suatu pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan abutment. Fungsi
retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada tempatnya (Shillingburg,
1997).
Tipe tipe retainer antara lain:

a. Tipedalam dentin (intra coronal retainer )


Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di
dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD (Shillingburg dkk., 1997).

Gambar 2.Intracoronal retainer


b. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau
diluar badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown(Shillingburg
dkk., 1997).

Gambar 3.Extracoronal retainer


c. Tipe dalam akar(radicularretainer)
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar.
Contoh: mahkota pasak inti (Shillingburg dkk., 1997)

Gambar 4. Retainer tipe dalam akar


2. Konektor/joint/sambungan
Connector/joint, yaitu bagian GTC yang menghubungkan retainer dan
pontic.Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic atau

retainer-retainer.Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan perlekatan


kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) (Shillingburg, 1997).
a. Konektor rigid
Konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada
komponen GTC dan merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk
GTC. Tipe konektor ini dapat dibuat dengan cara pengecoran (casting),
penyolderan (soldering), dan pengelasan (welding).
b. Konektor nonrigid
Konektor yang memungkinkan terjadinya pergerakan terbatas pada
komponen GTC. Konektor ini bertujuan untuk memudahkan pemasangan dan
perbaikan dari GTC, contohnya adalah dovetail dan male and female.
Tipe GTC menurut konektornya, antara lain (Allan dan Foreman, 1986):
a. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi
posterior dan anterior.

Gambar 5. Fixed-fixed bridge


b. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain
bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.

Gambar 6. Fixed-movable bridge


c. Spring cantilever bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan
palatal bar. Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.

Keuntungan spring bridge jika digunakan untuk gigi yang diastem adalah (1)
konektor tidak tampak sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2) ukuran gigi
geligi tetap tampak alami.

Gambar 7. Spring cantilever bridge


d. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang
ujung lainnya bebas/menggantung.

Gambar 8. Spring bridge


e. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.
3. Pontic
Pontic yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang
dan memperbaiki fungsinya. Salah satu sifat yang sangat penting adalah reability,
yaitu ketahanan cairan di dalam mulut (suasana di dalam mulut). Facing pontic
diharapkan selalu menempel pada bangunan logam pontic. Facing pontic dapat
dibuat dari akrilik atau porselin(Shillingburg, 1997).
Berdasarkan dengan kontak mukosa, pontik dapat dibagi menjadi:
a. Saddle pontic
Merupakan pontik yang berkontak bidang dengan edentulous ridge dan
yang paling dapat menjamin estetika karena seluruh bentuk pontik tersebut
mengganti dari seluruh bentuk gigi yang hilang. Pontik tipe ini tidak memiliki
akses untuk dental floss sehingga tidak dapat dibersihkan dan menyebabkan

akumulasi plak. Kekurangan bentuk ini sering menyebabkan inflamasi jaringan


lunak di bawah pontic tersebut, karena menutup seluruh edentulous
ridge(Rosenstiel dkk., 2006).

Gambar 9. Saddle pontic


b. Ridge lap pontic
Merupakan pontik yang menyerupai gigi asli. Pontik ini didesain
beradaptasi dekat dengan lingir. Pontic ini tidak menempel pada permukaan
palatinal/lingual, sedangkan permukaan bukal/labialnya menempel.Pontik
seperti ini sulit dirawat dan sering menyebabkan inflamasi jaringan yang
berkontak (Nallaswamy, 2003).

Gambar 10. Ridge lap pontic


c. Modified ridge lap pontic
Pontik ini didesain dengan tujuan mengurangi kontak mukosa. Pontik
ini tidak overlap seperti seperti saddle pontic, tetapi kontaknya dengan jaringan
hanya terbatas pada puncak lingir bukal. Pontik ini didesai dengan sedikit
konkaf pada arah bukolingual. Terjebaknya makanan dapat dicegah dengan
bentuk permukaan mesiodistal yang konveks (Nallaswamy, 2003).

Gambar 11. Modified Ridge Lap


d. Ovate pontic
Pontik ini digunakan apabila lingir sisa defektif atau tidak sembuh
sempurna. Pontik ini juga dapat digunakan pada lingir yang lebar dan datar.
Ovate pontic memiliki desain bahwa akhiran servikal berakhir pada defek
lingir sisa. Pontik ini harus dikurangi seiring berjalannya penyembuhan. Pontik
jenis ini terleihat alami seperti muncul dari lingir (Nallaswamy, 2003).

Gambar 12. Ovate pontic


e. Bullet-shaped atau conical atau heart-shaped pontic
Pontik ini memiliki permukaan jaringan yang konveks dan berkontak
pada jaringan pada satu titik tanpa tekanan. Pontik ini sangat mudah
dibersihkan. Kekurangan dari pontik tipe ini adalah estetik yang jelek karena
embrasur

lebar

sehingga

diindikasikan

untuk

pengganti

(Nallaswamy, 2003).

Gambar 13. Bullet-shaped/ conical pontic

gigi

molar

f. Spheroidal dan modified spheroidal pontic


Pontik ini hanya menyentuh pada puncak lingir, permukaan gingiva dari
pontik tidak konkaf, dan biasanya diindikasikan pada kasus dengan ruang
antarrahang berkurang(Nallaswamy, 2003).

Gambar 14. kiri: spheroidal pontic; kanan: modified spheroidal pontic


g. Hygiene / Sanitary pontic
Pontik ini tidak menyentuh jaringan sama sekali, dan harus berjarak 3
mm okluso-gingiva sehingga memudahkan perawatan. Pontik ini tidak
memiliki estetis yang baik. Pontik jenis ini dibagi menjadi 3 desain yaitu bar
sanitary pontic dengan permukaan gingival yang datar, conventional sanitary
atau fish belly pontic dengan bentuk permukaan gingival yang cekung pada
bukolingual, mesiodistal, serta modified sanitary atau perel pontic atau arcfixed

partial

denture dengan

permukaan

gingival

pontik

hiperparabola (Nallaswamy, 2003).

Gambar 15. Bar sanitary pontic

Gambar 16. Conventional sanitary atau fish belly pontic

berbentuk

Gambar 17. Modified sanitary atau perel pontic


4. Gigi abutment/gigi pendukung/gigi pegangan
Abutment, yaitu mahkota gigi asli yang telah dipreparasi untuk
penempatan retainer dan mendukung bridge. Abutment harus merupakan gigi
yang sudah erupsi penuh agar retainer tidak terangkat, akibatnya timbul daerah
yang tidak tertutup oleh retainer sehingga mudah terjadi karies(Shillingburg,
1997).
Menurut Shillingburg (1997), kondisi yang perlu diperhatikan dan menjadi
syarat gigi penyangga adalah:
a. perbandingan mahkota-akar
b. konfigurasi akar
c. luas ligament
Untuk pembuatan GTC diperlukan R foto yang berguna untuk
mengetahui :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi


Akar yang tertinggal di alveolar
Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota
Ukuran, bentuk dan posisi akar
Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal
Adanya kelainan pada apeks akar
Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar benar dapat memberi

dukungan yang kuat pada GTC. Untuk memperkirakan berapa gigi yang akan
dipakai sebagai abutment untuk suatu jembatan digunakan Hukum Ante : Luas
permukaan selaput periodontal dari gigi abutment hendaknya sama atau lebih
besar dari luas selaput periodontal gigi yang akan diganti.
Dalam preparasi gigi abutment GTC dikenal empat macam finish line,
antara lain:

a. Shoulderless/knife edge/tanpa pundak; bentuk ini biasanya dibuat untuk gigi


pegangan yang tipis atau pada GTC dengan retainer terbuat dari bahan yang
mempunyai kekuatan tepi yang cukup kuat(Shillingburg dkk., 1997).

Gambar 18. Shoulderless/knife edge finish line


b. Shoulder/berpundak; bentuk ini dibuat pada gigi pegangan dengan retainer
tanpa kekuatan tepi, sehingga pada tepi retainer tersebut mempunyai ketebalan
(contoh : pada resin akrilik mahkota jaket)(Shillingburg dkk., 1997). Tipe
shoulder biasanya digunakan pada restorasi keramik (Lovely, 2006).

Gambar 19. Shoulder finish line


c. Chamfer finish line; bentuk ini biasanya digunakan untukretainer jenis
mahkota penuh (full veneer cast crown)(Shillingburg dkk., 1997). Tipe
chamfer biasa digunakan pada restorasi metal (Lovely, 2006).

Gambar 20. Chamfer finish line


d. Partial shoulder/ berpundak sebagian; bentuk ini mempunyai pundak pada bagian
bukal atau labial, kemudian akan menyempit pada daerah proksimal dan akhirnya
hilang sama sekali pada daerah palatinal/lingual(Lovely, 2006).
D. Prosedur pembuatan Gigi Tiruan Cekat

1. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau
molar.
Preparasi GTC dilakukan ( Johnson, 1960 ):
a. Pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal
b. Pengurangan sisi proksimal
c. Preparasi permukaan labial, lingual, bukal
d. Pengurangan sudut aksial.
e. Membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah lepas
2. Setelah gigi abutment dipreparasi, maka gigi tersebut harus dilindungi dengan
mahkota sementara (Martanto, 1985) yang berfungsi untuk :
a. Melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu
b. Mencegah terjadinya elongasi daan migrasi
c. Milindungi gusi daerah servikal dan migrasi
d. Memelihara estetis
3. Membuat model kerja
4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC
5. Pembuatan facing akrilik / porselain.
6. Pemilihan jenis pontic.
III. LAPORAN KASUS
A.

Identifikasi
Nama

: Novi Fatimah

Umur

: 21 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Kaliwatu Kranggan, Kutoarjo, Kabupaten Purworejo

Pekerjaan

: Mahasiswa

Bangsa

: Indonesia

No. Kartu

Tanggal Pemeriksaan :

B.

Anamnesa
Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang atas keinginan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan
CC

: Merasakan tidak nyaman saat mengunyah makan karena gigi yang


dicabut

PI

: Saat ini daerah tidak bergigi tidak terasa sakit

PDH

: Pernah mencabutkan gigi geraham kiri bawah sekitar 3 tahun yang


lalu dan mencabutkan gigi geraham kanan bawah sekitar 1 tahun yang
lalu.

PMH

: Pasien tidak dicurigai menderita penyakit sistemik


Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat, makanan, dan cuaca
tertentu.

FH

: Ayah : Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik


Ibu : Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

Pemeriksaan Obyektif
a. Umum

Jasmani : sehat.
Rohani : kooperatif dan komunikatif.

b. Lokal
Pemeriksaan Ekstra Oral:

Bentuk muka
Profil
Bibir
lnn

: lonjong, simetris
: cembung
: normal
: tidak teraba

Pemeriksaan Intra Oral:

Mukosa
Gingiva
Lidah
Palatum

tinggi
Frenulum labialis sup. : normal

: normal, tidak ada kelainan


: normal, tidak ada kelainan
: ukuran normal, aktivitas normal
: bentuk U dan normal, tidak terdapat torus palatinus

Frenulum labialis inf. : normal


Frenulum lingualis
: normal
Keadaan gigi geligi :
Jumlah

: 27

Oklusi

: Kanan : Klas I (Angle)


Kiri

: Klas I (Angle)

Formula gigi
8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1

1 2 3 4 5 6 7 8

Keterangan X : telah dicabut


Klasifikasi Gigi:
Rahang bawah: Kennedy Kelas III atau Applegate Kennedy Kelas VI
modifikasi 1P
c. Pemeriksaan r foto
Tidak ada kelainan di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada
kelainan disekitar gigi 35 dan 37byang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan
periodontal sehat dengan luas ligamen periodontal gigi abutment lebih besar
daripada gigi yang hilang.

IV. RENCANA PERAWATAN


1.

Kunjungan I (Mencetak Model Studi)


a. Anamnesis, pemeriksaan objektif serta memberi penjelasan kepada pasien
tentang jalannya perawatan dalam pembuatan gigi tiruan cekat
b. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat,
meliputi periodontal treatment yaitu scaling.
c. Evaluasi rontgen foto dari gigi abutment (35 dan 37) untuk mengetahui
kondisi gigi abutment dan area yang tidak bergigi (36).
d. Melakukan pencetakan
Ketika pencetakan, perlu disiapkan:
1. sendok cetak berupa perforated stock tray no. 2 RA dan RB
2. bahan cetak alginat yang merupakan hydrocolloid impression material
3. metode yang digunakan adalah mukostatik

Tahap-tahap pencetakan:
1. Sendok cetak dicobakan pada pasien untuk mengecek apakah seluruh
bagian gigi geligi bisa tercetak semua.
2. Bubuk alginat dicampur dengan air hingga terbentuk adonan dengan
W/P = 1/2
3. Kemudian adonan diletakkan pada sendok cetak
4. Sendok cetak berisi adonan dimasukkan ke dalam mulut pasien, bibir
pasien ditarik dan pasien diminta untuk relaks.
5. Setelah setting, sendok cetak dikeluarkan dan diperiksa apakah ada
kekurangan.
6. Setelah didapatkan cetakan negatif, cetakan negatif diisi dengan gips
stone untuk mendapatkan model studi
7. Kemudian model studi diboxing.
Setelah dilakukan boxing study model kemudian dilakukan pembuatan
desain gigi tiruan cekat rahang bawah. Pasien kehilangan gigi 36 yang akan
dibuatkan GTC fixed-fixed bridge dengan gigi 35 dan 37 sebagai abutment
serta pontic pada gigi 36 atau disebut juga gigi tiruan cekat tiga unit. Retainer
pada gigi 35 dan 37 berupa full veneer crown yang terbuat dari porcelain
fused to metal.
Konektor berupa konektor yang kaku / rigid yang diperoleh melalui
proses one piece casting. Gigi abutment 35 dan 37 dipreparasi dengan
menggunakan bur kecepatan tinggi (high speed bur). Bentuk pontic yang
digunakan adalah modified sanitary atau perel pontic. Pontic bentuk ini
merupakan pontik tipe hygienic.Selain memiliki estetis yang baik pontic jenis
ini juga lebih mudah untuk dibersihkan.
2.

Kunjungan II
Preparasi Gigi Abutment

a. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan untuk preparasi yaitu: fissure bur,


tapered bur, chamfer/ torpedo bur, round end tapered bur, round-edge
wheel bur, sand paper disc, dan handpiece
b. Sebelum dilakukan preparasi, gigi yang akan dipreparasi juga dianestesi
infiltrasi pada bagian bukal dan lingual dari gigi.
c. Preparasi gigi 35 dengan tipe mahkota penuh terbuat dari porcelain fused
to metal.
1) Pengurangan bagian oklusal

Dengan menggunakan round end tapered diamond bur, bagian


oklusal gigi dikurangi sebanyak 1,5-2 mm sesuai bentuk
anatomi permukaan oklusal

Pengurangan permukaan oklusal yang seragam dapat dilakukan


dengan membuat lubang-lubang pedoman (depth gauge holes)
sesuai dengan kedalaman yang sudah direncanakan.

Periksa jarak dengan antagonisnya.

2) Pengurangan bagian proksimal

Dengan menggunakan tapered diamond bur dan torpedo


diamond bur, bagian proksimal dari gigi dikurangi sebanyak 1-2
mm

Pengurangan bagian proksimal ini harus memperhatikan prinsip


paralelisme dari preparasi yaitu bagian mesial dan distal harus
sejajar atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar 6 o.

Finish line preparasi berbentuk chamfer

3) Pengurangan bagian bukal dan lingual

Dengan menggunakan torpedo diamond bur, bagian bukal gigi


dikurangi 1,2-1,5 mm dan bagian lingual 1-1,5 mm

Bur digunakan mendatar pada permukaan gigi yang akan


dipreparasi

Pengurangan bagian bukal dan palatinal sampai mendekati


interproksimal embrasure

Finish line dari gig berbentuk chamfer

4) Pengurangan sudut-sudut aksial

Sudut-sudut aksial yang tajam dihaluskan dengan round end


tapered diamond

5) Penyelesaian dan penghalusan hasil preparasi

Menggunakan sand paper disc

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata


dan undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang
cukup halus

d. Preparasi gigi 47
1) Pengurangan bagian oklusal

Dengan menggunakan round end tapered diamond bur, bagian


oklusal gigi dikurangi sebanyak 1,5-2 mm sesuai bentuk
anatomi permukaan oklusal

Pengurangan permukaan oklusal yang seragam dapat dilakukan


dengan membuat lubang-lubang pedoman (depth gauge holes)
sesuai dengan kedalaman yang sudah direncanakan.

Periksa jarak dengan antagonisnya.

2) Pengurangan bagian proksimal

Dengan menggunakan tapered diamond bur dan torpedo


diamond bur, bagian proksimal dari gigi dikurangi sebanyak 1-2
mm

Pengurangan bagian proksimal ini harus memperhatikan prinsip


paralelisme dari preparasi yaitu bagian mesial dan distal harus
sejajar atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar 6 o.

Finish line preparasi berbentuk chamfer

3) Pengurangan bagian bukal dan lingual

Dengan menggunakan torpedo diamond bur, bagian bukal gigi


dikurangi 1,2-1,5 mm dan bagian lingual 1-1,5 mm

Bur digunakan mendatar pada permukaan gigi yang akan


dipreparasi

Pengurangan bagian bukal dan palatinal sampai mendekati


interproksimal embrasure

Finish line dari gig berbentuk chamfer

4) Pengurangan sudut-sudut aksial

Sudut-sudut aksial yang tajam dihaluskan dengan round end


tapered diamond

5) Penyelesaian dan penghalusan hasil preparasi

Menggunakan sand paper disc

Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata


dan undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang
cukup halus

Mencetak model kerja


a. Sendok cetak

: perforated stock tray no. 2

b. Bahan cetak

: elastomer (polyvinyl silicone)

c. Metode cetak

: mukostatik

d. Teknik pencetakan

: double impression

Tahap pencetakan :
1) Sebelum melakukan pencetakan, gingiva diretraksi dengan benang
yang direndam di dalam adrenalin.
2) Gigi yang telah dipreparasi dibersihkan sebelum pencetakan.
3) Bahan putty (base dan catalyst) diambil dan diremas-remas
menjadi satu kemudian dimasukkan ke dalam sendok cetak
4) Sendok cetak berisi adonan dimasukkan ke dalam mulut pasien
untuk mencetak gigi geligi pasien
5) Bagian yang dipreparasi dibur/dicutter untuk memberi tempat pasta
elastomer
6) Putty yang telah dicutter lalu diisi dengan pasta elastomer. Gigi
pasien juga diinjeksi dengan pasta elastomer agar finish line

tercetak jelas. Lalu sendok cetak dimasukkan ke dalam mulut


pasien
7) Hasil cetakan negatif yang baik kemudian diisi dengan glass stone.
8) Pencocokan warna gigi yang sesuai dengan menggunakan shade
guide.
9) Selanjutnya model kerja dikirim ke laboratorium untuk pemrosesan
gigi tiruan cekat
Pembuatan Temporary Protection
a. Sebelum gigi dipreparasi, pada area gigi yang hilang dibuatkan
mahkota dengan malam inley.
b. Lalu dibuat cetakan negatif dari alginate dari kuadran rahang dimana
gigi tersebut berada. Kemudian dibuat cetakan positifnya.
c. Setelah gigi abutmentnya dipreparasi lalu dicetak menggunakan alginat
kemudian dibuat cetakan positifnya.
d. Cetakan positif dari gigi yang belum dipreparasi dibuat kembali cetakan
negatifnya dengan menggunakan alginat.
e. Lalu menuangkan self cured acrylic pada kuadran gigi yang dibuatkan
model malamnya, kemudian cetakan positif gigi setelah dipreparasi
dimasukkan ke dalam cetakan negatif gigi yang ada model malamnya
tersebut, ditunggu sampai mengeras. Setelah mengeras lalu dilepaskan
dan dipaskan pada gigi pasien.
f. Jembatan sementara akrilik ini dilekatkan dengan semen oksida seng
eugenol (ZOE) atau semen Fletcher.
3.

Kunjungan III (Try in gigi tiruan cekat)


a. Setelah gigi tiruan cekat jadi, gigi tiruan cekat dicobakan pada pasien
b. Kemudian diperiksa oklusi, retensi, tepi restorasi, dan estetis dari gigi
tiruan cekat
c. Gigi tiruan cekat juga tidak boleh menekan gingiva serta memiliki
kontak proksimal yang baik dengan gigi sebelahnya.
d. Gigi tiruan cekat dipasang pada mulut pasien menggunakan semen
sementara (ZOE) selama seminggu untuk adaptasi di dalam mulut.

4.

Kunjungan IV (Insersi gigi tiruan cekat)

Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan,


apakah ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah
ketika makan, makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka
dapat dilakukan penyemenan permanen dengan menggunakan semen ionomer
kaca tipe I. Cara penyemenan permanen gigi tiruan cekat:
a. Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan . Gigi
yang akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar
gigi yang akan dipasangi GTC diisolasi dengna cotton roll.
b. Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat
hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas
tanpa putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi
dan bagian dalam GTC 3 unit.
c. Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan
kapas diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh menggigit
beberapa menit. Sisa-sisa semen /eksesnya dibersihkan.
d. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (dengan articulating paper).
e. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta
untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada
keluhan rasa sakit segera kembali untuk dikontrol.
5.

Kunjungan V (Kontrol)
a. Pada saat kontrol, perlu dilakukan pemeriksaan subjektif dan objekti
pada pasien

Pemeriksaan subjektif: menanyakan pakah ada keluhan dari


pasien setelah memakai gigi tiruan cekat

Pemeriksaan objektif: melihat keadaan jaringan lunak di sekitar


daerah gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak. Gigi
tiruan cekat perlu dicek mengenai retensi, stabilisasi, oklusi, dan
estetisnya.

b. Bila masih ada keluhan, dilakukan perbaikan.

V. DISKUSI

Pada kasus ini pasien mengeluhkan kenyamanan fungsi pengunyahan yang


terganggu sejak hilangnya gigi 36 sejak 3 bulan yang lalu.Berdasarkan hasil
pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu
pembuatan gigi tiruan cekat. Faktor usia dan keadaan kondisi gigi geligi pasien
sesuai dengan indikasi gigi tiruan cekat. Hasil rontgen foto pasien menunjukkan
keadaan jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi
tetangganya tidak menunjukkan suatu kelainan. Gigi 35dan 37 terpilih sebagai
abutment karena sesuai Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi
abutment hendaknya sama/lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi
yang akan diganti. Selain itu, pertimbangan pemilihan gigi 35 dan 37 sebagai
abutment dikarenakan kedua gigi tersebut memiliki rasio mahkota-akar yang
cukup, status periodontal baik, jaringan pulpa sehat, dan posisi aksis gigi yang
cukup normal.

Preparasi gigi abutment dipilih full crown dengan pertimbangan retensi


dan resistensinya bagus. Tipe retainer menggunakan extra coronal retainer yaitu
full veneer crown dengan alasan lebih kuat, dapat melindungi gigi terhadap karies
dan

fraktur;

preparasi,

pencetakan,

pembuatan

dan

mudah.Bahan yang digunakan terbuat dari bahan

penyemenan

yang

porcelain fused to

metal.Kombinasi bahan logam porselin menjadikan restorasi kuat dan awet


tanpa mengabaikan faktor estetis.
Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah modified sanitary
atau perel pontic. Pontic bentuk ini memiliki estetis yang baikdanlebih mudah
untuk dibersihkan.
Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang
dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga termasuk GTC tipe fixed-fixed
bridge.

VI. PROGNOSA
Prognosa pembuatan GTC pada pasien ini adalah baik, karena:
1.

Gigi abutment kuat untuk mendukung GTC

2.

Jaringan pendukung sehat

3.

Kesehatan umum dan kebersihan mulut baik

4.

Pasien komunikatif dan kooperatif

5.

Sosial ekonomi pasien baik.

DAFTAR PUSTAKA
Allan, D.N. dan Foreman, P.C., 1986, Crown and Bridge Prostodontics: an
illustrated handbook, Wright, California
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger,
Philadelphia.
Haryanto, A. G., Margo, A., Burhan, L. K., Suryatenggara, F., Setiabudi, I., 1995,
Buku Ajar Ilmu Gigi Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, Jilid I, Hipokrates,
Jakarta.
Johnson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB
Saunders, Philadelpia.
Lovely M., 2006, Review of Fixed Partial Dentures, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,
Penerbit Alumni, Bandung.
Nallaswamy D., 2003, Textbook of Prosthodontics, Jaypee Brothers Medical
Publishers, New Delhi.
Rosenstiel S.F., Land M.F., Fujimoto J., 2001,
Prosthodontics, 3rd Ed., Mosby, St. Louis

Contemporary Fixed

Shillingburg, H.T., 1997, Fundamental of Fixed Prosthetics, 3rd ed., Quintessence


Pub. Co., Hanover Park.
Tylman, S. D., 1970, Theory and Practice of Crown and Fixed Partial
Prosthodontics (Bridge) 6th Edition, The CV Mosby, Saint Louis

Anda mungkin juga menyukai